2
HUKUM TATA NEGARA
Peristilahan:
� Dalam bahasa hukum Belanda: “Staatsrecht”.
� Dalam bahasa hukum Inggris: “Constitutional Law, State Law”.
� Dalam bahasa hukum Prancis: “Droit Constitutionnel”.
� Dalam bahasa hukum Jerman: “Verfassungsrecht”.
3
Definisi Hukum Tata Negara
4
1. Van Vollenhoven merupakan murid dari J. Oppenheim dalam
buku Staatsrecht Overzee menegaskan bahwa:
“Het staatsrecht heeft vooreest alle hogere en lagere
rechtsgemeenschappen met hun hierarchie te tekenen, van elke dier
gemeenschappen het grond en personengebied te omschrijven en
vervolgens aan te geven, over welke organen de verschillende
overheidsfuncties verdeeld zijn bij elke dier gemeenschappen”.
Hukum Tata Negara mengatur semua masyarakat hukum atasan
dan masyarakat hukum bawahan menurut tingkatannya dan dari
masing-masing itu menentukan wilayah lingkungan rakyatnya dan
akhirnya menentukan badan-badan dan fungsinya masing-masing
yang berkuasa dalam lingkungan masyarakat hukum itu, serta
menentukan susunan dan wewenangnya dari badan-badan tersebut.
----Masyarakat hukum atasan dan bawahan; hubungan berdasarkan
hierarki, hak dan kewajiban masing-masing yang menunjukkan
negara dalam keadaan statis. “Persoonsleer dan Gebiedsleer”
5
2. Scholten dalam buku Algemeen Deel menegaskan
bahwa: “Het recht dat regelt de
staatsorganisastie”
Hukum Tata Negara merupakan hukum yang mengatur organisasi dari
negara.
Dalam organisasi negara telah dicakup kedudukan organ-organ negara,
hubungan, hak dan kewajiban, tugas masing-masing.
3. Van der Pot dalam buku Handbook van het Nederlands Staatsrecht
menegaskan bahwa:
“Die regelen stellen de nodige organen in, regelen de bevoegdheden
dier organen, hun onderlinge verhouding, hun verhouding tot de
individuen (en zijn werkzaarm hed)”
Hukum Tata Negara merupakan peraturan-peraturan yang menentukan
badan-badan yang diperlukan serta wewenangnya masing-masing,
hubungannya satu dengan yang lainnya dan hubungannya dengan
individu-individu (dalam kegiatannya).
6
-Sudah menginjak dalam lapangan Hukum Administrasi Negara.
7
4. J.H.A. Logemaan dalam buku Over de Theorie van een stellig
staatsrecht menegaskan bahwa:
“Het staatsrecht als het recht dat betrekking heeft op de staat (...) die
gezagsorganisatie (...) blijkt dus functie, dat is staatsrechtelijk
gesproken het ambt, als kernbegrip, als bouwsteen te hebben”.
Hukum Tata Negara merupakan hukum yang mengatur organisasi
negara.
-Jabatan= Pengertian Yuridis dari fungsi;
-Fungsi= Pengertian bersifat Sosiologis.
Negara merupakan organisasi yang terdiri atas fungsi-fungsi dalam
hubungan satu dengan lainnya serta keseluruhan. Maka Negara
merupakan organisasi dari jabatan-jabatan.
8
5. van Apeldoorn dalam buku Indeiding tot de studie van het
Nederlandsrecht menegaskan bahwa:
Peristilahan yang tepat adalah Staatsrecht atau Hukum
Negara.
Hukum Negara dalam arti sempit (sama dengan Hukum Tata
Negara dalam arti sempit) menunjukkan orang-orang yang
memegang kekuasaan pemeritahan dan batas-batas
kekuasaannya. van Apeldoorn hanya menyinggung tentang:
-Tugas;
-Hak dan kewajiban;
-Alat-alat perlengkapan negara.
9
6. Wade and Phillips dalam buku Constitusional Law
menegaskan bahwa:
“Constitusional law is then that body of rules which prescribes
(a) the structure, (b) the functions of the organs of central and
local government”. (...) “In the generally accepted of the term
it means the rules which regulated the structure of the
principal organs of government and their relationship to each
other, and determine their principal functions”.
Hukum Tata Negara mengatur alat-alat perlengkapan negara,
tugasnya dan hubungan antar alat perlengkapan negara itu.
10
7. Paton dalam buku Textbook of Jurisprudence menegaskan
bahwa:
“Constitutional Law deals with the ultimate questions of
distribution of legal power and the functions of the organs of
the state. In a wide sense, it includes administrative law, but it
is convinient to consider as a unit for many purpose the rules
which determine the organization, power, and duties of
administrative authorities”.
Hukum Tata Negara merupakan hukum yang mengatur
tentang alat perlengkapan negara, tugas dan wewenangnya.
11
8. A.V. Dicey dalam buku An Introduction to Study at The Law
of The Constitution menegaskan bahwa:
“An Introduction to the study of the law of the constitution
(...) as the term is used in England, appears to include all rules
which directly or indirectly affect the distribution or exercise
of the souvereign power in the state”.
-Pembagian kekuasaan dalam negara dan pelaksanaan
tertinggi dalam suatu negara.
-All rules memiliki arti semua ketentuan yang mengatur
hubungan antara anggota yang memegang kekuasaan tertinggi
satu dengan lainnya, menentukan kekuasaan tertinggi tersebut
dan cara melakukan kekuasaannya.
12
9. Maurice Duverger dalam buku Manuel de Droit Constitutionnel et
droit de science politique menegaskan bahwa:
Hukum Konstitusi “Droit Constitutionnel” merupakan salah satu
cabang dari hukum publik yang mengatur organisasi dan fungsi-fungsi
politik suatu lembaga negara.
10. Kusumadi Pudjosewojo dalam buku Pedoman Pelajaran Tata
Hukum Indonesia menegaskan bahwa:
“Hukum Tata Negara merupakan hukum yang mengatur bentuk negara
(kesatuan atau federal), dan bentuk pemerintahan (kerajaan atau
republik), yang menunjukkan masyarakat hukum yang atasan maupun
yang bawahan, beserta tingkatan-tingkatannya (hirarki), yang
selanjutnya menegaskan wilayah dan lingkungan rakyat dari
masyarakat-masyarakat hukum itu dan akhirnya menunjukkan alat-alat
perlengkapan (yang memegang kekuasaan penguasa) dari masyarakat
hukum itu beserta susunan (terdiri dari seseorang atau sejumlah
orang), wewenang, tingkatan imbangan dari dan antara alat
perlengkapan itu”.
13
11. Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim dalam buku
Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia menegaskan
bahwa:
“Hukum Tata Negara merupakan sekumpulan peraturan
hukum yang mengatur organisasi dari pada negara, hubungan
antar alat perlengkapan negara dalam garis vertikal dan
horizontal, serta kedudukan warga negara dan hak-hak
asasinya”.
14
Hubungan Hukum Tata Negara dengan Cabang Ilmu
Pengetahuan lainnya
� Ilmu Negara mempelajari :
-Negara dalam pengertian abstrak artinya tidak terikat waktu
dan tempat. Ilmu Negara sebagai Ilmu Pengetahuan pengantar
yang memiliki nilai teoritis.
-Ilmu Negara mempelajari konsep-konsep dan teori-teori
mengenai Negara, serta hakekat Negara.
� Hukum Tata Negara mempelajari :
-Negara dalam keadaan konkrit artinya Negara yang sudah
terikat waktu dan tempat tertentu.
-Hukum Tata Negara mempelajari Hukum Positif yang
berlaku dalam suatu Negara.
-Hukum Tata Negara mempelajari Negara dari segi struktur
yang memiliki nilai praktis.
15
Renger Hora Siccama dalam buku “Natuurlijke waarheid
historische bepaaldheid” menegaskan terdapat tugas ahli
hukum, yaitu:
1. Ahli hukum yang menyelidiki tentang sesuau untuk
mendapatkan kebenaran atau ahli hukum penonton (de jurist
als toeschouwer);
2. Ahli hukum sebagai pelaksana atau ahli hukum pemain (de
jurist als medespeler).
Kesimpulan:
Hubungan antara Ilmu Negara dengan Hukum Tata Negara
adalah Ilmu Negara merupakan dasar dalam penyelenggaraan
praktek ketatanegaraan yang diatur dalam Hukum Tata
Negara lebih lanjut dengan kata lain Ilmu Negara yang
mempelajari konsep, teori tentang Negara merupakan dasar
dalam mempelajari Hukum Tata Negara.
16
� Hukum Tata Negara mempelajari peraturan-peraturan
hukum yang mengatur organisasi kekuasaan Negara. Hukum
Tata Negara melihat Undang-undang adalah produk hukum
yang dibentuk oleh alat-alat perlengkapan Negara yang diberi
wewenang melalui prosedur dan tata cara yang sudah
ditetapkan oleh Hukum Tata Negara
� Ilmu Politik mempelajari kekuasaan dilihat dari aspek
perilaku kekuasaan tersebut. Setiap produk Undang-undang
merupakan hasil dari proses politik atau keputusan politik
karena setiap Undang-undang pada hakekatnya disusun dan
dibentuk oleh Lembaga-lembaga politik.
� Menurut J. Barrents, Hukum Tata Negara ibarat sebagai
kerangka manusia, sedangkan Ilmu Politik diibaratkan sebagai
daging yang menyelimuti kerangka tersebut.
17
� Hukum Administrasi Negara merupakan bagian dari Hukum Tata
Negara dalam arti luas, sedangkan Hukum Administrasi itu merupakan
Hukum Tata Negara dalam arti luas dikurangi dengan Hukum Tata
Negara dalam arti sempit (Teori Residu).
� Golongan yang berpendapat ada perbedaan yuridis prinsip (sistematis dan
isi)
1. J. Oppenheim:
Hukum Tata Negara adalah peraturan-peraturan hukum yang
membentuk alat-alat perlengkapan Negara dan memberikan kepadanya
wewenang dan membagi-bagikan tugas pemerintahan dari tingkat tinggi
sampai tingkat rendahan.
Hukum Tata Negara adalah Negara dalam keadaan diam (Staat in
rust).
Hukum Administrasi Negara adalah peraturan-peraturan hukum
mengenai Negara dalam keadaan bergerak (Staats in beweging), yang
merupakan aturan-aturan pelaksanaan tugas dari alat-alat perlengkapan
Negara yang telah ditentukan oleh Hukum Tata Negara.
Pamungkas Satya Putra 18
2. Van Vollenhoven:
� Badan-badan pemerintah tanpa peraturan-peraturan Hukum
Tata Negara akan lumpuh, karena badan-badan itu tidak
mempunyai kekuasaan apapun.
� Alat-alat perlengkapan Negara tanpa Hukum Administrasi
Negara adalah bebas sama sekali.
3. Romeyn:
� Hukum Tata Negara menyinggung dasar-dasar dari Negara,
sedangkan Hukum Administrasi Negara mengenai pelaksanaan
teknis.
� Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang
melaksanakan apa yang telah ditentukan oleh Hukum Tata
Negara Negara.
4. Donner:
� Hukum Tata Negara menetapkan tugas dan wewenang Hukum
Administrasi Negara melaksanakan apa yang telah ditentukan
oPalmeuhngHkasu Skatyua mPutrTa
ata Negara .
5. Logemaan:
� Hukum Tata Negara mempelajari: Susunan dari jabatan-
jabatan; Penunjukan mengenai pejabat-pejabat; tugas dan
kewajiban yang melekat pada jabatan itu; kekuasaan dan
wewenang yang melekat pada jabatan; batas wewenang dan
tugas dari jabatan terhadap daerah dan orang-orang yang
dikuasainya; hubungan antar jabatan; penggantian jabatan;
hubungan antara jabatan dan pejabat.
� Hukum Administrasi Negara mempelajari jenis, bentuk serta
akibat hukum yang dilakukan oleh para pejabat dalam
melakukan tugasnya.
19
Golongan yang berpendapat tidak terdapat perbedaan
prinsip
1. R. Kranenburg:
� Tidak terdapat perbedaan prinsipil antara Hukum Tata Negara
dengan Hukum Administrasi Negara. Perbedaan tidak bersifat
asasi, adapun perbedaan hanya pada praktek. Perbedaan tersebut
untuk mencapai kemanfaatan.
� Hukum Tata Negara adalah peraturan-peraturan yang
mengandung struktur umum dari suatu pemerintahan negara
misalnya Undang-Undang Dasar, Undang-undang organik,
desentralisasi, otonomi dan lainnya.
� Hukum Administrasi Negara yaitu peraturan-peraturan yang
bersifat khusus misalnya tentang kepegawaian, wajib militer,
perumahan, lingkungan dan lain-lain.
20
2. W.F. Prins:
� Hukum Tata Negara mempelajari norma fundamental yang
merupakan dasar-dasar dari Negara dan menyangkut langsung
tiap-tiap warga Negara.
� Hukum Administrasi Negara menitikberatkan kepada hal-hal
teknis. Contoh: pertanyaan yang menyangkut susunan dan
kekuasaan parlemen atau pertanyaan bagi rakyat untuk
melakukan hak asasi manusia termasuk dalam Hukum Tata
Negara, sedangkan pertanyaan yang menyangkut besarnya pajak
seseorang pada tahun yang lampau dan tahun yang sedang
berjalan termasuk dalam hukum tata pemerintahan.
� Tidak terdapat garis batas yang tajam atara Hukum Tata
Negara dengan Hukum Administrasi Negara, sebab hal-hal
yang sekarang dianggap teknis dapat berubah menjadi
fundamental dikemudian hari.
21
3. Prajudi Atmosudirdjo:
� Tidak ada perbedaan-perbedaan yuridis prinsipil antara Hukum
Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara.
� Perbedaan hanya terletak pada pembahasan.
� Hukum Tata Negara menitikberatkan pada konstitusi
sedangkan Hukum Administrasi Negara menitikberatkan pada
Administrasi Negara.
� Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara
merupakan dua ilmu hukum yang dapat dibedakan akan tetapi
tidak dapat dipisahkan. Batasan antara keduanya kabur/tidak ada
batasan yang tajam.
22
Sumber-sumber Hukum Tata Negara
� Paton:
“The term sources of law has many meanings and its frequent
cause of error unless we scrutines carefully the particular
meaning given to it any particular text”.
� Sumber hukum memiliki banyak pengertian dan sering
menimbulkan kesalahan, dengan pengecualian apabila diteliti
dengan benar tentang berbagai arti tertentu.
� Sumber hukum terbagi atas:
1. Sumber hukum formil: sumber hukum yang dikenal dari
bentuk;
2. Sumber hukum Materiil: sumber hukum yan menentukan isi
hukum.
23
1. Sumber hukum materiil: dasar dan pandangan hidup bernegara,
serta kekuatan-kekuatan politik yang berpengaruh pada saat
merumuskan kaidah-kaidah hukum tata negara;
2. Sumber hukum formil:
a.Hukum perundang-undangan
ketatanegaraan; b.Hukum adat ketatanegaraan
(rembug desa);
c.Hukum kebiasaan (costum) ketatanegaraan atau konvensi
ketatanegaraan;
(perbuatan dalam kehidupan ketatanegaraan yang dilakukan
berulang kali, sehingga diterima dan ditaati dalam praktek
ketatanegaraan)
d.Yurisprudensi ketatanegaraan;
e.Traktat (treaty) atau perjanjian internasional
ketatanegaraan; f.Doktrin (doctrine) ketatanegaraan.
24
1. Ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1966 tentang
Memorandum DPR-GR mengenai Sumber Tertib Hukum
Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundangan
Republik Indonesia , yaitu:
a. Undang-Undang Dasar 1945;
b. Ketetapan MPRS/MPR;
c.Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang (Perpu);
d.Peraturan Pemerintah;
e.Keputusan Presiden;
f.Peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya,
seperti: 1.Peraturan Menteri;
2. Instruksi Menteri, dan lain-lain.
25
2. Kemudian dirubah oleh Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan yaitu:
a.Undang-Undang Dasar 1945;
b.Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia; c.Undang-undang;
d.Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang
(Perpu); e.Peraturan Pemerintah;
f.Keputusan Presiden;
g.Peraturan Daerah.
2. Kemudian dirubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun
2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
jenis dan hirarki Peraturan Perundang-undangan, Pasal 6
adalah sebagai berikut:
a.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
b.Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang;
c.Peraturan
Pemerintah;
d.Peraturan Presiden;
e.Peraturan Daerah.
3. Kemudian dirubah oleh Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Jenis
dan hierarki Peraturan Perundang-undangan Pasal 7, terdiri
atas:
a.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
b.Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c.Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang;
d.Peraturan Pemerintah;
e.Peraturan Presiden;
f.Peraturan Daerah Provinsi; dan
g.Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Pokok bahasan:
1. Pengertian asas-asas HTN;
2. Asas Pancasila;
3. Asas Negara Hukum;
4. Asas Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi;
5. Asas Negara Kesatuan;
6. Asas Pemisahan Kekuasaan dan Checks and
Balances Principles.
29
Pengertian Asas-asas HTN
30
Logemann
Gegevens van het Recht (“Bahan-bahan Hukum”)
“Setiap peraturan pada hakikatnya dipengaruhi oleh dua unsur penting,
yaitu:
31
Asas Pancasila
Pamungkas Satya 6
Putra
Tanggal 31-05-1945 Prof. Dr. Soepomo mengemukakan usulan dasar negara
Indonesia, yaitu:
1. Persatuan;
2. Kekeluargaan;
3. Keseimbangan lahir dan batin;
4. Musyawarakatan;
5. Keadilan rakyat.
Pamungkas Satya 7
Putra
Asas Pancasila (Lanjutan)
AGAMA
Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu
Pamungkas Satya 8
Putra
Dalam bidang Legislatif tercermin dalam pelaksanaan Asas
Ketuhanan Yang Maha Esa yaitu dalam Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan dan lainnya.
Dalam bidang Eksekutif tercermin dengan dibentuknya Kementerian
Agama.
Dalam bidang Yudikatif diawali dengan Undang-undang Nomor 14
Tahun 1970, Ps. 4 ayat (1) “DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Terbentuknya Peradian
Agama bagi subjek hukum yang beragama Islam.
Pamungkas Satya 9
Putra
2. Asas Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Pamungkas Satya 11
Putra
3. Asas Persatuan Menunjukan suatu bangsa merdeka dan
berdaulat
Hal tersebut secara eksplisit termuat di dalam Pembukaan
(Preambule)
dan Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945 bahwa:
“maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, (...) dengan
berdasar kepada Persatuan Indonesia (...)”.
BAB XV
BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN**)
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Pasal 36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. **)
Pasal 36B
Pamungkas Satya 12
Putra
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya. **)
Pamungkas Satya 13
Putra
4. Asas Kedaulatan Rakyat
Pamungkas Satya 14
Putra
5. Asas Keadilan Sosial
PEREKONOMIAN NASIONAL
DAN KESEJAHTERAAN
SOSIAL
Pasal 33
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
Pamungkas Satya 15
Putra
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat.
Pamungkas Satya 16
Putra
Asas Negara Hukum
Ketentuan Naskah Asli Penjelasan Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945
Pamungkas Satya 17
Putra
Hukum memiliki posisi utama di dalam sistem
ketatanegaraan berdasarkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun
1945), Pasal 1 ayat (3) dinyatakan secara tegas bahwa
“Negara Indonesia adalah negara hukum”.
Pamungkas Satya 18
Putra
Ide dan Konsep Negara Hukum
17 Pamungkas Satya
Putra
Asas Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi
Penggunaan peristilahan kedaulatan rakyat dan demokrasi oleh Ni’Matul
Huda tidak tepat, karena yang dimaksud dengan kedaulatan rakyat ialah
persepsi dari peristilahan Yunani yaitu “demos” (rakyat) & “kratein”
(pemerintahan). Demokrasi dalam pandangan maksud dan tujuan adalah
kedaulatan rakyat berupa pemerintahan rakyat. Lebih baik dipergunakan
asas kedaulatan rakyat atau asas demokrasi.
Hal tersebut secara eksplisit dinyatakan pada Pembukaan alinea 2 dan 4
serta Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, mengubah dan menambah dalam Bab I tentang Bentuk dan
Kedaulatan, Pasal 1 ayat (2) “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut undang-undang dasar”.
Contoh: Jaminan terhadap Hak Asasi Manusia, yaitu Bab X Warga Negara
dan Penduduk Ps. 27, 28, Bab XA Hak Asasi Manusia Ps. 28A-28J, Bab
XI Agama Ps. 29 ayat (2), Bab XII Pertahanan dan Keamanan Negara Ps.
30 ayat (1), Bab XIII Pendidikan Ps. 31 ayat (1).
Pamungkas Satya 18
Putra
Asas Negara Kesatuan
Pamungkas Satya 19
Putra
Negara Kesatuan (Unitary State, Eenheidsstaat)
20 Pamungkas Satya
Putra
Asas Pemisahan Kekuasaan dan Checks and Balances
Konsep tersebut muncul akibat tindakan penguasan dalam hal ini raja-raja terutama di bagian Eropa yang memiliki sistem pemerintahan
monarki absolut yang memberikan kedudukan masyarakat sebagai pelaksana dari seluruh titah raja (alles voor het volk maar niet door het
volk). Sentralisasi kekuasaan pada raja dapat menimbulkan dua kondisi pada saat itu, di mana kekuasaan yang dimiliki tersebut dapat
menciptakan tirani atau kekuasaan tersebut menciptakan kedamaian.
Pamungkas Satya 21
Putra
Hal tersebut melahirkan konsep Trias Politica yang merupakan teori
pemisahan kekuasaan, sebagai doktrin pemisahan kekuasaaan pada
awalnya dikemukaan oleh John Locke, dan kemudian di modifikasi
oleh Montesquieu (terdapat pemisahan (separation of power),
pembagian (distribution of power) serta prinsip perimbangan dan
pengawasan kekuasaan (checks and balance principle)). John
Locke dalam buku “Two Treatises on Government”, menegaskan
kritik terhadap kekuasaan kerajaan dan raja yang absolut dan harus
terdapat pembatasan kekuasaan politik terhadap raja yaitu dalam
ajaran pemisahan kekuasaan (separation of power).
Pamungkas Satya 22
Putra
John Locke secara tegas tidak setuju terhadap pemikiran Thomas
Hobbes dengan buah pemikiran penyerahan kekuasaan mutlak pada
raja (leviathan).
Dasar dari pemikiran Locke yaitu kondisi alam manusia dan kontrak sosial yang melahirkan negara dan negara wajib memenuhi,
melindungi, memelihara hak-hak alamiah manusia di mana untuk mencapai keseimbangan dalam suatu negara, kekuasaan negara harus
dipisahkan menjadi tiga kekuasaan yaitu:
Pamungkas Satya 23
Putra
Montesquieu dalam buku L’Esprit de Lois (Semangat Hukum atau
Jiwa dari Hukum). Penekanan konsep tersebut demi kelancaran
dalam pemerintahan negara, hendaknya diadakan pemisahan
kekuasaan dengan batas-batas yang tegas dan nyata. Untuk itu,
kekuasaan negara hendaknya terdiri dari tiga poros kekuasaan yang
terpisah, yaitu:
a) Kekuasaan membuat undang-undang (kekuasaan legislatif);
b) Kekuasaan melaksanakan undang-undang (kekuasaan eksekutif);
dan
c) Kekuasaan mengawasi, dan bertindak, jika terjadi pelanggaran
terhadap undang-undang dan hukum yang berlaku (kekuasaan
yudikatif).
24
Checks and Balances Principles
Ferguson dan McHenry menjelaskan bahwa sistem perimbangan
kekuasaan sebagaimana dipraktikkan di Amerika Serikat merupakan
bentuk “(...) Separation of power is implemented by an elaborate
system of check and balances. To mention only a few. Congress is
checked by the rewuirement that laws must receive the approval of
both house, by the President’s veto and by the power of judicial
review of the courts” .
Ketiga cabang yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif
merupakan kekuasaan yang sederajat dan saling mengontrol
(pengawasan) satu sama lain sesuai dengan prinsip perimbangan dan
pengawasan kekuasaan. Prinsip tersebut bertujuan agar kekuasaan
negara dapat diatur, dibatasi bahkan dikontrol dengan efektif dan
akuntabel, sehingga penyalahgunaan kekuasaan (perbuatan melawan
hukum) oleh aparat pemerintahan ataupun pejabat-pejabat yang
sedang menduduki jabatan- jabatan dalam lembaga-lembaga negara
25
dapat dicegah dan ditanggulangi dengan sebaik-baiknya.
26
Terima Kasih
27
Waasalamu’alaikum WR. WB.
28
29
30