Anda di halaman 1dari 38

Pada penderita gawat darurat :

Jalan nafas merupakan prioritas utama


Kegagalan oksigenasi  pembunuh tercepat.

Kematian dini karena masalah jalan nafas :


Gagal mengetahui kebutuhan jalan nafas.
Gagal membuka jalan nafas.
Kekeliruan memasang alat bantu jalan nafas atau
posisi berubah.
Aspirasi isi lambung.
Anatomy for Airway Management
Paling sering : dasar lidah, palatum mole,
darah, benda asing, spasme
laring.
Penyebab lain : spasme bronkus, sembab
mukosa, sekret, aspirasi.
Sering terjadi pada penderita tidak sadar.
Total.
 Segera koreksi  5 – 10 menit terjadi
asfiksi  henti nafas  henti jantung.

Parsial.
 Harus tetap dikoreksi.
 Kerusakan otak, sembab otak, sembab paru,
henti nafas, henti jantung sekunder.
LOOK
gelisah, kesadaran turun, sianosis, kontraksi otot
pernafasan tambahan.
LISTEN
suara ngorok atau berkumur, bersiul  jenis
sumbatan.
FEEL
hembusan udara ada/tidak.
Adanya sumbatan harus dikenali dengan
cepat.
Harus segera diatasi.
Selalu jaga C-spine utamanya pada penderita
trauma / cedera diatas klavikula.
Harus diatasi meskipun dengan cara paling
sederhana.
Harus selalu menjaga keselamatan diri sendiri,
jika perlu minta bantuan orang lain.
1. Ekstensi kepala.
2. Gerakan jalan nafas tripel (tripel airway
manouvre).
3. Posisi miring mantap.
4. Pembersihan jalan nafas manual.
5. Pukulan dan hentakan untuk sumbatan
benda asing.
6. Definitif : non-bedah atau bedah.
4 Surgical Airway

3 Tracheal Tube

2 Supraglottic Pharyngeal Instrument

1 Face Mask Ventilation

0 Awake Conditions

Practice Guidelines for Airway Management


1. Ekstensi kepala.
2. Gerakan jalan nafas tripel (tripel airway
manouvre).
3. Posisi miring mantap.
4. Pembersihan jalan nafas manual.
5. Pukulan dan hentakan untuk sumbatan
benda asing.
6. Definitif : non-bedah atau bedah.
Chin lift
Chin lift
Head tilt
Jaw thrust
Head tilt

Jaw thrust
Pasien tak sadar tapi
masih bernafas
spontan.
Sering diterapkan
pada musibah
massal.
Benda asing cair
mudah keluar.
 Bila curiga ada sumbatan, mulut harus dibuka paksa.

A. Gerak jari menyilang


B. Gerak jari dibelakang gigi
C. Gerak angkat mandibula lidah.
HEIMLICH MANUVER
INDIKASI PENATALAKSANAAN JALAN
NAFAS DEFINITIF
Need for Airway Protection Need for Ventilation
Unconscious Apnea
• Neuromuscular paralysis
• Unconscious
Severe maxillofacial Inadequate respiratory effort
• Tachypnea
fractures • Hypoxia
• Hypercarbia
• Cyanosis
Risk for aspiration Severe closed head injury with
need for hyperventilation
Risk for obstruction
• Neck hematoma
• Laryngeal, tracheal injury
• Stridor
Pipa Nasofaring
Pipa Orofaring
Laryngeal Mask Airway
Cara Pemasangan LMA
Posisi LMA in situ.
Intubasi Trakea
Posisi ”air sniffing”
MASALAH DALAM INTUBASI
1. Intubasi endobronkial :
 ventilasi satu paru, shunting, kolaps paru.
 sering pada paru kanan  cek setelah intubasi.
2. Intubasi esofageal
 amati naik – turunnya dada setelah intubasi.
 auskultasi setelah intubasi.
3. Kesulitan intubasi
 mencapai 1 dari 65 pasien
 karena berbagai faktor.
KOMPLIKASI INTUBASI
 Komplikasi segera
Trauma pada bibir dan gigi, dislokasi rahang
dan aritenoid, kerusakan pada laring dan pita
suara. Pada intubasi nasal dapat terjadinya
epistaksis, trauma dinding faring. Trauma
laring dapat mengakibatkan postoperative
croup, bronkospasme, laringospasme
terutama pada anak-anak.
KOMPLIKASI INTUBASI

 Komplikasi lambat
Biasanya terjadi pada intubasi jangka lama.
Stenosis trakeal jarang terjadi, yang sering
adalah kerusakan mokosa trakea. Trauma pita
suara akan berakibat terjadinya ulserasi atau
granulomata. Kejadian akan makin sering
apabila ada infeksi saluran nafas atas.
1. Krikotiroidotomi dengan jarum
 Menusukkan jarum lewat membran krikotiroid.
 Oksigenasi dalam waktu pendek
 Dipakai jarum no. 12 – 14 G ( 16 – 18 G ).

2. Krikotiroidotomi bedah
 Bisa dipakai tube trakeostomi atau ET.
 Hati-hati dengan kartilago krikoid utamanya
anak-anak.
 Tidak dianjurkan untuk anak usia < 12 tahun.
Struktur kartilago yang membentuk laring
Krikotiroidotomi dengan jarum
Krikotiroidotomi bedah

Anda mungkin juga menyukai