Anda di halaman 1dari 8

UTS HUKUM TATA NEGARA

Nama : Aqilla Putri Angelina

Nim : 2010211320072

Kelas :C

Dosen : Muhammad Erfa Redhabi, SH,MH.

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Hukum Tata Negara!


Jawab: Hukum tata negara adalah bentuk hukum yang mendefinisikan hubungan antara
berbagai lembaga di dalam suatu negara, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Hukum Tata Negara pada dasarnya adalah hukum yang mengatur organisasi kekuasaan
suatu negara beserta segala aspek yang berkaitan dengan organisasi negara tersebut.
Sehubungan dengan itu dalam lingkungan Hukum Ketatanegaraan dikenal berbagai
istilah yaitu : Di Belanda umumnya memakai istilah “staatsrech” yang dibagi menjadi
staatsrech in ruimere zin (dalam arti luas) dan staatsrech In engere zin (dalam arti luas).
Staatsrech in ruimere zin adalah Hukum Negara. Sedangkan staatsrech in engere zin
adalah hukum yang membedakan Hukum Tata Negara dari Hukum Administrasi Negara,
Hukum Tata Usaha Negara atau Hukum Tata Pemerintah. Di Inggris pada umumnya
memakai istilah “Contitusional Law”, penggunaan istilah tersebut didasarkan atas alasan
bahwa dalam Hukum Tata Negara unsur konstitusi yang lebih menonjol. Di Perancis
orang mempergunakan istilah “Droit Constitutionnel” yang di lawankan dengan “Droit
Administrative”, dimana titik tolaknya adalah untuk membedakan antara Hukum Tata
Negara dengan Hukum Aministrasi Negara. Sedangkan di Jerman mempergunakan
istilah Verfassungsrecht: Hukum Tata Negara dan Verwassungsrecht: Hukum
Administrasi negara.Perkataan “Hukum Tata Negara” berasal dari perkataan “Hukum”,
“tata”, “negara”, yang didalamnya dibahas mengenai urusan penataan negara. Tata
yang terkait dengan kata “tertib” adalah order yang bisa juga diterjemahakan sebagai
“tata tertib”. Tata negara berarti sistem penataan negara, yang berisi ketentuan
mengenai struktur kenegaraan dan substansi norma kenegaraan. Dengan perkataan lai,
ilmu Hukum Tata Negara dapat dikatakan merupakan cabang ilmu hukum yang
membahasa mengenai tatanan struktur kenegaraan, mekanisme hubungan
antarstruktur organ atau struktur kenegaraan, serta mekanisme hubungan antara
struktur negara dengan warga negara. Menurut Wirjino Prodjodikoro, apabila kita
membhasa norma-norma hukum yang mengatur hubungan antar subjek hukum orang
atau bukan orang dengan sekelompok orang atau bagian dari Negara.
2.apa yang menjadi ruang lingkup kajian ilmu hokum tata Negara!uraikan

Jawaban: Hukum Tata Negara di negara Belanda dikenal dengan 'staatsrecht', yang dalam
bahasa Indonesia berarti hukum negara. Dalam kepustakaan Indonesia, hukum negara berarti
juga Hukum Tata Negara. Dalam arti luas, Hukum Tata Negara meliputi juga Hukum
Administrasi Negara atau Hukum Tata Usaha Negara. Baik Hukum Tata Negara maupun Hukum
Tata Usaha Negara, menurut Van Praag merupakan suatu ssuatu sistem delegasi dari
peraturan-peraturan tentang kekuasaan yang bertingkat-tingkat.

Obyek kajian ilmu Hukum Tata Negara adalah negara. Negara dipadang dari sifat atau
pengertiannya yang konkrit, maksudnya obyeknya terikat pada tempat, keadaan, dan waktu
tertentu. Sedangkan ruang lingkup Hukum Tata Negara adalah struktur umum dari negara
sebagai organisasi, yaitu :

Bentuk negara (kesatuan, federal).

Bentuk pemerintahan (kerajaan, republik).

Sistem pemerintahan (presidensiil, parlementer, monarki absolut).

Corak pemerintahan (nasionalis, liberal, demokrasi).

Sistem pendelegasian kekuasaan negara (desentralisasi atau sentralisasi)..

Wilayah negara (darat, laut, negara).

Cara rakyat menjalankan hak-hak ketatanegaraan.

Ciri-ciri lahir kepribadian negara (lagu kebangsaan, bendera negara, bahasa nasional).

dan lain sebagainya.


3.apa saja yang menjadi sumber hukum tata Negara! Uraikan

Jawaban: Sumber Hukum Tata Negara :

1. Undang-Undang Dasar dan peraturan perundang-undangan tertulis

Undang-Undang Dasar adalah hukum dasar yang berlaku di suatu negara. Hukum ini tidak
mengatur hal- hal yang terperinci melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang menjadi
dasar peraturan-peraturan lainnya.

2. Yurisprudensi peradilan

Istilah Yurisprudensi, berasal bahasa Latin, yaitu dari kata “jurisprudentia” yang berarti
pengetahuan hukum. Kata yurisprudensi sebagai istilah teknis peradilan sama artinya dengan
kata” jurisprudentie” dalam bahasa Belanda dan “jurisprudence” dalam bahasa Perancis, yaitu
peradilan tetap atau hukum peradilan.

3. Konvensi ketatanegaraan Konvensi-konvensi ketatanegaraan (Conventions of the


Constitution) yang berlaku dan dihormati dalam kehidupan ketatanegaraan, walaupun tak
dapat dipaksakan oleh pengadilan apabila terjadi pelanggaran terhadapnya.

4. Hukum internasional tertentu Hukum public internasional secara umum dianggap


menjadi sumber hukum tata negara. Meskipun sama- sama menjadikan negara selaku subjek
hukum sebagai obyek kajiannya, antara hukum tata negara dengan hukum internasional public
jelas dapat dibedakan satu sama lainnya.

5. Doktin ilmu hukum tata negara. Doktrin TOBAR yaitu mengenai kesepakatan 5 negara
yang tidak mengakui pemerintahan hasil pemberontak atau perebutan kekuasaan dan hanya
akan mengakui apabila secara konstitusionalitas negara terpenuhi.
4. jelaskan hubungan hukum tata Negara dan hukum administrasi Negara!

Jawaban : Jika Hukum Tata Negara merupakan hukum yang mengatur pembentukan lembaga-
lembaga Negara tingkat pusat maupun daerah, maka Hukum Administrasi Negara merupakan
hukum mengenai operasi atau penegendalian terhadap lembaga-lembaga Negara tersebut
dalam menjalankan fungsinya. Kemudian jika Hukum Tata Negara selain membentuk lembaga
atau badan Negara juga membagi wewenang pada lembaga tersebut, maka Hukum
Administrasi Negara mengatur hubungan warga Negara dengan lembaga-lembaga tersebut.
Sehingga dapat dikatakan untuk mempelajari Hukum Administrasi Negara, terlebih dahulu
mempelajari Hukum Tata Negara. Seperti yang dikemukakan oleh Kranenberg "Kita tidak
mungkin mempelajari dengan baik Hukum Administrasi Negara tanpa didahului mempelajari
Hukum Tata Negara.

Hukum Tata Negara memiliki hubungan yang sangat erat dengan Hukum Administrasi Negara.
Hukum Tata Negara memberi tugas dan kekuasaan, jabatan pada lembaga pemerintah. Tugas
dan wewenang yang telah dirumuskan dan akan dijalankan diatur oleh Hukum Admnistrasi
Negara. Hukum Admnistrasi Negara merupakan lanjutan atau terusan dari Hukum Tata Negara,
dimana jabatan, wewenang, tugas dan fungsi pada badan atau lembaga sebuah Negara
tersebut diatur oleh Hukum Admnistrasi Negara. Sebagaimana yang diunggkapkan oleh Ten
Berge bahwa Hukum Admnistrasi Negara merupakan perpanjangan dari Hukum Tata Negara
atau hukum sekunder Hukum Tata Negara.
5. Uraikan pendapat saudara tentang teori pemisahan/pembagian kekuasaan, dan bagaimana
praktiknya di Indonesia !

Jawaban: penerapan pembagian kekuasaan di Indonesia terdiri atas dua bagian, yaitu
pembagian kekuasaan secara horizontal dan pembagian kekuasaan secara vertikal.

- Pembagian kekuasaan secara horizontal

Pembagian kekuasaan secara horizontal yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsi lembaga-
lembaga tertentu (legislatif, eksekutif dan yudikatif). Berdasarkan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, secara horizontal pembagian kekuasaan negara di lakukan pada
tingkatan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Pembagian kekuasaan pada
tingkatan pemerintahan pusat berlangsung antara lembaga-lembaga negara yang sederajat.
Pembagian kekuasaan pada tingkat pemerintahan pusat mengalami pergeseran setelah
terjadinya perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pergeseran yang dimaksud
adalah pergeseran klasifikasi kekuasaan negara yang umumnya terdiri atas tiga jenis kekuasaan
(legislatif, eksekutif dan yudikatif) menjadi enam kekuasaan negara, yaitu:

Kekuasaan konstitutif, yaitu kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan Undang-Undang


Dasar. Kekuasaan ini dijalankan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagaimana ditegaskan
dalam Pasal 3 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa
Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang
Dasar.

Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan undang-undang dan penyelenggraan


pemerintahan Negara. Kekuasaan ini dipegang oleh Presiden sebagaimana ditegaskan dalam
Pasal 4 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.

Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membentuk undang-undang. Kekuasaan ini


dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 20 ayat (1) UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat
memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Kekuasaan yudikatif atau disebut
kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan. Kekuasaan ini dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 24 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang menyatakan bahwa Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan
oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Kekuasaan eksaminatif/inspektif, yaitu kekuasaan yang
berhubungan dengan penyelenggaraan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
tentang keuangan negara. Kekuasaan ini dijalankan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 E ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang menyatakan bahwa untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan
negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. Kekuasaan moneter,
yaitu kekuasaan untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta memelihara kestabilan nilai rupiah. Kekuasaan
ini dijalankan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral di Indonesia sebagaimana ditegaskan
dalam Pasal 23 D UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa negara
memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan
indepedensinya diatur dalam undang-undang.

- Pembagian kekuasaan secara horizontal

pada tingkatan pemerintahan daerah berlangsung antara lembaga-lembaga daerah yang


sederajat, yaitu antara Pemerintah Daerah (Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah) dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pada tingkat provinsi, pembagian kekuasaan berlangsung
antara Pemerintah provinsi (Gubernur/wakil Gubernur) dan DPRD provinsi. Sedangkan pada
tingkat kabupaten/kota, pembagian kekuasaan berlangsung antara Pemerintah
Kabupaten/Kota (Bupati/wakil Bupati atau Walikota/wakil Walikota) dan DPRD
kabupaten/kota.

- Pembagian kekuasaan secara vertikal

Pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian kekuasaan menurut tingkatnya,


yaitu pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan pemerintahan. Pasal 18 ayat (1) UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerahdaerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan
kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang
diatur dengan undang-undangz Berdasarkan ketentuan tersebut, pembagian kekuasaan secara
vertikal di negara Indonesia berlangsung antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah
(pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota). Pada pemerintahan daerah
berlangsung pula pembagian kekuasaan secara vertikal yang ditentukan oleh pemerintahan
pusat. Hubungan antara pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota terjalin
dengan koordinasi, pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintahan Pusat dalam bidang
administrasi dan kewilayahan. Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul sebagai
konsekuensi dari diterapkannya asas desentralisasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan asas tersebut, Pemerintah Pusat menyerahkan wewenang pemerintahan kepada
pemerintah daerah otonom (provinsi dan kabupaten/kota) untuk mengurus dan mengatur
sendiri urusan pemerintahan di daerahnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat, yaitu kewenangan yang berkaitan dengan politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yustisi, agama, moneter dan fiskal. Hal tersebut ditegaskan dalam
Pasal 18 ayat (5) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan Pemerintah
daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-
undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.

Anda mungkin juga menyukai