Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Embriologi Sistem Lakrimal

2.1.1 Sistem Sekresi


Glandula lakrimal berkembang dari ektoderm di anterior supero-lateral
orbita. Glandula lakrimal memiliki ukuran yang kecil dan tidak berfungsi
sempurna sampai 6 minggu setelah kelahiran. Hal ini menjelaskan alasan bahwa
pada saat menangis, bayi yang baru lahir tidak mengeluarkan air mata.
2.1.2 Sistem Ekskresi
Pada akhir minggu kelima kehamilan akan terbentuk sistem ekskresi
lakrimal yang terdiri atas duktus nasolakrimal, sakus lakrimal, kanalikuli lakrimal,
dan meatus inferior yang berasal dari ektoderm. Pada saat lahir, proses tersebut
sudah terbentuk sempurna. Kegagalan dalam kanalisasi dapat mengakibatkan
obstruksi duktus nasolakrimal kongenital.
2.2

Anatomi Sistem Lakrimal

2.2.1 Sistem Sekresi


Aparatus sekretorius lakrimalis terdiri dari kelenjar lakrimal utama, kelenjar
lakrimal assesoris (kelenjar Krausse dan Wolfring), glandula sebasea palpebra
(kelenjar Meibom), dan sel-sel goblet dari konjungtiva (musin). Sistem sekresi
terdiri dari sekresi basal dan refleks sekresi. Sekresi basal adalah sekresi air mata
tanpa ada stimulus dari luar sedangkan refleks sekresi terjadi hanya bila ada
rangsangan eksternal. Refleks pengeluaran air mata ini dikendalikan oleh nervus
trigeminus untuk sensorik (aferen). Bagian eferen lebih komplit. Serat
parasimpatetik berasal dari nukleus salivatorius superior yang berasal dari pons,
keluar dari batang otak melalui nervus fasialis. Serat lakrimalis ini kemudian
meninggalkan N.VII ini sebagai nervus petrosal superfisial yang lebih besar dan
keluar ke ganglion sphenopalatina. Dari sana, semua yang diatas masuk ke
glandula lakrimal melalui cabang superior dari nervus zygomaticus melalui

anastomose diantara nervus zygomaticotemporal dan nervus lakrimalis. Namun


bagaimana karakteristik kerja dari sistem nervus simpatetik untuk penghasilan air
mata masih belum diketahui.

2.2.2 Sistem Ekskresi


Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan sesuai dengan kecepatan
penguapannya sehingga hanya sedikit yang sampai ke sistem ekskresi. Dari
punkta, ekskresi air mata akan masuk ke kanalikulus kemudian bermuara di sakus
lakrimalis melalui ampula. Pada 90% orang, kanalikulus superior dan inferior
akan bergabung menjadi kanalikulus komunis sebeum ditampung dalam sakus
lakrimalis. Di kanalikulus, terdapat katup Rosenmuller yang berfungsi untuk
mencegah aliran balik air mata. Setelah ditampung di sakus lakrimalis, air mata
akan diekskresikan melalui duktus nasolakrimalis sepanjang 12-18 mm ke bagian
akhir di meatus inferior. Disini juga terdapat katup Hasner untuk mencegah aliran
balik (Gambar 1).

Gambar 1. Anatomi Sistem Lakrimal

2.3

Fisiologi Sistem Lakrimal


Banyak teori yang menjelaskan mengenai mekanisme pompa air mata, salah

satunya adalah Rosengren-Doane. Dalam teori tersebut, kontraksi dari otot


orbikularis memberikan tekanan negatif sehingga air mata dari pungtum lakrimal
kemudian kanalikuli lakrimal mengalir ke sakus lakrimal. Pada saat kelopak mata
membuka, maka akan terjadi tekanan positif pada sakus lakrimal yang
mengalirkan air mata mengalir ke duktus nasolakrimal dan pada akhirnya ke
meatus inferior.

Gambar 2. Mekanisme Pompa Air Mata


2.4

Definisi
Obstruksi duktus nasolakrimal adalah sumbatan pada duktus nasolakrimal.

Sesuai dengan anatomi, duktus nasolakrimal menghubungkan sakus lakrimal


dengan meatus inferior. Apabila terjadi sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka
air mata akan mengalir ke margo palpebra berlebihan atau disebut dengan epifora.
2.5

Etiologi

Obstruksi duktus nasolakrimal dibagi menjadi dua, yaitu obstruksi duktus


nasolakrimal kongenital dan obstruksi duktus nasolakrimal didapat. Obstruksi
duktus nasolakrimal kongenital paling sering disebabkan oleh penyumbatan
membran pada katup Hasner yang menutupi ujung dari duktus nasolakrimal, yaitu
sekitar 50%. Sebagian besar, penyumbatan tersebut akan membuka secara spontan
pada usia 4-6 minggu setelah lahir. Sekitar 2-6% akan menimbulkan manifestasi
klinis obstruksi duktus nasolakrimal pada usia 3-4 minggu. Pada 1/3 bayi
obstruksi tersebut terjadi pada kedua mata. Beberapa etiologi obstruksi duktus
nasolakrimal didapat, yaitu dakriostenosis, dakriolit, gangguan sinus, trauma,
penyakit inflamasi, lacrimal plug, radioactive iodine, dan neoplasma.
Dakriostenosis merupakan penyebab obustruksi nasolakrimal paling banyak
pada orang tua, dengan angka kejadian pada perempuan dua kali lebih banyak
daripada laki-laki. Proses terjadinya stenosis tidak diketahui dengan pasti, namun
suatu penelitian menyebutkan bahwa kompresi lumen duktus nasolakrimal
disebabkan oleh infiltrat inflamasi dan edema. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh infeksi yang tidak teridentifikasi atau penyakit autoimun.
Dakrioloit adalah kapur pengendapan di dalam kantung lakrimal akibat
gangguan keseimbangan air mata atau peradangan sakus lakrimal yang biasanya
disebabkan oleh jamur. Komponen dakriolit berupa sel epitel, lipid, dan debris,
dapat juga disertai oleh kalsium. Selain dapat menyebabkan obstruksi, dakriolit
akut dapat menimbulkan gejala nyeri.
Ostium sinus maksilaris yang membesar ke arah anterior dapat
menyebabkan obstruksi pada duktus nasolakrimal. Pada fraktur naso-orbita yang
tidak ditatalaksana dengan cepat dapat menyebabkan obstruksi duktus
nasolakrimal. Penyakit granulomatosa seperti sarkoidosis juga dapa menyebabkan
obstruksi duktus nasolakrimal. Lacrimal plug dapat bermigrasi duktus
nasolakrimal sehingga dapat menyebabkan obstruksi. Terapi radioactive iodine,
seperti pada pengobatan kanker tiroid dapat menyebabkan menutupnya aparatus
lakrimal, sehingga dapat terjadi obstruksi.
2.6

Manifestasi Klinis

2.7

Diagnosis

2.8

Tatalaksana

2.9

Komplikasi

2.10 Prognosis

Anda mungkin juga menyukai