Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN POST OPERASI TUR -P DENGAN

ANESTESI SUB ARACNOID BLOCK


DI RSUD DR SOETOMO SURABAYA

OLEH :

TANTI DWI CAHYANI


NIM : 132011263001

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA


PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
2022
PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

No. RM : 0000173664 Diagnosa Medis :Post op TUR - P


Tanggal Pengkajian: 12 April 2022 Jam Pengkajian: 11 30 00 WIB

I. IDENTITAS :
1. Nama Pasien : Tn Hariyanto
2. Umur : 10 Juni 1958
3. Suku/ Bangsa : Jawa /Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMP
6. Pekerjaan : Tidak bekerja
7. Alamat : Setro gang 63 no 9 Surabaya
8. Sumber Biaya : BPJS PBI

PENGKAJIAN :
1. KELUHAN UTAMA : Pasien mengatakan nyeri pada alat kemaluan dan
kedinginan

2. RIWAYAT PENYAKIT : Bulan mei 2022 Klien mengeluh sulit berkemih dan
rasa ingin berkemih yang sering. kemudian di periksakan ke puskesmas , dari
puskesmas di pasang slang kencing dan di periksakan laboratorium. Dokter
nya menyarankan untuk di lakukan operasi di rs ua Surabaya dua minggu
lagi.Klien opname tgl 11 April 2022 dan di operasi Tur P tgl 12 April 2022
jam 09 00 – 10 30 . Durante anestesi : klien di anestesi regional ( SAB ) Td
130 / 80 mm hg , saturasi 100%,ECG irama sinus . Perdarahan kurang lebih
500 cc . klien tiba di RR jam 11 00 dalam kondisi pernapasan dengan o2 nasal
2 lpm , RR 22 x/menit , saturasi 99% , TD 138/ 76 , Nadi 102x/menit , suhu 35
derajat , GCS 4,5,6 terpasang foley cateter triway dengan spool PZ lancar
uruine warna merah muda.klien mengeluh nyeri pada luka bekas operasi ,
wajah meringis kesakitan dan cenderung diam tak mau bergerak.

3. SKOR ALDRETE : -

4. SKOR BROOMAGE : 3/3

5. EVALUASI NYERI :
Asesmen nyeri
P:nyeri bertambah bila bergerak
Q:merasakan nyeri yang amat sangat seperti di iris iris
R:nyeri pada luka bekas operasi , alat kemaluan
S:skala nyeri sedang , skala 6 dari skala 0-10
T:Terus menerus sejam lalu.

6. OBAT DAN CAIRAN : RL Asam traneksanic 3 x 500 mg, Ketorolac 3x 30


mg , furosemide 2 x 1 amp

7. PEMERIKSAAN FISIK:

a) B1:jalan nafas klien bebas , menggunakan o2 nasal 2 LPM ,Inspeksi


pergerakan dinding dada Simetris,Auskultasi dada Suara nafas
Vesikuler tidak ada wheezing,Feel:hembusan nafas hangat, Frekuensi
napas 18 x/ menit,tidak ada penggunaan otot bantu nafas (otot
sternokleidomastoideus) ,Palpasi: Vocal premitus (pasien mengatakan
77) Normal (Teraba getaran di seluruh lapang paru) Perkusi dada:
sonor (normal)
b) B2:Circulation,Sistem Peredaran Darah Inspeksi: CRT (Capillary
Refill Time) < 2 detik,tidak ada sianosis (warna kebiruan) di sekitar
bibir klien, konjungtiva tidak anemis berwarna merah muda,Palpasi:
akral hangat, kering, merah, frekuensi nadi 102 x/ menit, tekanan
darah rata – rata 140/ 60 mmHg , Perdarahan 500 cc di kamar
operasi .Di RR spool lancar dengan menggunakan PZ ,hasil urine
warna merah muda . intake output seimbang
c) B3: Neurologi tingkat kesadaran klien secara kwantitatif 4-5-6,secara
kualitatif Compos Mentis, Pemeriksaan Reflek: a. Reflek bisep positif ,
Reflek patella tidak bisa di evaluasi ,
Pemeriksaan Nervus:1(Olfaktorius): Tes fungsi penciuman normal,
Nervus 2 (Optikus): Tes fungsi penglihatan (pasien mengunakan kaca
mata ,Nervus 3, Nervus 4, Nervus 6 (Okulomotorius, Trokhlearis,
Abdusen): Pasien mampu melihat ke segala arah (Normal) Nervus 5
(Trigeminus): a. Sensorik : pasien mampu merasakan rangsangan di
dahi, pipi dan dagu (normal) b. Motorik : pasien mampu mengunyah
(menggeretakan gigi) dan otot masseter (normal) Nervus 7 (Facialis):
a. Sensorik : pasien mampu merasakan rasa makanan (normal) b.
Motorik : pasien belum mampu tersenyum simetris dan mengerutkan
dahi karena nyeri di daerah rahang bawah, Nervus 8 (Akustikus): Tes
fungsi pendengaran (rine dan weber) Nervus 9 (Glososfaringeus) dan
N10 (Vagus): pasien mampu menelan namun dan ada refleks muntah
(Normal) Nervus 11 (Aksesorius): pasien mampu mengangkat bahu
(normal) Nervus 12 (Hipoglosus): pasien mampu menggerakan lidah
ke segala arah dengan perlahan
d) B4 (Bladder) Sistem Perkemihan Inspeksi: integritas kulit alat kelamin
normalnya warna coklat ,bersih , terpasang kateter no 20 tryway
keluar urine 200 cc warnah merah jernih.Spool PZ berjalan lancar
Palpasi: ada sedikit distensi kandung kemih, nyeri tekan
e) B5 (Bowel) Sistem Pencernaan Inspeksi: dalam batas normal, bentuk
abdomen simetris, tidak ada distensi abdomen, tidak
accites, ,Auskultasi: peristaltik usus Normal 12x/menit
f) B6 (Bone) Sistem Muskuluskeletal dan Integumen
Inspeksi: pergerakan sendi bebas dan kekuatan otot ekstremitas atas
kanan kiri 5/5 sedangkan ekstremitas bawah 1/1 karean pengarug sab ,
tidak ada lesi Palpasi: turgor kulit elastis,Suhu 35C , klien mengigil
kedingan, Pada kaki kanan terpasang plester untuk fixsasi triway
cateter .
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Lab 5 April 2022
Hb : 12,2g/dl ;
lekosit 7,21 ^µl ;
Hematokrit :7,7% ;
Trombosit 179000^3/µl ;
PPT : 10,7
APTT : 29,2
8. Status Fisik ASA 2
9. Lama Anestesi : 09 00 – 10 30
10. Lama operasi : 90 menit
WOC KASUS
II. ANALISA DATA DAN PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN:
1. D.0077 nyeri akut bd Agen pencedera fisik ( prosedur operasi ) dd klien
mengeluh nyeri pada bekas operasi , meringis , tidak mau bergerak , skala
nyeri 6 , TD 140/100 , RR 22x/Menit , Nadi 102 x/menit .
2. D.0141 Resiko hipotermi perioperative b.d prosedur pembedahan dd klien
mnengeluh kedinginan , suhu 35 derajat , nadi 109 x /menit

III.INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL (SLKI & SIKI)

A. INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL (SLKI & SIKI)

Diagnosa
Tujuan dan
Keperawatan Rencana (Intervensi) Keperawatan
Kriteria Hasil
(P-E-S)
D.0077 nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)
bd Agen tindakan
pencedera fisik keperawatan Observasi:
( prosedur operasi selama 8 jam
) dd klien diharapkan:  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
mengeluh nyeri Tingkat nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
pada bekas menurun  Identifikasi skala nyeri
operasi , meringis  Identifikasi respons nyeri non verbal
(L.08066), kriteria
, tidak mau  Identifikasi faktor yang memperberat dan
hasil: memperingan nyeri.
bergerak , skala
nyeri 6 , TD  Monitor efek samping penggunaan analgetik.
 Keluhan nyeri Terapeutik
140/100 , RR menurun
22x/Menit , Nadi  Berikan teknik nonfarmakologis untuk
 Meringis mengurangi rasa nyeri (misalnya terapi
109 x/menit . menurun musik, biofeedback, terapi pijat, aroma
 Sikap protektif terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
menurun hangat/dingin, terapi bermain)
 Kegelisahan  Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
menurun nyeri (mis, suhu
 Kesulitan tidur ruangan, pencahayaan,
menurun kebisingan)
 Frekuensi nadi  Fasilitasi istirahat dan tidur
membaik  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
 Pola nafas pemilihan strategi meredakan nyeri.
membaik Edukasi:
Tekanan darah
membaik  Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri.
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

L.14134 (I.14507)
Thermoregulasi Management hipothermia
Setelah dilakukan Observasi
tindakan 1. Monitor suhu tubuh
keperawatan 2. Identifikasi penyebab hypothermia
selama satu jam 3. Monitor tanda dan gejala hipotermia
diharapkan: ( hipotermia ringan : takipnea , menggigil
D.0141
1. Klien tidak , hipertensi ,diuresis .hipotermia sedang :
Resiko hipotermi
mengeluh aritmia , hipotensi ,apatis,reflek
perioperative b.d
kedinginan menurun.hipotermia berat :
prosedur
2. Menggigil oliguria,refelk menghilang ,edema paru ,
pembedahan
menurun asam basa abnormal
3. Suhu tubuh Terapeutik
36,5 5. Lakukan penghangatan pasif ( selimut ,
4. Tekanan penutup kepala
darah 6. Lakukan penghangatan aktif eksternal
memmbaik dengan pemakaian blanket warmer.

IV.TINDAKAN KEPERAWATAN YANG DILAKUKAN :

IMPLIMENTASI KEPERAWATAN:

A. Diagnosa 1 D.0077 nyeri akut bd Agen pencedera fisik ( prosedur operasi )

Observasi:

 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


 Mengidentifikasi skala nyeri
 Mengidentifikasi respons nyeri non verbal
 Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
 MeMonitor efek samping penggunaan analgetik.
Terapeutik
 Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misalnya
terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Memfasilitasi istirahat dan tidur
 Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi:

 Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri


 Menjelaskan strategi meredakan nyeri.
 Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

B. Diagnosa 1 Resiko hipotermi perioperative


Management hypothermia ( I .14507 )

Observasi
1.Memonitor suhu tubuh
2.Mengidentifikasi penyebab hypothermia
1. Memonitor tanda dan gejala hipotermia ( hipotermia ringan : takipnea ,
menggigil , hipertensi ,diuresis .hipotermia sedang : aritmia ,
hipotensi ,apatis,reflek menurun.hipotermia berat : oliguria,refelk
menghilang ,edema paru , asam basa abnormal

Terapeutik
1. Melakukan penghangatan pasif ( selimut , penutup kepala )
2. Melakukan penghangatan aktif eksternal dengan pemakaian
blanket warmer.

F. EVALUASI

A. Diagnosa D.0077 nyeri akut bd Agen pencedera fisik ( prosedur operasi )

Subyektif :Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang .


Obyektif : wajah sedikit tenaang , skala nyeri 4 , TD 136/98 , nadi 90x/menit , RR
20x/menit

Asesmen :
Tujuan tercapai sebagian
Planing :
Lanjutkan Intervensi
B.Diagnosa Resiko hipotermi perioperative
Subyektif :Pasien mengatakan sudah tidak dingin dan menggigil berkurang
Obyektif : TD 128/80 . sh 36.

Asesmen :
Tujuan tercapai sebagian
Planing :
Lanjutkan Intervensi

Evidane Base Nursing :

Untuk penanganan independent profesi perawat dapat dilakukan melalui pemberian


dan edukasi intervensi non-farmakologis berupa tatalaksana guided imagery dan
progressive muscle relaxation untuk mengurangi intensitas nyeri yang dirasakan
(Paolis, et.al 2019).
Bisa pula berupa tindakan kolaboratif dengan professional lain selain medis , yaitu ahli
akupuntur (batra) untuk menghilangkan nyeri (Coutaux, 2017).

Referensi:
Coutaux, A. (2017). Non-pharmacological treatments for pain relief: TENS and
acupuncture. Joint Bone Spine, 84(6), 657-661.
De Paolis, G., Naccarato, A., Cibelli, F., D'Alete, A., Mastroianni, C., Surdo, L., ... &
Magnani, C. (2019). The effectiveness of progressive muscle relaxation and
interactive guided imagery as a pain-reducing intervention in advanced cancer
patients: A multicentre randomised controlled non-pharmacological
trial. Complementary therapies in clinical practice, 34, 280-287.

Anda mungkin juga menyukai