Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Hukum Tata Negara

Hukum tata negara merupakan hukum yang meneliti sebuah masalah


yang ada didalam negara tersebut. Meskipun ada beberapa bagian ilmu
tentang pengetahuan yang membuat aturan didalam negara tersebut.

Tata Negara berarti sistem penataan negara yang berisi ketentuan


mengenai struktur kenegaraan dan mengenai substansi norma
kenegaraan. Dengan kata lain, Hukum Tata Negara merupakan cabang
Ilmu Hukum yang membahas mengenai tata struktur kenegaraan,
mekanisme hubungan antar struktur kenegaraan, serta mekanisme
hubungan antara struktur negara dengan warga negara.

Istilah Hukum Tata Negara berasal dari bahasa Belanda Staatsrecht


yang artinya adalah hukum Negara.Staats berarti negara-negara,
sedangkan recht berarti hukum.Hukum negara dalam kepustakaan
Indonesia diartikan menjadi Hukum Tata Negara.Mengenai definisi
hukum tata negara masih terdapat perbedaan pendapat di antara ahli
hukum tata negara. Perbedaan ini antara lain disebabkan oleh masing-
masing ahli berpendapat bahwa apa yang mereka anggap penting akan
menjadi titik berat perhatiannya dalam merumuskan pengertian dan
pandangan hidup yang berbeda.

Hukum Tata Negara juga dapat dibedakan antara Hukum Tata Negara
Umum dan Hukum Tata Negara Positif.Hukum Tata Negara Umum
membahas asas- asas, prinsip-prinsip yang berlaku umum, sedangkan
Hukum Tata Negara Positif hanya membahas hukum tata negara yang
berlaku pada suatu tempat dan waktu tertentu. Misalnya, hukum tata
negara Indonesia, Hukum Tata Negara Inggris, ataupun Hukum Tata
Negara Amerika Serikat yang dewasa ini berlaku di masing-masing
negara yang bersangkutan, adalah merupakan hukum tata negara
positif.

Barulah setelah reformasi 1998 terjadi perkembangan yang dominan


dalam studi Hukum Tata Negara.Lahirnya para ahli Hukum Tata Negara
juga turut membantu perkembangan tersebut.Melalui amandemen
pancasila akhirnya menghasilkan perubahan dan perombakan pada
struktur / unsur kenegaraan. Terlahirnya lembaga-lembaga negara baru
itu tak lain bermaksud mewujudkan Indonesia yang lebih baik dan
demokratis.
A. PENGERTIAN HUKUM TATA NEGARA
“Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi negara”, seperti
dikemukakan oleh Logemann dalam bukunya Over de theorie van een stelling staatsrecht
(1954: 81). Negara dipandang sebagai suatu organisasi yang terdiri dari berbagai fungsi yang
saling berkaitan mendukung dan membentuk negara tersebut secara keseluruhan.
Organisasi negara dipandang sebagai organisasi jabatan-jabatan. Di mana dibedakan antara
jabatan dan fungsi. Fungsi dalam arti sosiologisnya, sedangkan jabatan merupakan arti
yuridis. Dikemukakan bahwa Hukum Tata Negara adalah kumpulan kaidah hukum mengenai
pribadi hukum dari jabatan atau kumpulan jabatan di dalam negara dan mengenai
lingkungan berlakunya hukum dari suatu negara. Definisi yang dikemukakan Logemann lebih
melihat Hukum Tata Negara yang mengatur bentuk dan lembaga organisasi negara
mengomentari definisi tersebut Usep Ranawidjaja dalam bukunya Hukum Tata Negara
Indonesia Dasar-dasarnya (1983: 13) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pribadi
hukum jabatan yang meliputi serangkaian mengenai persoalan, subjek kewajiban, subjek
nilai (waardesubject), personifikasi, perwakilan, timbul dan lenyapnya kepribadian
pembatasan wewenang, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan yang berlaku dalam
pengertian lingkungan kekuasaan atau manusia dalam suatu negara. Mirip dengan
Logemann, Scholten (1935), dalam bukunya Algemenelehree mengemukakan bahwa
“Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi negara”. Memandang negara
sebagai suatu organisasi, dalam organisasi tersebut diatur hubungan antara lembaga dan
memuat aturan hukum tentang hak dan kewajiban dari masing-masing lembaga atau badan
tersebut. Dalam definisi di atas belum terlihat bagaimana pengaturan tentang hak dan
kewajiban warga negara. Definisi yang telah memberikan deskripsinya tentang hak dan
kewajiban warga negaranya antara lain dikemukakan oleh Van der Pot yang mendefinisikan
Hukum Tata Negara adalah peraturan yang menentukan 1.6 Hukum Tata Negara RI badan-
badan yang diperlukan serta wewenangnya masing-masing dan hubungan di antara individu-
individu pada negara tersebut. Apeldorn (1954) dalam bukunya Ínleding tot de studie van
het Nederlandensreecht mengartikan sebagai hukum negara dalam arti sempit untuk
membedakan dengan “Hukum Tata Negara dalam arti luas yang terdiri dari Hukum Tata
Negara dan Hukum Administrasi Negara” yang merupakan bagian dari hukum negara
tersebut adalah hukum yang mengatur orang-orang yang memegang kekuasaan
pemerintahan serta batas-batas kekuasaannya. Van Vollenhoven (1934) dalam bukunya
yang berjudul Statsreechts Overzee diartikan sebagai hukum yang mengatur masyarakat
atas masyarakat hukum bawah menurut tingkatannya yang menentukan wilayahnya dan
penduduknya serta menentukan badan-badan berikut fungsi dan kewenangannya. Definisi
ini tampak lebih berdimensi sosiologis dengan menitikberatkan kepada fungsinya, dan
menitikberatkan kepada makna negara sebagai organisasi masyarakat yang terdapat di
dalamnya hubungan antara lapisan masyarakat hukum, yaitu membedakannya dalam
kelompok masyarakat hukum atas dan bawahan, hubungan inilah yang diatur oleh Hukum
Tata Usaha Negara. Dalam definisi ini mencakup unsur: hubungan hukum, masyarakat
hukum, bawahan dan atasan, badan-badan atau lembaga negara, penataan kekuasaan
dalam bentuk fungsi dan wewenangnya. Sarjana Inggris yang bernama A.V. Decy (1968)
menyebutnya dengan istilah constituional law dalam bukunya An introduction to the study
of the law of the constitution. Makna definisinya menitikberatkan kepada pembagian
kekuasaan dalam organisasi negara disebutkannya, appears to include all rules which in the
state (1968: 23). Pengertian sangat luas semua hukum (all rules) yang mengatur distribusi
kekuasaan negara. Kranenburg mengajukan cakupan dalam lapangan hukum ini menjadi (1)
Hukum Tata Negara meliputi hukum mengenai susunan umum dari negara, seperti diatur
dalam undang-undang dasar dan undang-undang organik. (2) Hukum Tata Usaha Negara
mengatur susunan dan wewenang khusus dari alat-alat perlengkapan badan-badan
kenegaraan, seperti hukum kepegawaian. Beberapa definisi yang dikemukakan oleh sarjana
di negara kita perlu kita pelajari untuk memperoleh pemahaman yang lebih kontekstual
dengan kondisi sosial budaya dan sistem politik negara kita, antara lain berikut ini.
PKNI4206/MODUL 1 1.7 Kusumadi Pudjosewojo dalam bukunya Pedoman Pelajaran Tata
Hukum Indonesia dikemukakannya bahwa Hukum Tata Negara yang mengatur bentuk
negara (kesatuan atau federal) dan bentuk pemerintahan (kerajaan atau republik) yang
menunjukkan masyarakat hukum atasan maupun bawahan beserta tingkatan-tingkatannya
(berarchie). Definisi ini melihat dari aspek masyarakat hukum, seperti yang dikemukakan
oleh Van Vollenhoven. Kelebihannya secara langsung menunjuk kepada pengaturan tentang
bentuk negara dan pemerintahan. Kusnardi (1989: 29) dalam bukunya Pengaturan Tata
Negara Indonesia menyebutkan bahwa Hukum Tata Negara sebagai sekumpulan peraturan
hukum yang mengatur organisasi daripada negara, hubungan antaralat perlengkapan negara
dalam garis vertikal dan horizontal serta kedudukan warga negara dan hak-hak asasinya.
Analisis terhadap definisi ini mencakup unsur-unsur, peraturan hukum, organisasi negara,
lembaga negara, hak warga negara, dan jaminan hak asasi negara. Kiranya tampak
mendeskripsikan sesuai dengan tuntutan dari muatan sebuah konstitusi. Dengan
berorientasi pada sisi pemikiran kontekstual dengan kondisi nilai folosofis, sosiologis, politis
dan budaya serta kondisi Hukum Tata Negara kita dapat dirumuskan bahwa Hukum Tata
Negara Indonesia adalah Perangkat Hukum baik yang dirumuskan secara tertulis maupun
yang berkembang dalam praktik mencakup organisasi, pembagian kekuasaan dan jaminan
hak asasi manusia untuk kepentingan mendirikan serta menata dan menjalankan kehidupan
bernegara berdasarkan Pancasila. Anda perlu memperhatikan uraian berikut ini bahwa
kedudukan Hukum Tata Negara dapat dilihat dari sudut pandang keilmuan. Sebagai hukum
yang objek utamanya organisasi negara dan kekuasaan maka bidang ini memiliki dua
topangan keilmuan. Di satu pihak, ilmu politik dan ilmu kenegaraan lainnya, dan di lain pihak
ilmu hukum. Dilihat dari muatan hukum dan sumber materinya Hukum Tata Negara ini
mendapatkan sumbangan keilmuan dari ilmu politik dan kenegaraan lainnya, muatannya
berupa sejumlah konsep nilai dan aspirasi politik yang tumbuh dalam masyarakat sebagai
cita-cita hukum atau living law dari masyarakat tersebut. Cita-cita hukum ini terakumulasi
secara sosiokultural pada ide untuk membangun negara beserta kehidupannya. Muatan
materi hukum tersebut untuk mengartikulasikan perlu dirumuskan dalam bentuk hukum
dengan memperhatikan kaidah-kaidah dalam ilmu hukum sehingga memiliki kekuatan
sebagai hukum yang 1.8 Hukum Tata Negara RI Hukum Tata Negara memiliki daya paksa
yang mengikat. Dari dimensi ini dapat kiranya disimpulkan bahwa perpaduan antara
topangan keilmuan politik kenegaraan dengan ilmu hukum untuk membangun organisasi
dan negara maka memunculkan Hukum Tata Negara. Konsekuensinya dari pemikiran di atas
berimplikasi bahwa untuk menganalisis dan mempelajari Hukum Tata Negara tidak dapat
dilepaskan dalam kaitannya dengan pemikiran politik kenegaraan dan aspirasi dari bangsa
dan negara tersebut. Di samping itu, menganalisisnya perlu dari dimensi aspirasi politik, juga
dari dimensi yang dikemas dalam wujud hukum publik. Untuk lebih jelasnya silakan Anda
memperhatikan gambar berikut.

A. Pengertian Negara
Istilah negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing: state (Inggris), staat
(Belanda dan Jerman), atau etat (Perancis). Negara adalah organisasi masyarakat tertinggi
yang memiliki teritorial dan kekuasaan untuk mengatur dan memelihara rakyatnya di bawah
perundang-undangan (hukum).  Lebih lanjut dari pengertian in, negara identik dengan hak
dan wewenang.

B. Tujuan Negara
Sebagai sebuah organisasi kekuasaan dari kumpulan orang-orang yang mendiaminya, negara
harus memiliki tujuan yang disepakati bersama. Dalam konteks negara Indonesia, tujuan
negara atau cita-cita negara tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yaitu
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

C. Unsur-Unsur Negara
Negara terdiri dari beberapa unsur pembentuk. Unsur-unsur pembentuk tersebut ada yang
bersifat mutlak atau konstitutif, dan ada pula yang bersifat tambahan atau deklaratif.
Unsur Konstitutif
Merupakan syarat mutlak, sehingga apabila unsur satu saja tisak ada, maka negara pun tidak
ada. Adapun unsur-unsur negara secara konstituif sebagai berikut:
Rakyat
Sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh rasa persamaan dan bersama-sama mendiami
wilayah tertentu.
Wilayah
Adalah unsur negara yang harus terpenuhi, karena jika tidak adanya wilayah, maka tissak
akan terbentuk negara tanpa ada batas-batas teritorial yangg jelas. Secara umum wilayah itu
dapat berupa daratan dan perairan
Pemerintah
Adalah alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin organisasi negaea untuk
mencapai tujuan bersama didirikannya negara. Pemerintah bertuga yang melalui aparat
penegak hukum yang menjalankan penetapan hukum dalam rangka mewujudkan
kepentingan warga negara dan unruk negara.

Menurut Logeman
Pengertian negara versi Logeman adalah organisasi kemasyarakatan yang dengan
kekuasaann

Menurut Aristoteles

Pengertian negara menurut Aristoteles adalah suatu persekutuan dari keluarga


dan desa untuk mencapai kehidupan yang sebaik-baiknya.

ya bertujuan untuk mengatur dan mengurus masyarakat tertentu.

Teori Kenyataan

Timbulnya suatu negara merupakan soal kenyataan. Apabila pada suatu ketika unsur-unsur
negara (wilayah, rakyat, pemerintah yang berdaulat) terpenuhi, maka pada saat itu pula negara
itu menjadi suatu kenyataan.

Teori Ketuhanan

Timbulnya negara itu adalah atas kehendak Tuhan. Segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa
kehendak-Nya. Friederich Julius Stahl (1802-1861) menyatakan bahwa negara tumbuh secara
berangsur-angsur melalui proses evolusi, mulai dari keluarga, menjadi bangsa dan kemudian
menjadi negara. “Negara bukan tumbuh disebabkan berkumpulnya kekuatan dari luar, melainkan
karena perkembangan dari dalam. Ia tidak tumbuh disebabkan kehendak manusia, melainkan
kehendak Tuhan,” katanya.

Demikian pada umumnya negara mengakui bahwa selain merupakan hasil perjuangan atau
revolusi, terbentuknya negara adalah karunia atau kehendak Tuhan. Ciri negara yang menganut
teori Ketuhanan dapat dilihat pada UUD berbagai negara yang antara lain mencantumkan frasa:
“Berkat rahmat Tuhan …” atau “By the grace of God”. Doktrin tentang raja yang bertahta atas
kehendak Tuhan (divine right of king) bertahan hingga abad XVII.

Teori Perjanjian Masyarakat

Teori ini disusun berdasarkan anggapan bahwa sebelum ada negara, manusia hidup sendiri-sendiri
dan berpindah-pindah. Pada waktu itu belum ada masyarakat dan peraturan yang mengaturnya
sehingga kekacauan mudah terjadi di mana pun dan kapan pun. Tanpa peraturan, kehidupan
manusia tidak berbeda dengan cara hidup binatang buas, sebagaimana dilukiskan oleh Thomas
Hobbes: Homo homini lupus dan Bellum omnium contra omnes. Teori Perjanjian Masyarakat
diungkapkannya dalam buku Leviathan. Ketakutan akan kehidupan berciri survival of the
fittest itulah yang menyadarkan manusia akan kebutuhannya: negara yang diperintah oleh
seorang raja yang dapat menghapus rasa takut.

Demikianlah akal sehat manusia telah membimbing dambaan suatu kehidupan yang tertib dan
tenteram. Maka, dibuatlah perjanjian masyarakat (contract social). Perjanjian antarkelompok
manusia yang melahirkan negara dan perjanjian itu sendiri disebut pactum unionis. Bersamaan
dengan itu terjadi pula perjanjian yang disebut pactum subiectionis, yaitu perjanjian
antarkelompok manusia dengan penguasa yang diangkat dalam pactum unionis. Isi pactum
subiectionis adalah pernyataan penyerahan hak-hak alami kepada penguasa dan berjanji akan taat
kepadanya.

Penganut teori Perjanjian Masyarakat antara lain: Grotius (1583-1645), John Locke (1632-1704),
Immanuel Kant (1724-1804), Thomas Hobbes (1588-1679), J.J. Rousseau (1712-1778).

ORGANISASI PEMERINTAH 

Organisasi pemerintah adalah organisasi atau kelompok yang bergerak atau


berkepentingan atau terlibat dalam proses politik dan dalam ilmu kenegaraan, secara
aktif berperan dalam menentukan nasib bangsa tersebut. Organisasi politik dapat
mencakup berbagai jenis organisasi seperti kelompok advokasi yang melobi
perubahan kepada politisi, lembaga think tank yang mengajukan alternatif
kebijakan, partai politik yang mengajukan kandidat pada pemilihan umum,
Dalam pengertian yang lebih luas, suatu organisasi politik dapat pula dianggap
sebagai suatu sistem politik jika memiliki sistem pemerintahan yang
lengkap.Organisasi politik merupakan bagian dari suatu kesatuan yang
berkepentingan dalam pembentukan tatanan sosial pada suatu wilayah tertentu
oleh pemerintahan yang sah

ORGANISASI NON PEMERINTAH

Organisasi-organisasi non pemerintah atau non government


organizations (NGO’s) adalah suatu lembaga yang didirikan atas prakarsa swasta
yang menghimpun orang-orang swasta atau publik, fisik dan moral dari berbagai
kewarganegaraan. Selain itu, organisasi non pemerintah ini sama sekali tidak
mempunyai tujuan lukratif. Sasaran utamanya adalah mencoba untuk melunakkan,
mempengaruhi ataupun mengubah kebijakan-kebijakan subjek hukum internasional
melalui suatu kegiatan yang jangkauannya dapat meluas ke banyak negara.

Anda mungkin juga menyukai