ALAWI
OBSTRUKTIF
BARNIAN FATHUR REZA
CHAERIL
DADAN GUMELAR KELOMPOK 2
FIRDAUS PHONA
ILHAM
IRWAN SAYUTI
MOAMMAR
OLIFA KARNIATIWUNU
TITON DAUD
WAHYU RAHMATIKA
YANWAR EDI SUMAR NINO
Definisi
Hydrocephalus merupakan
keadaan patologis otak yang
mengakibatkanbertmbahnya
cairan serebro spinalis tanpa
atau pernah dengan tekanan
intracranial yangmeninggi
sehingga terdapat pelebaran
ruangan tempat mengalirnya
cairan serebro
spinal(Ngastiyah, 1997)
Lanjutan...
Hydrocephalus adalah akumulasi cairan
serebro spinal dalam ventrikel
serebral,ruang subarachnoid atau ruang
subdural (Suriadi dan Yuliani,
2001).Menurut Mumenthaler (1995) definisi
hydrocephalus yaitu timbul bila ruang
cairanserebro spinallis internal atau
eksternal melebar.
Etiologi
Hidrosefalus obstruktif terjadi bila terdapat
penyumbatan aliran cairan serebrospinal
(CSS)pada salah satu tempat antara tempat
pembentukan CSS dalam sistem ventrikel
dantempat absorbsi dalam ruang subaraknoid.
Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi
ruanganCSS diatasnya (Hassan et al, 1985).
Manifestasi Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada
awitan dan derajatketidakseimbangan kapasitas
produksi dan resorbsi CSS (Huttenlocher, 1983).Selain
itugambaran klinik hidrosefalus dipengaruhi oleh
umur penderita, penyebab, dan lokasiobstruksi.
Gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi
adanya hipertensi intrakranial(Harsono, 1996).
PATOFISIOLOGI
Ruangan CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio, terdiri
dari sistemventrikel, sisterna magna pada dasar otak dan ruang
subarakhnoid yang meliputi seluruhsusunan saraf.CSS yang dibentuk
dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembalike dalam
peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang
meliputiseluruh susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis
ini terdapat dalam suatusistem yang terdiri dari dua bagian yang
berhubungan satu sama lainnya : (1) Sisteminternal terdiri dari dua
ventrikel lateralis, foramen-foramen interventrikularis
(Monroe),ventrikel ke-3, akuaduktus Sylvii dan ventrikel ke-4. (2) Sistem
eksternal terdiri dari ruang-ruang subaraknoid, terutama bagian-bagian
yang melebar disebut sisterna. Hubunganantara sistem internal dan
eksternal ialah melalui kedua apertura lateralis ventrikel ke-4(foramen
Luschka) dan foramen medialis ventrikel ke-4 (foramen Magendie).
Pemeriksaan fisik
Penatalaksanaan
1. tatalaksana non-operatif
Manajemen ini ditujukan untuk menurunkan produksi CFS
dan meningkatkan absorbsinya. Manajemen yang dilakukan
adalah pemberian farmakoterapi dengan pemberian
Azetazolamide (carbonic anhydrse inhibitor) dengan dosis 100
mg/kgBB/hari dan Furosemide (diuretik) dengan dosis 1
mg/kgBB/hari. Perlu diperhatikan juga bahwa obat-obat
tersebut diatas juga memberikan resioko atau efek samping
seperti metabolisme asidosis, letargis, penurunan nafsu
makan, ketidakseimbangan elektrolit, takipneu, dan
diare.Obat lain juga meliputi Hyaluronidase, manitol, urea,
dan gliserol.
Lanjutan....
2. tatalaksana operatif
Tatalaksana ini dibagi lagi menjadi 2 prosedur : shunting dan
non-shunting. Pada prosedur nonshunting berupa : ETV,
reseksi lesi yang menyumbat aliran CSF, dan apabila
diperlukan ablasi plexus choroidea. Sedangkan pada prosedur
shunting bertujuan untuk diversi CSF ke ruang atau organ
tubuh lain yang memiliki kemampuan reabsorbsi seperti
pericardium, peritoneum, rongga pleura. Proses kanulasi
ventrikel dapat dilakukan melalui pendekatan frontal,
parietal, dan occipital. Beberapa ahli bedah saraf lebih
memilih pendekatan secara parietal karena mudah
jangkauannya dari scalp ke abdomen
Konsep Askan
pengkajian
C. Pengkajian Anastesi
A. PEMERIKSAAN FISIK
•KeadaanUmum
•Kesadaran, tanda-tanda Vital
•Pemeriksaan Kepala
•Pemeriksaan Wajah
•Pemeriksaan Mata
•Pemeriksaan Telinga
•Pemeriksaan Hidung
•Pemeriksaan Mulut dan Faring
•Pemeriksaan Leher
•Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
•Pemeriksaan Torak
•Pemeriksaan Genetalia
•Pemeriksaan Anus
•Ekstremitas
•Pemeriksaan neurologis
. B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
. D. PERTIMBANGAN ANASTESI
1.
3.PERTIMBANGAN ANASTESI
GENERAL
ANASTES
1. Nyeri Akut
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi, diharapkan
nyeriakut dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
Skala nyeri menjadi 1-3 (nyeri ringan)
Tanda-tanda vital dalam rentang normal
TD 120/80 mmHg
Nadi 80x/menit
Suhu 36,5˚C
RR 20x/menit
Rencana Intervensi:
Monitor TTV pasien
Berikan pasien kesempatan untuk beristirahat pada siang hari
danperiode tidur yang tidak terganggu pada malam hari (Harus istirahat
bila nyeri mereda)
2. Ansietas
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi, diharapkan ansietasdapat teratasi.
Kriteria Hasil:
Pasien tenang tidak gelisah
Pasien tidak pucat
Tanda-tanda vital dalam rentang normal
TD 120/80 mmHg
Nadi 80x/menit
Suhu 36,5˚C
RR 20x/menit
Rencana Intervensi:
Periksa tanda-tanda vital.
Berikan kenyamanan dan ketentraman hati.
Berikan obat anti cemas sesuai program terapi kolaboratif dari Sp.An
(diazepam).
LANJUTAN..
Berikan dukunga pada pasien untuk dapat beradaptasi terhadap
perubahan dan pengertia tentang peran pasien pada post pembedahan
dan anestesi.
Jelaskan tentang prosedur pembedahan sesuai jenis pembedahan dan
prosedur anestesi.
Jelaskan tentang latihan aktivitas pasca operatif.
Lakukan intervensi yang menurunkan ansietas (music, aromaterapi,
latihan relaksasi, imajinasi terbimbing, hidroterapi, penghentian pikiran,
masase, olahraga).
Lakukan kunjungan pre operatif pada 1 hari sebelum tindakan operasi
Ajarkan penghenti ansietas yang dapat diterapkan jika situasi yang
menimbulkan stress yidak dapat dihindari.
Latih pasien mengatasi rasa marah.
Konsultasikan dengan SpAn bila kondisi memburuk
3. Resiko Cedera Anestesi
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi, diharapkan
tidakterjadi cedera anestesi.
Kriteria Hasil:
Pasien siap untuk dilakukan tindakan anestesi
Pemilihan teknik anestesi yang tepat sesuai kondisi pasien
Rencana Intervensi:
Lakukan persiapan sebelum pembedahan
Kaji status nutrisi pasien (menimbang BB)
Anjurkan pasien untuk berpuasa
Anjurkan pasien untuk mengosongkan kadung kemih sebelum operasi
Lakukan balance cairan
Lepaskan aksesoris
Lakukan latihan pra anestesi
Pantau penyulit yang akan terjadi
Tetapkan kriteria mallampati
Tentukan status fisik menurut ASA
Delegasi dalam pemberian obat pramedikasi
Kolaborasi penetapan teknik anestesi
Lakukan informed consent
Intra Anestesi
1. Resiko Cedera Trauma Pembedahan
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi,
diharapkan tidakterjadi cedera trauma fisik
Kriteria Hasil:
Tidak adanya tanda-tanda trauma pembedahan
Pasien tampak rilaks selama operasi berlangsung
Tanda – tanda vital dalam batas normal TD: 110 – 120 / 70 – 80
mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit Suhu : 36-37°C RR : 16 – 20 x/menit
Saturasi oksigen >95%
Pasien telah teranestesi, relaksasi otot cukup, dan tidak
menunjukkanrespon nyeri
Tidak adanya komplikasi anestesi selama operasi berlangsung
Rencana Intervensi:
Siapkan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan perencanaan teknikanestesi
Bantu pelaksanaan anestesi (Regional anestesi) sesuai dengan programkolaboratif
spesialis anestesi
Bantu pemasangan alat monitoring non invasif
Monitoring perianestesi
Atasi penyulit yang timbul
Lakukan pemeliharaan jalan napas
Lakukan pemasangan alat ventilasi mekanik
Lakukan pengakhiran tindakan anestesi
Lakukan persiapan peralatan dan obat-obatan sesuai denganperencanaan teknik
anestesi
Lakukan monitoring perianestesi
Lakukan pemeliharaan jalan napas
Lakukan pemasangan alat ventilasi mekanik dan alat nebulisasi
Lakukan pengakhiran tindakan anestesi: reverse dan ekstubasi
Pasca Anestesi
1.Resiko Cedera Gangguan Fungsi Respirasi
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan kepenataan
anestesi, diharapkan tidakterjadi disfungsi
respirasi
Kriteria Hasil:
TTV dalam rentang normal
TD 120/80 mmHg
Nadi 60x/menit
RR 20x/menit
SaO2 100%
Suhu 36,5˚C
Akral hangat
pH serum 7,35-7,45
PaCO2 35-45
PaO2 80-100
Pasien tidak mengeluh dan tidak mengatakan sesak napas
Tidak terjadi apneu
Rencana Intervensi:
Observasi TTV pasien setiap saat
Monitor ekspansi dada setiap saat
Berikan oksigen dengan simple mask 5-6 LPM
Lakukan analisa gas darah arteri: pH, PaCO2, dan PaO2
Ajarkan pasien napas dalam secara teratur
Ajarkan pasien teknik batuk efektif
Kolaborasikan pemasangan ETT
Implementasi dan evaluasi
Implementasi adalah melaksanakan rencana
intervensi secara komprehensif,efektif,dan aman
berdasarkan evidence bace kepada pasien secara
mandiri ,kolaboratif, dengan rujukan pelimpahan
tugas