Anda di halaman 1dari 55

GENERAL ANESTESI PADA PASIEN

CHOLELITIASIS
DISUSUN OLEH :

Mailingga Putri 1010070100011


Riska Eka Putri 1010070100081
Fresy Wahyuni Marta 1010070100199
Ratih Praseti Yanti 1010070100149
Nurul Ramadhani 101001175
Riski Chairi 1010070100211
Donny Rionaldo Siregar 209210006

PEMBIMBING:
Dr. Walman Sitohang, Sp. An
ANASTESI

Suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika


melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
1. Hipnotik, hilang kesadaran
2. Analgetik, hilang perasaan sakit
Trias Anestesi 3. Relaksan, relaksasi otot-otot

1. Anastesi Umum
Jenis Anastesi 2. Anastesi Lokal
3. Anastesi Regional
Anastesi Umum

Anestesi umum atau general anestesi merupakan suatu keadaan


dimana hilangnya kesadaran disertai dengan hilangnya perasaan sakit
di seluruh tubuh akibat pemberian obat-obatan anestesi dan bersifat
reversible.
1. Anamnesis
Persiapan Pre- 2. Pemeriksaan Fisik
Anestesia 3. Pemeriksaan Laboratorium
4. Klasifikasi status fisik  ASA ( The
American Society of Anasthesiologists)
Pemberian obat 1-2 jam
Premedikasi sebelum induksi anestesi.
Tindakan untuk membuat pasien dari sadar
menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan
dimulainya anestesia dan pembedahan.
• Induksi anestesi Sebelum memulai induksi anestesia, selayaknya
disiapkan peralatan dan obat-obatan yang
diperlukan, sehingga seandainya terjadi keadaan
gawat dapat diatasi dengan lebih cepat dan
lebih baik.
Persiapan induksi anestesi sebaiknya kita ingat kata STATICS

Stetoskop, untuk mendengarkan suara paru dan jantung.


S = Scope Laringo-Scope, pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai
dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang

T = Tubes Pipa trakea, pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon
(cuffed) dan > 5 tahun dengan balon (cuffed)

Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa


A = Airway hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk
menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga
supaya lidah tidak menyumbat jalan nafas

Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau


T = Tape tercabut
I = Introducer Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik
(kabel) yang mudah dibengkokkan untuk pemandu
supaya pipa trakea mudah dimasukkan

C = Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia

S = Suction Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya


Teknik anestesi umum ada 3

1. Anestesi umum intravena  salah satu teknik


anestesia umum yang dilakukan dengan jalan
menyuntikkan obat anestesia parenteral langsung
ke dalam pembuluh darah vena.
2. Anestesi umum inhalasi  salah satu teknik anestesia umum yang
dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesia
inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap
dengan obat-obat pilihan yaitu N2O, Halotan, Enfluran, Isofluran,
Sevofluran, Desfluran dengan kategori menggunakan sungkup
muka, Endotrakeal Tube nafas spontan, Endotrakeal tube nafas
terkontrol

3. Anestesi imbang teknik anestesia dengan mempergunakan kombinasi


obat-obatan baik obat anestesia intravena maupun obat anestesia inhalasi
atau kombinasi teknik anestesia umum dengan analgesia regional untuk
mencapai trias anestesia secara optimal dan berimbang
Intubasi Endotrakeal

Memasukkan pipa pernafasan yang


terbuat dari portex ke dalam trakea
guna membantu pernafasan
penderita atau waktu memberikan
anestesi secara inhalasi
Penilaian Mallampati
Dalam anestesi, skor Mallampati, digunakan untuk memprediksi
kemudahan intubasi. Hal ini ditentukan dengan melihat anatomi rongga
mulut, khusus, itu didasarkan pada visibilitas dasar uvula, pilar faucial.
Klasifikasi tampakan faring pada saat mulut terbuka maksimal dan lidah
dijulurkan maksimal menurut Mallampati dibagi menjadi 4 grade :

Grade I : Pilar faring, uvula, dan palatum mole terlihat jelas


Grade II : Uvula dan palatum mole terlihat sedangkan pilar faring tidak
terlihat
Grade III : Hanya palatum mole yang terlihat
Grade IV : Pilar faring, uvula, dan palatum mole tidak terlihat
Mallampati
1. Menjaga jalan nafas yang bebas oleh sebab apapun
2. Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi
3. Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi
I 4. Operasi-operasi pada kepala, leher, mulutm hidung dan
N tenggorokan
5. Pada banyak operasi abdominal, untuk menjamin
D pernafasan yang tenang dan tak ada ketegangan
I 6. Pada operasi intrathorakal, supaya jalan nafas selalu
K terkontrol
A 7. Untuk mencegah kontaminasi trakea
S 8. Bila dipakai controlled ventilation maka tanpa pipa
endotrakeal dengan pengisian cuffnya dapat terjadi
I inflasi ke dalam gaster
9. Pada pasien-pasien yang mudah timbul laringospasme
10.Pada pasien-pasien dengan fiksasi vocal cord
Keberhasilan intubasi tergantung pada 3 hal penting yaitu :

1. Anestesi yang adekuat dan relaksasi otot-otot kepala, leher dan laring yang
cukup
2. Posisi kepala dan leher yang tepat
3. Penggunaan apparatus yang tepat untuk prosedur tersebut

1. Pipa endotrakea
Alat-Alat 2. Laringoskop
Komplikasi Intubasi Endotrakea

1. Memar & oedem laring


2. Strech injury
3. Non specific granuloma larynx
4. Stenosis trakea
5. Trauma gigi geligi
6. Laserasi bibir, gusi dan laring
7. Aspirasi
8. Spasme bronkus
KOLELITIASIS
Pengertian
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang
dapat ditemukan di dalam kandung empedu
atau di dalam saluran empedu, atau pada
kedua-duanya.
Epidemiologi
• Prevalensi batu empedu bervariasi sesuai
dengan usia dan jenis kelamin. Wanita dengan
batu empedu melebihi jumlah pria dengan
perbandingan 4 : 1
• Batu empedu tidak biasa ditemukan pada
orang yang berusia kurang dari 20 tahun, lebih
sering dalam kelompok usia 40 sampai 60
tahun dan ditemukan sekitar 30 % pada
orang yang berusia di atas 80 tahun.
Anatomi dan Fisiologi Kandung
Empedu
Fungsi utama kandung empedu adalah
menyimpan dan memekatkan empedu.
Empedu yang dihasilkan oleh hati, setelah
melewati duktus hepatikus akan masuk ke
duktus sistikus dan ke kandung empedu.
Dalam kandung empedu, pembuluh limfe dan
pembuluh darah mengabsorpsi air dan garam-
garam anorganik, sehingga empedu dalam
kandung empedu kira-kira 10 kali lebih pekat
daripada empedu hati.
Klasifikasi Batu Empedu
• Batu kolesterol
• Batu pigmen
• Batu campuran
Patogenesis
Batu Kolesterol
Ada 3 mekanisme utama yang berperan dalam
pembentukan batu kolesterol yaitu perubahan
komposisi empedu, nukleasi (pembentukan inti)
kolesterol dan gangguan fungsi kandung empedu.
Batu Pigmen
Mekanisme pembentukannya belum diketahui
pasti, tetapi diduga disebabkan karena empedu
mengalami supersaturasi oleh bilirubin indirek,
perubahan pH dan kalsium serta produksi yang
berlebihan dari glikoprotein.
Gejala Klinis
• dispepsia non spesifik
• intoleransi makanan yang mengandung lemak
• nyeri epigastrium yang tidak jelas
• tidak nyaman pada perut kanan atas
• Murphy sign positif
Pemeriksaan Laboratorium
Pada episode kolik biliaris, sebagian besar penderita
mempunyai hasil laboratorium yang normal.
Bila disertai komplikasi dapat menunjukkan leukositosis
dan peningkatan kadar enzim hati, gamma glutamyl
transferase dan bilirubin serum, terutama jika terdapat
batu pada duktus koledokus.
Pada pemeriksaan urinalisis, adanya bilirubin tanpa
adanya urobilinogen dalam urin dapat mengarahkan
pada kemungkinan adanya obstruksi saluran empedu.
Sedangkan pada pemeriksaan feses, tergantung pada
obstruksi oleh batu empedu, bila terjadi obstruksi total
saluran empedu, maka feses tampak pucat (akholis).
Pemeriksaan Radiologis
Ultasonography (USG) dan cholescintigraphy
adalah pemeriksaan imaging yang sangat
membantu dan sering digunakan untuk
mendiagnosis adanya batu empedu.
Penatalaksanaan
1. Terapi Operatif Kolesistektomi
Kolesistektomi merupakan satu-satunya
terapi definitif untuk penderita batu
simtomatik, yaitu dengan mengangkat batu
dan kandung empedu, dapat mencegah
berulangnya penyakit. Kolesistektomi dapat
dilakukan dengan cara operasi membuka
rongga perut (laparotomi abdomen) atau
dengan menggunakan laparoskopi
2. Terapi Non-operatif
– chenodeoxycholic
– ursodeorycholic acid
Komplikasi
Komplikasi yang umum dijumpai adalah (batu
saluran empedu), kolesistitis akut, pancreatitis
akut, emfiema, dan perforasi kandung
empedu.
ANAMNESA PRIBADI
Nama : Pangihutan Hutagaol
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Laki laki
Alamat :Hutabulu Medan, Kec. Balige,
Kab.Toba Samosir, Provinsi Sumut
Agama : Protestan
Suku : Batak
BB : 75 kg
No RM : 98 – 49 - 33
ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan utama : Nyeri perut kanan atas
Telaah :
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri
perut kanan atas yang sudah dialami sejak 2
minggu sebelum MRS. Nyeri dirasakan tiba-tiba
dan menetap dengan intensitas berat selama ±1-3
jam kemudian menghilang perlahan-lahan,
Selanjutnya nyeri muncul kembali. Nyeri dirasakan
dari perut kanan atas hingga bagian ulu hati
namun tidak menjalar sampai ke bahu kanan.
Nyeri seperti ini dirasakan terus menerus selama
2 hari terakhir. Jika nyeri muncul pasien sampai
keringat dingin menahan rasa nyeri dan tidak
dapat melakukan aktivitas apapun. Pasien
biasanya hanya berbaring di tempat tidur jika
serangan nyeri datang. Nyeri dirasakan
bertambah apabila pasien menarik nafas dalam.
Sesak dan nyeri dada disangkal.
Pasien juga mengeluh mual dan muntah. Pasien
muntah 3 kali, isi makanan, darah (-). Setiap kali
makan pasien mengaku sering merasa mual.
Nafsu makan menjadi menurun semenjak sakit,
pasien juga mengatakan bahwa buang air besar
berwarna putih sejak 2 minggu yang lalu. Terakhir
pasien buang air besar tadi pagi berwarna putih
pucat. Frekuensi BAB 2 kali sehari, padat, nyeri
saat BAB (-), Darah atau kehitaman (-).
Buang air kecil normal, frekuensi 2-3 kali sehari,
nyeri saat BAK (-), kencing berpasir (-), warna
kencing kuning kecoklatan atau gelap sejak 2
minggu yang lalu.

RPT : Hipertensi, tidak terkontrol, dengan TD


tertinggi 160 mmHg.
RPO : Tidak jelas
KEAADAAN PRA BEDAH
Status Present
Sensorium : Compos mentis
KU/KP/KG : Sedang /sedang/ sedang
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Frekuensi nadi : 90 x/i
Frekuensi nafas : 24 x/i
Temperatur : 36.7
Anemis : (-)
Ikterik : (+)
Sianosis : (-)
Dipsnoe : (-)
Oedem : (-)
Status Lokalisata
a. Kepala
Mata : RC (+/+),pupil isokor,konjungtiva palpebra
inferior anemis(-/-) ikterik (+/+)
Hidung : Dalam batas normal
Telinga : Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal
b. Leher : Pembesaran KGB (-)

c. Thorax
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : SP = vesikuler
ST = (-)
d. Abdomen
Inspeksi : simetris
Palpasi : soepel, nyeri tekan (+) di regio
epigastric dan hipokondrium dextra, murphy sign
(+), distensi (-), defence muscular (-), nyeri tekan
mac burney (-), rovsing sign (-), psoas sign (-),
obturator sign (-), hepar/lien/ren tidak teraba
membesar.
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltic (+) N

e. Ekstremitas superior : Tidak terdapat kelainan


f. Ekstremitas inferior : Tidak terdapat kelainan
g. Genitalia eksterna : Tidak terdapat kelainan
Pemeriksaan Penunjang
• Darah rutin :Hb/Ht/L/Tr : 14,5/42,90/8660/
305.000
• KGD adr/Gula puasa/2 jam PP: 98 / 85 / 110
• Na/K/Cl : 139 / 4,10 / 114
• SGOT/SGPT : 53 / 71
• Bil.total/bil.direk/alk.phos: 0,99 / 0,58 / 193
• Kolesterol total/trigliserida/HDL/LDL : 233,34
/ 144,07 / 44,20 / 160,33
KEADAAN PRA BEDAH
(FOLLOW UP ANASTHESI)
B1 (Breath) B3 (Brain)
Airway :Clear Sensorium : CM
Frekuensi pernafasan :24 x/i RC : +/+
Suara pernafasan : Vesikuler Pupil : Isokor
Suara tambahan : (-) Reflek fisiologis :+
Riw asma/sesak/batuk/alergi: -/-/-/- Reflek patologis :-
Riw.kejang/muntah proyektil/ nyeri
kepala/ pandangan kabur :-/ -/ -/ -
B2 (Blood)
Akral : Hangat
Tekanan darah :150/90mmHg B4 (Bladder)
Frekuensi nadi : 90 x/i Urin :+
T/V : Cukup Volume : Cukup
Temperatur : 36.7oC Warna : Kuning gelap
Konj.palp.inf.pucat/hiperemis/ikterik Kateter :+
:-/-/+
• Albumin : 3,50
• Ureum/Creatinin : 17 / 1,11
• HST:PT/INR/APTT : 25 (26) / 1,2 /30,7
(33,3)
• Foto thorax : Tidak tampak kelainan
• EKG : Sinus rythme, 75 x/i,
Myocard Ishemic Lateral. Toleransi Operasi :
Moderate risk
B5 (Bowel)
Abdomen : soepel, nyeri tekan (+) di regio
epigastric dan hipokondrium dextra, murphy sign (+)
Peristaltic : (+) N
Mual/muntah : +/+
BAB/flatus : +/+
NGT :-

B6 (Bone)
Fraktur :-
Luka :-
Oedem :-
Diagnosis : Cholelitisis
Status fisik : ASA II dengan hipertensi
tidak terkontrol
Rencana tindakan : Cholesistectomy
Rencana anastesi : GA-ETT
Persiapan pasien
Pasien puasa sejak pukul 00.00
Pemasangan infus pada dorsum manus sinistra dengan cairan RL

Persiapan alat Obat – obat yang dipakai


• Stetoskop - Premedikasi :
• Tensimeter • Midazolam 4 mg
• Meja operasi dan perangkat • Fentanyl 150 mcg
operasi
• Laryngoscopy - Medikasi :
• ETT no 7,5 • Propofol 150 mg
• Suction • Atracurium 50 mg
• Ventilator
• Ambu bag - 30 menit sebelum operasi
• Infus set selesai
• Abocath no 18 G • Ketorolac 30 mg
• Spuit 3 cc, spuit 5 cc, spuit 10 • Metoclopramide 10 mg
cc
Urutan pelaksanaan anastesi
- Cairan pre operasi :RL 500 ml
- Prosedur anastesi :
• Pasien dibaringkan di meja operasi dalam posisi
supine
• Infuse RL terpasang di lengan kiri
• Pemasangan tensi meter di lengan kanan
• Pemasangan oksimetri di ibu jari kanan pasien
• Pemasangan elektroda→pengukuran frekuensi
nadi dan frekuensi nafas
Teknik anastesi :
Preoksigenasi O2 5-10 menit → Inj.Midazolam 4
mg → Inj.Fentanyl 150 mcg → induksi Propofol
150 mg → Sleep non apnoe → Inj. Atracurium
50 mg→ Sleep apnoe → Insersi ETT no 7,5 →
cuff(+) → SP kanan=kiri → Fiksasi
DURANTE OPERASI
1. Mempertahankan hemodinamik stabil dan
monitoring cairan infuse.
2. Memonitoring saturasi O2, tekanan
darah,nadi,dan nafas setiap 15 menit.
Jam TD Nadi RR SaO2
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (%)
09.00 160/110 89 14 99%
09.15 150/90 92 14 99%
09.30 140/90 104 14 98%
09.45 140/90 112 14 99%
10.00 130/80 98 14 99%
10.15 130/80 115 14 99%
10.30 130/70 94 14 98%
10.45 130/70 90 14 99%
3. Monitoring perdarahan
- Perdarahan
Kassa basah : 15 x 10 cc = 150 cc
Kassa ½ basah : 10 x 5 cc = 50 cc
Suction : 300 cc
Handuk :-
Total : 500 cc
- Infuse RL o/t regio dorsum manus sinistra
Pre operasi : 500 ml
Durante operasi : RL 1000 ml
-Urine output
Durante operasi : 100 cc
EBV : 75 x 70 = 5.250, 10% = 525,
20% = 1050, 30% = 1575
KETERANGAN TAMBAHAN
- Diagnosis pasca bedah : Post Cholesistectomy
a/i Cholelitiasis
- Lama anastesi :09.00 – 11.10
- Lama operasi :09.15 – 10.50
Instruksi Pasca Bedah :
• O2 1-2 L/i
• Bed rest, head up 300
• Injeksi Ketorolac 30 mg/ 8 jam
• Injeksi Metoclopramid 100 mg/8 jam
• Antibiotik dan terapi lain sesuai TS
• Pantau Vital sign per 15 menit selama 2 jam di RR
• Cek Hb post operasi, bila Hb < 7 lapor ke dokter jaga
• TD < 90 mmHg atau > 160 mmHg, HR <60x/i atau
HR>120 x/i, RR<10 x/i atau >32x/i, T < 35 C, atau T > 38
C, lapor dokter jaga
• Pantau urin output, bila <0,5 cc/kgBB/jam, lapor dokter
jaga
KESIMPULAN
Anestesi adalah suatu keadaan depresi dari
pusat-pusat saraf tertentu yang bersifat reversible,
dimana seluruh perasaan dan kesadaran
hilang.Anestesi terbagi atas tiga teknik, yaitu anestesi
umum, anestesi regional, dan anestesi lokal.Anestesi
umum atau general anestesi merupakan suatu
keadaan dimana hilangnya kesadaran disertai dengan
hilangnya perasaan sakit di seluruh tubuh akibat
pemberian obat-obatan anestesi dan bersifat
reversible.Anestesi umum dapat diberikan secara
intravena, inhalasi dan intramuscular. Anestesi yang
sempurna harus memenuhi 3 syarat (Trias Anestesi)
yaitu : Hipnotik (hilang kesadaran), Analgetik (hilang
perasaan sakit), Relaksan (relaksasi otot-otot).
Kolelitiasis adalah salah satu dari penyakit
gastrointestinal yang paling sering dijumpai di praktek
klinik.Penelitian dengan ultrasonografi menunjukkan
bahwa 60- 80% pasien batu empedu adalah
asimtomatik. Secara umum dapat dikatakan bahwa
pasien-pasien yang asimtomatik akan kambuh dan
memperlihatkan gejala-gejala pada sebanyak 1-2% per
tahun.
Manifestasi klinik dari batu empedu dapat
berupa nyeri episodik (kolik bilier), inflamasi akut
di kandung empedu (kolesistitis akut) atau saluran
empedu (kolangitis akut), komplikasi-komplikasi
akibat migrasi batu empedu ke dalam koledokus
seperti pancreatitis, obstruksi saluran empedu
yang dapat mengganggu fungsi hati yakni ikterus
obstruktif sampai sirosis bilier.Tidak semua batu
empedu memerlukan tindakan untuk
mengeluarkannya. Ada beberapa faktor yang
menentukan bagaimana penatalaksanaannya
antara lain lokasi batu tersebut, ukurannya dan
manifestasi kliniknya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Siahaan O. Dr. Prof. 2015. Anastesi Umum dan Anastesi Lokal. Medan : Fakultas
Kedokteran UMI / UNPRI ; Hal : 1-38.
2. Latief S, dkk. 2010. Petunjuk Praktis Anestesiologi, edisi II, cetakan kelima. Jakarta :
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ;
Hal : 29-90.
3. A. Nurman. "Penatalaksanaan Batu Empedu". www.docu-track.com. Jakarta.
4. Widiastuty Astri Sri. 2010. "Patogenesis Batu Empedu". FK Universitas
Muhammadiyah Palembang.
5. R. sjamsuhidayat, De jong Wim. 2004. "Saluran Empedu-Cholelitiasis". Jakarta. EGC.
6. Vinay Kumar, Ramzi S. Cotran, Stanley L. Robbins. 2007. "Buku Ajar Patologi Edisi 7 -
Kolelitiasis". Jakarta. EGC.
7. Sabiston David C. 1994. "Buku Ajar Bedah-Sistem Empedu". Jakarta. EGC.
8. I W. Gustawan. 2007. "Kolelitiasis Pada Anak". Denpasar. Majalah Kedokteran
Indonesia.
9. Sudoyo Aru W. 2009. "Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam-Penyakit Batu Empedu".
Jakarta. IntemaPublishing.

Anda mungkin juga menyukai