Anda di halaman 1dari 22

BAHAN UTS SEMUA KELOMPOK

 Ruang Lingkup HTN : Hubungan HTN dengan ilmu lainnya


 Didalam Ilmu Negara Hubungan dengan Ilmu lainnya ialah HTN
 Berkatian dengan Ruang Lingkup HTN, Beserta Objeknya
 Ada 2 pakar , J.H.A Logemann dan Prof Usep Ranawijaya, S.H

Ruang lingkup HTN akan berkaitan dengan HTN itu/ berkaitan dengan materi termasuk/
dipelajari HTN.
HTN : - Arti luas
- Arti sempit

Obyek HTN berkaitan dengan sasaran yang dipelajari oleh HTN, Ruang lingkup tadi
akan tampak perbedaaan, dengan ilmu-ilmu lain yang obyek penyelidikannya negara. Masing-
masing ilmu mempunyai kavling-kavling tersebut. Ruang lingkup HTN dibatasi oleh kavling-
kavling, yakni tentang ruang lingkup HTN tersebut.

Ruang lingkup HTN (Menurut J.H.A. Logemann):


a. Susunan dari jabatan-jabatan.
b. Penunjukan mengenai pejabat-pejabat (penunjukan disini bisa diartikan luas, semisal
pengisian, pemilihan dalam pemilihan jabatan).
c. Tugas dan kewajiban yang melekat pada jabatan itu.
d. Kekuasaan dan wewenang yang melekat pada jabatan.
e. Batas wewenang dan tugas dari jabatan terhadap daerah dan orang-orang yang
dikuasainya.
(Wewenang jika tidak dibatasi atau bertindak melebihi/di luar wewenang dapat
menyebabkan kesewenang-wenangan)
f. Hubungan antara jabatan, misalnya: Hubungan Eksekutif dan Legislatif, Hubungan
antara Presiden sebagai kepala eksekutif dan kepala negara.
g. Penggantian jabatan, suatu jabatan ada masanya, jika sudah pada batas masanya ia akan
diganti, baik itu digantinya dipilih ataupun ditunjuk, dll.
h. Hubungan antar jabatan dan penjabat.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ruang lingkup HTN (Menurut Prof. Usep Ranawijaya, S.H):


I. Struktur umum dari organisasi negara, struktur yang dipelajari HTN dalam arti umum,
tidak mempelajari hal-hal detail/rinci.
II. Badan-badan ketatanegaraan yang mempunyai kedudukan didalam organisasi besar
sebagai bagian yang menentukan arah negara yang memimpin penyelenggaraan usaha
negara, yang memegang dan menjalankan kebijaksanaan umum dari Negara.
(mempelajari badan-badan ketatanegaraan, baik badan eksekutif, legislatif, ataupun
yudikatif)
III. Pengaturan kehidupan politik rakyat.
IV. Sejarah perkembangan ketatanegaraan.

I. Struktur umum dari organisasi Negara


Selain struktur dan organisasi, HTN pun mempelajari struktur umum dari organisasi
negara.
1. Bentuk Negara (kesatuan dan federasi).
- Indonesia menganut bentuk Negara kesatuan sesuai dengan Pasal 1 Ayat (1) UUD
1945.

2. Bentuk Pemerintahan (kerajaan atau republik)


- Indonesia menganut bentuk pemerintahan republik sesuai dengan Pasal 1 Ayat 1
UUD 1945.
3. Sistem pemerintahan (presidensil, parlementer, campuran antara presidensil dengan
parlementer, monarki konstitusional, dll).
4. Corak pemerintahan (kediktatoran proletar, kediktatoran fascis/ nasionalis sosialis,
demokrasi liberal, demokrasi terpimpin dengan sebagainya.
5. Sistem pemencaran kekuasaan negara (sistem desentralisasi) didistribusikan. Otonomi
daerah tidak berpusat pada satu titik saja, tapi memencar ke daerah. Ini meliputi soal-soal
jumlah tingkat daerah swantantra, dasar pembentukan daerah swantantra, cara pemberian
kekuasaan kepada daerah swantantra, hubungan antara negara dan daerah swantantra dan
hubungan daerah-daerah swantantra satu sama lain. (Swatantra berasal dari kata swa
(sendiri) dan tantra (Pemerintahan). Jadi Swatantra dapat pula diartikan sebagai otonomi
daerah)
6. Garis-garis besar tentang organisasi pelaksana, seperti peradilan, pemerintahan, per
undang-undangan.
7. Wilayah Negara, mencakup daratan, laut, dan udara.
(Udara memiliki artian ruang angkasa atau wilayah di atas lautan dan daratan).
8. Hubungan antara rakyat dengan negara (rakyat sebagai pemilik negara/sebagai abdi
negara, hak dan kewajiban rakyat sebagai perseorangan dan sebagai golongan, cara-cara
rakyat menjalankan hak dan kewajiban).
9. Cara rakyat menjalankan hak-hak ketatabegaraan (hak politiknya).
- Dalam hubungan ini harus dibicarakan: sistem perwakilan di dalam negara, sistem
pemilihan di dalam negara, sistem pemilihan umum, referendum, sistem kepartaian,
cara membentuk pendapat melalu saluran tertulis (surat kabar, majalah, keilmuan, dan
sebagainya), dan secara lisan (rapat-rapat, perkumpulan-perkumpulan, dan
sebagainya).
- Dalam pemilihan, rakyat harus diikutsertakan.
- Sistem pemilihan umum terbagi jadi tiga, yaitu proporsional, distrik, dan campuran.
10. Dasar negara: arti Pancasila, hubungan antara Pancasila dengan sejumlah kaidah hukum
(terutama HTN). Hubungan Pancasila dengan berbagai paham ketatanegaraan di dalam
masyarakat, hubungan antara Pancasila dengan cara mengatur kehidupan rakyat di bidang
ketatanegaraan, bidang social, dan bidang kebudayaan.
11. Ciri-ciri lahir dari kepribadian Bangsa Indonesia (Lagu kebangsaan, Bahasa Nasional,
Lambang, Bendera, dan sebagainya).
- Lagu kebangsaan: Pasal 36B UUD 1945
- Bahasa Negara: Pasal 36 UUD 1945
- Lambang Negara: Pasal 36A UUD 1945
- Bendera Negara: Pasal 35 UUD 1945

II. Badan-badan ketatanegaraan


Dalam bahasa umum, badan-badan ketatanegaraan disebut dengan lembaga negara.
Badan-badan ini menurut UUD 1945 adalah MPR, DPR, Presiden dan Wakil Presiden,
dan Menteri. DPA, MA, BPK (¿ DPA dihilangkan).
- Penghapusan DPA: Bab IV UUD 1945 (Amandemen ke-4),
- Pada masa itu belum dibentuk lembaga Mahkamah Konstitusi. Selanjutnya, mengenai
Mahkamah Konstitusi dalam UUD 1945 (pasca-perubahan) diatur pada Pasal 24C
dan Pasal III Peraturan Peralihan.
- Belum pula dibentuk lembaga Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang selanjutnya
diatur pada Pasal 22C UUD 1945.
1. Cara pembentukannya (cara pengangkatan, melalui pemilihan umum secara langsung,
melalui pemilihan bertingkat).
Pemilihan bertingkat dalam konteks ini adalah pemilihan Presiden. Karena pada jaman
dahulu, rakyat memilih anggota MPR dan DPR, kemudian MPR yang memilih Presiden.
Jadi pada waktu itu, rakyat tidak memilih Presiden dan Wakil Presiden secara langsung.
Anggota MPR terdiri dari anggota DPR, ditambah dengan utusan daerah dan utusan
golongan. Utusan daerah disini adalah tokoh-tokoh yang berpengaruh di suatu daerah,
salah satunya adalah gubernur. Utusan daerah dipilih oleh DPRD tersebut.
2. Susunan masing-masing badan (jumlah anggota, jenis anggota, perimbangan kekuatan
didalamnya), pembagian tugas di dalamnya, dan sebagainya).
Ini menyangkut badan-badan ketatanegaraan. Misalnya mengenai MPR dan jumlah
anggota di dalamnya, yang dahulu berada dalam UU No. 15 Tahun 1969 tentang Susduk
(Susunan dan Kedudukan (MPR, DPR, dan DPRD)) dan UU No. 16 Tahun 1969 tentang
Pemilu (Pemilihan Umum), kini diatur dalam UU MD3 (MPR, DPR, DPD, dan DPRD).
3. Tugas dan wewenangnya masing-masing badan (tugas-tugas pemerintahan, perundang-
undangan, peradilan).
4. Cara bekerjanya masing-masing badan.
5. Perhubungan kekuasaan, antara satu badan dengan badan-badan lainnya.
6. Masa jabatan dari masing-masing badan.
Misalnya hakim agung atau hakim MK, yang dahulu usia pensiunnya adalah 65 tahun,
kemudian berubah menjadi 67 tahun, dan kini menjadi 70 tahun. Untuk yang
menggunakan hitungan periode, rata-rata di Indonesia ini 1 periode adalah 5 tahun,
seperti Presiden dan Wakil Presiden, BPK, DPR, DPD, dsb.

Menurut Departemen Hukum Tata Negara Universitas Padjadjaran, lembaga-lembaga negara


hanya ada 7 (yang sifatnya utama), yaitu MPR, DPR, Presiden dan Wakil Presiden, MA, BPK,
MK, DPD.
Dulu (pra-perubahan) orang tidak pernah berdebat tentang lembaga negara apa saja yang ada
dalam UUD 1945, karena sudah tertulis, ada 6. Dengan lembaga tertinggi adalah MPR, dan 5
sisanya adalah lembaga tinggi.
* Apakah KY (Komisi Yudisial) termasuk dalam lembaga negara? KY, KPU, dan Bank Sentral
tidak termasuk dalam lembaga kenegaraan, setidaknya bukan lembaga negara yang sifatnya
utama.
Ada juga yang berbeda pendapat tentang hal ini, misalnya Prof. Sri Soemantri menyebutkan
bahwa KY adalah lembaga negara. Begitu juga Prof. Gede, beliau menyebutkan bahwa lembaga
negara ada 34. Untuk memudahkan mahasiswa dalam mempelajari hal ini, maka cukup 7
lembaga negara yang perlu dipelajari.

Pertanyaan
1. Apa perbedaan dasar sistem, bentuk, dan corak pemerintahan? Bagaimana cara
membedakannya secara cepat? (Faruq Azzam Fadholi)
Untuk belajar atau menyerap materi dengan cepat itu kembali kepada yang bersangkutan. Kalo
berkaitan dengan materi, tidak ada rumus yang pasti. Contohnya dengan menggunakan kata
kunci, seperti kata ‘bentuk’ ada dua, yaitu dalam ‘bentuk negara’ dan ‘bentuk pemerintahan’.
Dan kata ‘pemerintahan’ ada 3, yaitu dalam ‘bentuk pemerintahan’, ‘sistem pemerintahan’ dan
‘corak pemerintahan’.
Intinya materi yang seperti ini harus banyak dibaca, berulang-ulang, direnungkan dan dipahami
sendiri. Atau digambar, jika ingin. Jika sudah paham, dibolak-balikkan pun tidak akan jadi
masalah, tidak akan tertukar. Jadi tidak ada resep khusus tentang bagaimana cara membedakan
itu dengan mudah.

2. Mengapa corak pemerintahan (yang mana bersifat subjektif) masuk ke dalam objek
kajian Hukum Tata Negara? (M. Yoppy A.)

Materi yang diajarkan dalam Hukum Tata Negara tidak hanya yang diatur dalam UUD 1945 atau
konstitusi. Meskipun ada yang menyamakan HTN dengan Hukum Konstitusi, karena HTN
didalamnya mempelajari konstitusi, sehingga jika dikaitkan dengan pertanyaan ini, apakah corak
pemerintahan (demokrasi) masuk ke dalam UUD? itu tergantung negara masing-masing.

Dulu, Indonesia tidak secara saklek/eksplisit menyebutkan corak pemerintahan dalam UUD
1945. Tidak ada kata ‘demokrasi’ dalam UUD 1945. Tapi sebagai suatu konsep, ada istilah
kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat disini mungkin merupakan bagian dari demokrasi. Di
Indonesia diberlakukan pemilihan umum, itu merupakan bagian dari demokrasi, atau dalam
UUD itu merupakan pelaksanaan dari kedaulatan rakyat.

Hampir semua negara mengklaim dirinya sebagai negara demokrasi. Apakah benar
klaim/pengakuan itu? Itu harus dibuktikan, melalui undang-undang dasarnya. Mungkin secara
eksplisit tidak ditemukan kata ‘demokrasi’, tapi secara konsep mungkin dapat ditarik kesimpulan
bahwa negara tersebut negara demokrasi, seperti Indonesia.

Jadi dalam HTN tidak mesti hanya mempelajari konstitusi yang tertulis (dalam UUD 1945) saja.
Contohnya menggunakan konvensi ketatanegaraan, yang notabenenya tidak ada dalam UUD
1945. Tetapi hakikatnya untuk melengkapi UUD 1945.
3. Mengapa poin 9 (hak politik) masuk ke dalam bagian Stuktur Umum dari Organisasi
Negara (bagian I)? Mengapa tidak dimasukkan ke dalam bagian Pengaturan Kehidupan
Politik Rakyat (bagian III)? (M. Arya Gunawan)
Ini harus ditanyakan kepada penulisnya secara langsung. Buku ini ditulis oleh Prof. Usep, beliau
sudah meninggal, maka sayangnya kita juga tidak bisa menanyakan tentang hal ini kepada
beliau.
Menurut saya, soal kenapa corak pemerintahan masuk ke dalam struktur umum, ini lebih ke
dalam konteks organisasinya, artinya di poin 9 ini akan berkaitan dengan lembaga apa sehigga
sistem perwakilan bisa berjalan, sistem pemilu bisa berjalan. Jadi bukan mesti dari cara rakyat
menjalani hak ketatanegaraannya saja. Kalau kita kaitkan dengan poin 2, ini saling berhubungan.
Ada lembaga-lembaga yang dipilih rakyat secara langsung, misalnya presiden, DPR, DPRD.
Namun ada juga lembaga-lembaga yang dipilih secara bertingkat, misal MA, MK, BPK, yang
dipilih oleh anggota DPR (sistem perwakilan, atas nama rakyat). Jadi mengenai bagaimana
rakyat menjalankan hak ketatanegaraannya, akan berkaitan dengan lembaga-lembaga negara.

III. Pengaturan Kehidupan Politik Rakyat


1. Jenis, penggolongan, dan jumlah partai politik di dalam Negara dan ketentuan hukum
yang mengaturnya
2. Hubungan antara ketentuan-ketentuan politik rakyat dengan badan-badan ketatanegaraan
3. Kekuatan politik dan pemilihan umum
Hukum Tata Negara tidak akan terlalu membahas politik terlalu dalam, meskipun HTN
memiliki ‘dua kaki’, yaitu hukum & ilmu politik
4. Arti dan kedudukan golongan kepentingan
 Golongan kepentingan: siapapun itu yang berkepentingan supaya suaranya didengar dalam
pengambilan kebijakan oleh pemerintah
5. Arti, kedudukan, dan peranan golongan penekan
 Golongan penekan: tugasnya menekan pemerintah terlepas mereka berkepentingan atau tidak,
seperti ormas dan mahasiswa
6. Pencerminan pendapat (perbedaan pendapat yang dinyatakan dalam pemilu dan ajaran
politik dari parpol, perbedaan antara kekuatan pendukungan di dalam pemilu dan
kekuatan perwakilan di dalam badan-badan ketatanegaraan)
7. Cara kerja sama antara kekuatan-kekuatan politik (koalisi, oposisi, kerjasama atas dasar
kerukunan)
IV. Sejarah Perkembangan Ketatanegaraan
1. Masa penjajahan Belanda
2. Masa penjajahan Jepang
3. Masa 17 Agustus 1945 – 27 Desember 1949
4. Masa 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950
5. Masa 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
6. Masa 5 Juli 1959 – saat ini (tahun ditulisnya buku Usep Ranawidjadja)

●Ruang lingkup HTN menurut Rene Seerden dan Frits Stroink


“Traditionally, constitutional law has contained the following components relation to
international law, basic rights, legislation, parliamentary system, the organization of the judiciary
and its powers, and decentralization.”

OBJEK PENYELIDIKAN HUKUM TATA NEGARA

 Objek penyelidikan Hukum Tata Negara adalah negara

 Negara yang menjadi objek penyelidikan Hukum Tata Negara adalah Negara tertentu,
misalnya:

 HTN Indonesia dianut oleh Negara Indonesia

 HTN Belanda dianut oleh Negara Belanda

 HTN Inggris dianut oleh Negara Inggris

 HTN Amerika Serikat dianut oleh Negara Amerika Serikat

Walaupun begitu, suatu objek penyelidikan HTN suatu Negara bisa juga mengadopsi dari
Negara lain

1. Prof. Burkens
“Obyek penyelidikan (ilmu) Hukum Tata Negara adalah sistem pengambilan keputusan (dalam
negara) yang distrukturkan dalam hukum positif.
2. A.M Donner
“Obyek ilmu Hukum Tata Negara adalah penerobosan negara dengan hukum (de door dringen
van de staat met her recht)
3. Maurice Duverger
“Obyek Hukum Tata Negara adalah umpamanya : pemilihan umum, parlemen, menteri-menteri,
kepala pemerintahan, dan sebagainya. Ini semua merupakan Institut Kenegaraan.

4. Kesimpulan (Hernadi Affandi)


Obyek HTN adalah negara dengan seluruh aspek organisasi negara dan hukum yang mewadahi
segala aktivitas penyelenggaraan negara dan pemerintahan.

HUBUNGAN HTN DENGAN ILMU-ILMU KENEGARAAN LAINNYA

Pendahuluan

 ilmu tidak dapat dipisah-pisahkan dalam kotak-kotak yang terpaku mati


(compartementization)  F.Isjwara

 suatu ilmu akan memiliki hubungan dengan ilmu lain secara baik secara khusus atau
pun umum

 hubungan langsung terjadi apabila suatu ilmu pengetahuan merupakan dasar bagian
atau termasuk kelompok kelompok ilmu pengetahuan yang sama

 hubungan langsung akan menunjukkan keeratan hubungan antara satu ilmu


pengetahuan tersebut satu sama lain. Contoh:
 Ilmu Negara merupakan dasar untuk mempelajari HTN
 HTN merupakan dasar untuk mempelajari perbandingan HTN
 Ilmu Negara, HTN, dan perbandingan HTN berada dalam ilmu kenegaraan
 Hubungan tidak langsung terjadi apabia suatu ilmu pengetahuan memiliki hubungan
karena objek yang sama dengan ilmu pengetahuan lainnya tetapi disiplin ilmu dan
perspektifnya berbeda. Contoh:
 Hukum dan ekonomi memiliki hubungan tidak langsung meskipun ada
kemungkinan keduanya sama-sama mempelajari Negara sesuai dengan
perspektif masing-masing
Hubungan Secara Umum

 HTN merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Sosial

 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) antara lain: hukum (termasuk HTN), ilmu politik,
ekonomi, psikologi, antropologi, dll

 Masing-masing ilmu tersebut merupakan ilmu pengetahuan sosial khusus

 HTN sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial umum harus bekerja sama
dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan sosial lain

 Hubungan tersebut akan saling menerima dan memberi pengaruh, saling memberi
bantuan, saling mengisi, dan saling melengkapi

 Hubungan di antara ilmu pengetahuan sosial: hubungan komplementer,


interdependen, dan fungional

 Hubungan-hubungan tersebut terjadi karena ilmu-ilmu tersebut menggunakan metode


dan teknik ilmu pengetahuan sosial

 Hasil penyelidikan ilmu pengetahuan sosial tertentu harus diperhatikan dan jika perlu
digunakan untuk menyempurnakan, memajukan, dan mendekati kebenaran

Hubungan Hukum Tata Negara dengan Ilmu Kenegaraan

 Hukum Tata Negara memilki hubungan yang sangat erat dengan cabang-cabang ilmu lain
yang objek penyelidikannya Negara (ilmu kenegaraan), seperti:
- Ilmu Negara (staatsleer)
- (Ilmu) hukum tata usaha Negara (administratiefrechtswetenschap)
- Perbandingan Hukum Tata Negara
- Ilmu politik

 Ilmu kenegaraan (staatswetenschap, political science, general state science, general


theory of state)
 Ilmu Kenegaraan adalah ilmu-ilmu yang berobjek Negara, yakni ilmu-ilmu yang
membahas hal-ihwal tentang Negara atau ilmu-ilmu yang penyelidikannya bersasaran
Negara

 Negara yang dijadikan objek penyelidikannya baik dalam arti umum maupun Negara
tertentu

Hubungan Hukum Tata Negara dengan Ilmu Negara

 Ilmu Negara disebut sebagai ilmu tentang Negara karena menyelidiki sifat hakikat,
struktur, bentuk, asal mula, dan persoalan-persoalan Negara dalam pengertian umum

 Ilmu Negara umum adalah mencari dan menerapkan sesuatu ketentuan dan kebenaran
terhadap objek penyelidikannya dan didalam hal ini adalah soal Negara  ilmu Negara
umum harus menjawab pertanyaan: apakah Negara itu. (M. Nasroen)

 Ilmu Negara merupakan imu pengetahuan pengantar bagi mereka yang hendak
mempelajari hukum tata Negara dan hukum administrasi Negara

 Ilmu Negara mempeajari sifat-sifat dasar dan sendi-sendi pokok Negara pada umumnya
dan dipelajari sebagai pengantar untuk mata kuliah hukum tata Negara

SUMBER HUKUM TATA NEGARA

 Istilah sumber hukum mempunyai arti yang bermacam-macam bergantung dari sudut
mana orang melihatnya

 Pengertian sumber hukum bagi seorang ahli sejarah berbeda dengan pengertian yang
diberikan oleh seorang ahli kemasyarakatan (sosiolog), ahli ekonomi, ahli hukum

 Perkataan sumber hukum bagi sarjana hukum mempunyai 2 arti:

1. Sumber sebagi penyebab adanya hukum  penyebab adanya hukum adalah tidak
lain dari keyakinan hukum dari oramg-orang yang melakukan peranan
menentukan tentang apa yang harus jadi hukum didalam Negara (welbron)
2. Sumber hukum dari arti bentuk perumusan dari kaidah-kaidah HTN ang terdapat
didalam masyarakat dari mana kita dapat mengetahui apa yang menjadi hukum itu
(kenbron)

 Secara singkat sumber HTN dibagi ke dalam dua pengertian, yaitu:


1. Sumber hukum dalam arti formal: sumber hukum yang dikenal dari bentuknya
 Karena bentuknya itu menyebabkan hukum berlaku umum, diketahui, dan
ditaati. Di sinilah suatu kaidah memperoleh kualifikasi sebagai kaidah
hukum dan oleh yang berwenang ia merupakan petunjuk hidup yang harus
diberi perlindungan
2. Seperti yang kita ketahui bersama segala sesuatu yang ada di Indonesia haruslah
berasal dan bersumber dari pancasila. Pancasila merupakan sumber hukum
materiil bagi semua hukum yang ada di Indonesia. Begitu juga dengan sumber
hukum tata negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila Menjadi Inspirasi sekaligus
Bahan (Materi) dalam Menyusun Semua Peraturan Hukum Tatanegara. Pancasila
sekaligus sebagai Alat Penguji Setiap Peraturan Hukum Tatanegara yang Berlaku,
Apakah Bertentangan atau Tidak dengan Nilai-nilai Pancasila seperti yang
tercantum dalam ketetapan MPR No. III/2000 Pasal 1, 2, 3, Serta UU. No. 12
Tahun 2012 Pasal 2.

Pertanyaan
1. Faruq (110110170230): Mengapa sasaran golongan kepentingan dan penekan selalu
pemerintah?
Jawab : Sasaran golongan kepentingan belum tentu pemerintah, karena golongan kepentingan
bisa terjadi terhadap siapa saya baik secara vertikal maupun horizontal, sedangkan sasaran
golongan penekan adalah pemerintah karena golongan ini melakukan tekanan kepada yang
mempunyai hak dan kewajiban dalam hal ini yang mempunyai akses tersebut adalah pemerintah.

2. M Arya (110110170231): bagaimana HTN dan hukum lainnya saling melengkapi?


Jawab : Secara keilmuan, ilmu tidak bisa dikotak-kotakkan karena seolah-olah hanya terbatas
kepada kotak-kotak tersebut. Setiap ilmu pasti berhubungan baik langsung maupun tidak
langsung, tergantung dari orang tersebut melihatnya.
3.Sarah (110110170247): Adakah batasan-batasan ilmu politik dalam mempelajari HTN?
Jawab: Menurut Prof. Sri Soemantri hukum memiliki 2 kaki, yang berpijak pada huku dan
politik. Sebagai mahasiswa fakultas hukum, pastinya kita lebih condong mempelajari hukum.
Namun dalam mata kuliah hukum tata negara, mau tidak mau kita harus membahas politik juga.
Seperti contohnya dalam pemilihan umum, adanya golongan kepentingan dan penekan seperti
yang sudah dijelaskan dalam materi diatas. Bagaimana cara membatasinya adalah kita harus
tetap melihat dari aspek normatifnya, bukan hanya politik, kita harus mengetahui ada atau tidak
adanya aturan yang mengatur masalah tersebut.

4. M Rezkya (110110170260): Apakah objek HTN tiap negara berbeda?


Jawab: Ada yang sama dan berbeda, tergantung dengan sistem hukum negara tersebut. Jika HTN
Indonesia ibandingkan dengan HTN Belanda, ada persamaan. Jika bicara sejarah, indonesia
pernah dijajah oleh Belanda, pernah menggunakan sistem hukum sejenis, menggunakan asas
konkordasi. Contohnya, lembaga DPR sendiri merupakan contoh yg meniru lembaga kenegaraan
yang ada di Belanda (volksraad).
5. Ossya S (110110170256): Mengapa HTN dan HAN tidak digabungkan?
Jawab: Bahwa ilmu itu akan selalu berkembang, induk nya ilmu itu filsafat, dari situ mulai
timbul bercabanh-cabang ilmu lainnya. Termasuk hukum sendiri itu berkembang juga, menjadi
Hukum Tata Negara. Ternyata HTN tidak cukup, ada yang harus mempelajari keilmuan tertentu,
dan muncul lah ilmu Hukum Administrasi Negara. Dan masih ada kemungkinan ilmu pun bisa
berkembang.

 Peristilahan Hukum Tata Negara

Istilah HTN berasal dari bahasa Belanda, staatsrecht. HTN juga memiliki istilah lain, yaitu:
1. Constitutioneel recht (Hukum Konstitusi), secara istilah berbeda secara obyek dan
sasaran sama. (Prof. Kortmann)
2. Politieksrecht
3. Constituional law
4. Political law
5. State law
6. Droit Constitutionel
7. Droit politique
8. Verfassungsrecht

Istilah diatas diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Hukum Tata Negara, Hukum
Konstitusi, dan Hukum Negara. Secara bahasa, staatsrecht berasal dari kata Staats berarti negara
dan Recht berarti hukum berarti Hukum Negara, namun disisipkan kata ‘tata’ oleh Prof.
Djokosoetono sehingga menjadi Hukum Tata Negara.

 HTN dalam arti sempit → staatsrecht in enge zin

Menekankan pada lembaga negara.

 HTN dalam arti luas → staatsrecht in riume zin

HTN dalam arti sempit dan HAN/HTUN (Hukum Tata Usaha Negara).

 Perbedaan pendapat yang timbul di antara sarjana belanda itu adalah mengenai batas
batas pengertian kedua golongan hukum itu (HTN dan HAN). Yang menjadi pertanyaan
besar adalah:
1. Apakah yang menjadi garis pemisah antara HTN (dalam arti sempit) dan Hukum Tata
Usaha Negara/HAN?
2. Apakah yang dipakai sebagai ukuran untuk menamakan segolongan kaidah hukum
sebagai HTN atau HAN?

 Garis pemisah HAN/tugas penyelenggaraan dan tugas penetapan prinsip dan haluan
kadang-kadang bisa kabur, bergantung pada:
1. Sistem pemerintahan yang dipakai oleh suatu negara
2. Perkembangan ketatanegaraan yang dialami oleh suatu negara
3. Keyakinan hukum pada suatu waktu mengenai perhubungan kekuasaan antara alat
perlengkapan secara horizontal dan vertikal.

 Untuk mengetahui tentang garis pemisah, dapat melalui pendapat para ahli hukum tata
negara yang dituangkan ke dalam definisi dan ruang lingkup kedua hukum tersebut.

 Memahami peristilahan HTN sangat penting untuk menyamkan persepsi tentang sesuatu
yang dibicarakan atau yang dipelajari. Istilah yang digunakan mungkin sama tetapi ada
perbedaan dalam objek, ruang lingkup, atau sasaran, atau pun sebaliknya, objek, ruang
lingkup, atau sasaran sama tetapi istilahnya berbeda.
 Definisi HTN

1. Prof. Mr. Ph. Kleintjes


Hukum tata negara Hindia Belanda terdiri dari kaidah – kaidah hukum mengenai tata Hindia
Belanda, alat – alat perlengkapan kekuasaan negara yang harus menjalankan tugas Hindia
Belanda, susunan, tata, wewnang dan perhubungan kekuasaan di antara alat – alat perlengkapan
itu.
Hukum Tata usaha negara Hindia Belanda dirumuskan oleh Kleintjes sebagai kaidah hukum
mengenai penyelenggaraan tugas masing – masing perlengkapan.

2. Van Vollenhoven
Hukum tata negara mengatur semua masyarakat hukum atasan dan masyarakat hukum bawahan
menurut tingkatan – tingkatannya , yang masing - masing menentukan wilayah atau lingkungan
rakyatnya sendiri – sendiri , dan menentukan badan – badan dalam lingkungan masyarakat
hukum yang bersangkutan beserta fungsinya masing – masing , serta menentukan pula susunan
dan kewenangan badan – badan yang dimaksud
Hukum tata usaha negara itu adalah semua kaidah hukum yang bukan hukum tata negara
material, bukan hukum perdata material dan bukan hukum pidana material.
Van Vollenhoven membuat skema mengenai tata usaha Negara. Di dalam skema itu ia membagi
hukum tata usaha negara atas  golongan – golongan, antara lain:
1. Hukum pemerintahan
2. Hukum peradilan
            a. peradilan ketatanegaraan
            b. peradilan perdata
            c. peradilan tata usaha
            d. peradilan pidana
3. Hukum kepolisian

3. Paul Scholten
Hukum Tata Negara Adalah hukum yang mengatur organisasi dari pada Negara.
Jika yang diatur adalah organisasi negara, maka hukum yang mengaturnya itulah yang disebut
Hukum Tata Negara. Dari rumusan Scholten ini tampak bahwa organisasi negara mencakup
kedudukan organisasi dalam negara, hubungan, hak dan kewajiban serta tugas-tugasnya masing-
masing.Dalam pengertiannya ia tidak membahas ataupun membicarakan lebih lanjut tentang hak
asasi manusi dan kewarganegaraan melainkan cenderung membahas kelembagaan dan organ
negara.
Scholten sengaja membedakan antara hukum tata negara dalam arti sempit sebagai hukum
organisasi negara di satu pihak dengan hukum gereja dan hukum perkumpalan perdata di pihak
lain dengan kenyataan bahwa kedua jenis hukum yang terakhir itu tidak memancarkan otoritas
yang berdiri sendiri, melainkan suatu otoritas yang berasal dari negara yang mana bersifat
derivatif

4. J. H. A. Logemann
Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi negara. Negara merupakan
organisasi yang terdiri dari fungsi-fungsi dalam hubungannya satu dengan yang lain maupun
dalam keseluruhannya, maka dalam pengertian yuridis, negara merupakan organisasi dari jabatan
– jabatan.
hukum administrasi Negara adalah, hukum mengenai hubungan-hubungan antara jabatan-jabatan
satu dengan lainnya, serta hukum antara jabatan-jabatan Negara itu dengan para warga
masyarakat.

5. Kortman
Hukum Tata Negara atau hukum konstitusi sebagai hukum yang secara khusus muncul
dalam perjalanan sejarah yang mengatur apa yang di sebut negara

Lalu ada pula pengertian Hukum Tata Negara menurut para ahli dari Prancis, yaitu:
6. L. ROLLAND
Hukum tata Negara adalah hukum mengenai Negara dan hubungannya dengan orang.

7. R. Bonard
Hukum Tata Negara : mempelajari ketentuan mengenai alat-alat perlengkapan negara yang
tertinggi.
8. J. Maurice Duverger
Hukum Tata Negara adalah salah satu cabang dari hukum privat yang mengatur organisasi dan
fungsi-fungsi politik suatu lembaga nagara.

9. Dr. Hernadi Affandi.S.H., LL. M.


Hukum Tata Negara adalah Hukum yang mengatur organisasi negara dan hubungannya dengan
warga negara.
Organisasi negara menyangkut semua aspek dalam penyelenggaraan negara dan
pemerintahan,yang dimaksud ialah lembaga,pejabat,aturan, dan proses.
Negara yang berhubungan dengan warga negara dalam hal peraturan dan perlindungan.

 Kesimpulan

 Menurut Hernadi Affandi: Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur
organisasi negara dan hubungannya dengan warga negara.
 Organisasi negara menyangut semua aspek dalam penyelenggaraan negara dan
pemerintahan: lembaga, aturan, pejabat, dan proses.
 Negara berhubungan dengan warga negara dalam hal:
a. Pengaturan
b. Perlindungan

Pertanyaan – Jawaban
1. Mengapa kata statsrecht apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti
Hukum Tata Negara padahal secara terminologi tidak mengandung unsur kata “tata”
didalamnya?

 Prof. Djoko Soetono yang merupakan bapak ilmu negara Indonesia menambahkan
kata “tata” dalam kata statsrecht yang awalnya memiliki arti “hukum negara”
menjadi “hukum tata negara” yang sampai saat ini peristilahannya selalu dipakai.
2. Mengapa tidak menggunakan government law dibanding staatsrecht ?

 Government/pemerintah hanya bagian dari negara/staats. Di litelatur Belanda


tidak menggunakan government law dan sarjana Indonesia lebih banyak merujuk
pada litelatur Belanda dibanding litelatur Inggris.

3. Mengapa Prof. Jimly Asshiddiqie dalam bukunya pengantar ilmu hukum tata negara
menggunakan istilah staatsrecht in ruimere zin dan staatsrecht in engere zin berbeda
dengan para sarjana lainnya yang tidak menyisipkan kata “re”?

 Ruime dan enge dalam bahasa Indonesia memiliki arti luas dan sempit, kata
tambahan “re” pada akhir kata memiliki arti “lebih” yang menjadi ruimere dan
engere yang artinya “lebih luas” dan “lebih sempit”.

Hernadi Affandi : Inti mempelajari hukum adalalh memahahi sumber hukum

- Sumber hukum tergantung dari perspektif dan dapat berbeda tergantung siapa yang
melihatnya dan kalau perlu tergantung pada konteks nya

- Perngertian sumber hukum belum tentu hukum, dan dapat dibilang tidak tertulis.

Van Apeldorn > Van itu kota dan asalnya dari Apeldorn
Dalam ilmu Hukum Tata Negara kita fokus kepada simber hukum dalam arti Formal

1. Sumber hukum penyebab adanya hukum (welbron)


2. Sumber hukum dalam arti pembentukan kaidah kaidah hukum (kenbron)
Sumber Hukum Tata Negara

- Formal : Dikenal dari bentuknya yaitu umum diketahui dan ditaati

- Materiil : Isi dari sumber hukum.

: Menentukan apa isi hukum darimana negara berpedoman kepada


Pancasila (sebagai sumber penguji)
Pancasila sendiri penting sebagai Filsafah Negara
Pertanyaan

Kepada Kania : Penjelasan Pancasila sebagai penguji.


Jawaban : Karna Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa dan harus sesuai dengan
Pancasila
Kepada David : Penjelasan Pancasila sebagai penguji.
Jawaban : Setuju dengan Kania karna parcasila merupakan dasar negara dan tidak
boleh bertentangan
Kepada Raja : Penjelasan Pancasila sebagai penguji.
Jawaban : Intinya sebagai dasar negara harus mengacu kepada Pancasila

Pertanyaan : Ada yang keberatan tentang Pancasila sebagai dasar Hukum?


Jawaban Yoppy : Karna UUD paling atas hirerarkinya dan hanya isinya saja dan Pancasila
dianggap sebagai materiil dan untuk diuji kepada hukum formil.

‘’ Sumber dari segala sumber hukum negara ‘’


Secara hierarki diuji kepada UUD 45 namun substansinya diuji kepada Pancasila

Bagi HTN materiil kurang penting namun bagi Ilmu Politik dan Sosiologi Hukum itu penting.

Sumber hukum materiil terkadang diperlukan

Sumber hukum tata negara berasal dari penguasa yang berwenang memberikan putusan/ aturan
tersebut.

Peraturan : Segala sesuatu yang mengikat umum


Putusan : Segala sesuatu yg bersifat khusus c/: Individual, konkrit, dan final
Sumber hukum htn adalah tempat ditemukannya aturan atau ketentuan ketata negaraan baik
tertulis maupun tidak tertulis baik berdasarkan maupun kebiasaan (convention)

Pertanyaan

Pertanyaan Riri : Convention itu bukannya sebuah perjanjian, bukan sebuah


kebiasaan?
Jawaban : Makna konvensi dalam konteks ketatanegaraan adalah kebiasaan
dalam penyelengaraaannya tata negaranya, seperti aturannya ada
namun tata penyelengaraannya tergantung.

Pertanyaan Ossya : Biasanya peraturan tertulis itu mutlak atau mengikat?


Jawaban : Maupun tertulis tapi ada yang tidak mengikat misalnya dalam
undang undang dasar sekalipun.
Pertanyaan Komang : Menurut prof Usep, Jadi lebih tinggi mana yurispridensi atau
hukum adat?
Jawaban : Jadi tergantung konteksnya kalau kita lebih ke eropa continental,
namun jika ada peraturan yg kurang jelas maka dapat mengacu atau
ditambahkan oleh yurisprudensi atau hukum adat itu sendiri.

Undang Undang Organik : langsung diamanatkan oleh UUD 45


Undang Undang Biasa : tidak secara langgsung diamanatkan dari UUD 45
Sumber Hukum Tata Negara
- Sumber hukum punya arti bermacam macam bergantung dari sudut mana sumber hukum
itu dilihat.
- Ahli sejarah memiliki pengertian berbeda dengan pengertian ahli kemasyarakatan, ahli
ekonomi, dll.
- Van Apeldoorn : Perkataan sumber hukum dapat dipakai dalam arti sejarah,
kemasyarakatan, filsafat, dan formal.
Bagi Sarjana Hukum :

 Arti pertama adalah sumber sebagai penyebab adanya hukum, tidak lain dari keyakinan
hukum dari orang-orang yang melakukan peranan menentukan tentang apa yang harus
jadi hukum di dalam negara (welbron).

 Arti kedua yaitu sumber hukum dalam arti bentuk perumusan dari kaidah-kaidah hukum
tata negara yang terdapat di dalam masyarakat darimana kita dapat mengetahui apa yang
menjadi hukum itu (kenbron).
Sumber Hukum Tata Negara Formal
Dikenal dari bentuknya, menyebabkan hukum berlaku umum, diketahui, dan ditaati.

Sumber Hukum Tata Negara Materiil


Menentukan isi dari hukum
- Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang kemudian menjadi falsafah
negara merupakan sumber hukum dalam arti material yang tidak saja dijiwai bahkan
harus dilaksanakan oleh setiap peraturan hukum.
- Pancasila menguji untuk setiap peraturan hukum yang berlaku, apakah bertentangan atau
tidak dengan pancasila. Apabila bertentangan maka peraturan tersebut tidak berlaku.
- Kurang penting dalam hukum tata negara, tetapi bagi ilmu politik dan sosiologi sangat
penting.
Sumber hukum dalam arti formal sangat penting untuk diketahui dan dipelajari oleh mereka yang
mempelajari Hukum Tata Negara atau bagi sarjana hukum secara umum. Seorang sarjana hukum
akan memperlajari atau memperhatikan sumber hukum material apabila menganggap perlu
mengetahui asal-usul hukum itu.
Asal Hukum Tata Negara  berupa keputusan penguasa yang berwenang untuk memberikan
kepurtusan tersebut, artinya keputusan harus berasal dari penguasa yang memiliki kewenangan
untuk itu. Kewenangan harus berdasarkan kepada kewenangan yang lebih tinggi, dan
kewenangan yang lebih tinggi ini harus pula diberikan oleh kewenangan yang lebih tinggi lagi,
dan seterusnya. Dengan kata lain terdapat tingkatan tingkatan dalam hukum tata negara.

Sumber hukum tata negara adalah tempat ditemukannya aturan atau ketentuan ketatanegaraan
berupa peraturan atau ketetapan baik tertulis maupun tidak tertulis, baik berderajat hukum
maupun kebiasaan ( convention ).
Menurut Prof. Usep Ranawidjaja, S.H., sumber Hukum Tata Negara Indonesia adalah :
- Hukum Tertulis
- Hukum Adat
- Yurisprudensi
- Doktrin
Hukum tertulis diartikan dengan hukum hasil pekerjaan perundang-undangan dari berbagai
badan yang berwenang berupa (Prof. Usep Ranawidjaja, S.H.) :
- Undang-Undang Dasar
- Undang-Undang Organik
- Undang-Undang
- Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang / Undang-udang Darurat
- Peraturan Pemerintah
- Perjanjian Politik
- Traktat
Sumber hukum Formal menurut Prof. Bagir Manan, S.H., MCL. :
- Peraturan Perundang-undangan
- Putusan hakim
- Kebiasaan
- Kesusilaan
- Perjanjian Internasional
Hirarki dari perundang-undangan (UU No. 12 tahun 2011)
- UUD 1945
- Ketetapan MPR (Tap. MPR)
- Undang-undang / Peraturan Pemerintah pengganti Undang-undang
- Peraturan Pemerintah
- Peraturan Presiden
- Peraturan Daerah Provinsi
- Peraturan Daerah Kabupaten / Kota
Hukum Adat adalah hukum yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari dari rakyat yang
diakui berlakunya oleh penguasa, baik berasal dari zaman dahulu (zaman penjajahan dan
sebelumnya) maupun yang timbul dan berkembang di dalam masa kemerdekaan. Contoh hukum
tata negara yang berasal dari zaman dahulu : Ketentuan hukum mengenai swapraja (kedudukan,
struktur pemerintahan, organisasi, jabatan, dll) , persekutuan hukum kenegaraan asli, peradilan
agama.

Anda mungkin juga menyukai