Anda di halaman 1dari 38

REFERAT

TIVA
(TOTAL INTRAVENOUS
ANESTHESIA)
PEMBIMBING :
D R . M F S U S A N T I , S P. A N

OLEH :
DW I R AHM A M U T I AR AN I ( 2 0 1 1 7 3 0 0 2 6 )

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI


RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
PENDAHULUAN
Anestesi (pembiusan) berasal dari bahasa Yunani. An-“tidak,
tanpa” dan aesthesos, “persepsi, kemampuan untuk merasa”.
Anestesi berarti hilangnya sensasi rasa nyeri (rasa sakit) yang
disertai maupun yang tidak disertai hilang kesadaran.
Anestesi dibagi menjadi :
1. Anestesi umum
2. Anestesi regional
Teknik anestesi umum :
– Inhalasi dengan respirasi spontan
• Sungkup wajah
• Intubasi endotrakeal
• Laryngeal mask airway (LMA)
– Inhalasi dengan respirasi kendali
• Intubasi endotrakeal
• Laryngeal mask airway
– Anestesi intravena total (TIVA)
• Tanpa intubasi endotrakeal
• Dengan intubasi endotrakeal
TOTAL INTRAVENA ANESTESI (TIVA)

TIVA adalah teknik anestesi umum dengan hanya menggunakan obat-


obat anestesi yang dimasukkan lewat jalur intravena. Dari pembuluh
darah, obat akan didistribusikan menuju organ target dan disekresikan
sesuai organnya masing-masing.
Kelebihan TIVA:
1. Kombinasi obat-obat intravena secara terpisah dapat di titrasi
dalam dosis yang lebih akurat sesuai yang dibutuhkan.
2. Tidak menganggu jalan nafas dan pernafasan pasien terutama pada
operasi sekitar jalan nafas atau paru-paru.
3. Anestesi yang mudah dan tidak memerlukan alat-alat atau mesin
yang khusus.
Tujuan pemberian anestesi intravena adalah untuk :
1. Induksi anestesia sebagai obat tunggal
2. Induksi dan pemeliharaan anestesia pada tindak bedah singkat
3. Tambahan untuk obat inhalasi yang kurang kuat
4. Menambah efek hipnosis pada anestesia atau analgesia lokal
5. Menimbulkan sedasi pada tindak medik
Anestesia intravena yang ideal adalah:
1. Cepat menghasilkan hipnosis
2. Mempunyai efek analgesia
3. Menimbulkan amnesia pasca anestesia
4. Dampak buruknya mudah dihilangkan oleh antagonisnya
5. Cepat dieliminasi oleh tubuh
6. Tidak atau sedikit mendepresi fungsi respirasi
7. Pengaruh farmakokinetiknya tidak bergantung pada disfungsi
organ.
Untuk mencapai kondisi ideal tersebut, maka umumnya dilakukan
kombinasi beberapa obat atau digunakan cara anestesia lain.
SEDATIF DALAM ANESTESI

Sedasi dapat didefinisikan sebagai penggunaan agen-agen


farmakologik untuk menghasilkan depresi tingkat kesadaran
secara cukup sehingga menimbulkan rasa mengantuk dan
menghilangkan kecemasan tanpa kehilangan komunikasi verbal.

The American Society of Anesthesiologists menggunakan definisi


berikut untuk sedasi :
• Sedasi minimal adalah suatu keadaan dimana selama terinduksi
obat, pasien berespon normal terhadap perintah verbal.
Walaupun fungsi kognitif dan koordinasi terganggu, tetapi
fungsi kardiovaskuler dan ventilasi tidak dipengaruhi.
• Sedasi sedang (sedasi sadar) adalah suatu keadaan depresi
kesadaran setelah terinduksi obat di mana pasien dapat
berespon terhadap perintah verbal secara spontan atau setelah
diikuti oleh rangsangan taktil cahaya. Tidak diperlukan
intervensi untuk menjaga jalan napas paten dan ventilasi
spontan masih adekuat. Fungsi kardiovaskuler biasanya dijaga.
• Sedasi dalam adalah suatu keadaan di mana selama terjadi
depresi kesadaran setelah terinduksi obat, pasien sulit
dibangunkan tapi akan berespon terhadap rangsangan berulang
atau rangsangan sakit. Kemampuan untuk mempertahankan
fungsi ventilasi dapat terganggu dan pasien dapat memerlukan
bantuan untuk menjaga jalan napas paten. Fungsi
kardiovaskuler biasanya dijaga.
Indikasi Penggunaan Obat-Obat Sedatif
1. Premedikasi
2. Sedo-analgesia
3. Prosedur radiologik
4. Endoskopi
5. Terapi intensif
JENIS-JENIS ANESTESI INTRAVENA

I. Propofol
Merupakan derivat fenol, digunakan untuk induksi dan
pemeliharaan dalam anastesia umum, pada pasien dewasa dan
pasien anak – anak usia lebih dari 3 tahun. Mengandung lecitin,
glycerol dan minyak soybean.

Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu
bersifat isotonik dengan kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg).
• Propofol memberikan efek sedatif hipnotik melalui interaksi
reseptor GABA.
• Mengakibatkan ketidaksadaran dalam 30 detik. Bersifat
hipnotik murni tanpa disertai efek analgetik ataupun relaksasi
otot.
• Dosis dan penggunaan:
a. Induksi : 2,0 sampai 2.5 mg/kgBB IV.
b. Sedasi : 25 to 75 µg/kgBB/min dengan IV infus
c. Dosis pemeliharaan pada anastesi umum : 100 - 150
µg/kgBB/min IV.
• Efek samping:
• Dapat menyebabkan nyeri selama pemberian pada 50% sampai 75%. Nyeri
ini bisa muncul akibat iritasi pembuluh darah vena.
• Gejala mual dan muntah juga sering sekali ditemui pada pasien setelah
operasi
• Pada beberapa kasus dapat menyebabkan kejang mioklonik
II. Tiopenton
Tiopental sekarang lebih dikenal dengan nama sodium Penthotal, Thiopenal, Thiopenton
Sodium atau Trapanal yang merupakan obat anestesi umum barbiturat short acting,
tiopentol dapat mencapai otak dengan cepat dan memiliki onset yang cepat (30-45
detik).
Barbiturat terutama bekerja pada reseptor GABA dimana barbiturat akan menyebabkan
hambatan pada reseptor GABA pada sistem saraf pusat, barbiturat menekan sistem
aktivasi retikuler, suatu jaringan polisinap komplek dari saraf dan pusat regulasi, yang
beberapa terletak dibatang otak yang mampu mengontrol beberapa fungsi vital termasuk
kesadaran.
• Metabolisme terjadi di hepar menjadi bentuk yang inaktif dan
sebagian besar akan diekskresikan melalui urine.
• Dosis yang biasanya diberikan berkisar antara 3-5 mg/kgBB.
• Efek samping yang dapat ditimbulkan seperti alergi, Iritasi vena
dan kerusakan jaringan akan menyebakan nyeri pada saat
pemberian melalui IV
III.Ketamin
• Ketamine (Ketalar or Ketaject) adalah golongan fenil sikloheksilamin, merupakan “rapid
acting non barbiturate general anesthesia”.
• Ketamin lebih larut dalam lemak sehingga dengan cepat akan didistribusikan ke seluruh
organ. Efek muncul dalam 30 – 60 detik setelah pemberian secara I.V dengan dosis
induksi, dan akan kembali sadar setelah 15 – 20 menit. Jika diberikan secara IM maka
efek baru akan muncul setelah 15 menit.
• Ketamin mengalami biotransformasi oleh enzim mikrosomal hati menjadi beberapa
metabolit yang masih aktif. Produk akhir dari biotransformasi ketamin diekskresikan
melalui ginjal.
• Ketamin bersifat larut air sehingga dapat diberikan secara IV atau IM. Dosis
induksi adalah 1 – 2 mg/KgBB secara IV atau 5 – 10 mg/KgBB IM.
• Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering menimbulkan
takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anasthesi dapat
menimbulkan muntah – muntah, pandangan kabur dan mimpi buruk. juga sering
menyebabkan terjadinya disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi dan mimpi
gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut dengan emergence
phenomena.
IV.Opioid
Opioid telah digunakan dalam penatalaksanaan nyeri selama ratusan tahun.
Opium mengandung lebih dari 20 alkaloid opioids. Morphine, meperidine,
fentanyl, sufentanil, alfentanil, and remifentanil merupakan golongan opioid yang
sering digunakan dalam general anestesi. efek utamanya adalah analgetik.
Opioid berikatan pada reseptor spesifik yang terletak pada system saraf pusat
dan jaringan lain. Empat tipe mayor reseptor opioid yaitu, μ,Ќ,δ,σ. Walaupun
opioid menimbulkan sedikit efek sedasi, opioid lebih efektif sebagai analgesia.
• Metabolisme sangat tergantung pada biotransformasinya di hepar, aliran darah
hepar. Eliminasi terutama oleh metabolisme hati, kurang lebih 10% melewati
bilier, 5 – 10% opioid diekskresikan lewat urine.
• Premedikasi petidin diberikan IM dengan dosis 1 mg/kgBB atau intravena 0,5
mg/KgBB.
• Sedangakan morfin sepersepuluh dari petidin dan fentanil seperseratus dari
petidin.
V. Benzodiazepin
• Golongan benzodiazepine yang sering digunakan oleh anestesiologi adalah
Diazepam (valium), Lorazepam (Ativan) dan Midazolam (Versed).

• Golongan benzodiazepine bekerja sebagai hipnotik, sedatif, anxiolitik, amnestik,


antikonvulsan, pelumpuh otot yang bekerja di sentral.
• Dosis midazolam bervariasi tergantung dari pasien itu sendiri.
- Untuk preoperatif digunakan 0,5 – 2,5 mg/kgBB
- Untuk keperluan endoskopi digunakan dosis 3 – 5 mg
- Sedasi pada analgesia regional, diberikan intravena.
- Menghilangkan halusinasi pada pemberian ketamin.
• Midazolam dapat menyebabkan depresi pernafasan.
VI. Etomidat
Etomidat (Amidat) merupakan obat induksi intravena yang bekerja cepat dengan
efek gangguan hemodinamik yang minimal beserta efek depresi pernafasan yang
sedikit. Etomidat bersifat tidak stabil dan tidak larut dalam air maka dengan itu
etomidat biasanya tersedia 2 mg/ml dalam propylene glycol (35% dalam vol)
dengan pH 6,9.
Metabolisme di dalam hepar, diekskresi melalui urin sebanyak 85% dan sisa15%
diekskresikan melalui empedu.
• Bersifat hipnotik dengan dosis 0,2-0,3 mg/kgIV dengan onset 5-
15 menit.
• Dosis Induksi 0.2 - 0.4 mg/kgBB IV
• Rektal induksi (peds) 6.5 mg/kgBB → hipnotik dalam 4 menit
(hemodinamik stabil, recovery cepat)
• Efek samping menyebabkan nyeri pada injeksi.
VII. Pelumpuh Otot (Muscle Relaxant)
• Relaksan otot adalah obat yang mengurangi ketegangan otot dengan bekerja pada saraf
yang menuju otot.
• Berdasarkan perbedaan mekanisme kerja dan durasi kerjanya obat-obat pelumpuh
otot dapat dibagi menjadi obat pelumpuh otot depolarisasi (meniru aksi asetilkolin)
dan obat pelumpuh otot nondepolarisasi (mengganggu kerja asetilkolin).
• Obat pelumpuh otot nondepolarisasi dibagi menjadi 3 grup lagi yaitu obat kerja lama
sedang dan singkat.
TARGET CONTROLLED
INFUSION (TCI)
DEFINISI TCI
• Adalah pengembangan dari teknik TIVA : pemberian
obat intravena dipandu oleh program komputer untuk
memberi infus kontinyu hingga mencapai taget
konsentrasi obat yang telah ditentukan pada plasma
Target atau target organ pengguna
Controlled • TCI membantu pengguna memperkirakan (bukan
Infusion (TCI) mengukur) kadar atau konsentrasi propofol dalam
plasma atau efek target
• Tujuan : Mencapai level efek klinik dan terapetik
dengan cepat dan tepat secepat mungkin dan
konsentrasi terus dipertahankan
PERKEMBANGAN TCI
TCI generasi ke- I :
Diprifusor

TCI generasi ke-II :


Open TCI

TCI generasi ke-III :


Sebagai TCI, pompa syringe, PCA
INDIKASI
Dapat diterapkan pada semua prosedur
pembedahan yang perlu anestesia umum :

Target • Pembedahan rawat jalan,


Controlled • Pasien dengan riwayat hipertemia maligna,
Infusion (TCI) • Bedah saraf
• prosedur anestesia di luar kamar operasi (MRI,
CT-scan) &
• Pasien yg mempunyai risiko tinggi PONV postop
KONSEP DASAR FARMAKOKINETIK
TCI

PemberianObat IV

Kompartemen Kompartemen Kompartemen


keseimbangan Cepat sentral Keseimbangan lambat
V2 V1 V3
distribusicepat, Distribusiawal, Distribusilambat,
kayapembdarah tempatsuntik miskinpembdarah

Effect-site
MetabolismeatauElimi
compartment
nasi
V1 + V2 + V3 = volume of distribution at steady state
KONSEP DASAR FARMAKOKINETIK
TCI
• Terdapat 2 sasaran target yang bisa diperkirakan :
– Target konsentrasi/plasma

– Target site/effect site

• Efek obat dapat dilihat dengan :


– Alat bantu EEG, BIS, audiotory Evoked Potential (AEP), somato sensory evoked potential
(SSEP)

– Menghitung time to peak effect (TTPE)  keterlambatan waktu antara injeksi bolus suatu
obat dengan efek puncak obat tersebut secara klinis
PERBEDAAN MODEL TCI

Komponen Model Marsh Model Schnider

Berdasarkan :
• Jenis kelamin,
Berdasarkan : • Berat badan & tinggi badan untuk
Penentuan dosis obat
Berat Badan total mengukur Lean Body Mass (LBM)
• Umur
MONITORING KEDALAMAN ANESTESI
• TCI hanya memperkirakan kadar/konsentrasi obat di dalam plasma atau di target
effect
• Menghindari pasien dari awareness pada saat proses pembedahan berlangsung
MONITORING KEDALAMAN ANESTESI
• Menggunakan metode subyektif 
memantau respon sistem saraf otonom
dari pasien, sering disebut Patient
Response to Surgical Stimulus (PRST)
MONITORING KEDALAMAN ANESTESI
• Menggunakan metode obyektif 
analisis bispectral (BIS) dianggap lebih
akurat
DAFTAR PUSTAKA

1. Mangku and Senapathi. 2010. Buku Ajar Ilmu Anestesi dan Reanimasi.
Jakarta: PT. Indeks.

2. Setiawati A and Gan S. 2007. Farmakologi dan Terapi, edisi 5. Jakarta:


Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran-
Universitas Indonesia.

3. Baldwin, et al. 2013. Benzodiazepines: Risks and benefits. A


reconsideration. Journal of Psychopharmacology. 27 (11) 967-971.

4. McKenzi, Gen. 2008. Total Intravenous Anesthesia (TIVA). I Ranian


Journal of Veterinary Surgery (IVJS).
TERIMA KASIH

38

Anda mungkin juga menyukai