Anda di halaman 1dari 39

Efek Anestesi Inhalasi

terhadap Sistem Pernafasan

Oleh:
Ravenia Dirgantari, S.Ked
04054821517100
Achmad Dodi Meidianto, S.Ked04084821517073
Asifa Ramadhani Sembiring, S.Ked 04054821517020

Pembimbing:
dr. Ngurah Putu Werda Laksana, SpAn

DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2015

PENDAHULUAN
Anestesi inhalasi merupakan teknik
yang paling sering digunakan pada
general anestesi.
Kerja dari obat anestesi inhalasi
bergantung pada kadar anestetik di
sistem saraf pusat.

PENDAHULUAN
Kecepatan transfer anestetik di
jaringan
otak
ditentukan
oleh
berbagai
faktor,
salah
satunya
berhubungan
dengan
sistem
respirasi, seperti ventilasi paru,
aliran darah paru, perbedaan antara
tekanan parsial anestetik di darah
arteri dan didarah vena.

ANATOMI SISTEM RESPIRASI


Sistem pulmonal memiliki dua bagian
secara anatomis dengan fungsi
berbeda, yaitu:
Saluran nafas mulai dari hidung dan
mulut, pharink, larynx, trachea,
bronkus, hingga bronchiolus.
Pars
respiratoar,
terdiri
dari
bronchiolus
respiratorik,
duktus
alveolaris, saccus alveolaris, dan
alveoli.

Anatomi

FISIOLOGI SISTEM
RESPIRASI
Fisiologi pernafasan sangat penting
dalam praktek anestesi karena anestetik
yang paling sering digunakan inhalation
agents bergantung pada kerja paruparu untuk diuptake dan dieliminasi.
Fungsi utama sistem pernafasan adalah
mempertahankan tekanan parsial O 2 dan
CO2 sedekatmungkin kearah normal,
dalam berbagai keadaan tertentu.

FISIOLOGI SISTEM
RESPIRASI
Adekuat atau tidaknya fungsi sistem
respirasi diukur dari normal tidaknya
tekanan parsial O2 dan CO2 darah
arteri.
Tiga faktor utama yang telibat dalam
fungsi pernafasan yaitu ventilasi,
aliran darah pulmoner, dan difusi gas
antara alveoli dan darah dalam
kapiler pulmonalis.

FISIOLOGI SISTEM
RESPIRASI
Terdapat tiga tekanan yang berperan penting dalam
ventilasi:
1. Tekanan
atmosfer
(barometrik):
tekanan
yang
ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer pada benda di
permukaan bumi. Tekanan atmosfer berkurang seiring
dengan penambahan ketinggian di atas permukaan
laut karena lapisan-lapisan udara di atas permukaan
bumi juga semakin menipis.
2. Tekanan intra-alveolus (tekanan intraparu) adalah
tekanan di dalam alveolus.
3. Tekanan intrapleura (tekanan intratoraks) adalah
tekanan di dalam kantung pleura atau tekanan yang
ditimbulkan di luar paru di dalam rongga toraks.

VOLUME DAN KAPASITAS


PARU
Total kapasitas udara paru-paru
mendekati 5000 ml (5L), atau kurang
lebih 70 ml/KgBB yang dapat
dihitung dengan menggunakan alat
perekam volume sederhana dan
spirometer
sehingga
dapat
ditentukan pembagian dari udara
paru-paru.

VOLUME DAN KAPASITAS


PARU
Volume paru-paru terbagi atas:
1. Volume tidal: Jumlah udara yang dihirup dan
dikeluarkan pada kondisi biasa, pada dewasa
mendekati 500ml saat istirahat. Volume tidal
dapat menggunakan + 6,0-7,5 ml/KgBB.
2. Volume cadangan inspirasi: Maksimal volume
udara yang masih dapat di hirup setelah
inspirasi normal, jumlahnya mendekati 4050% dari kapasitas total paru-paru, atau
sekitar 2000-3000 ml pada dewasa dengan BB
70 Kg.

VOLUME DAN KAPASITAS


PARU
3. Volume cadangan ekspirasi: Maksimal
volume udara yang masih dapat dikeluarkan
setelah ekspirasi normal. Volumenya
mendekati 20% dari kapasitas total paru-paru,
atau mendekati 1000-1200 ml.
4. Volume residual: Volume udara yang masih
tetap berada di paru-paru walaupun telah
ekspirasi maksimal. Jumlahnya sekitar 20%
dari kapasitas total paru-paru, atau 1200 ml.
besarnya volume bervariasi seiring dengan
usia.

VOLUME DAN KAPASITAS


PARU
Kapasitas paru-paru: kombinasi dari beberapa jenis
volume paru-paru, terdapat 4 macam kapasitas
paru, yaitu:
1. Kapasitas inspiratoar: volume maksimal udara
yang dapat di inspirasi setelah ekspirasi normal,
merupakan kombinasi volume tidal dan volume
cadangan inspirasi.
2. Kapasitas vital (VC): total volume udara yang
dapat diinspirasi setelah ekspirasi maksimal,
merupakan kombinasi dari volume cadangan
inspirasi, volume tidal, dan volume cadangan
ekspirasi.

VOLUME DAN KAPASITAS


PARU
3. Kapasitas residual fungsional (FRC):
volume udara yang masih terdapat di
dalam
paru-paru
setelah
ekspirasi
normal,
merupakan
kombinasi
dari
volume residual dan volume cadangan
ekspirasi. Volumenya mendekati 2500 ml.
4. Kapasitas
total
paru-paru
(TLC):
maksimal volume udara dalam paru-paru
ketika mengembang maksimal.

ANESTESI INHALASI
Anestesi inhalasi dilakukan dengan
jalan memberikan kombinasi obat
anestesi yang berupa gas atau cairan
yang mudah menguap melalui alat
atau mesin anestesi langsung ke
udara inspirasi

Nitrogen oksida, kloroform, dan eter


adalah golongan obat anestesi yang
pertama kali dipakai dalam anestesi
umum.
metoksi-fluran, enfluran, isofluran,
desfluran, dan sevofluran.

Farmakokinetik Anestesi
Inhalasi
mekanisme anestesi inhalasi sangat
kompleks, meliputi beberapa
membran protein dan channel ion,
efek obat anestesi inhalasi
bergantung pada seberapa besar
kadar obat di dalam sistem saraf
pusat.

FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KONSENTRASI
ALVEOLAR

- Uptake
- Ventilasi
- Konsentrasi

FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KONSENTRASI
ARTERI (Fa)

Ventilasi
ventilasi / perfusi akan meningkatkan
selisih perbedaan alveolar-arterial

FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI ELIMINASI
Pemulihan efek anestesi tergantung
pada rendahnya konsentrasi anestesi
pada jaringan otak.
Efek anestesi dapat dihilangkan dengan
biotransformasi, eliminasi rebreathing,
aliran gas, arus, volume anestesi rendah,
penyerapan rendah oleh sirkuit anestesi,
penurunan kelarutan, tinggi aliran cairan
otak (CBF), dan peningkatan ventilasi.

MAC
Konsentrasi alveolar yang mencegah
50% gerakan pasien dalam
menanggapi stimulus standar
(misalnya, sayatan bedah).
MAC berguna karena mencerminkan
tekanan parsial otak, memungkinkan
perbandingan potensi antara agen,
dan menyediakan standar untuk
evaluasi eksperimental.

Farmakologis Anestesi
Inhalasi
Nitrogen Dioksida, adalah gas yang
tidak berwarna dan tidak berbau.
Meskipun noneksplosif dan
nonflammable, nitrogen oksida dapat
bersifat seperti oksigen, yang mudah
terbakar.

Efek Anestesi Inhalasi Pada


Organ

EFEK ANESTESI
Efek Anestesi pada Pola Respirasi:
Efek anestesi pada pola pernapasan sangatlah
kompleks dan berkaitan erat dengan perubahan
posisi dan agen anesthesi yang digunakan.
Berkaitan dgn bahan yang digunakan, anestesi ringan
sering menyebabkan pola nafas ireguler.
Nafas menjadi reguler dgn level anestesi yg lebih
dalam.
Induksi pd anastesi sering mengaktifkan otot
ekspirator.
Pada anastesi yang lebih dalam aktifitas otot
diturunkan.

EFEK ANESTESI
Efek Anestesi Inhalasi pada Respirasi:
Menurunkan FRC 15 20 %
Menurunkan compliance dinding dada
dan paru-paru
Meningkatkan kerja nafas
Meningkatkan dead space
Meningkatkan shunt intrapulmoner
Menyebabkan hipoventilasi

Penyakit Pernapasan dan


Pertimbangan Anestesi
Faktor resiko terjadinya komplikasi
pulmonal post operasi

Penyakit paru yang telah ada sebelumnya


Bedah torak atau abdomen bagian atas
Merokok
Obesitas
Umur (> 60 tahun)
Anestesi umum yang lama (> 3 jam)

Penyakit Pernapasan dan


Pertimbangan Anestesi
Pernafasan obstruktif dan restriktif
merupakan dua pola abnormalitas yang
terbanyak, yang ditentukan dengan PFTs.
(Tes fungsi paru)
Penyakit paru obtruktif paling sering.
Karakteristik utama Resistensi aliran
udara
Asma, empisema, bronchitis kronis,
fibrosis
kistik,
bronkiektasis,
dan
bronkilitis.

ASMA
Asma merupakan suatu gangguan umum
yang mempengaruhi 5 7% populasi.
Karakteristik utamanya adalah inflamasi
airway (bronkiolar) dan hiperreaktifitas
terhadap berbagai stimuli.
Secara klinis, asma bermanifestasi sebagai
serangan dispnu episodik, batuk, dan
wheezing. Obstruksi airway yang umumnya
reversible, merupakan hasil dari konstriksi
otot polos bronchial, edema, dan peningkatan
sekresi.

Pertimbangan Anestesi
Preoperatif Management
Penekanan dalam evaluasi pasien dengan
asma seharusnya mempertimbangkan
perjalanan penyakit terakhir (evaluasi
catatan aliran puncak,peak flow, jika
memungkinkan) dan apakah pasien telah
pernah dirawat di rumah sakit oleh karena
serangan asma akut, sebagaimana juga
memastikan pasien tersebut dalam kondisi
optimal.

Pasien asmatik dengan bronkospasme aktif yang akan


menjalani
operasi
emergency
jika
memungkinkan
seharusnya diterapi secara agresif.
Oksigen tambahan, 2 agonist aerosol, dan glukokortikoid
intravena dapat meningkatkan fungi paru secara dramatis
dalam beberapa jam.
Gas darah arteri mungkin berguna dalam menangani kasus
yang berat. nafas. FEV1 dibawah 40% dari normal mungkin
juga member nilai prediksi gagal nafas.
Pemberian sedasi preoperatif dibutuhkan pada pasien
pasien yang akan menjalani operasi elektif, ggn
emosional benzodiazepine merupakan agen yang paling
memuaskan untuk premedikasi.
.

Agen antikolinergik biasanya tidak


diberikan kecuali pada sekresi yang sangat
banyak atau jika ketamin digunakan untuk
induksi pada anestesi tersebut.
Bronkodilator seharusnya dilanjutkan
sampai saat pembedahan; sesuai urutan
efektifitasnya, ada 2 agonist,
glukokortikoid inhalasi, bloker leukotriene,
stabilizer mast sel, theofilin, dan
antikolinergik

PENYAKIT PULMONAL
RESTRIKTIF
Penyakit pulmonal restriktif ditandai dengan
penurunan compliance paru.
Penyakit paru restriktif termasuk kelainan paru
intrinsic akut dan kronik.
Pengurangan compliance paru meningkatkan
usaha bernafas, menimbulkan pola nafas yang
karakteristik cepat tetapi dangkal.
Pertukaran gas ekspirasi biasanya dipertahankan
hingga proses penyakit lanjut.

KELAINAN PULMONAL INTRINSIK


AKUT

Manajemen Preoperatif
Pasien dengan penyakit pulmonal akut seharusnya dicadangkan
untuk menjalani operasi elektif.
Pada persiapan prosedur emergensi, oksigenisasi dan ventilasi
seharusnya di optimalkan pada saat preoperatif sebanyak
mungkin.
Overload cairan seharusnya diterapi dengan diuretik; gagal
jantung mungkin juga membutuhkan vasodilator dan inotrops.
Drainase efusi pleura yang besar seharusnya dipertimbangkan.
Distensi abdomen yang massif seharusnya dihilangkan dengan
decompresi nasogastric atau drainase asites.
Hipoksemia yang persisten mungkin membutuhkan ventilasi
tekanan positif dan tekanan end eksiprasi yang positif (PEEP).
Gangguan sistemik yang berhubungan seperti hipotensi atau
infeksi seharusnya diterapi secara agresif.

Cont
Manajemen Intraoperatif
Pemilihan agen anestesia seharusnya disesuaikan pada tiap
tiap pasien.
Pasien bedah dengan kelainan pulmonal akut, seperti ARDS,
edem pulmonal kardiogenik, atau pneumonia, adalah
penderita sakit kritis; management anestesia seharusnya
merupakan kelanjutan perawatan intensif preoperatif.
Anestesia kombinasi agen intravena dan inhalasi secara
bersama sama dengan agen pelumpuh otot.
Oksigen inspirasi konsentrasi tinggi dan PEEP mungkin
dibutuhkan. Penurunan compliance paru menghasilkan
tekanan puncak inspirasi yang tinggi selama ventilasi
tekanan positif dan meningkatkan resiko barotraumas dan
volutrauma.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai