0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan8 halaman
Hubungan antara Hukum Tata Negara (HTN) dan Hukum Administrasi Negara (HAN) sangat erat, karena kedua bidang hukum saling mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan. HTN mempelajari struktur dan kekuasaan lembaga negara sesuai konstitusi, sedangkan HAN mempelajari perbuatan hukum yang dilakukan aparat negara dalam menjalankan tugasnya. Kedua bidang hukum saling melengkapi untuk mema
Hubungan antara Hukum Tata Negara (HTN) dan Hukum Administrasi Negara (HAN) sangat erat, karena kedua bidang hukum saling mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan. HTN mempelajari struktur dan kekuasaan lembaga negara sesuai konstitusi, sedangkan HAN mempelajari perbuatan hukum yang dilakukan aparat negara dalam menjalankan tugasnya. Kedua bidang hukum saling melengkapi untuk mema
Hubungan antara Hukum Tata Negara (HTN) dan Hukum Administrasi Negara (HAN) sangat erat, karena kedua bidang hukum saling mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan. HTN mempelajari struktur dan kekuasaan lembaga negara sesuai konstitusi, sedangkan HAN mempelajari perbuatan hukum yang dilakukan aparat negara dalam menjalankan tugasnya. Kedua bidang hukum saling melengkapi untuk mema
• Menurut J.B.J.M ten Berge HAN “sebagai perpanjangan
hukum tata negara” atau “sebagai hukum sekunder yang berkenaan dengan keaneka ragaman lebih mendalam dari tatanan hukum public sebagai akibat pelaksanaan tugas oleh penguasa”. • Bahsan Mustafa : HTN dan HAN itu merupakan dua jenis hukum yang dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan yang satu dari yang lainnya. • W.F. Prins : tidak mungkin untuk menarik garis batas yang tegas antara kedua jenis hukum ini, karena kedua bidang hukum ini memiliki keterkaitan yang erat. • Kranenburg : karena kedua bidang hukum ini memiliki keterkaitan yang erat, “kita tidak mungkin mempelajari Hukum Administrasi, tanpa didahului (dengan pelajaran) Hukum Tata Negara. • F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek : “keseluruhan peraturan tertulis dan tidak tertulis dalam suatu negara disebut hukum konstitusi (konstitusi = hukum tata negara dalam arti sempit). HTN dalam arti sempit dan bersama-sama dengan HAN dinamakan HTN (dalam arti luas). • Selanjutnya dikatakan bahwa, membedakan antara HTN (dalam arti sempit) dengan HAN tidak menimbulkan akibat- akibat hukum tertentu. Kedua bagian hukum (HTN dan HAN) saling berhubungan erat. Hukum tata negara (dalam arti sempit) tanpa bantuan HAN tidak dapat dipahami, begitu pula sebaliknya. Selain pendapat mengenai hubungan antara HTN dan HAN, ada sarjana lain yang membedakan antara HTN dan HAN, antara lain:
• C.J.N. Versteden: mengutip pendapat Oppenheim, yang
menggunakan perumpamaan mengenai negara dalam keadaan diam dan negara dalam kedaan bergerak. HTN mengkaji negara dalam keadaan diam (staat in rust). HTN dibentuk melalui peraturan hukum di mana organ-organ itu dibentuk dan diberi kewenangan. HAN berkenaan dengan negara dalam keadaan bergerak (staat in beweging). HAN memuat peraturan hukum yang mengikat organ-organ dan kapan organ-organ ini menggunakan wewenangnya. • H.J. Romeijn : menggunakan istilah yang berasal dari ilmu teknik, HTN itu statis, sedangkan HAN itu dinamis.
• Logemann : HTN mempelajari tentang Jabatan-jabatan apa yang ada di dalam susunan suatu negara; Untuk mengetahui jabatan-jabatan apa yang terdapat di dalam susunan suatu Negara, tentunya kita melihat konstitusi yang berlaku di Negara yang bersangkutan. Bagi Negara Indonesia dapat dilihat pada UUD’45, yaitu MPR, Presiden, DPR, MA (MK), BPK, Komisi Yudisial, dan DPD; serta jabatan-jabatan lain yang ditetapkan dengan UU seperti Kejaksaan, Kepolisian, KPK, BNN, dan lain-lain. – Siapakah yang mengadakan jabatan-jabatan itu; • Untuk menjawab persoalan ini tentunya kita harus meruntun proses pembentukan Konstitusi. Jabatan-jabatan yang ada pada UUD’45 adalah perumus UUD’45, dalam hal ini PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia); sedangkan UUD’45 perubahan IV perumusnya adalah MPR. Jabatan-jabatan lain di luar UUD’45 ditetapkan dengan UU, artinya melibatkan badan legislative dan presiden.
– Dengan cara bagaimana jabatan-jabatan itu ditempati
oleh pejabat; • Untuk menjawab persoalan ini, tentunya kita harus mempelajari UU pelaksanaan dari UUD’45, seperti UU Pemilu, Pilpres, dan lain-lain. Keanggotaan DPR diisi oleh partai politik melalui pemilihan umum (pileg), presiden dipilih melalui pemilihan presiden, hakim Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, anggota BPK, dipilih melalui fit and proper test di DPR. – fungsi jabatan-jabatan itu; • Mengenai hal ini tertuang di dalam konstitusi/UUD dan Undang-undang yang mengatur pembentukan jabatan- jabatan.
– kekuasaan hukum jabatan-jabatan itu;
• Mengenai hal ini tertuang di dalam konstitusi/UUD dan Undang-undang yang mengatur pembentukan jabatan- jabatan. Di Indonesia kekuasaan hukum MPR adalah mengubah dan menetapkan UUD, melantik presiden dan/atau wakil presiden, memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya menurut undang-undang. Kekuasaan DPR membentuk UU bersama-sama presiden. – hubungan antara masing-masing jabatan itu; • Mengenai hal ini tertuang di dalam konstitusi/UUD dan Undang-undang yang mengatur pembentukan jabatan- jabatan. Seperti di Indonesia sesuai dengan UUD 1945, terdapat hubungan antara DPR dengan presiden, di mana presiden mengesahkan UU yang telah disetujui DPR; hubungan BPK dengan DPR, di mana hasil pemeriksaan keuangan Negara diserahkan kepada DPR, dan lain-lain.
– dalam batas-batas manakah organisasi kenegaraan
dalam melakukan tugasnya. • Mengenai hal ini tertuang di dalam konstitusi/UUD dan Undang-undang yang mengatur pembentukan jabatan- jabatan. Sedangkan Hukum Administrasi Negara mempelajari sifat, bentuk, dan akibat perbuatan hukum istimewa seluruhnya yang dilakukan para pejabat dalam menjalankan tugas mereka.
Kranenburg dan Vegting : HTN berkenaan dengan struktur
umum dari negara, undang-undang dasar dan undang-undang organic, undang-undang propinsi, undang-undang kota praja dan undang-undang perairan; sedangkan hukum tata pemerintahan mempelajari undang- undang khusus, yang mengatur susunan dan wewenang yang khusus dari organ-organ jawatan umum, hukum kepegawaian termasuk di dalamnya hukum pension pegawai, undang- undang milisi, peraturan yang mengatur pengajaran beserta bagian-bagiannya, undang-undang sosial, UU perumahan, UU perburuhan, dsb.