Anda di halaman 1dari 58

SESI 3 TUTORIAL ONLINE

SISTEM HUKUM INDONESIA


UNIVERSITAS TERBUKA

1
2
HUKUM TATA NEGARA

Peristilahan:
� Dalam bahasa hukum Belanda: “Staatsrecht”.
� Dalam bahasa hukum Inggris: “Constitutional Law, State Law”.
� Dalam bahasa hukum Prancis: “Droit Constitutionnel”.
� Dalam bahasa hukum Jerman: “Verfassungsrecht”.

3
Definisi Hukum Tata Negara

Persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam pendefinisian


Hukum Tata Negara didasarkan kepada titik berat perumusan
arti Hukum Tata Negara, dan pengaruh pandangan lainnya.

4
1. Van Vollenhoven merupakan murid dari J. Oppenheim dalam buku
Staatsrecht Overzee menegaskan bahwa:
“Het staatsrecht heeft vooreest alle hogere en lagere
rechtsgemeenschappen met hun hierarchie te tekenen, van elke dier
gemeenschappen het grond en personengebied te omschrijven en
vervolgens aan te geven, over welke organen de verschillende
overheidsfuncties verdeeld zijn bij elke dier gemeenschappen”.
Hukum Tata Negara mengatur semua masyarakat hukum atasan dan
masyarakat hukum bawahan menurut tingkatannya dan dari masing-
masing itu menentukan wilayah lingkungan rakyatnya dan akhirnya
menentukan badan-badan dan fungsinya masing-masing yang berkuasa
dalam lingkungan masyarakat hukum itu, serta menentukan susunan dan
wewenangnya dari badan-badan tersebut.
----Masyarakat hukum atasan dan bawahan; hubungan berdasarkan hierarki,
hak dan kewajiban masing-masing yang menunjukkan negara dalam
keadaan statis. “Persoonsleer dan Gebiedsleer”

5
2. Scholten dalam buku Algemeen Deel menegaskan bahwa: “Het recht
dat regelt de staatsorganisastie”
Hukum Tata Negara merupakan hukum yang mengatur organisasi dari
negara.
Dalam organisasi negara telah dicakup kedudukan organ-organ negara,
hubungan, hak dan kewajiban, tugas masing-masing.
3. Van der Pot dalam buku Handbook van het Nederlands Staatsrecht
menegaskan bahwa:
“Die regelen stellen de nodige organen in, regelen de bevoegdheden dier organen,
hun onderlinge verhouding, hun verhouding tot de individuen (en zijn werkzaarm
hed)”
Hukum Tata Negara merupakan peraturan-peraturan yang menentukan badan-badan
yang diperlukan serta wewenangnya masing-masing, hubungannya satu dengan yang
lainnya dan hubungannya dengan individu-individu (dalam kegiatannya).
-Sudah menginjak dalam lapangan Hukum Administrasi Negara.

6
4. J.H.A. Logemaan dalam buku Over de Theorie van een stellig staatsrecht
menegaskan bahwa:
“Het staatsrecht als het recht dat betrekking heeft op de staat (...) die
gezagsorganisatie (...) blijkt dus functie, dat is staatsrechtelijk gesproken het ambt,
als kernbegrip, als bouwsteen te hebben”.
Hukum Tata Negara merupakan hukum yang mengatur organisasi negara.
-Jabatan= Pengertian Yuridis dari fungsi;
-Fungsi= Pengertian bersifat Sosiologis.
Negara merupakan organisasi yang terdiri atas fungsi-fungsi dalam hubungan satu
dengan lainnya serta keseluruhan. Maka Negara merupakan organisasi dari jabatan-
jabatan.

7
5. van Apeldoorn dalam buku Indeiding tot de studie van het
Nederlandsrecht menegaskan bahwa:
Peristilahan yang tepat adalah Staatsrecht atau Hukum Negara.
Hukum Negara dalam arti sempit (sama dengan Hukum Tata Negara
dalam arti sempit) menunjukkan orang-orang yang memegang kekuasaan
pemeritahan dan batas-batas kekuasaannya. van Apeldoorn hanya
menyinggung tentang:
-Tugas;
-Hak dan kewajiban;
-Alat-alat perlengkapan negara.

8
6. Wade and Phillips dalam buku Constitusional Law
menegaskan bahwa:
“Constitusional law is then that body of rules which prescribes
(a) the structure, (b) the functions of the organs of central and local
government”. (...) “In the generally accepted of the term it means the rules
which regulated the structure of the principal organs of government and
their relationship to each other, and determine their principal functions”.
Hukum Tata Negara mengatur alat-alat perlengkapan negara,
tugasnya dan hubungan antar alat perlengkapan negara itu.

9
7. Paton dalam buku Textbook of Jurisprudence menegaskan bahwa:
“Constitutional Law deals with the ultimate questions of distribution of
legal power and the functions of the organs of the state. In a wide sense, it
includes administrative law, but it is convinient to consider as a unit for
many purpose the rules which determine the organization, power, and
duties of administrative authorities”.
Hukum Tata Negara merupakan hukum yang mengatur
tentang alat perlengkapan negara, tugas dan wewenangnya.

10
8. A.V. Dicey dalam buku An Introduction to Study at The Law of The
Constitution menegaskan bahwa:
“An Introduction to the study of the law of the constitution (...) as the
term is used in England, appears to include all rules which directly or
indirectly affect the distribution or exercise of the souvereign power in the
state”.
-Pembagian kekuasaan dalam negara dan pelaksanaan
tertinggi dalam suatu negara.
-All rules memiliki arti semua ketentuan yang mengatur hubungan antara
anggota yang memegang kekuasaan tertinggi satu dengan lainnya,
menentukan kekuasaan tertinggi tersebut dan cara melakukan
kekuasaannya.

11
9. Maurice Duverger dalam buku Manuel de Droit Constitutionnel et droit de
science politique menegaskan bahwa:
Hukum Konstitusi “Droit Constitutionnel” merupakan salah satu cabang dari hukum
publik yang mengatur organisasi dan fungsi-fungsi politik suatu lembaga negara.
10. Kusumadi Pudjosewojo dalam buku Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia
menegaskan bahwa:
“Hukum Tata Negara merupakan hukum yang mengatur bentuk negara (kesatuan
atau federal), dan bentuk pemerintahan (kerajaan atau republik), yang menunjukkan
masyarakat hukum yang atasan maupun yang bawahan, beserta tingkatan-
tingkatannya (hirarki), yang selanjutnya menegaskan wilayah dan lingkungan rakyat
dari masyarakat-masyarakat hukum itu dan akhirnya menunjukkan alat-alat
perlengkapan (yang memegang kekuasaan penguasa) dari masyarakat hukum itu
beserta susunan (terdiri dari seseorang atau sejumlah orang), wewenang, tingkatan
imbangan dari dan antara alat perlengkapan itu”.

12
11. Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim dalam buku Pengantar
Hukum Tata Negara Indonesia menegaskan bahwa:
“Hukum Tata Negara merupakan sekumpulan peraturan hukum yang
mengatur organisasi dari pada negara, hubungan antar alat perlengkapan
negara dalam garis vertikal dan horizontal, serta kedudukan warga negara
dan hak-hak asasinya”.

13
Hubungan Hukum Tata Negara dengan Cabang Ilmu
Pengetahuan lainnya
� Ilmu Negara mempelajari :
-Negara dalam pengertian abstrak artinya tidak terikat waktu dan tempat.
Ilmu Negara sebagai Ilmu Pengetahuan pengantar yang memiliki nilai
teoritis.
-Ilmu Negara mempelajari konsep-konsep dan teori-teori
mengenai Negara, serta hakekat Negara.
� Hukum Tata Negara mempelajari :
-Negara dalam keadaan konkrit artinya Negara yang sudah terikat
waktu dan tempat tertentu.
-Hukum Tata Negara mempelajari Hukum Positif yang
berlaku dalam suatu Negara.
-Hukum Tata Negara mempelajari Negara dari segi struktur
yang memiliki nilai praktis.

14
Renger Hora Siccama dalam buku “Natuurlijke waarheid historische
bepaaldheid” menegaskan terdapat tugas ahli hukum, yaitu:
1. Ahli hukum yang menyelidiki tentang sesuau untuk mendapatkan
kebenaran atau ahli hukum penonton (de jurist als toeschouwer);
2. Ahli hukum sebagai pelaksana atau ahli hukum pemain (de
jurist als medespeler).
Kesimpulan:
Hubungan antara Ilmu Negara dengan Hukum Tata Negara adalah Ilmu
Negara merupakan dasar dalam penyelenggaraan praktek ketatanegaraan
yang diatur dalam Hukum Tata Negara lebih lanjut dengan kata lain Ilmu
Negara yang mempelajari konsep, teori tentang Negara merupakan dasar
dalam mempelajari Hukum Tata Negara.

15
� Hukum Tata Negara mempelajari peraturan-peraturan hukum yang
mengatur organisasi kekuasaan Negara. Hukum Tata Negara melihat
Undang-undang adalah produk hukum yang dibentuk oleh alat-alat
perlengkapan Negara yang diberi wewenang melalui prosedur dan tata
cara yang sudah ditetapkan oleh Hukum Tata Negara
� Ilmu Politik mempelajari kekuasaan dilihat dari aspek perilaku
kekuasaan tersebut. Setiap produk Undang-undang merupakan hasil
dari proses politik atau keputusan politik karena setiap Undang-undang
pada hakekatnya disusun dan dibentuk oleh Lembaga-lembaga politik.
� Menurut J. Barrents, Hukum Tata Negara ibarat sebagai kerangka
manusia, sedangkan Ilmu Politik diibaratkan sebagai daging yang
menyelimuti kerangka tersebut.

16
� Hukum Administrasi Negara merupakan bagian dari Hukum Tata Negara dalam
arti luas, sedangkan Hukum Administrasi itu merupakan Hukum Tata Negara dalam
arti luas dikurangi dengan Hukum Tata Negara dalam arti sempit (Teori Residu).
� Golongan yang berpendapat ada perbedaan yuridis prinsip (sistematis dan isi)
1. J. Oppenheim:
Hukum Tata Negara adalah peraturan-peraturan hukum yang membentuk alat-alat
perlengkapan Negara dan memberikan kepadanya wewenang dan membagi-
bagikan tugas pemerintahan dari tingkat tinggi sampai tingkat rendahan.
Hukum Tata Negara adalah Negara dalam keadaan diam (Staat in rust).
Hukum Administrasi Negara adalah peraturan-peraturan hukum mengenai
Negara dalam keadaan bergerak (Staats in beweging), yang merupakan aturan-
aturan pelaksanaan tugas dari alat-alat perlengkapan
Negara yang telah ditentukan oleh Hukum Tata Negara.

17
2. Van Vollenhoven:
� Badan-badan pemerintah tanpa peraturan-peraturan Hukum
Tata Negara akan lumpuh, karena badan-badan itu tidak
mempunyai kekuasaan apapun.
� Alat-alat perlengkapan Negara tanpa Hukum Administrasi
Negara adalah bebas sama sekali.
3. Romeyn:
� Hukum Tata Negara menyinggung dasar-dasar dari Negara,
sedangkan Hukum Administrasi Negara mengenai
pelaksanaan teknis.
� Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang
melaksanakan apa yang telah ditentukan oleh Hukum Tata
Negara Negara.
18
4. Logemaan:
� Hukum Tata Negara mempelajari: Susunan dari jabatan-
jabatan; Penunjukan mengenai pejabat-pejabat; tugas dan
kewajiban yang melekat pada jabatan itu; kekuasaan dan
wewenang yang melekat pada jabatan; batas wewenang dan
tugas dari jabatan terhadap daerah dan orang-orang yang
dikuasainya; hubungan antar jabatan; penggantian jabatan;
hubungan antara jabatan dan pejabat.
� Hukum Administrasi Negara mempelajari jenis, bentuk
serta akibat hukum yang dilakukan oleh para pejabat dalam
melakukan tugasnya.

19
Golongan yang berpendapat tidak terdapat perbedaan
prinsip
1. R. Kranenburg:
� Tidak terdapat perbedaan prinsipil antara Hukum Tata
Negara dengan Hukum Administrasi Negara. Perbedaan
tidak bersifat asasi, adapun perbedaan hanya pada praktek.
Perbedaan tersebut untuk mencapai kemanfaatan.
� Hukum Tata Negara adalah peraturan-peraturan yang
mengandung struktur umum dari suatu pemerintahan negara
misalnya Undang-Undang Dasar, Undang-undang organik,
desentralisasi, otonomi dan lainnya.
� Hukum Administrasi Negara yaitu peraturan-peraturan yang
bersifat khusus misalnya tentang kepegawaian, wajib militer,
perumahan, lingkungan dan lain-lain.

20
2. W.F. Prins:
� Hukum Tata Negara mempelajari norma fundamental yang
merupakan dasar-dasar dari Negara dan menyangkut langsung
tiap-tiap warga Negara.
� Hukum Administrasi Negara menitikberatkan kepada hal-
hal teknis. Contoh: pertanyaan yang menyangkut susunan dan
kekuasaan parlemen atau pertanyaan bagi rakyat untuk
melakukan hak asasi manusia termasuk dalam Hukum Tata
Negara, sedangkan pertanyaan yang menyangkut besarnya
pajak seseorang pada tahun yang lampau dan tahun yang
sedang berjalan termasuk dalam hukum tata pemerintahan.
� Tidak terdapat garis batas yang tajam atara Hukum Tata
Negara dengan Hukum Administrasi Negara, sebab hal-hal
yang sekarang dianggap teknis dapat berubah menjadi
fundamental dikemudian hari.

21
3. Prajudi Atmosudirdjo:
� Tidak ada perbedaan-perbedaan yuridis prinsipil antara Hukum
Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara.
� Perbedaan hanya terletak pada pembahasan.
� Hukum Tata Negara menitikberatkan pada konstitusi
sedangkan Hukum Administrasi Negara menitikberatkan
pada Administrasi Negara.
� Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara
merupakan dua ilmu hukum yang dapat dibedakan akan tetapi
tidak dapat dipisahkan. Batasan antara keduanya kabur/tidak
ada batasan yang tajam.

22
Sumber-sumber Hukum Tata Negara
� Paton:
“The term sources of law has many meanings and its frequent
cause of error unless we scrutines carefully the particular
meaning given to it any particular text”.
� Sumber hukum memiliki banyak pengertian dan sering
menimbulkan kesalahan, dengan pengecualian apabila diteliti
dengan benar tentang berbagai arti tertentu.
� Sumber hukum terbagi atas:
1. Sumber hukum formil: sumber hukum yang dikenal dari
bentuk;
2. Sumber hukum Materiil: sumber hukum yan menentukan
isi hukum.

23
1. Sumber hukum materiil: dasar dan pandangan hidup bernegara,
serta kekuatan-kekuatan politik yang berpengaruh pada saat
merumuskan kaidah-kaidah hukum tata negara;
2. Sumber hukum formil:
a.Hukum perundang-undangan
ketatanegaraan; b.Hukum adat ketatanegaraan
(rembug desa);
c.Hukum kebiasaan (costum) ketatanegaraan atau konvensi
ketatanegaraan;
(perbuatan dalam kehidupan ketatanegaraan yang dilakukan
berulang kali, sehingga diterima dan ditaati dalam praktek
ketatanegaraan)
d.Yurisprudensi ketatanegaraan;
e.Traktat (treaty) atau perjanjian internasional
ketatanegaraan; f.Doktrin (doctrine) ketatanegaraan.
24
1. Ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1966 tentang
Memorandum DPR-GR mengenai Sumber Tertib Hukum
Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundangan
Republik Indonesia , yaitu:
a. Undang-Undang Dasar 1945;
b. Ketetapan MPRS/MPR;
c.Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang (Perpu);
d.Peraturan Pemerintah;
e.Keputusan Presiden;
f.Peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya,
seperti: 1.Peraturan Menteri;
2.Instruksi Menteri, dan lain-lain.

25
2. Kemudian dirubah oleh Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan yaitu:
a.Undang-Undang Dasar 1945;
b.Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia; c.Undang-undang;
d.Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang
(Perpu); e.Peraturan Pemerintah;
f.Keputusan Presiden;
g.Peraturan Daerah.
2. Kemudian dirubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun
2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
jenis dan hirarki Peraturan Perundang-undangan, Pasal 6
adalah sebagai berikut:
a.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
b.Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang;
c.Peraturan
Pemerintah;
d.Peraturan Presiden;
e.Peraturan Daerah.
3. Kemudian dirubah oleh Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Jenis
dan hierarki Peraturan Perundang-undangan Pasal 7, terdiri
atas:
a.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
b.Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c.Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang;
d.Peraturan Pemerintah;
e.Peraturan Presiden;
f.Peraturan Daerah Provinsi; dan
g.Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
 Pokok bahasan:
1. Pengertian asas-asas HTN;
2. Asas Pancasila;
3. Asas Negara Hukum;
4. Asas Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi;
5. Asas Negara Kesatuan;
6. Asas Pemisahan Kekuasaan dan Checks and Balances
Principles.

29
Pengertian Asas-asas HTN

 Asas (Beginselen) merupakan dasar dari sesuatu yang


menjadi tumpuan berfikir atau berpendapat.
 Asas Hukum Tata Negara merupakan dasar dari pengaturan Hukum Tata Negara
Positif dengan objek penyelidikan utama ialah Undang- Undang Dasar.
 Asas (Beginselen): Bangunan hukum yang bersumber pada perasaan manusia
dengan sifat keberlakuan tidak tetap;
 Pengertian (Begrippen): Bangunan hukum yang bersumber pada
akal/pikiran manusia dengan sifat keberlakuan tetap.

30
Logemann
Gegevens van het Recht (“Bahan-bahan Hukum”)
“Setiap peraturan pada hakikatnya dipengaruhi oleh dua unsur
penting,
yaitu:

1. Unsur Riil memiliki


sifat konkret, yang
bersumber dari 2. Unsur Idiil memiliki
lingkungan tempat sifat abstrak, yang
manusia itu hidup. bersumber pada diri
Seperti Tradisi atau manusia itu sendiri
sifat-sifat yang di bawa yaang berupaa akal
manusia sejak lahir pikiran dan perasaan.
dengan perbedaan
jenisnya.

31
Asas Pancasila

 Setiap negara memiliki falsafah atau dasar negara/norma fundamental negara yang
berbeda-beda.
 Falsafah merupakan perwujudan atas kehendak rakyat (keinginan/harapan dan
watak suatu bangsa).
 BPUPKI menyelenggarakan Rapat, dan muncullah pertanyaan “dr. Radjiman
bahwa kita bersidang saat ini untuk mempersiapkan kemerdekaan, apa
dasarnya?”. Hal tersebut kemudian di jawab oleh Ir. Soekarno dengan pandangan
bahwa negara terbentuk seperti membentuk suatu bangunan, di setiap bangunan
perlu diletakkan dasar yang kuat atau “Philosofische Grondslag” (dalam lima butir
sila yang oleh ahli bahasa saat itu disebut dengan Pancasila).
 Pancasila merupakan Sumber Hukum Materiil sebagai dasar falsafah terbentuknya
norma-norma hukum dalam peraturan perundang-undangan. Apabila terdapat
norma hukum yang bertentangan dengan Pancasila, maka norma hukum tersebut
wajib dicabut atau dibatalkan. (Tap MPR
III/MPR/2000).
Pamungkas Satya 5
Putra
Pembentukan BPUPKI (28-05-1945)
Sidang I (29s/d01-06-1945)
Sidang II BPUPK (10s/d17-07-1945)
Sidang I BPUPKI
Tanggal 29-05-1945 Moh. Yamin mengemukakan lima (5) dasar negara
(Dalam Pidato), yaitu:
1. Peri Kebangsaan;
2. Peri Kemanusiaan;
3. Peri Ke-Tuhanan;
4. Peri Kerakyatan;
5. Kesejahteraan Rakyat.
Akhir Pidato Moh. Yamin menyerahkan rancangan (tertulis):
1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa;
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia;
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
6
permusyawaratan/perwakilan;
5. Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia.

7
Tanggal 31-05-1945 Prof. Dr. Soepomo mengemukakan usulan dasar negara
Indonesia, yaitu:
1. Persatuan;
2. Kekeluargaan;
3. Keseimbangan lahir dan batin;
4. Musyawarakatan;
5. Keadilan rakyat.
Tanggal 01-06-1945 Ir. Soekarno menyampaikan pidato tentang lima (5) hal yang
menjadi dasar negara merdeka, yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia;
2. Internasionalisme atau kemanusiaan;
3. Mufakat atau demokrasi;
4. Kesejahteraan sosial;
5. Ke-Tuhanan yang berkebudayaan

8
Asas Pancasila (Lanjutan)

1. Asas Ketuhanan Yang Maha Esa


Hal tersebut secara eksplisit termuat di dalam Pembukaan (Preambule)
dan Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945 bahwa:
“maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia, (...) dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa (...)”.
BAB XI
AGAMA
Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu

9
 Dalam bidang Legislatif tercermin dalam pelaksanaan Asas Ketuhanan Yang Maha
Esa yaitu dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan
lainnya.
 Dalam bidang Eksekutif tercermin dengan dibentuknya Kementerian Agama.
 Dalam bidang Yudikatif diawali dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970,
Ps. 4 ayat (1) “DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Terbentuknya Peradian Agama bagi subjek
hukum yang beragama Islam.

10
2. Asas Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Hal tersebut secara eksplisit termuat di dalam Pembukaan (Preambule) dan
Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945 bahwa:
“maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia, (...) dengan berdasar kepada Kemanusiaan yang
adil dan beradab (...)”.
Pasal 27
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
BAB XA**)
HAK ASASI MANUSIA
Misalnya:
Pembentukan lembaga-lembaga kemanusiaan di bidang eksekutif seperti BPMPT,
serta lembaga yang dibentuk oleh masyarakat seperti asrama Yatim Piatu dan Panti
Jompo;

11
3. Asas Persatuan Menunjukan suatu bangsa merdeka dan
berdaulat
Hal tersebut secara eksplisit termuat di dalam Pembukaan (Preambule)
dan Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945 bahwa:
“maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia, (...) dengan berdasar kepada Persatuan
Indonesia (...)”.
BAB XV
BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU
KEBANGSAAN**)
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Pasal 36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
**)
12
Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya. **)

13
4. Asas Kedaulatan Rakyat
Hal tersebut secara eksplisit termuat di dalam Pembukaan (Preambule) dan
Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945 bahwa:
“maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada (...) dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan (...)”.
BAB I
BENTUK DAN KEDAULATAN
Pasal 1
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar.

14
5. Asas Keadilan Sosial
Hal tersebut secara eksplisit termuat di dalam Pembukaan (Preambule)
dan Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945 bahwa:
“maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada (...) serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi selurah rakyat
Indonesia”.
BAB XIV
PEREKONOMIAN NASIONAL DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Pasal 33
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

15
Asas Negara Hukum
Ketentuan Naskah Asli Penjelasan Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945

 Republik Indonesia sebagai negara berdasar atas hukum (rechtsstaat) yang


bertolak belakang dengan konsep negara kekuasaan (machtsstaat). Hal tersebut
termuat dalam naskah asli Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 beserta Penjelasan Bagian III tentang Undang-Undang Dasar
Menciptakan Pokok-Pokok Pikiran yang Terkandung Dalam “Pembukaan” Dalam
Pasal-Pasalnya, menyatakan “(...) Pokok-pokok pikiran ini dalam mewujudkan
cita-cita hukum (rechtsidee) yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum
yang tertulis (undang-undang dasar), maupun hukum yang tidak tertulis”.
 Dalam Bagian Sistem Pemerintahan Negara angka I romawi, menyatakan ”Sistem
pemerintahan negara yang ditegaskan dalam undang-undang dasar ialah: I.
Indonesia, ialah negara yang berdasarkan atas Hukum (rechtsstaat) 1. Negara
Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka (machtsstaat)”.

16
Hukum memiliki posisi utama di dalam sistem ketatanegaraan berdasarkan
Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945), Pasal 1 ayat (3)
dinyatakan secara tegas bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum”.

17
Ide dan Konsep Negara Hukum

Rechtsstaat menurut Carl Schmitt, semula atas pengaruh Prancis, hanya


terdiri atas:
1. grondrechten (hak asasi manusia);
2. scheiding van machten (pembatasan kekuasaan).
Rechtsstaat menurut F. Julius Stahl, semula atas pengaruh unsur-unsur
rechtsstaat di Jerman itu berkembang menjadi empat:
1. grondrechten (hak asasi manusia);
2. scheiding van machten (pembatasan kekuasaan).
3. wetmatigheid van bestuur (administratie) (pemerintahan berdasarkan
undang-undang); dan
4. administratieve rechtspraak (peradilan administrasi negara).

16
 Tradisi Anglo Amerika, A.V. Dicey menegaskan konsep negara
hukum yang dikembangkan atas kepeloporan dengan sebutan
The Rule of Law, yang menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap
negara hukum, yaitu:
1. Supremacy of Law (the absolute predominance of law);
2. Equality before the Law;
3. Due Process of Law.
 The International Commission of Jurist, menekankan
prinsip-prinsip negara hukum:
1. Negara harus tunduk pada hukum;
2. Pemerinah menghormati hak-hak individu;
3. Peradilan yang bebas dan tidak memihak (independence and impartiality
of judiciary).

17
Asas Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi
 Penggunaan peristilahan kedaulatan rakyat dan demokrasi oleh Ni’Matul Huda
tidak tepat, karena yang dimaksud dengan kedaulatan rakyat ialah persepsi dari
peristilahan Yunani yaitu “demos” (rakyat) & “kratein” (pemerintahan).
Demokrasi dalam pandangan maksud dan tujuan adalah kedaulatan rakyat berupa
pemerintahan rakyat. Lebih baik dipergunakan asas kedaulatan rakyat atau asas
demokrasi.
 Hal tersebut secara eksplisit dinyatakan pada Pembukaan alinea 2 dan 4 serta
Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
mengubah dan menambah dalam Bab I tentang Bentuk dan Kedaulatan, Pasal 1
ayat (2) “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-
undang dasar”.
 Contoh: Jaminan terhadap Hak Asasi Manusia, yaitu Bab X Warga Negara dan
Penduduk Ps. 27, 28, Bab XA Hak Asasi Manusia Ps. 28A-28J, Bab XI Agama
Ps. 29 ayat (2), Bab XII Pertahanan dan Keamanan Negara Ps. 30 ayat (1), Bab
XIII Pendidikan Ps. 31 ayat (1).

18
Asas Negara Kesatuan

 Hal tersebut secara eksplisit dinyatakan pada Pembukaan alinea 2 dan 4 serta
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab I Bentuk dan
Kedaulatan Ps. 1 ayat (1) bahwa “Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang
berbentuk republik”.
 Kesepakatan untuk tidak mengubah bentuk negara telah dilakukan pada saat
Proses Pembahasan Perubahan UUD 1945 PAH I “untuk tetap mempertahankan
Negara Kesatuan Republik Indonesia” yang kemudian dituangkan kedalam
ketentuan Bab XVI Perubahan Undang-Undang Dasar Ps. 37 ayat (5) “Khusus
mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan”.
 Contoh: Bab III Kekuasaan Pemerintahan Negara, Bab VI Pemerintahan
Daerah Ps. 18, 18A, 18B.

19
Negara Kesatuan (Unitary State, Eenheidsstaat)

 Negara kesatuan di mana kekuasaan negara terbagi antara pemerintahan


pusat (central government) dan pemerintahan daerah (local government).
Kekuasaan asli terdapat di tingkat pusat, sedangkan kekuasaan daerah
mendapatkan kekuasaan dari pusat melalui penyerahan sebagian
kewenangan di bidang pemerintahan yang ditentukan secara tegas. Hal
tersebut dilakukan dengan cara:
Desentralisasi: penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada
daerah (sekarang daerah Provinsi, Kabupaten/Kota).
Dekonsentrasi: pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada
pejabat-pejabatnya di daerah.

20
Asas Pemisahan Kekuasaan dan Checks and Balances

 Konsep tersebut muncul akibat tindakan penguasan dalam hal ini raja-raja
terutama di bagian Eropa yang memiliki sistem pemerintahan monarki absolut
yang memberikan kedudukan masyarakat sebagai pelaksana dari seluruh titah raja
(alles voor het volk maar niet door het volk). Sentralisasi kekuasaan pada raja
dapat menimbulkan dua kondisi pada saat itu, di mana kekuasaan yang dimiliki
tersebut dapat menciptakan tirani atau kekuasaan tersebut menciptakan
kedamaian.

21
 Hal tersebut melahirkan konsep Trias Politica yang merupakan teori pemisahan
kekuasaan, sebagai doktrin pemisahan kekuasaaan pada awalnya dikemukaan oleh
John Locke, dan kemudian di modifikasi oleh Montesquieu (terdapat pemisahan
(separation of power), pembagian (distribution of power) serta prinsip
perimbangan dan pengawasan kekuasaan (checks and balance principle)). John
Locke dalam buku “Two Treatises on Government”, menegaskan kritik terhadap
kekuasaan kerajaan dan raja yang absolut dan harus terdapat pembatasan
kekuasaan politik terhadap raja yaitu dalam ajaran pemisahan kekuasaan
(separation of power).

22
 John Locke secara tegas tidak setuju terhadap pemikiran Thomas Hobbes dengan
buah pemikiran penyerahan kekuasaan mutlak pada
raja (leviathan).
 Dasar dari pemikiran Locke yaitu kondisi alam manusia dan kontrak sosial
yang melahirkan negara dan negara wajib memenuhi, melindungi,
memelihara hak-hak alamiah manusia di mana untuk mencapai
keseimbangan dalam suatu negara, kekuasaan negara harus dipisahkan
menjadi tiga kekuasaan yaitu:
(i) kekuasaan legislatif (legislative power), di mana dalam hal
membuat atau membentuk undang-undang;
(ii) kekuasaan eksekutif (executive power) merupakan kekuasaan melaksanakan
undang-undang dan di dalamnya termasuk kekuasaan pengadilan, serta
(iii) kekuasaan federatif (federative power) adalah kekuasaan yang
berhubungan dengan persoalan keamanan negara dalam kaitan
dengan hubungan luar negeri.

23
 Montesquieu dalam buku L’Esprit de Lois (Semangat Hukum atau Jiwa dari
Hukum). Penekanan konsep tersebut demi kelancaran dalam pemerintahan negara,
hendaknya diadakan pemisahan kekuasaan dengan batas-batas yang tegas dan
nyata. Untuk itu, kekuasaan negara hendaknya terdiri dari tiga poros kekuasaan
yang terpisah, yaitu:
a) Kekuasaan membuat undang-undang (kekuasaan legislatif);
b) Kekuasaan melaksanakan undang-undang (kekuasaan eksekutif); dan
c) Kekuasaan mengawasi, dan bertindak, jika terjadi pelanggaran terhadap undang-
undang dan hukum yang berlaku (kekuasaan yudikatif).

24
Checks and Balances Principles

 Ferguson dan McHenry menjelaskan bahwa sistem perimbangan


kekuasaan sebagaimana dipraktikkan di Amerika Serikat merupakan
bentuk “(...) Separation of power is implemented by an elaborate system of check
and balances. To mention only a few. Congress is checked by the rewuirement that
laws must receive the approval of both house, by the President’s veto and by the
power of judicial review of the courts” .
 Ketiga cabang yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif merupakan
kekuasaan yang sederajat dan saling mengontrol (pengawasan) satu sama lain
sesuai dengan prinsip perimbangan dan pengawasan kekuasaan. Prinsip tersebut
bertujuan agar kekuasaan negara dapat diatur, dibatasi bahkan dikontrol dengan
efektif dan akuntabel, sehingga penyalahgunaan kekuasaan (perbuatan melawan
hukum) oleh aparat pemerintahan ataupun pejabat-pejabat yang sedang
menduduki jabatan- jabatan dalam lembaga-lembaga negara dapat dicegah dan
ditanggulangi dengan sebaik-baiknya.

25
Terima Kasih

26
Waasalamu’alaikum WR. WB.

27
28
29

Anda mungkin juga menyukai