TIVA
(TOTAL INTRAVENOUS
ANESTHESIA)
PEMBIMBING :
D R . M F S U S A N T I , S P. A N
OLEH :
DW I R AHM A M U T I AR AN I ( 2 0 1 1 7 3 0 0 2 6 )
I. Propofol
Merupakan derivat fenol, digunakan untuk induksi dan
pemeliharaan dalam anastesia umum, pada pasien dewasa dan
pasien anak – anak usia lebih dari 3 tahun. Mengandung lecitin,
glycerol dan minyak soybean.
Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu
bersifat isotonik dengan kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg).
• Propofol memberikan efek sedatif hipnotik melalui interaksi
reseptor GABA.
• Mengakibatkan ketidaksadaran dalam 30 detik. Bersifat
hipnotik murni tanpa disertai efek analgetik ataupun relaksasi
otot.
• Dosis dan penggunaan:
a. Induksi : 2,0 sampai 2.5 mg/kgBB IV.
b. Sedasi : 25 to 75 µg/kgBB/min dengan IV infus
c. Dosis pemeliharaan pada anastesi umum : 100 - 150
µg/kgBB/min IV.
• Efek samping:
• Dapat menyebabkan nyeri selama pemberian pada 50% sampai 75%. Nyeri
ini bisa muncul akibat iritasi pembuluh darah vena.
• Gejala mual dan muntah juga sering sekali ditemui pada pasien setelah
operasi
• Pada beberapa kasus dapat menyebabkan kejang mioklonik
II. Tiopenton
Tiopental sekarang lebih dikenal dengan nama sodium Penthotal, Thiopenal, Thiopenton
Sodium atau Trapanal yang merupakan obat anestesi umum barbiturat short acting,
tiopentol dapat mencapai otak dengan cepat dan memiliki onset yang cepat (30-45
detik).
Barbiturat terutama bekerja pada reseptor GABA dimana barbiturat akan menyebabkan
hambatan pada reseptor GABA pada sistem saraf pusat, barbiturat menekan sistem
aktivasi retikuler, suatu jaringan polisinap komplek dari saraf dan pusat regulasi, yang
beberapa terletak dibatang otak yang mampu mengontrol beberapa fungsi vital termasuk
kesadaran.
• Metabolisme terjadi di hepar menjadi bentuk yang inaktif dan
sebagian besar akan diekskresikan melalui urine.
• Dosis yang biasanya diberikan berkisar antara 3-5 mg/kgBB.
• Efek samping yang dapat ditimbulkan seperti alergi, Iritasi vena
dan kerusakan jaringan akan menyebakan nyeri pada saat
pemberian melalui IV
III.Ketamin
• Ketamine (Ketalar or Ketaject) adalah golongan fenil sikloheksilamin, merupakan “rapid
acting non barbiturate general anesthesia”.
• Ketamin lebih larut dalam lemak sehingga dengan cepat akan didistribusikan ke seluruh
organ. Efek muncul dalam 30 – 60 detik setelah pemberian secara I.V dengan dosis
induksi, dan akan kembali sadar setelah 15 – 20 menit. Jika diberikan secara IM maka
efek baru akan muncul setelah 15 menit.
• Ketamin mengalami biotransformasi oleh enzim mikrosomal hati menjadi beberapa
metabolit yang masih aktif. Produk akhir dari biotransformasi ketamin diekskresikan
melalui ginjal.
• Ketamin bersifat larut air sehingga dapat diberikan secara IV atau IM. Dosis
induksi adalah 1 – 2 mg/KgBB secara IV atau 5 – 10 mg/KgBB IM.
• Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering menimbulkan
takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anasthesi dapat
menimbulkan muntah – muntah, pandangan kabur dan mimpi buruk. juga sering
menyebabkan terjadinya disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi dan mimpi
gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut dengan emergence
phenomena.
IV.Opioid
Opioid telah digunakan dalam penatalaksanaan nyeri selama ratusan tahun.
Opium mengandung lebih dari 20 alkaloid opioids. Morphine, meperidine,
fentanyl, sufentanil, alfentanil, and remifentanil merupakan golongan opioid yang
sering digunakan dalam general anestesi. efek utamanya adalah analgetik.
Opioid berikatan pada reseptor spesifik yang terletak pada system saraf pusat
dan jaringan lain. Empat tipe mayor reseptor opioid yaitu, μ,Ќ,δ,σ. Walaupun
opioid menimbulkan sedikit efek sedasi, opioid lebih efektif sebagai analgesia.
• Metabolisme sangat tergantung pada biotransformasinya di hepar, aliran darah
hepar. Eliminasi terutama oleh metabolisme hati, kurang lebih 10% melewati
bilier, 5 – 10% opioid diekskresikan lewat urine.
• Premedikasi petidin diberikan IM dengan dosis 1 mg/kgBB atau intravena 0,5
mg/KgBB.
• Sedangakan morfin sepersepuluh dari petidin dan fentanil seperseratus dari
petidin.
V. Benzodiazepin
• Golongan benzodiazepine yang sering digunakan oleh anestesiologi adalah
Diazepam (valium), Lorazepam (Ativan) dan Midazolam (Versed).
PemberianObat IV
Effect-site
MetabolismeatauElimi
compartment
nasi
V1 + V2 + V3 = volume of distribution at steady state
KONSEP DASAR FARMAKOKINETIK
TCI
• Terdapat 2 sasaran target yang bisa diperkirakan :
– Target konsentrasi/plasma
– Menghitung time to peak effect (TTPE) keterlambatan waktu antara injeksi bolus suatu
obat dengan efek puncak obat tersebut secara klinis
PERBEDAAN MODEL TCI
Berdasarkan :
• Jenis kelamin,
Berdasarkan : • Berat badan & tinggi badan untuk
Penentuan dosis obat
Berat Badan total mengukur Lean Body Mass (LBM)
• Umur
MONITORING KEDALAMAN ANESTESI
• TCI hanya memperkirakan kadar/konsentrasi obat di dalam plasma atau di target
effect
• Menghindari pasien dari awareness pada saat proses pembedahan berlangsung
MONITORING KEDALAMAN ANESTESI
• Menggunakan metode subyektif
memantau respon sistem saraf otonom
dari pasien, sering disebut Patient
Response to Surgical Stimulus (PRST)
MONITORING KEDALAMAN ANESTESI
• Menggunakan metode obyektif
analisis bispectral (BIS) dianggap lebih
akurat
DAFTAR PUSTAKA
1. Mangku and Senapathi. 2010. Buku Ajar Ilmu Anestesi dan Reanimasi.
Jakarta: PT. Indeks.
38