Anda di halaman 1dari 63

PERIANESTHESIA CARE

(Layanan Perianestesi)
DR. dr. I Gede Budiarta, Sp.An, KMN
Layanan Perianestesi
 DEFINISI : Perawatan pada pasien yang menjalani prosedur
pembedahan, intervensi, ataupun pengobatan yang mungkin
memerlukan anestesi, sedasi, atau anestesi lokal. Layanan ini
terbagi menjadi :
 Sebelum (preanestesi)
 Saat pembedahan dan anestesi
 Setelah(pasca anestesi Fase I, pasca anestesi Fase II,
perawatan yang diperpanjang).

Jan Odon. Drain’s Perianesthesia Nursing : A Critical Approach 7th edition. Elsevier 2018.
LAYANAN PERIANESTESI
Tahapan PERIANESTESI
1.Evaluasi pra-anestesia
2.Persiapan pra-anestesia
3.Anestesia:
• Induksi
• Pemeliharaan
• Pemulihan
4.Pasca-anestesia
PROSEDUR ANESTESIA - SEDASI

• Asesmen Pra anestesi dan sedasi


Pra • Informed consent anestesi dan sedasi
Anestesi/sedasi • Sign In

• Asesmen pra induksi


Intra • Time out, Sign Out
Anestesi/sedasi • Pemantauan durante anestesi/sedasi

• Pemantauan di ruang pulih, aldrete score


Pasca • Kriteria Pemindahan Pasien pasca Anestesi dan
Anestesi/sedasi sedasi
PELAYANAN SEDASI
• respon perintah verbal • Respon perintah verbal • Pasien tidak mudah
• dapat jaga patensi • Dapat jaga patensi jalan dibangunkan, respon thd
jalan nafas sendiri napas sendiri stimulasi berulang/nyeri
• Ventilasi, kardiovaskular • Perubahan ringan respon
• Ventilasi mulai
tidak terganggu terganggu, tidak dapat
ventilasi pertahankan patensi
• Fungsi kardiovaskular • Fungsi kardiovaskular jalan napas
normal masih normal • Fungsi kardiovaskular
• Gangguan kognitif dan • Gangguan orientasi masih baik
koordinasi lingkungan, gangguan • Perlu alat monitoring
• Dikerjakan : dokter, drg fungsi motorik ringan lebih lengkap
DPJP s/d sedang • dr anestesi
• dr anestesi • Contoh : Curetage,
• Contoh : MRI, CT Scan Gastroskopi, kolonoskopi

Sedasi Ringan Sedasi Moderat Sedasi Dalam


FASE PRA ANESTESI
Fase Pra Anestesi
 Menilai pasien dan mengembangkan rencana perawatan yang dirancang untuk memenuhi
pra-anestesi baik secara fisik, psikologis, tingkat Pendidikan, kebutuhan sosial budaya dan
spiritual pasien/keluarga/orang terdekat.
 Peran keperawatan juga fokus pada persiapan pasien/keluarga/orang penting lainnya atas
pengalamannya selama kontinum perianestesi
 Teknik wawancara dan penilaian digunakan untuk mengidentifikasi masalah potensial atau
aktual yang mungkin terjadi.
KUNJUNGAN PRA ANESTESI
(Asesmen Pra Anestesi)
Tujuan :
 Membina hubungan baik dengan pasien
 Mengetahui riwayat anestesi & riwayat penyakit
 Mempersiapkan mental & fisik pasien
 Merencanakan dan memilih teknik anestesi
 Menentukan status fisik & menilai resiko anestesi
 Menentukan klasifikasi ASA ( American Society of
Anesthesiology )
Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik

 ANAMNESA DAN PEMERIKSAAN FISIK


 Agar lebih sistematis dan tidak terlewatkan, maka anamnesa dan
pemeriksaan fisik ditujukan pada masalah “6 B” yaitu :
- B1 : breathing
- B2 : blood
- B3 : brain
- B4 : bladder
- B5 : bowel
- B6 : bone
PRE-OP VISITE (EVALUASI PRABEDAH)

 B1 (Breathe)
 frekuensi napas, tipe napas, regularitas, ada tidaknya retraksi, suara
napas : vesikuler, ronki, wheezing.
 Keadaan jalan napas, bentuk hidung, lubang hidung, bentuk pipi &
dagu, mulut & gigi.
 bagaimana keadaan lidah & tonsil
 pemeriksaan radiologi ( foto thoraks)
PRE-OP VISITE (EVALUASI PRABEDAH)

 B2 (Blood/sistem kardiovaskuler)
- Nadi (Regularitas, frekuensi, isi nadi)
 Tekanan darah
 Perfusi perifer (Hangat,kering, kemerahan)
 Apakah ada syok, perdarahan
 Keadaan jantung penderita (murmur, BJ I –II)
 Pemeriksaan darah rutin
 Pemeriksaan radiologi ( foto thorax)
PRE-OP VISITE (EVALUASI
PRABEDAH)
B3 (Brain/susunan saraf) B4 (Bladder)
 Apakah penderita takut dan Produksi urin !!
gelisah Apakah ada penyumbatan saluran
 Tingkat kesadaran penderita kencing / darah pada kencing
(GCS) Pemeriksaan laboratorium 
 Apakah ada kelumpuhan saraf
fungsi ginjal
 Tanda-tanda TIK
- Pemeriksaan radiologi
PRE-OP VISITE (EVALUASI PRABEDAH)
 B5 (Bowel)
 Apakah ada muntah, diare, kembung, nyeri tekan
 Bising usus, peristltik usus
 Flatus
 Apakah ada cairan bebas di perut (ascites)
 Meraba hati, lien (Ukuran, konsistensi, permukaan)
 BNO
 Pemeriksan laboratorium (liver function test)
PRE-OP VISITE (EVALUASI PRABEDAH)

B6 (Bone)
 Kaku kuduk
 Patah tulang
 Bentuk leher
 Bentuk tubuh (astenicus, atletik, picnic)
 Kelainan tulang belakang : skoliosis, kifosis,
lordosis
Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan laboratorium :
 darah lengkap,
 tes fungsi hati (SGOT, SGPT),
 tes fungsi ginjal (ureum, kreatinin),
 serum elektrolit,
 faal hemostasis,
 Pemeriksaan radiologi: foto toraks, foto polos abdomen (BOF), USG, CT Scan.
 Pemeriksaan EKG bila umur lebih dari 35 tahun atau bila ada indikasi
 Lain-lain : Pemeriksaan pada anak didampingi ayah atau ibunya. Pemeriksaan gigi,
kerusakan gigi karena laryngoskopi, Gigi palsu harus dibuka. Puasa preoperatif
Penentuan Status Fisik

 PENGGOLONGAN PASIEN
 Status pasien dapat dibagi menjadi (menurut ASA) :
 1. pasien dewasa muda sehat tanpa gangguan sistemik
 2. pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai dengan sedang
 3. pasien dengan gangguan sistemik berat dan mengganggu aktifitas
 4. pasien dengan penyakit sistemik berat dan mengancam jiwa
 5. moribund
 Untuk pasien yang darurat pada status fisiknya ditambahkan D (darurat) atau E
(emergency).
PRE-OP VISITE (EVALUASI PRABEDAH)

PERSIAPAN SEBELUM HARI OPERASI :

 Pembersihan & pengosongan saluran pencernaan.


 Gigi palsu, bulu mata palsu, perhiasan dilepas.
 Kosmetik (lipstik, cat kuku dll) dibersihkan.
 Kandung kemih harus kosong
 Memakai pakaian khusus
 Tanda pengenal / label
 Surat Izin Operasi & Surat Izin Anestesi
 Pemeriksaan fisik ulang di OK
 Premedikasi
PRE-OP VISITE (EVALUASI PRABEDAH)

PETUNJUK PUASA OPERASI ELEKTIF

JENIS MAKANAN MINIMAL LAMA PUASA (JAM)


CLEAR LIQUIDS 2
ASI 4
SUSU FORMULA 6 (NOT SUGGESTED BY
CONSULTANTS)
SUSU NONHUMAN 6
MAKANAN RINGAN 6

Dikutip dari : Perioperative fluid therapy, Murat Isabelle


PREMEDIKASI
 Setelah evaluasi prabedah selesai  langkah berikutnya adalah
menentukan macam obat premedikasi yang akan digunakan
(premedikasi dalam arti sempit).
 Cara Pemberian :
- intravena (iv)
5-10 menit sebelum anestesi/operasi
- intramuskuler (im)
½ - 1 jam sebelum anestesi/operasi
- peroral  malam sebelum operasi
PREMEDIKASI
 Tujuan Pemberian obat Premedikasi :

- Menghilangkan kecemasan
- mendapatkan sedasi
- Mendapatkan analgesi
- mendapatkan amnesi
- mendapatkan efek antisialogoque

Pada keadaan tertentu juga :


- menaikkan pH cairan lambung
- Mengurangi volume cairan lambung
- mencegah terjadinya reaksi alergi
INFORMED CONSENT

 Informed Consent : Edukasi pasien secara singkat


tentang jenis operasi dan rencana anestesi yang
akan digunakan, manajemen intraoperatif dan
penanganan nyeri pasca operasi dengan harapan
mengurangi kecemasan pasien dan membangun
hubungan timbal balik dokter-pasien kemudian
meminta persetujuan prosedur anestesi.
FASE INTRA OPERATIF DAN
ANESTESI
FASE INTRA OPERATIF

 Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau


dipindahkan ke instalasi bedah dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan.
 Terdiri dari :
- Monitoring
- Positioning
- Fluid Management
- Konsiderasi khusus (penanganan pendarahan)
Monitoring Perianestesi

 Monitoring
 segala usaha untuk memperhatikan, mengawasi dan memeriksa pasien dalam anestesi
untuk mengetahui keadaan dan reaksi fisiologis pasien terhadap tindakan anestesi dan
pembedahan
 Tujuan utama monitoring anestesi
 diagnosa adanya permasalahan, perkiraan kemungkinan terjadinya kegawatan, dan
evaluasi hasil suatu tindakan, termasuk efektivitas dan adanya efek tambahan
Standar Monitoring Menurut ASA

STANDAR 1
Ahli anestesi yang memenuhi syarat harus hadir di ruangan
sepanjang pelaksanaan semua prosedur anestesi umum, anestesi
regional, dan perawatan anestesi yang membutuhkan
pemantauan.

Tujuan: dikarenakan dapat terjadi perubahan yang cepat dalam


status pasien selama anestesi, ahli anestesi yang memenuhi
syarat harus terus hadir untuk memantau pasien dan
memberikan perawatan anestesi.
STANDAR 2
Selama anestesi, oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, dan suhu
tubuh pasien harus terus dievaluasi.

VENTILASI
Oksigenasi
Tujuan: Untuk memastikan konsentrasi oksigen yang cukup dalam udara inspirasi dan darah
selama semua prosedur anestesi.
Metode:
(1) udara inspirasi: Selama setiap pemberian anestesi umum menggunakan mesin anestesi,
konsentrasi oksigen dalam sistem pernapasan pasien harus diukur oleh oxygen analyzer
dengan penggunaan alarm dengan batas konsentrasi oksigen yang rendah.
(2) oksigenasi darah: Selama anestesi, metode kuantitatif untuk menilai oksigenasi seperti
pulse oximetry harus digunakan.
Ventilasi
Tujuan: Untuk memastikan ventilasi adekuat terhadap pasien selama prosedur
anestesi berlangsung

Metode:
(1)Setiap pasien yang menerima anestesi umum harus memiliki kecukupan ventilasi
yang terus dievaluasi. Tanda-tanda klinis kualitatif seperti pengembangan dada,
reservoir breathing bag, dan auskultasi suara nafas sangat berguna.
(2)Apabila tracheal tube atau laryngeal mask dimasukkan, posisi yang benar harus
diverifikasi oleh penilaian klinis dan dengan identifikasi konsentrasi karbon
dioksida dalam udara ekspirasi. Analisis End-Tidal CO2 yang terus-menerus,
yang digunakan dari waktu intubasi, sampai ekstubasi atau memindahkan pasien
ke lokasi perawatan pascaoperasi, harus terus dilakukan dengan menggunakan
metode kuantitatif seperti capnography
Ventilasi
 (3) Bila ventilasi dikendalikan oleh ventilator mekanik, sebaiknya digunakan sebuah
perangkat yang mampu mendeteksi bila ada komponen yang terputus dari sistem
pernapasan. Perangkat harus memberikan sinyal yang dapat terdengar saat alarm telah
melampaui ambang batas.
 (4) Hal yang sama harus diberlakukan terhadap penggunaan anestesi regional dengan terus
memperhatikan kecukupan ventilasi selama pembedahan berlangsung
Sirkulasi
Tujuan: Untuk memastikan kecukupan fungsi peredaran darah pasien
selama prosedur anestesi.
Metode:
(1)Setiap pasien yang menerima anestesi harus memiliki gambaran
elektrokardiogram yang terus ditampilkan dari awal anestesi sampai
saat bersiap-siap meninggalkan lokasi anestesi.
(2)Setiap pasien yang menerima anestesi harus terukur tekanan darah
arteri dan denyut jantung nya dan dievaluasi setidaknya setiap 5 menit
(3)Setiap pasien yang menerima anestesi umum harus terus dievaluasi
setidaknya salah satu dari hal berikut: palpasi denyut nadi, auskultasi
bunyi jantung, pemantauan dari penelusuran tekanan intraarterial,
pulse plethysmography atau oksimetri.
Suhu tubuh
Tujuan: Untuk membantu pemeliharaan suhu tubuh
yang tepat selama prosedur anestesi berlangsung

Metode:
Setiap pasien yang menerima anestesi harus dipantau
suhu tubuhnya pada keadaan yang diperkirakan dan
diantisipasi, akan tejadi perubahan suhu tubuh yang
signifikan secara klinis.
Sirkulasi
Nadi Tekanan Darah
• 3 komponen : TDS, TDD, MAP
• Cara • Pengukuran
• Palpasi • Non invasif
• Alat  EKG atau Oksimeter • Metode palpasi
(kontinyu) • Metode auskultasi
• Penilaian • Metode Doppler
• Kualitas • Oskilometer
• Irama • Invasif
• Frekuensi • Kateterisasi arteri
• Kateterisasi vena sentral

MAP
Tekanan diastole + 1/3 (tekanan sistole – tekanan diastole)
atau
{ (tekanan sistole + 2 tekanan diastole) : 3 }
Jumlah Perdarahan

• Jumlah perdarahan
• Tabung suction
• Kasa operasi
• Kain penutup pasien
• Baju ahli bedah
• Darah di lantai
Produksi Urin
• Fungsi system urogenital
• Keadaan curah jantung
• Volume intravaskuler
• Aliran darah ke ginjal

Urin yang keluar dianggap baik apabila :


Volume urin ≥0,5 ml/kgBB/jam
Pengaturan Posisi

 Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam


pengaturan posisi pasien adalah :
1) Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
2) Umur dan ukuran tubuh pasien.
3) Tipe atau jenis anestesi yang digunakan.
4) Rasa sakit akibat pergerakan
POSISI
PASIEN
Manajemen Cairan
 menyediakan sejumlah cairan parenteral yang tepat untuk menjaga volume
cairan intravaskular, tekanan pengisian ventrikel kiri, curah jantung,
tekanan darah sistemik, dan transport oksigen ke jaringan yang adekuat.
 Selain pertimbangan pembedahan (kehilangan darah, proses evaporasi, pengisian
cairan pada rongga ketiga [third spacing]), kondisi dan perubahan tertentu yang
terjadi selama masa perioperatif dapat menyebabkan manajemen keseimbangan
cairan terganggu, yang meliputi status volume cairan perioperatif, penyakit
yang sebelumnya sudah ada, dan efek obat-obatan anestesi pada fungsi
fisiologis yang normal

Gwocott MP, Mythen MG, Gan TJ. Perioperative fluid management and clinical outcomes in adults. Anesth Analg 2005;100:1093-
1106.
Manajemen Cairan Intra Operatif

Gwocott MP, Mythen MG, Gan TJ. Perioperative fluid management and clinical outcomes in adults. Anesth Analg 2005;100:1093-
1106.
FASE PASCA ANESTESI
TAHAPAN KEPERAWATAN PASCA
OPERATIF
 Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan
pasca anastesi (recovery room)
 Perawatan post anastesi di ruang pemulihan (recovery
room)
 Transportasi pasien ke ruang rawat
 Perawatan di ruang rawat
RUANG PULIH
Pasca Operasi RECOVERY ROOM (Ruang Pulih)
• Stabil
• Tidak Ada Komplikasi
• Memenuhi Syarat Untuk Pindah Ke Ruangan
DESAIN PACU (POST ANESTHESIA CARE UNIT)

 Jarak dekat dengan ruang operasi dan


fasilitas perawatan khusus
 Ruang terbuka
 Ruangan yang besar dan pencahayaan
baik
 Minimal 5 tempat tidur
 Terdapat saluran keluar penghubung
elektrik (O2, Udara, dan suction)
PETUGAS RUANG PULIH (RUANG PACU) 44

 Perawat menguasai ACLS


2 pasien 1 perawat atau
pasien elektif 1 perawat
 Petugas harus siap 24 jam kapan pun di perlukan
PERLENGKAPAN Ruang Pulih
( Recovery Room )
• Alat Monitoring
• Alat Bantu Nafas
• Alat Bantu Mengatasi Hemodinamik
• Defibrilator
• Obat Narkotik Dan Medikasi Kegawat
Daruratan
• Peralatan Drainase
• Ruangan +Tempat Tidur Yang Nyaman
Tujuan Perawatan Pasien Di Ruang Pulih
1. Mempertahankan Jalan Nafas
• Mempertahankan Posisi
• Memasang Suction
• Memasang Guedel
2. Mempertahankan Ventilasi Oksigen
• Oksigenisasi
3.Mempertahankan Sirkulasi Darah
4. Observasi Keadaan Umum, Observasi
Vomitus Dan Drainase
5. Mempertahankan Kenyamanan Dan Mencegah
Cidera
Pasca anestesi biasanya akan mengalami Kecemasan,
disorientasi, dan beresiko besar Untuk jatuh, tempatkan
pasien pada tempat Tidur yang nyaman dan pasang
penghalang/ Pengaman.
PENILAIAN POST ANASTESI (Aldrete Score)
Area Score Saat 1J 2J 3J
diterima

Respirasi :
Kemampuan nafas dalam dan batuk 2
Upaya bernafas terbatas (dsipneu) 1
Tidak adan upaya nafas spontan 0

Sirkulasi (tekanan sisteolik) :


 80 % dari pre anastesi 2
 50 % dari pre anastesi 1
 < 50 % dari pre anastesi 0

Tingkat Kesadaran :
 Orientasi baik dan respon verbal positif 2
 Terbangun ketika dipanggil namanya 1
 Tidak ada respon 0

Warna kulit :
 Warna dan penampilan kulit normal 2
 Pucat, agak kehitaman, keputihan. Ikterik 1
 Sianosis 0

Warna kulit :
 Warna dan penampilan kulit normal 2
 Pucat, agak kehitaman, keputihan. Ikterik 1
 Sianosis 0

Pasien bisa dipindahkan ke ruang perawatan dari ruang PACU/RR jika nilai pengkajian
post anastesi > 7-8.
Hal-hal yang harus diketahui oleh perawat anastesi di
ruang PACU
 Jenis pembedahan
 Jenis anastesi
 Kondisi patologis klien
 Jumlah perdarahan intra operatif
 Pemberian tranfusi selama operasi
 Jumlah dan jenis terapi cairan selama operasi
 Komplikasi selama pembedahan
KOMPLIKASI PASCA ANESTESI DI RUANG PULIH

NYERI AKUT Kontrol Nyeri


Nyeri ringan –sedang Oral :
Acetaminopen + codein, hydrocodone, oxycodone
Dengan IV :
- Butorphanol 1-2 mg, Nalbupine 5-10 mg (opiod agonis-antagonis)
- Ketorolak tromethamine 30 mg

Nyeri sedang sampai Parenteral atau intraspinal opioid


berat Regional anestesi
Blok saraf
Kateter Epidural
Opioid yang sering digunakan termasuk yang sedang dan panjang durasinya :
Meperedine 10-20mg
Hidromorphone 0,25-0,5mg
Morphin 2-4 mg
Obat yang digunakan dalam epidural :
Fentanyl 50-100µg
Sufentanil 20-30µg
Morphin 1-5 mg dimonitor dalm 12-24 jam
KOMPLIKASI PASCA ANESTESI DI
RUANG PULIH
Gelisah / Agitasi

Etiologi Nyeri
Gangguan sistemik (hipoksia, asidosis, hipotensi)
Distensi kantung kemih
Komplikasi operasi (mis. Pendarahan abdominal)
Lainnya : Preoperatif anxietas, efek obat

Terapi -Prostigmin 1-2mg iv (0,05mg/kgBB untuk anak) efektif untuk delirium


akibat atropin dan scopolamin

- Sedasi sedang iv, midazolam 0,5-1mg (0,5mg/kgBB untuk anak) dapat


digunakan untuk kegelisahan yang lama
KOMPLIKASI PASCA ANESTESI DI RUANG PULIH
Mual-Muntah
Etiologi - Obat anestesi (opioid)
- Jenis tindakan operasi ( operasi intraperitoneal, operasi strabismus)
- Faktor pasien ( wanita muda, menstruasi, riwayat merokok )
- Penggunaan propofol dapat menurunkan kejadian mual dan muntah

Terapi - Serotonin reseptor 3 antagonis :


• Ondansetron 4mg (0,1 mg/kgBB dosis anak)
•Granisetron 0,01-0,04mg/kgBB
•Dolasetron 12,5mg (0,035mg dosis anak)
-Metoclopramid 0,15mg/kgBB kurang efektif
-Transdermal scopolamin
-Dexametason 4-10mg (0,10mg dosis anak) + anti muntah untuk kasus
yang berat
-Droperidol 0,625-1,25mg (0,05-0,075mg/kgBB dosis anak)

Lain-lain -Hidrasi yang adekuat (20ml/kgBB) setelah puasa


-Akupuntur di titik P6 dipergelangan tangan
KOMPLIKASI PASCA ANESTESI DI
RUANG PULIH
Menggigil dan Hipotermi

Etiologi Hipotermi
Obat anestesi
Setelah melahirkan
Suhu dalam kamar operasi
Luasnya luka operasi
Cairan dingin yang diberikan

Terapi Lampu atau selimut hangat


Meperidipine 10-50mg dosi kecil iv
Komplikasi Sistem Respirasi dan
Kardiovaskular
 Komplikasi Respirasi : sumbatan jalan napas, hipoventilasi dan hipoksemia
 Komplikasi Kardiovaskular : hipotensi, hypovolemia dan aritmia
Obstruksi Jalan Komplikasi Post OP
Napas
Etiologi 1. lidah yang jatuh kebelakang
2. Laringospasme
3. odem pita suara
4. Sekret
5. Muntahan
Obtruksi jalan nafas Tanda : pernafasan sonor
partial

Obstruksi Total Tanda : hilangnya suara pernafasan dan tanda-tanda pernafasan paradok
Terapi : 1. Oksigen 100%, 2.Head tilt, jaw trhust, 3. Nasal/oral airway, 4.Suction

Laringospasme Tanda :
• suara pernafasan dengan nada tinggi /tidak ada sama sekali
• spasme pita suara
• adanya darah atau sekret dalam jalan nafas.
Terapi :
Jaw thrust
Succinylcholine 10-20 mg dan tekanan positif ventilasi dengan O2 100%

Edema glottis Terjadi pada bayi atau anak kecil


Terapin :
Dexamethason 0,5mg/kgBB atau epinephrine spay 0,5 ml 2,25% dengan 3 ml normal
saline.
Hipoventilasi Komplikasi Post OP

Definisi : PaCO2 > 45 Gejala klinis :


mmHg 1. PaCO2 > 60mmHg, Ph < 7,25
2. Somnolene
3. Obstruksi jalan nafas
4. RR turun
5. Takipnea dengan napas dangkal dan susah
6. Takhikardi dan hipertensi ( ringan atau sedang pernafasan asidosis)

Etiologi 1. Opioid : RR turun dengan volume tidal yang besar


2. Overdosis, hypotermi, interaksi obat, berubahnya faktor metabolik
farmakokinetik
3. Nyeri dan kelainan fungsi diafragma
4. Distensi Abdomen-kompartemen sindrom

Terapi 1. Kontrol ventilasi


2. Depresi sirkulasi dan asidosis berat indikasi untuk inkubasi
3. Naloxon (opioid antagonis) – hati-hati akan terjadi renarcotization
4. Cholinesterasi inhibitor (Paralisis otot residual)
5. Kontrol nyeri dengan Analgetik Opioid (iv atau intraspinal) epidural anestesi
atau intercostal nerve blok
Hipoksemia Komplikasi post OP
Ringan Akibat kurang masuknya O2 saat hampir sadar

Ringan-sedang Dicurigai dari: gelisah, takhikardi, tanda lanjut yang terjadi bradikardi,
(PaO2 50-60 hipotensi dan cardiac arrest
mmHg) Penyebabnya:
Hipoventilasi
Terapi :
- 30-60% O2 dengan atau tanpa tekanan positif dapat mencegah
hipoksia dengan hipoventilasi sedang dan hiperkapnia.

Berat Terapi:
Berikan O2 100% dengan nonbreathing mask atau ETT,ventilasi
dapat digunakan bila perlu
Komplikasi - Sirkulasi (Hipotensi)
 Berasal dari : menurunnya venous return, disfungsi ventrikel kiri,
vasodilatasi
 Hipovolemi biasanya disebabkan :
- Hipovolemia absolut
Masuknya cairan pada intra operasi tidak adekuat.
Cairan masuk ke soft tissue
Drainage dari luka
- Hipovolemia relatif
Anestesi spinal atau epidural
α- adrenergic blok
Terapi
 Hipotensi ringan biasanya tidak diobati
 Meningkatkan TD dengan memberikan cairan (250-500ml cristaloid atau 100-250ml koloid)
pada kasus hipovolemia.
 Hipotensi berat berikan vasopressor atau inotropik
(dopamine, dobutamin atau epinephrin) sampai volume dikoreksi
 Cari penyebabnya
 Cek untuk kelainan fungsi jantung
 Cek untuk pneumothorak
 Cek untuk tamponade jantung
Komplikasi Sirkulasi (Hipertensi)

 Etiologi :
- Noxius stimulasi (nyeri, intubasi, distensi kantung kencing)
- Stimulasi simpatis :
1. Neuroendocrine respon dari operasi
2. Akibat dari hipoksemia, hiperkapnia, metabolik asidosis.
3. Riwayat hipertensi memerlukan kontrol ketat tekanan darah saat pre operasi.
Kriteria Penilaian Keluar Dari
Ruang Pulih
• Fungsi Pulmonal Tidak Terganggu
• Sp02 ADEKUAT
• Tanda – tanda vital Stabil
• Orientasi Pasien Terhadap Tempat, Waktu
• Mual Muntah Dlm Kontrol
• Nyeri Minimal
• Skor Aldrette Nilai 9-10
Transportasi pasien ke Ruang Rawat

Faktor-faktor yang harus diperhatikan :

 Perencanaan
 SDM (ketenagaan) : jumlah dan kompetensi
 Equipment (peralatan)
 Prosedur
 Passage (jalur lintasan)
MATUR SUKSMA

Anda mungkin juga menyukai