Anda di halaman 1dari 22

Judul buku : Hukum Tata Negara

Pengarang : Sumbodo Tikok, S.H.

BAB 1 PENGERTIAN HUKUM TATA NEGARA

1. Istilah hukum tata negara.

Istilah hukum tata negara adalah terjemahan dari bahasa Belanda staatrecht
yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah “ hukum negara”. Staats berarti
“negara”, sedangkan recht berarti ”hukum”. Hukum negara dalam
kepustakaan Indonesia hukum tata negara (Usep, 1960:50).

2. Pengetian hukum tata negara

Pengertiana istilah staatsrecht di Indonesia mengalami perkembangan.


Tentang apa yang dimaksud dengan hukum tata negara, para ahli hukum tata
negara Belanda membaginya ke dalam 3 macam ( Usep, 1960 :5) :

a. Hukum tata negara dalam arti luas : terdiri atas hukum tata negara dalam
arti sempit ditambah hukum tata usaha negara atau hukum administrasi
(negara).

b. Hukum tata negara dalm arti sempit : yaitu hukum tata negara suatu
negara tertentu yang berlaku pada waktu tertentu pula atau hukum tata
negara positif dari suatu negara tertentu.

c. Hukum tata usaha negara atau hukum administrasi negara, yaitu hukum
tata negara dalam arti luas dikurangi hukum tata negara dalam arti sempit.

3. Batasan hukum tata negara

Diatas dikatakan bahwa adanya perbedaan pendapat tentang hukum tata


negara di antara para ahli hukum tata negara. Perbedaan-perbedaan itu titik
beratnya adalah bila hukum tata negara dibedakan atau diperbandingkan
dengan hukum tata usaha negara, Perbedaan-perbedaan antara para ahli
hukum tata negara ini pada garis besarnya dapat digolongkan menjadi 2
golongan besar, yaitu golongan para ahli hukum tata negara yang
membedakan hukum tata negara dengan hukum tata usaha negara secara
tegas atau secara prinsip dan golongan lainnya yang membedakan hukum tata
negara dengan hukum tata usaha secara tidak prinsip atau tidak tegas. Para
ahli yang membedakan hukum tata negara dengan tata usaha negara
contohnya sebagai berikut:

· Dr. J.R. Stellinga : Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur
wewenang dan kewajiban alat-alat perlengkapan negara, mengatur hak dan
kewajiban warga negara, sedangkan hukum tata usaha negara / hukum
administrasi negara adalah hukum yang mengatur cara bagaimana wewenang ,
hak, kewajiban tersebut dalam hukum tata negara dilaksanakan.

· Prof. Mr. Usep Ranawidjaya : Hukum tata negara ialah hukum mengenai
organisasi negara pada umumnya ( hubungan penduduk dengan negara,
pemilihan umum, kepartaian, cara menyalurkan pendapat dari rakyat, wilayah
negara, dasar negara, hak asasi manusia, lagu, bahasa, lambang, pembagian
negara atas kesatuan-kesatuan kenegaraan, dan sebagainya), mengenai sistem
pemerintahan negara, mengenai kehidupan politik rakyat dalam hubungan
dengan susunan organisasi negara, mengenai susunan, tugas, wewenang, dan
hubungan kekuasaan satu sama lain, serta hubungannya dengan rakyat, dari
alat-alat perlengkapan negara/ketatanegaraan sebagai jabatan-jabatan
tertinggi yang menetapkan prinsip umum bagi pelaksanaan berbagai usaha
negara. Sedangkan hukum tata usaha negara ialah hukum mengenai susunan,
tugas, wewenang, dan hubungan kekuasaan satu sama lain, hubungannya
dengan pribadi-pribadi hukum lainnya, dari alat-alat perlengkapan tata usaha
sebagai (negara) pelaksana segala usaha negara menurut prinsip-prinsip yang
telah ditetapkan oleh alat-alat perlengkapan negara tertinggi.

BAB II OBJEK PENYELIDIKAN HUKUM TATA NEGARA


1. Pengertian tentang objek penyelidikan

Objek penyelidikan suatu ilmu seperti ilmu hukum tata negara pada khususnya
adalah berbicara tentang sasaran / apa saja yang menjadi pokok pembicaraan /
pembahasan ilmu pengetahuan tersebut. Yang menjadi topik pokok
pembicaraan dari penjelasan diatas adalah “negara”. Istilah negara secara
etimologis terjemahan dari berbagai bahasa yaitu, bahasa Inggris state, bahasa
Belanda staat, bahasa Prancis etat. Arti negara biasa diidentifikasikan dengan
pemerintah, umpamanya apabila kata negara itu dipergunakan dalam
pengertian kekuasaan negara, kemauan negara, dan sebagainya. Dapat pula
dijelaskan arti negara dengan 2 penjelasan yaitu, negara dalam arti formal
adalah negara ditinjau dari segi kekuasaan dengan suatu pemerintahan pusat.
Sedangkan yang kedua dalam arti material adalah negara sebagai masyarakat,
negara sebagai persekutuan hidup. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa
negara adalah suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dengan
mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan
keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia tadi. Adapun
unsur negara seperti : unsur masyarakat dan unsur wilayah atau teritori.

2. Ruang lingkup hukum tata negara

Menurut Prof. Mr. Usep R tentang apa saja yang termasuk ke dalam hukum
tata negara itu / persoalan-persoalan apa saja yang meliputi hukum tata
negara? Ulasannya sebagai berikut:

a). Struktur umum organisasi negara meliputi : Bentuk negara, bentuk


pemerintahan, sisem peerintahan, corak pemerintahan (diktator
proletar,diktator fasis, demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dan
sebagainya), Sistem pemencaran kekuasaan negara (sistem desentralisasi),
garis-garis besar tentang organisasi pelaksana (peradilan, pemerintahan,
perundang-undang), wilayah negara, hubungan negara dan rakyat, cara rakyat
menjalankan hak-hak ketatanegaraannya, dasar negara, dan ciri-ciri lahir dari
kepribadian negara Indonesia.
b). Badan ketatanegaraan : Badan-badan ketatanegaraan yang mempunyai
kedudukan di dalam organisasi negara sebagai bagian yang menentukan arah
dan haluan dari negara, sebagai bagian yang memimpin penyelenggaraan
usaha negara, sebagai bagian yang memegang dan menjalankan kebijakan
umum negara.

c). Kekuatan-kekuatan di dalam masyarakat yang mempunyai pengaruh atas


jalannya organisasi negara, penjelasannya sebagai berikut: 1) Jenis,
penggolongan dan jumlah partai politik di dalam negara dan ketentuan hukum
yang mengaturnya. 2) Perimbangan kekuatan di antara partai-partai politik. 3)
Hubungan antara partai politik dengan golongan kepentingan atau dengan
golongan penekan. 4) Hubungan partai politik dengan badan-badan
ketatanegaraan. 5) Partai politik dan pemilihan umum. 6) Arti dan kedudukan
golongan kepentingan. 7) Arti, kedudukan, dan peranan golongan penekan. 8)
Sistem sosial yang berlaku . 9) Pencerminan pendapat dari pemilihan umum
dan ajaran politik dari partai politik. 10) Cara kerja sama antara kekuatan-
kekuatan politik (koalisi, oposisi, kerja sama, atas dasar kerukunan.

d). Sejarah perkembangan ketatanegaraan : Mempelajari sejarah


perkembangan ketatanegaraan bukan mempelajari hukum tata negara positif,
oleh karena itu di dalam mempelajari hukum tata negara tidak boleh dilupakan
sejarah perkembangan ketatanegaraaan sebagai latar belakang dari keadaan
yang berlaku. Pada garis besarnya digambarkan tingkat-tingkat perkembangan
dan hubungannya antara suatu tingkat dengan keadaan yang berlaku, serta
juga hubungan antara satu tingkat perkembangan dengan tingkat
perkembangan lainnya.

3. Hubungan hukum tata negara dengan beberapa ilmu pengetahuan


lainnya yang objeknya sama-sama negara

a). Hubungan hukum tata negara dengan ilmu negara : Ilmu negara sendiri
adalah salah satu ilmu cabang ilmu kenegaraan yang menurut R. Kranenburg
ialah tak lain “ ilmu tentang negara”. Sasaran penyelidikan ilmu negara adalah
yang sifatnya hakiki, struktur dan bentuknya, asal mulanya, dan semua
persoalan yang ada di sekitar negara dalam pengertian umum serta membahas
dan meneliti sifat-sifat umum dan tabiatnya. Jadi dalam hal ini tugas ilmu
negara tidak mementingkan bagaimana caranya hukum itu seharusnya
dijalankan karena ilmu negara mementingkan nilai teoritisnya, sedangkan
sebaliknya bagi hukum tata negara yang lebih dipentingkan adalah nilai-nilai
praktisnya.

b). Hubungan hukkm tat negara dengan ilmu politik : Ilmu politik sendiri
menurut Samuael H Beer adalah ilmu yang mengenai kelakuan politik, dan
bahwa kelakuan politik sebaiknya dipelajari sebagai suatu sistem politik yang
memiliki empat variable : Budaya politik, kekuasaan, kepentingan, dan
kebijakan. Seperti apa yang diungkapkan oleh Kusnardi dan Harmaily Ibrahim
yang mengutip pendapat Barent mengatakan bahwa hubungan ilmu politik dan
hukum tata negara dengan perumpamaaan hukum tata negara sebagai
kerangka manusia, maka ilmu politik merupakan daging yang ada di sekitar
kerangka manusia tersebut, jadi ilmu politik merupakan pelengkap/ unsur
dalam menjalankan tata kelola negara.

c). Hubungan hukum tata negara dengan hukum administrasi negara :


Hubungan ini oleh Kusnardi dan Harmaily Ibrahim diberikan contoh beberapa
orang ahli hukum tata negara atau hukum administrasi negara, baik
membedakan kedua hukum itu secara prinsip maupun yang membedakan
hanya gradual saja (tidak secara tajam). Selanjutnnya dikatakan bahwa hukum
administrasi negara merupakan bagian dari hukum tata negara dalam arti luas
dikurangi dengan hukum tata negara dalam arti sempit (teori residu, Kusnardi,
1980:30).

d). Hubungan hukum tata negara dengan perbandingan hukum tata negara :
Pandangan Prof. Kranenbrug merupakan ilmu perbandingan hukum tata
negara adalah ilmu pengetahuan yag mencari sebab musabab sesuatu atau
verklarendwetenschap (Sri Soemantri,1981:13 dan 23). Perbandingan hukum
tata negara tidak akan ada tanpa hukum tata negara (positif). Jadi, berarti
hukum tata negara (positif) merupakan ilmu bantu bagi perbandingan hukum
tata negara.
BAB III SISTEMATIKA HUKUM TATA NEGARA

1. Sistematika hukum tata negara dalam arti intern : Sistematika menurut


atau yang sesuai dengan adanya pembagian di dalam hukum tata negara itu
sendiri sebagai ilmu pengetahuan yang objek penyelidikannya negara, dan
cabang-cabang ilmu pengetahuan lainnya yang juga penyelidikannya negara.
Dalam arti intern ini digambarkan menjadi sistematika hukum tata negara
dalam arti intern yang vertikal yaitu dimana letak kedudukan hukum tata
negara dikaitkan dengan ilmu pengetahuan induknya dan letak hukum tata
negara di dalam ilmu lainnya. Dan digambarkan pula sistematika hukum tata
negara dalam arti intern yang horizontal yaitu sistematika hukum tata negara
berdasarkan ilmu hukum tata negara yang objek penyelidikannya sama-sama
negara, yaitu hukum tata negara (positif) dan hukum tata usaha negara /
hukum administrasi negara.

2. Sistematika hukum tata negara dalam arti ekstern : Yang dimaksud dalam
hal ini adalah letak atau tempat hukum tata negara sebagai salah satu cabang
ilmu pengetahuan yang objek penyelidikannya negara, disamping ilmu-ilmu
pengetahuan sosial lainnya yang objeknya juga sama-sama negara dan ilmu
hukum kenegaraan lainnya.
BAB IV SUMBER SUMBER HUKUM TATA NEGARA

1. Pengertian sumber hukum tata negara : Sumber hukum dalam arti


material, yaitu sebagai penyebab adanya hukum. Dan dalam arti fomal, yaitu
sebagai bentuk-bentuk perumusan kaidah-kaidah hukum tata negara yang
terdapat di dalam masyaarakat sebagai sumber kita untuk dapat mengetahui
pa yang menjadi hukum itu sendiri (Usep Ranawidjaja). Adapun pendapat para
ahli lainnya seperti Juniarto yang menurutnya istilah sumber hukum
dipergunakan dalam 3 macam pengertian yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Ketiga pengertian sumber hukum tersebut adalah: a). Sumber hukum
dalam pengertian sebagai asalnya hukum positif yaitu wujudnya dalam bentuk
yang nyata berupa putusan dari yang berwenang untuk mengambil putusan
mengenai soal yang bersangkutan. b). Sumber hukum dalam pengertian
sebagai bentuk-bentuk huku yang sekaligus merupakan tempat ditemukannya
aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan hukum positifnya merupakan pula hal
yang penting bagi setiap orang yang ingin mengetahui atau menyelidiki hukum
positif dari suatu tempat pada waktu tertentu. c). Sumber hukum dalam
pengertian sebagai hal-hal yang seharusnya menjadi hukum positif. Perkataan
sumber hukum kita sering dihubungkan dengan filsafat, sejarah, dan juga
masyarakat sehingga kita mengenal suber hukum filosofis, sumber hukum
historis, dan sumber hukum sosiologis. Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim
juga berpendapat mengenai sumber hukum, seperti yang terangkan oleh ahli
hukum atas pendapat dari 2 tokoh tersebut yang penjelasannya sebagai
berikut: Sumber hukum dalam arti formal adalah sumber hukum yang dikenal
dari bentuknya. Karena bentuknya itu menyebabkan hukum berlaku umum,
diketahui, dan ditaati. Disinilah suatu kaidah memperoleh kualifikasi sebagai
kaidah hukum dan bagi yang berwenang ia merupakan petunjuk hidup yang
harus diberi perlindungan. Sumber hukum material adalah sumber hukum
yang menentukan isi hukum.

2. Macam-macam sumber hukum tata negara : Macam-macam sumber


hukum tata negara dalam arti bentuk perumusan atau dalam arti formal,
sesuai dengan teori umum, terdiri atas hal-hal seperti tersebut dibawah ini
( Usep, 1960: 14-20) :
1. Hukum tertulis, yaitu hukum hasil pekerjaan perundang-undangan dari
berbagai badan yang berwenang. Ini dapat berupa undang-undang dasar,
undang-undang organik, undang-undang, peraturan pemerintah pengganti
undang-undang (pada masa undang-undang dasar sementara, undang-undang
darurat), peraturan pemerintah, perjanjian politik, traktat, dsb.

2. Hukum adat, yaitu hukum yang tubuh dan berkembang dalam kehidupan
rakyat sehari-hari yang diakui berlakunya oleh penguasa, baik yang berasal dari
zaman dahulu maupun yang timbul danberkembang dalam masa
kemerdekaan.

3. Yurisprudensi, yaitu kumpulan keputusan-keputusan pengadilan


mengenai persoalan ketatanegaraan yang setelah disusun secara rapi
memberikan kesimpulan tentang adanya ketentuan-ketentuan hukum tertentu
yang ditemukan atau dikembangkan oleh badan-badan pengadilan.

4. Ajaran-ajaran tentang hukum tata negara yang ditemukan dan


dikembangkan di dalam dunia ilmu pengetahuan sebagai hasil penyelidikan
dan pemikiran seksama berdasarkan logika formal yang berlaku. Ini yang biasa
disebut sebagai doktrin.
BAB V METODE PENELITIAN

1. Metode penelitian menurut ilmu : Maksudnya bahwa ilmu pengetahuan


tersebut diselidiki, diteliti, atau didekati melalui metode ilmu pengetahuan itu
sendiri dan dalam penyelidikannya dalam garis besarnya dipergunakan metode
sebagai berikut.

· Metode deduksi : Suatu metode yang berdasarkan proses penyelidikan


atau asas-asas yang bersifat umum yang dipergunakan untuk menerangkan
peristiwa-peristiwa khusus atau penjelasan teoritis yang bersifat umum
terhadap akta-fakta yang bersifat kongkrit.

· Metode induksi : Suatu metode yang merupakan kesimpulan-kesimpulan


umum yang diperoleh berdasarkan proses pemikiran setelah mempelajari
peristiwa-peristiwa yang kongkrit.

· Metode dialektis : Metode”tanya jawab”atau “ dialog”. Disini proses


penyelidikan dilakukan dengan cara tanya-jawab untuk mencoba mencari
pengertian-pengertian tertentu.

· Metode filosofis : Suatu metode yang dalam proses penyelidikannya


secara abstrak-idil. Ide abstrak ini sifatnya khayal sering melampaui kenyataan
(transedental), kemudian disusunlah suatu deduksi tentang gejala-gejala yang
diselidiki dan dihubungkan dengan objek yang lainnya (nyata-riel).

· Metode perbandingan : Suatu metode yang mengadakan perbandingan


di antara dua objek penyelidikan atau lebih untuk menambah dan
memperdalam pengetahuan tentang objek-objekyang diselidiki. Jadi, di dalam
perbandingan ini, objek yang hendak diperbandingkan itu sudah diketahui
sebelumnya, tetapi pengetahuan ini belum jelas atau tegas. Oleh karena itu,
perbandingan harus diadakan terhadap 2 objek penyelidikan atau lebih yang
memuat baik persamaan-persamaan maupun perbedaan-perbedaan yang ada
sehingga persamaan dan perbedaan itulah yang memperlihatkan hakikat
sebenarnya objek yang dibandingkan itu.

· Metode sejarah : Suatu metode yang didasarkan atas analisis dari


kenyataan-kenyataan sejarah, yaitu ditinjau pertumbuhan dan
perkembangannya, sebab akibatnya sebagaimana terwujud dalam sejarah, dan
dari penyelidikannya disusun asas-asas u,um yang dapat dipergunakan.
Selanjutnya metode ini dikatkan dengan metode analisis, deskriptif, dan
perbandingan.

· Metode sistematis : Suatu metode yang didasari dengan menghimpun


bahan-bahan yang sudah tersedia. Terhadap bahan-bahan itu dilakukan
klasifikasi atau rubricering, pelukisan, penguraian, dan penilaian, kemudian
dilakukan klasifikasi atau rubricering dalam golongan-golongan di dalam suatu
kerangka sistematika. Artinya suatu kesatuan yang msing-masing bagiannya
tidak simpang siur, tetapi selalu berhubungan satu sama lain.

· Metode hukum : Suatu metode yang di dalam proses penyelidikannya


meninjau serta membahas objek penyelidikannya dengan enitik beratkan segi-
segi yuridis sehingga faktor-faktor yang sifatnya nonjuridis dikesampingkan.
Pada metode ini negara sebagai objek penyelidikan dianggap dan
dititikberatkan kepada kepribadian hukumnya, yaitu selaku baan hukum
dilapangan hukum publik atau selaku susunan tata hukum.

· Metode sinkretis : Suatu metode yang di dalam proses penyelidikannya


meninjau serta membahas penyelidikannya dengan cara menggabungkan
faktor-faktor baik yang bersifat yuridis maupun nonyuridis.

· Metode fungsional : Suatu metode yang dalam proses penyelidikannya


meninjau serta membahas objek penyelidikan dengan menghubungkan gejala-
gejala dalam dunia ini masing-masing tidak terlepas satu dengan yang lainnya,
tetapi terdapatnya hubungan yang timbal balik atau interdependen. Negara
sebagai objek dapat mempengaruhi masyarakat, dan sebaliknya masyarakat
dapat mempengaruhi negara.

2. Metode penelitian menurut sifat masalah : Dalam meneliti, manusia


menggunakan bermacam metode. Dan sejalan dengan itu rancangan
penelitian yang digunakan juga bermacam-macam. Mengenai rancangan apa
yang akan digunakan bergantung pada tujuan penelitian, sifat masalah yang
akan digarap, dan berbagai alternatif yang mungkin digunakan. Selanjutnya
sifat masalah akan memainkan peran utama dengan menentukan cara-cara
pendekatan yang cocok untuk meenetukan rancangan penelitiannya. Dalam
tulisan ini rancangan penelitian dibagi ke dalam sembilan kategori sebagai
berikut :

· Penelitian historis : Tujuan dari penelitian historis adalah untuk membuat


rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, serta mengsistematiskan bukti-bukti untuk
menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Ciri-ciri :
Bergantung kepada data yang diobservasi, berlainan dengan anggapan yang
populer, bergantung ke dalam 2 macam data (data primer dan sekunder),
penentuan bobot data dengan menggunakan 2 kritik (kritik internal an
eksternal), dan lebih tuntas mencari inforasi dari sumber informasi yang lebih
luas.

· Penelitian deskriptif : Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat


pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Ciri-ciri : Akumulasi data dasar dalam
cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling
hubungan, mengetes hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna
atau implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan unutk menemukan hal-hal
tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif.

· Penelitian perkembangan : Bertujuan untuk menyelidiki pola dan urutan


pertumbuhan dan atau perubahan sebagai fungsi waktu. Ciri-ciri : Memusatkan
perhatian kepada studi mengenai variabel-variabel dan perkmbangannya
selama beberapa bulan atau tahun, masalah sampling dalam studi longitudinal
adalah komplek dan menuntut kontinuitas staf dan bantuan biaya untuk
jangka panjang sehingga bergantung kepada lembaga serta yayasan untuk
memenuhi tuntutan yang demikian itu, studi-studi sectional biasanya meliputi
subjek lebih banyak, tetapi mencandra faktor-faktor pertumbuhan lebih sedikit
daripada studi-studi longitudinal, dan studi-studi kecenderungan mengandung
kelemahn-kelemahan bahwa faktor-faktor yang tak dapat diramalkan mungkin
masuk dan memodifikasi atau membuat kecenderungan yang didasarkan atas
masa lampau menjadi tidak sah.

· Penelitian kasus dan penelitian lapangan : Bertujuan untukk mempelajari


secara intensif latar belakng keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu
unit sosial individu, kelompok, lembaga, dan masyarakat. Ciri-ciri : Penelitian
kasus mengkonsentrasikan diri pada faktor-faktor khusus tertentu atau dapat
pula mencakup keseluruhan faktor khusus dan kejadian-kejadian, cenderung
meneliti jumlah unit yang kecil tetapi mengenai variabel-variabel dan kondisi
yang besar jumlahnya.

· Penelitian koralasional : Bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana


variasi-variasi dari suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau
lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi. Ciri-ciri : Cocok dilakukan bila
variabel-variabel yang diteliti rumit atau tidak bisa dimanipulasi,
memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara
serentak dalam keadaan realistisnya, apa yang diperoleh adalh taraf hubungan
ada atau tidaknya suatu hubungan tersebut, berbeda dari penelitian
eksperimen yang mendapatkan hasil ada atau tidaknya efek tertentu, dan
mengandung kelemahan serta kelebihan.

· Penelitian kasual komparatif : bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan


hubungan sebab akibat dengan cara berdasarkan atas pengamatan terhadap
akibat yang ada, mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab
melalui data tertentu. Ciri-ciri : Bersifat ex post facto artinya data dikumpulkan
setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung.

· Penelitian eksperimental sungguhan : Bertujuan untuk menyelidiki


kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakannya satu
atau lebih kelompok eksperimental, satu atau lebih kondisi perlakuan dan
memperbandingkan hasilnya satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak
dikenai kondisi perlakuan. Ciri-ciri : Menuntut pengaturan variabel-variabel
dan kondisi-konsisi eksperimental secara tertib ketat, baik dengan kontrol atau
manipulasi langsung maupun dengan penelitian secara acak, secara khas
menggunakan kelompok kontrol garis dasar untuk dibandingkan dengan
kelompok yang dikenai perlakuan eksperimental, memusatkan usaha pada
pengontrolan varian, kesahihan internal adalah sine quo non untuk rancangan
ini dan merupakan tujuan pertama metode eksperimental, bertujuan
mengenai kesahihan eksternal yang menanyakan seberapa jauh penemuan
penelitian ini yang hasilnya dapat digeneralisasikan kepad akondisi-kondisi
yang semacam, semua variabel diusahakan konstan, dan memiliki
kemungkinan restriktif dan artifisial.
· Penelitian eksperimental semu : Bertujuan untuk memperoleh informasi
yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan
eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk
mengontrol atau memanipulsikan semua variabel yang relevan. Ciri-ciri :
Secara khas mengenai keadaan praktis yang di dalamnya tidak mungkin
peneliti mengadakan pengontrolan pada semua variabel, terdapt perbedaan
kesil antara eksperimental sungguhan dan semu yaitu sebagai objek
penelitiannya seperti manusia, dan bila penelitian telah sistematis menguji
masalah kesahihan dan bergerak menjauhi alam intuitif dan penjelajahan maka
permulaan metode eksperimental telah mulai terwujud.

· Penelitian tindakan : Bertujuan mengembangkan keterampilan-


keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan
masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual lainnya.
Ciri-ciri : Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktula dalam dunia kerja,
menyediakan rangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan
perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik daripada cara pendekatan
impresionistis dan fragmentaris, fleksibel dan adaktif yang memperbolehkan
perubahan-perubahan selama masa penelitiannya dan menorbankan kontrol
untuk kepentingan on the spot experimentation dan inovasi, Dan kekurangan
ketertipan ilmiah yang mengakibatkan kesahihan internal dan eksternalnya
lemah.
BAB VI TEORI KONSTITUSI

Teori konstitusi adalah hall-hal yang berkaitan dengan konstitusi, yaitu


sejarahnya, pengertiannya, isi konstitusi, dan perubahan konstitusi.

1. Pengertian konstitusi : Yang termasuk dalam pengertian konstitusi adalah


istilah batasan, nilai, sifat, serta penggolongan konstitusi.

a) Istilah konstitusi :

- Prof. Drs. G.J. Wolhoff : Konstitusi sama dengan undang-undang dasar


(dalam bukunya Pengantar Hukum Tata Negara Republik Indonesia, 1960:19)

- Mr. Usep Ranawidjaja : Konstitusi merupakan salah satu dari sumber


hukum tata yang formal dan tertulis, hukumyang dihasilkan oleh badan yang
berwenang, disamping undang-undang organik, dan undang-undang dalam
lain-lainnya. Yang dapat disimpulkan bahwa konstitusi sama dengan undang-
undang dasar.

- Dr. Wirjono Projodikoro, S.H. : Konsitusi mengandung permulaan dari


segala peraturan mengenai suatu negara. Yang dalam hal ini juga berarti
grondwet atau dalam bahasa indonesia berarti undang-undang dasar.

- Juniarto, S.H. : mengatakan menyebut pengertian di atas (undang-


undang dasar) dalam kalangan orang Indonesia, di samping istilah undang-
undang dasar, lazim pula dipergunakan istilah konstitusi. Jadi, undang-undang
sama dengan konstitusi, grondwet constitutie.

- Dr. Sri Soemantri, S.H. : Istilah konstitusi berasal dari perkataaan


constitution. Dalam bahasa Indonesia kita jumpai istillah hukum yang lain,
yaitu undang-undang dasar dan / atau hukum dasar.

- Moh. Kusnardi, S.H. dan Hermaily Ibrahim S.H. : Istilah konsitusi sudah
ada sejak zaman yunani purba dari Aristoteles, yaitu politea. Hal tersebut
menyitir pendapat Hermann Heller yang membedakan konstitusi dengan
undang-undang dasar.

b) Batasan konstitusi : Batasan konstitusi atau dapat juga disebut definisi


konstitusi, berikut menurut pandangan dari beberapa ahli mengenai hal
tersebut :
- Prof. Drs. G.J. Wolhoff : konstitusi adalah undang-undang yang tertinggi
dalam negara, yang memuat dasar-dasar seluruh sistem hukum dalam negara
tersebut.

- Usep Ranawidjaja : Yang memasukkan undang-undang dalam sebagai


salah satu bagian atau bentuk sumber hukum tata negara yang formal dan
tertulis, yang di dalamnya mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan
organisasi negara secara umum yang terdiri dari struktur umum organisasi
negara dan badan-badan ketatanegaraan yang di negara kita disebut lembaga-
lembaga negara (tertinggi dan tinggi).

- Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H. : Mengenai pembatasan konstitusi


membedakan adanya konstitusi tertulis dan tak tertulis, yaitu konstitusi tertulis
adalah hukum tertulis seperti undang-undang. Sedangkan tak tertulis yang
berdasarkan adat kebiasaan.

- Dr. Sri Soemantri, S.H. : Konstitusi mempunysi dua pngertian, yaitu


dalam arti sempit dan luas. Dalam arti sempit konstitusi tidak menggambarkan
keseluruhan kumpulan peraturan, baik yang tertulis ataupun tidak tertulis,
maupun yang dituangkan dalam dokumen tertentu.

- K.C. Where F.B.A ( dikutip oleh Juniarto S.H. ) : Istilah constitution pada
umumnya digunakan di dalam dua pengertian dalam pembicaraan-
pembicaraan tentang ketatanegaraan. Pertama, istilah tersebut dipergunakan
untuk menunjuk kepada seluruh peraturan mengenai ketatanegaraan suatu
negara yang secara keseluruhan akan menggambarkan sistem
ketatanegaraannya. Seluruh peraturan tersebut di golongkan menjadi dua
golongan, yaitu peraturan yang berderajat legal yang disebut law dan non legal
atau ekstralegal.

- Bolingbroke ( dikutip dari K.C. Where F.B.A.) :Yang kami maksudkan


dengan konstitusi, jika kita berbicara dengan cermat dan tepat, adalah
kumpulan hukum, lembaga, dan kebiasaan, yang berasal dari prinsip-prinsip
tertentu yang menyusun sistem umum, dan masyarakatsetuju untuk
diperintah menurut sistem itu.

- Lord Bryce ( dikutip dari C.F. Strong, Modern political Constitution,


Sidqwick & jackson Limited, London, Fifth Revised Edition, 1963: 9) : Suatu
kerangka masyarakat politik yang diatur melalui dan oleh hukum, artinya,
kerangka yang di dalamnya hukum menetapkan lembaga-lembaga permanen
dengan fungsi-fungsi dan hak-hak tertentu yang diakui.

- C.F. Strong : Konstitusi seperti ini dapat ditemukan dalam sebuah


dokumen yang dapat diubah sesuai dengan perkembangan waktu, tetapi dapat
pula berupa a bundle of separate laws yang diberi otoritas sebagai hukum tata
negara.

c) Pengerian Konstitusi : Dalam hal ini pengertian konstitusi lebih luas


daripada batasan atau definisinya karena didalamnya terdapat macam-macam
konstitusi. Yaitu konstitusi dalam arti sempit dan luas, dan kpnstitusi dalam arti
undang-undang dasar dan bukan undang-undang dasar. Berikut pendapat para
ahli mengenai hal tersebut :

- Herman Heller ( dikutip oleh Kusnardi & Hermaily Ibrahim) : Konstitusi


lebih luas daripada undang—undang dasar karena undang-undang dasar hanya
salah satu dari pengertian konstitusi berikut; 1. Konstitusi mela kehidupan
politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan, dan disini kohuknstitusi
belum dalam arti hukum melainkan dalam arti sosiologis / politis. 2. Konstitusi
merupakan satu kesatuan kaidah hukum yang disebut Rechtsverfassung. 3.
Konstitusi sama dengan undang-undang dasar merupakan kesalahan dari
paham tersebut (modern), (Oliver Cromwell, Lasalle, Struycken).

- Carl Schmitt : Konstitusi dibagi dalam 4 pengertian yaitu :

1. Konstitusi dalam arti absolut dibagi 4 seperti :

a). Konstitusi sebagai kesatuan organisasi yang nyata yang mencakup semua
bangunan hukum dan semua organisasi yang ada didalam negara.

b). Konstitusi sebagai bentuk negara adalah negara dalam keseluruhannya,


bentuk negara tersebut bisa demokrasi atau monarki.

c). Konstitusi sebagai faktor integrasi yang sifatnya bisa abstrak dan bisa
fungsional.

d). Konstitusi sebagai sistem tertutup dari norma-norma hukum yang tertinggi
dalam suatu negara yang juga merupakan norma dasar yang merupakan
sumber bagi norma-norma lainnya yang berlaku dalam negara.
2. Konstitusi dalam arti relatif : Yaitu konstitusi yang dihubungkan dengan
kepentingan suatu golongan tertentu yang di dalam masyarakat, (relativer
Verfassungs begriff). Golongan disini adalah golongan borjuis liberal yang
menginginkan adanya jaminan dari pihak penguasa afar hak-haknya tidak
dilanggar.

3. Konstitusi dalam arti positif ( Carl Schmitt) : Konsitusi sebagai putusan politik
yang tertinggi berhubungan dengan pembuatan undang-undang dasar Weimar
pada tahun 1919 yang menentukan nasib rakyat seluruh Jerman karena
undang-undang dasar ini telah mengubah struktur pemerintahan yang lama
dari sistem monarki. Yang dapat dikatakan sebagai konstitusi dalm arti positif
bagi nbangsa Indonesia adalah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945
karena ini merupakan putusan tertinggi untuk menetukan nasibnya dari
bangsa terjajah menjadi merdeka.

4. Konstitusi dalam arti ideal : Konstitusi yang merupakan idaman atau cita-cita
dari kaum borjuis liberal sebagai jaminan bagi rakyat agar hak-haknya yang
asasi dilindungi.

2. Isi Konstitusi : Yang dimaksud isi konstitusi menjawab pertanyaan hal-hal


apa sajakah yang diatur di dalam suatu konstitusi atau apakah yang menjadi
atau muatan konsitusi. Pendapat dari para ahli mengenai hal tersebut seperti :
Dr. R. Sri Soemantri, S.H. : Mengatakan bahwa konstitusi berisi 3 hal pokok :
Pertama, adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara.
Kedua, ditetapkannya susunan. Ketatanegaraan yang bersifat fundamental.
Ketiga, adanya pembagian dan pembatasan tugas yang bersifat fundamental.

3. Perubahan Konstitusi :

a. Arti perubahan dalam undang-undang dasar : Sri Someantri menguraikan


perubahan undang-undang dasar dimulai dari pasal 37 UUD 1945. Bahwa
dalam mengubah undang-undang dasar sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir. Dari bunyi ketentuan
tersebut dapat dikatakan bahwa wewenang untuk mengubah undang-undang
dasar berada di tangan Majelis Permusyawaratan. Selanjutnya dikatakan
bahwa perkataan “ mengubah “ harus diartikan dengan “mengubah undang-
undang dasar”yang dalam bahaa inggris adalah to amend the constitution,
serta “perubahan undang-undang dasar “yang dalam bahasa Inggris adalah
constitutional amandement.

b. Cara-cara pengubahan undang-undang dasar atau konstitusi : Adanya


pengubahan di dalam konstitusi di dasarkan atas klasifikasi konstitusi ke dalam
yang rigid dan fleksibel. Konsitusi dalam arti rigid didasarkan atas sulit atau
sukarnya konstitusi tersebut diubah, sedangkan konstitusi dikatakan fleksibel
bulat jika mudah diubah. Mengenai cara mengubah C.F Strong dalam bukunya
(Modern Political Constitution :146) ada 4 metode atau cara pengubahan
konstitusi modern sebagai berikut :

1. By the ordinary, legislature, but under certain restrictions. Dalam cara


pertama ini ada 3 jalan mengubah konstitusi, yaitu lembaga perwakilan rakyat
yang ada dalam sidang-siangya harus dihadiri fixed quorum of members (2/3
atau 4/5 dari seluruh jumlah anggota) dan putusan-putusan tersebut sah
apabila usul-usul pengubahan disetujui oleh suara terbanyak, membentuk
lembaga perwakilan rakyat yang baru, dan melakukan pengabungan antara
lembaga perwakilan rakyat sebagai satu badan.

2. By the people though a referendum : Cara kedua ini terjadi apabila


pengubahan konstitusi memerlukan adanya pendapat langsung dari rakyat.
Pendapat rakyat ini dapat diminta dapat diminta melalui referendum, plebisit,
atau populer vote.

3. By a majority of all units of a federal state : Cara ini hanya berlaku dalam
negara federal saja. Oleh karena itu pembentukan negara federal itu dilakukan
oleh negara-negara yang membentuknya dan konstitusinya merupakan
semacam perjanjian antara negara-negara tadi, maka pengubahan konstitusi
memerlukan adanya persetujuan negara-negara anggota. Keputusan tentang
perubahan itu dapat dilakukan oleh rakyat masing-masing negara bagian atau
dapat juga dilakukan oleh lembaga perwakilan rakyat masing-masing negara.

4. By a special convention : Cara keempat ini dapat terjadi apabila untuk


mengubah suatu konstitusi mengharuskan dibentuknya suatu badan khusus.
Dengan demikian, yang diberi wewenang untuk mengubah konstitusi itu
adalah badan khusus yang sengaja dibentuk hanya untuk itu. Cara demikian ini
dapat dijumpai pada Undang-Undang Dasar Sementara 1950. Untuk mengubah
bagian-bagian undang-undang dasar harus dibentuk sebuah baan yang
dinamakan Majelis Perubahan Undang-Undang Dasar.

Selanjutnya dalam cara pengubahan juga ada pendapat dari K.C Where dalam
bukunya ( Modern constitution.

1. Some primary forces : Cara pengubahan melalui jalan some priority forces
adalah bila pengubahan konstitusi itu dilaksanakan atau terjadi oleh sebagian
besar rakyat suatu negara yangmerupakan kekuatan-kekuatan yang
berpengaruh atau dominan dalam kehidupan negara yang bersangkutan, atau
golongan-golongan yang kuat di dalam masyarakat atau kekuatan-kekuatan
yang menentukan di masyarakat.

2. Formal amendment : Sebagai salah satu cara untuk mengubah konstitusi


suatu negara adalah bila pengubahan konstitusi itu dilakukan sesuai dengan
atau melalui ketentuan-ketentuan yang telah tercantum di dalam peraturan
perundangan yang berlaku.

3. Judicil interpretation : Cara ini digunakan apabila pengubahan konstitusi


itu dilakukan atau melalui penafsiran berdasarkan hukum. Hal ini dapat
dilakukan berdasarkan atau menurut tafsiran ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Di dalam UUD 1945, pasal 37 mengenai pengubahan UUD, ini
dapat ditafsirkan perubahannya bukan UUD 1945 (batang tubuhnya saja),
melainkan dapat dilakukan atau terjadi, baik pada penjelasannya ataupun
pembukaannya.

4. Usages and customs : Perubahan UUD yang dilakukan berdasarkan


kebiasaan dan adat istiadat ketatanegaraan.
BAB VII SISTEM PEMERINTAHAN

1. Pengertian sistem pemerintahan

a. Pengertian sistem : Tentang pengertian sistem dapat dikemukakan


antara lain oleh W.J.S Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sistem adalah sekelompok
bagian-bagian (alat dan sebagainya) yang bekerja bersama-sama untuk
melakukan suatu maksud, misalnya (1) sistem urat syaraf dalam tubuh kita,
sistem pemerintahan; (2) sekelompok pendapat, peristiwa, kepercayaan dan
sebagainya yang disusun dan diatur baik-baik, misalnya filsafat; (3) cara
(metode) yang teratur untuk melakukan sesuatu, misalnya pengajaran bahasa.

b. Pengertian pemerintahan : Pemerintah berasal dari perkataan


pemerintah, sedangkan pemerintah berasal dari kata perintah. Beliau (W.J.S
Poerwarminta) berpendapat mengenai hal tersebut yaitu:

- Perintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan


sesuatu.

- Pemerintah adalah kekuasaan memerintah suatu negara (daerah


negara) atau badan yang tertinggi yang memerintah suatu negara ( seperti
kabinet merupakan suatu perintah)

- Pemerintahan adalah perbuatan (cara, hal, urusan, dan sebagainya)


memerintah.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, S. Pamudji kemudian merumuskan bahwa


yang dimaksud dengan pemerintahan dalam arti luas adalah perbuatan
pemerintah yang dilakukan oleh organ-organ atau badan legislatif, eksekutif,
dan yudikatif dalam rangka mencapai tujuan pemerintahan negara,sedangkan
pemerintahan dalam arti sempit adalah perbuatan memrintah yang dilakukan
oleh organ eksekutif dan jajarannya dalam rangka mencapai tujuan
pemrintahan negara.

2. Sistem pemerintahan

a. Sistem pemerintahan pada umumnya : S. Pamudji merumuskan


pengertian sistem yang lebih lengkap sebagai berikut; Suatu kebulatan atau
keseluruhan yang utuh, yang di dalamnya terdapat komponen-komponen,
yang pada gilirannya merupakan sistem tersendiri, yang mempunyai fungsi
masing-masing, saling berhubungan satu sama lain menurut pola, tata atau
norma tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan. Apabila pengertian
diatas dikaitkan dengan sistem pemerintahan, maka kebulatan atau
keseluruhan yang utuh itu adalah pemerintahan, sedangkan komponen-
komponen itu adalah legislatif, eksekutif, dan yudikatif, yang masing-masing
telah mempunyai fungsi masing-masing.

b. Macam-macam sistem pemerintahan : S. Pamudji membagi sistem


pemerintahan menjadi dua bagian yaitu:

- Sistem pemerintahan parlementer mempunyai ciri-ciri ;

1. Kabinet yang dupimpin oleh perdana menteri dibentuk oleh atau atas
dasar kekuatan dan atau kekuatan-kekuatan yang menguasai parlemen.

2. Para anggota kabinet mungkin seluruhnya anggota parlemen, mungkin


pula tidak seluruhnya, dan mungkin seluruhnya bukan anggota parlemen.

3. Kabinet dengan ketuana bertanggung jawab kepada parlemen. Apa bila


kabinet atau seorang atau beberapa orang anggotanya mendapat mos tidak
percaya dari parlemen, maka kabinet atau seorang atau beberapa orang
daripadanya harus mengundurkn diri.

4. Sebagai imbangan dapat dijatuhkannya kabinet, maka kepada negara


(presiden, raja, atau ratu) dengan saran atau nasihat perdana menteri dapat
membubarkan parlemen.’

- Sistem pemerintahan presidensial : Dalam sistem pemerintahan


presidensial, kekuasaan eksekutif berada diluar pengawasan, dan ciri-ciri
sistem ini adalah sebagai berikut :

1. Presiden adalah kepala eksekutif yang memimpin kabinetnya yang


semuanya diangkat olehnya dan brtanggung jawab atas kepadanya.Ia sekalius
juga berkedudukan sebagai kepala negara ddengan masa jabatan yang telah
ditentukan dengan pasti oleh undang-undang dasar.

2. Presiden tidak dipilih oleh badan legislatif, tetapi dipilih oleh sejumlah
pemilih. Oleh karena itu, ia bukan bagian dari badan legislatif seperti dalam
sistem pemerintahan parlementer.
3. Presiden tidak bertanggung jawab kepada badan legislatif, dan dalam
hubungna ini ia tidak dapat dijatuhka oleh badan legislatif.

4. Sebagai imnangannya, presiden tidak dapat atau tidak mempunyai


wewenang membubarkan badan legislatif.

- Sistem pemerintahan Indonesia : Selain kedua sistem pemerintahan


diatas, sebenarnya masih ada sistem pemerintahan lainnya yang merupakan
gabungan atau kombinasi ataupun campuran antara kedua sistem
pemerintahan yang terdahulu diuraikan, yaitu sistem pemerintahan yang
dianut dan berlaku di Indonesia sekarang ini menurut Undang-Undang Dasar
1945. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 dapat dikemukakan hal-
hal berikut;

1. Presiden dipilih dan diangkat oleh MPR

2. Presiden adalah mandataris atau kuasa Majelis

3. Majelis adalah pemegang kekuasaan negara yang tertinggi

4. Presiden tunduk dan bertanggung jawab kepada Majelis

5. Presiden Untergeordnet kepada Majelis.

Inti kelima hal tersebut adalah bahwa Presiden sebagai badan eksekutif
mendapat pengawasan langsung dari badan legislatif. Presiden Indonesia
mempunyai kekuasaan pemerintahan (real) dan mempunyai kekuasaan
nominal (nominal head of state ) sebagai kepala negara.

Anda mungkin juga menyukai