Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN POST OP KRANIOTOMI SDH

A. Landasan Teoritis Penyakit

1. Definisi

Pengertian Craniotomy Menurut Brown CV, Weng J, Craniotomy adalah Operasi


untuk membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan
memperbaiki kerusakan otak. Menurut Hamilton MG, Frizzell JB, Tranmer BI,
Craniectomy adalah operasi pengangkatan sebagian tengkorak. Sedangkan menurut
Chesnut RM, Gautille T, Blunt BA, Craniotomi adalah prosedur untuk menghapus luka di
otak melalui lubang di tengkorak (kranium). Dari ketiga pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa pengertian dari Craniotomi adalah Operasi membuka tengkorak
(tempurung kepala) untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh
adanya luka yang ada di otak.

Pengertian SDH (Subdural Hematoma) Hematoma subdural adalah akumulasi darah


dibawah lapisan duramater dan di atas lapisan arakhnoid, yang disebabkan oleh robekan
permukaan vena atau pengeluaran kumpulan darah vena.
Jadi pengertian dari Post Craniotomy SDH adalah Operasi membuka tengkorak
(tempurung kepala) untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh
adanya akumulasi darah dibawah lapisan duramater dan di atas lapisan arakhnoid yang
disebabkan oleh robekan permukaan vena atau pengeluaran kumpulan darah vena.

2. Etiologi

Etiologi dilakukannya Craniotomy karena:


a. Adanya benturan kepala yang diam terhadap benda yang sedang bergerak. Misalnya
pukulan-pukulan benda tumpul, kena lemparan benda tumpul.
b. Kepala membentur benda atau objek yang secara relative tidak bergerak. Misalnya
membentur tanah atau mobil.
c. Kombinasi keduanya.

3. Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)


Tanda dan gejala dari Subdural Hematoma adalah Nyeri kepala, bingung, mengantuk,
menarik diri, berfikir lambat, kejang dan edema pupil.
4. Proses penyembuhan luka
a. Fase pertama
Berlangsung sampai hari ke 3. Batang lekosit banyak yang rusak / rapuh. Sel-sel darah
baru berkembang menjadi penyembuh dimana serabut-serabut bening digunakan sebagai
kerangka.
b. Fase kedua
Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh pinggiran sel epitel
timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan kemerahan.
c. Fase ketiga
Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus-menerus ditimbun, timbul jaringan-jaringan
baru dan otot dapat digunakan kembali.
d. Fase keempat
Fase keempat adalah fase terakhir. Penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.

5. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan


- Penatalaksanaan Perawatan
Penatalaksanaan Perawatan pada pasien post operasi Craniotomi adalah
a. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
b. Mempercepat penyembuhan.
c. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
d. Mempertahankan konsep diri pasien.
e. Mempersiapkan pasien pulang.

- Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis pada pasien post craniotomy antara lain:
a. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai
dengan berat ringanya trauma.
b. Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk mengurnagi vasodilatasi.
c. Pengobatan anti edema dnegan larutan hipertonis yaitu manitol 20 % atau glukosa 40 %
atau gliserol 10 %.
d. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin) atau untuk infeksi anaerob
diberikan metronidasol.
e. Makanan atau cairan, Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan
apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5 %, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari
terjadinya kecelakaan), 2 - 3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
f. Pada trauma berat. Karena hari-hari pertama didapat penderita mengalami penurunan
kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka hari-hari pertama (2-3
hari) tidak terlalu banyak cairan. Dextosa 5 % 8 jam pertama, ringer dextrosa 8 jam kedua
dan dextrosa 5 % 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah makanan
diberikan melalui nasogastric tube (2500 - 3000 TKTP.

B. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Dengan Fungsional Gordon

Pengkajian
a) Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
- Keluhan nyeri pada kepala
- Keadaan luka dan balutan : tidak ada perdarahan
b) Pola nutrisi metabolik
- Keluhan mual, muntah
- Kesulitan mengunyah/menelan
c) Pola aktifitas
- Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan
- Perubahan kesadaran, letargi
- Hemiparese
- Cedera (trauma)
- Kehilangan tonus otot.
d) Eliminasi
- Inkontinensia kandung kemih atau mengalami gangguan fungsi
e) Pola persepsi sensori dan kognitif
- Pusing
- Gelisah
- Adanya keluhan napas (sesak, ronchi, apnea)

2. Perumusan Diagnosa (NANDA)

a. Nyeri akut b.d. agen cedera


b. Intoleran aktivitas b.d kelemahan
3. Penentuan Kriteria Hasil (NOC)

a. Nyeri akut b.d agen cedera

NOC
 Pain Level,
 Pain control
 Comfort level
Kriteria Hasil :
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

b. Intoleran aktivitas b.d kelemahan


NOC
· Energy conservation
· Activity tolerance
· Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
· Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan
RR
· Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
· Tanda-tanda vital normal
· Energy psikomotor
· Level kelemahan
· Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat
· Status kardiopulmunari adekuat
· Sirkulasi status baik
· Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat

4. Perumusan Intervensi Keperawatan (NIC)

a. Nyeri akut b.d agen cedera


NIC

Pain Management

· Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi

frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

· Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan

· Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

· Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

· Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

· Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri

masa Iampau

· Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

· Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan

· Kurangi faktor presipitasi nyeri

· Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)

· Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

· Ajarkan tentang teknik non farmakologi

· Berikan anaIgetik untuk mengurangi nyeri

· Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

· Tingkatkan istirahat

· Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

· Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration
· Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

· Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi

· Cek riwayat alergi

· Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih

dari satu

· Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri

· Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal

· Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur

· Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

· Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

· Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala

c. Intoleran aktivitas b.d penurunan kesadaran

Manajemen energy

 Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas

 Rencanakan aktivitas pada periode saat pasien memiliki energy paling banyak

 Bantu pasien untuk aktivitas fisik teratur

 Bantu rangsangan lingkungan untuk relaksasi

 Bantu pasien untuk melakukan pemantauan mandiri dengan membuat dan


menggunakan dokumentasi tertulis untuk mencatat asupan kalori dan energy

5. Evaluasi

a. Nyeri akut b.d agen cedera teratasi.

b. Intoleran aktivitas b.d penurunan kesadaran teratasi.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hafid (1989), Strategi Dasar Penanganan Cidera Otak. PKB Ilmu Bedah XI –
Traumatologi , Surabaya.

Asikin Z (1991) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala. Panatalaksanaan


Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.

Brain Trauma Foundation, AANS, Joint Section of Neurotrauma and Critical Care.
Guidelines for the management of severe head injury. J Neurotrauma. Nov 1996.

Brown CV, Weng J, Oh D, et al. Does routine serial computed tomography of the head
influence management of traumatic brain injury? A prospective evaluation. J Trauma. Nov
2004.

Bullock MR, Chesnut R, Ghajar J, et al. Surgical management of acute subdural hematomas.
Neurosurgery. Mar 2006.
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“ LAPORAN PENDAHULUAN POST OP KRANIOTOMI


SDH”

OLEH :

KELOM

OLEH :

LUSIA DIRAH PANGESTI

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2018

Anda mungkin juga menyukai