Komplikasi
Ruptur atau perforasi gendang telinga, infeksi telinga akut, kehilangan
pendengaran yang menetap, tinnitus yang menetap, dan vertigo.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan barotrauma adalah
pemeriksaan lab berupa :
a. Analisa Gas darah
Untuk mengevaluasi gradien alveolus-arteri untuk mengetahui terjadinya
emboli gas.
b. Darah Lengkap
Pasien yang memiliki hematokrit lebih dari 48% memiliki sekuele neurologis
yang persisten selama 1 bulan setelah perlukaan.
c. Kadar Serum Creatin Phosphokinase
Peningkatan kadar serum kreatin fosfokinase menandakan peningkatan
kerusakan jaringan karena mikroemboli.
9. Penatalaksanaan Medis
Untuk mengurangi nyeri telinga atau rasa tidak enak pada telinga, pertama-
tama yang perlu dilakukan adalah berusaha untuk membuka tuba eustakius dan
mengurangi tekanan dengan mengunyah permen karet, atau menguap, atau
menghirup udara, kemudian menghembuskan secara perlahan-lahan sambil
menutup lubang hidung dengan tangan dan menutup mulut.Selama pasien tidak
menderita infeksi traktus respiratorius atas, membrane nasalis dapat mengkerut
dengan semprotan nosinefrin dan dapat diusahakan menginflasi tuba eustakius
dengan perasat Politzer, khususnya dilakukan pada anak-anak berusia 3-4 tahun.
Kemudian diberikan dekongestan, antihistamin atau kombinasi keduanya selama
1-2 minggu atau sampai gejala hilang, antibiotic tidak diindikasikan kecuali bila
terjadi perforasi di dalam air yang kotor. Perasat Politzer terdiri dari tindakan
menelan air dengan bibir tertutup sementara ditiupkan udara ke dalam salah satu
nares dengan kantong Politzer atau apparatus senturi; nares yang lain ditutup.
Kemudian anak dikejutkan dengan meletuskan balon ditelinganya, bila tuba
13
eustakius berhasil diinflasi, sejumlah cairan akan terevakuasi dari telinga tengah
dan sering terdapat gelembung-gelembung udara pada cairan.
Untuk barotrauma telinga dalam, penanganannya dengan perawatan di
rumah sakit dan istirahat dengan elevasi kepala 30-400. Kerusakan telinga dalam
merupakan masalah yang serius yang memungkinkan adanya pembedahan untuk
mencegah kehilangan pendengaran yang menetap. Suatu insisi dibuat didalam
gendang telinga untu menyamakan tekanan dan untuk mengeluarkan
caioran(myringitomy) dan bila perlu memasang pipa ventilasi. Walaupan demikian
pembedahan biasanya jarang dilakukan. Kadang-kadang, suatu pipa ditempatkan
di dalam gendang telinga, jika seringkali perubahan tekanan tidak dapat dihindari,
atau jika seseorang rentan terhap barotrauma
14
kelembaban berubah, missal; pucat sianosis, berkeringat, edema,
haluaran urine menurun bila curah jantung menurun berat. Pertanyaan
yang bisa muncul yaitu sebagai berikut.
a) Apakah nadi takikardi atau apakah bradikardi ?
b) Apakah terjadi penurunan TD ?
c) Bagaimana kapilery refill ?
d) Apakah ada sianosis ?
4) Disability (kesadaran)
Pemeriksaan Neurologis
GCS : E:- , V:- , M:-
Reflex Fisiologis : Reflex Patologis :
Kekuatan Otot :
Skala nyeri :-
5) Exposure
Tergantung keadaan pasien, pada beberapa pasien terjadi peningkatan
suhu tubuh ada juga yang tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
b. Pengkajian Sekunder
1) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Pada kasus barotrauma, ditemukan keluhan utama yaitu nyeri pada
telinga.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Kronologi pasien dari mulai sakit pada saat itu sampai dirawat di
Rumah Sakit dan perawatan yang sudah di berikan selama di rawat.
Pada kasus barotrauma pasien biasanya mengeluh nyeri telinga, rasa
penuh pada telinga, kehilangan pendengaran, serumen keras, nyeri
berat, bahkan penurunan pendengaran, adanya cairan yang keluar
dari kanalis auditorius eksternus, nyeri tekan pada aural, demam,
selulitis, tinnitus, persisten bau busuk
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat terdahulu seerti benda asing yang masuk pada
telinga, trauma tulang, hantaman keras pada telinga, reaksi alergi, dll
d) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita
penyakit seperti yang diderita pasien sekarang atau penyakit menular
dan keturunan lainnya seperti DM,HT,TB dll.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
15
Adanya otorea, dengan otoskopi : eritema, edema, lesi, adanya benda
asing, cairan abnormal yang keluar dan terjadi peradangan pada
membrane timpani dan edema bahkan hematoma pada sekitar
telinga.
b) Palpasi
Adanya nyeri tekan pada aural dan sekitar telinga
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Gangguan persepsi sensori pendengaran
c. Risiko Infeksi
d. Hipertermia
16
3. Intervensi Keperawatan
17
Evaluasi efektivitas pemberian analgesik setelah
dilakukan injeksi. Selain itu observasi efek
samping pemberian analgesik seperti depresi
pernapasan, mual muntah, mulut kering dan
konstipasi.
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian 18nalgesic pertama kali
2. Gangguan Persepsi Sensori Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC
Pendengaran ...x.. jam diharapkan nyeri berkurang Communication Enhancement : Hearing Deficit
dengan kriteria hasil : Bersihkan serumen dengan irigasi, suntion,
NOC spoeling atau instrumentasi
Kompensasi Tingkah Laku Pendengaran Kurangi kegaduhan lingkungan.
Kriteria hasil : Ajari klien untuk menggunakan tanda non verbal
Pasien bisa mendengar dengan baik dan bentuk komunikasi lainnya.
Telinga bersih Kolaborasi dalam pemberian terapi obat
Pantau gejala kerusakan pendengaran Beritahu pasien bahwa suara akan terdengar
Posisi tubuh untuk menguntungkan berbeda dengan memakai alat bantu
pendengaran Jaga kebersihan alat bantu
Menghilangkan gangguan Mendengar dengan penuh perhatian
18
Memperoleh alat bantu pendengaran Menahan diri dari berteriak pada pasien yang
Menggunakan layananan pendukung mengalami gangguan komunikasi
untuk pendegaran yang lemah Dapatkan perhatian pasien melalui sentuhan
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC
...x.. jam diharapkan nyeri berkurang Infection Control
dengan kriteria hasil : Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
NOC Pertahankan teknik isolasi
1. Immune Status Batasi pengunjung bila perlu
2. Risk Control Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
Kriteria Hasil : tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
Klien bebas dari tanda dan gejala Gunakan sabun antimikroba untuk mencuci tangan
infeksi Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
Mendeskripsikan proses penularan keperawatan
penyakit, faktor yang mempengaruhi Gunakan baju, sarung tangan sebagai pelindung
penularan serta penatalaksanaannya Pertahankan lingkungan aseptik selama
Menunjukkan kemampuan untuk pemasangan alat
mencegah timbulnya infeksi Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
Jumlah leukosit dalam batas normal infeksi kandung kencing
Menunjukkan perilaku hidup sehat Berikan terapi antibiotik bila perlu Infection
19
Protection
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap infeksi
Pertahankan teknik asepsis pada pasien berisiko
Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai
resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
4. Hipertermia Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Fever Treatment
...x.. jam diharapkan nyeri berkurang Monitor suhu sesering mungkin
dengan kriteria hasil : Monitor IWL
NOC Monitor warna dan suhu kulit
Thermoregulation Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Kriteria hasil : Monitor penurunan tingkat kesadaran
Suhu tubuh dalam rentang normal Monitor WBC, Hb, dan Hct
Nadi dan RR dalam rentang normal Monitor intake dan output
Tidak adaperubahan warna kulit dan tidak Berikan anti piretik
20
ada pusing Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab
demam
Kolaborasi pemberian cairan intravena
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk mencegah menggigil
Temperature regulation
Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Rencanakan monitoring suhu secara kontinu
Monitor TD, nadi dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negative dari kedinginan
Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency yang diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
21
Monitor TD, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
22
4. Implementasi
Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun sebelumnya yang disesuaikan dengan diagnosa
yang dirumuskan dengan mengacu kepada NOC (Nursing Outcome
Classification) dan NIC (Nursing Intervention Classification).
5. Evaluasi
Pada akhir pelaksanaan asuhan keperawatan didadapatkan evaluasi.
Evalusai juga tidak ada kesenjang teori dan kasus. Evaluasi adalah
membandingkan suatu hasil / perbuatna dengan standar untuk tujuan pengambilan
keputusan yang tepat sejauh mana tujuan tercapai.
a. Evaluasi keperawatan : membandingkan efek / hasil suatu tindakan
keperawatan dengan norma atau kriteria tujuan yang sudah dibuat.
b. Tahap akhir dari proses keperawatan.
c. Menilai tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau tidak.
d. Menilai efektifitas rencana keperawatan atau strategi askep.
e. Menentukan efektif / tidaknyatindakan keperawatan dan perkembangan
pasien terhadap masalah kesehatan.
Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien
terhadap pencapaian hasil setiap hari. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan
seberapa efektifnya tindakan keperawatan itu untuk mendegah atau mengobati
respon manusia terhadap prosedur kesehatan.
BAB III
PENUTUP
23
A. Kesimpulan
Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan sekuelenya yang terjadi akibat
perbedaan antara tekanan udara (tekan barometrik) di dalam rongga udara
fisiologis dalam tubuh dengan tekanan di sekitarnya. Barotrauma paling sering
terjadi pada penerbangan dan penyelaman dengan scuba. Tubuh manusia
mengandung gas dan udara dalam jumlah yang signifikan. Beberapa diantaranya
larut dalam cairan tubuh. Udara sebagai gas bebas juga terdapat di dalam saluran
pencernaan, telinga tengah, dan rongga sinus, yang volumenya akan bertambah
dengan bertambahnya ketinggian. Barotrauma Telinga adalah suatu kondisi medis
yang ditandai dengan ketidaknyamanan atau kerusakan pada telinga akibat
perbedaan tekanan antara telinga tengah dengan lingkungan sekitar.
Ada 3 tipe Barotrauma Telinga, tergantung pada bagian telinga mana, yaitu :
luar, tengah, dan dalam. Barotrauma Telinga yang paling umum terjadi adalah
barotrauma telinga tengah. Berdasarkan Hukum Boyle diatas dapat dijelaskan
bahwa suatu penurunan atau peningkatan pada tekanan lingkungan akan
memperbesar atau menekan (secara berurutan) suatu volume gas dalam ruang
tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur yang lentur, maka struktur tersebut dapat
rusak karena ekspansi ataupun kompresi. Barotrauma dapat terjadi bilamana
ruang-ruang berisi gas dalam tubuh (telinga tengah, paru-paru) menjadi ruang
tertutup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi normal.
Gejala klinik dari barotrauma telinga bisa berupa descent barotrauma (nyeri
pada area telinga yang terpapar, ada bercak darah pada hidung dan nasofaring.
Dan rasa tersumbat dalam telinga) dan bisa berupa ascent bartrauma (rasa tertekan
pada telinga, vertigo, dan tuli ringan). Kompikasi dari barotrauma ruptur atau
perforasi gendang telinga, infeksi telinga akut, kehilangan pendengaran yang
menetap, tinnitus yang menetap, da n vertigo. Pemeriksaan yang dapat dilakukan
adalah pemeriksaan analisa gas darah, darah lengkap, kadar serum creatin
phosphokinase.
Untuk mengurangi nyeri telinga atau rasa tidak enak pada telinga, pertama-
tama yang perlu dilakukan adalah berusaha untuk membuka tuba eustakius dan
mengurangi tekanan dengan mengunyah permen karet, atau menguap, atau
24
menghirup udara, kemudian menghembuskan secara perlahan-lahan sambil
menutup lubang hidung dengan tangan dan menutup mulut. Untuk barotrauma
telinga dalam, penanganannya dengan perawatan di rumah sakit dan istirahat
dengan elevasi kepala 30-400.
Konsep dasar asuhan keperawatan, seperti pada umumnya kita melakukan
pengkajian, untuk mendapatkan data yang memang harus kita peroleh khususnya
data yang bersangkutan tentang masalah/penyakit barotrauma telinga. Setelah
melakukan pengkajian kita akan menetapkan diagnosa apa yang tepat dan
membuat intervensi apa saja yang akan kita lakukan, setelah itu kiita baru
melakukan tindakan tersebut dan mengevaluasinya apakah pasien merasa lebih
baik atau tidak.
B. Saran
Mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep dasar dari penyakit
barotrauma dan menggunakan ketrampilannya dalam menangani kasus gawat
darurat pada sistem panca indra khususnya pada kasus barotrauma.
DAFTAR PUSTAKA
25
Cahya. 2015. Barotrauma Teliga. (Online. Available). From :
https://mediskripta.com/2015/10/07/barotrauma-telinga/ Dikases pada
Selasa, 3 Oktober 2017
Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. 2007. Buku Ajar Ilmu
KesehatanTelinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UniversitasIndonesia.
26