Anda di halaman 1dari 9

Tugas Individu

Nama : FELICIA DZURRIYATUL AULIYA

NIM : 11200480000048

Dosen Pengampu : Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum.

MATA KULIAH : HUKUM TATA NEGARA

REVIEW MATERI

 DEFINISI HUKUM TATA NEGARA (PERISTILAHAN)

Istilah Hukum Tata Negara memiliki penyebutan yang berbeda-beda di berbagai negara,
diantaranya :

- Belanda : Staatstrecht,
Dibedakan dalam 2 pengertian , yaitu Staatsrecht in engere zin (dalam arti sempit)
dan Staatsrecht in ruimere zin (dalam arti luas). Dimana Staatcrech adalah hukum
administrasi negara dalam keadaan bergerak.
- Inggris : Constitutional Law
Intinya bahwa HTN lebih menitikberatkan kepada unsur-unsur yang terdapat di
dalam konstitusi, yaitu mempelajari konstitusional sebagai obyek material dan hukum
dasar sebagai obyek formal termasuk undang-undang dasar sebagai hukum dasar tertulis.
Hal ini didasarkan atas alasan bahwa dalam HTN unsur konstitusional lah yang lebih
menonjol.
- Perancis : Droit Constitutionel
Sebagai lawan dari Droit Administrative. Digunakan dengan tujuan untuk
membedakan anatar Hukum Administrasi dengan Hukum Tata Negara. Yaitu, hukum
mengenai susunan (organisasi) umum (dalam garis-garis besar) dan negara, cara
menjalankan pemerintahannya, dan susunan pemerintahannya.
- Jerman : Verfassungrecht
Yaitu, keseluruhan kaidah dan norma-norma hukum yang mengatur bagaimana
suatu negara itu di bentuk, di atur, dan diselenggarakan termasuk badan-badan
pemerintahan
- Indonesia : Hukum Tata Negara/Hukum Negara
Adapun definisi dari Hukum Tata Negara ialah suatu kumpulan peraturan baik yang
tertulis ataupun yang tidak tertulis dimana mengatur suatu mekanisme pembentukan tugas
dan fungsi serta wewenang dari alat-alat perlengkapan Negara, hubungan antara alat
perlengkapan negara (lembaga negara) dengan negara, yang meliputi badan eksekutif,
legislative, dan yudikatif, serta kedudukan warga negara dan hak-hak asasinya.

 DEFINISI HUKUM TATA NEGARA MENURUT PARA AHLI


 Van der Pot : Hukum Tata Negara ialah peraturan yg menentukan badan-badan yang
diperlukan serta wewenangnya masing-masing, hubungan satu dengan lainnya dan
hubungannya dengan individu warga negara dalam kegiatannya.

 Dooner : Hukum Tata Negara merupakan puncak dan kunci tata hukum

 Marmaily Ibrahim: Hukum Tata Negara yaitu kumpulan peraturan hukum yang
mengatur organisasi negra, hubungan alat perlengkapan negara dalam garis horizontal,
vertikal dan kedudukan warga negara serta hak-haknya.

 Oppenheim : HTN ialah ilmu yang mempelajari negara dalam keadaan tidak bergerak
atau diam

 Van Apeldoorn: HTN merupakan hukum yang mengatur tugas, hak & kewajiban alat
perlengkapan negara

 Van Vollenhoven : HTN adalah Hukum Tata Negara yang mengatur semua
masyarakat hukum atasan dan masyarakat Hukum bawahan menurut tingkatannya dan
dari masing-masing itu menentukan wilayah lingkungan masyarakatnya dan akhirnya
menentukan badan-badan dan fungsinya masing-masing yang berkuasa dalam
lingkungan masyarakat

 Paton : Hukum Tata negara, ialah yang mengatur alat perlengkapan negara, tugas dan
kewenangannya.

Kesimpulan :

Berdasarkan definisi dikemukakan oleh para pakar terkait, dapat dipahami bahwa
HUKUM TATA NEGARA ialah suatu ilmu yang mempelajari tentang Negara dalam keadaan
diam yang artinya adanya stukturisasi sebuah kelembagaan Negara serta hal hal yang berkaitan
dengan tugas dari masing masing suatu kelembagaan atas hal hal apa saja yang menjafi
prioritas pokok suatu permasalahan dalam sebuah strukturisasi kelembagaan. Hukum Tata
Negara pun meliputi mempelajari tentang trias political atau hal hal yang berkaitan dengan
ketiga lembaga pembagian kekuasaan yang telah dikemukakan oleh Montesque yang
memberikan pemaparannya bahwasanya hal hal yang harus diciptakan agar terjalinnya sebuah
Negara hukum yang adil dibuat lah pembagian kekuasaan yaitu lembaga eksektuf, legislatif
dan yudikatif yang masing masing memiliki pembagian kekuasaannya sendiri sendiri.

 RUANG LINGKUP HUKUM TATA NEGARA MENURUT LOGEMANN

Pada dasarnya yang menjadi obyek kajian dari ilmu hukum tata negara ialah negara.
Negara dipandang dari sifatnya atau pengertiannya yang konkrit. Artinya bahwa obyek
kajianya terikat pada tempat, waktu dan keadaan tertentu. Logemann mendefinisikan Hukum
Tata Negara sebagai suatu hukum yang mengatur organisasi Negara, maka dari itu ruang
lingkup HTN menurut beliau diantaranya :

1. Jabatan yang ada dalam susunan kenegaraan.


2. Siapa yang menduduki jabatan itu
3. Bagaimana cara mengisi orang untuk jabatan itu
4. Apa tugas jabatan itu
5. Apa kekuasaan jabatan itu
6. Sampai batas mana kekuasaan jabatan itu
 HUBUNGAN HUKUM TATA NEGARA DENGAN ILMU PENGETAHUAN LAIN
YANG OBJEKNYA NEGARA

1. Hubungan HTN dengan Ilmu Negara

Hukum Tata Negara > Bersifat praktis hasilnya dapat langsung dipraktikkan
Ilmu Negara > Mementingkan nilai teoritis

Ilmu Negara sangat erat hubungannya dengan HTN, karena ilmu negara
mempelajari pengertian pokok dan sendi pokok negara pada umumnya tanpa terikat kepada
waktu dan tempat tertentu. Seseorang yang mempelajari Ilmu Negara tidak akan mendapat
hasil yang dapat dipergunakan secara langsung . Sedangkan HTN mempelajari suatu
negara yang tertentu saja sehingga terikat dengan waktu dan tempat tertentu atau dapat
dikatakan karena sifatnya yang praktis maka apa yang dipelajari dalam HTN dapat
dipergunakan secara langsung. HTN merupakan penerapan Aliran Pemikiran Negara dan
Hukum Indonesia (APNHI) yang ada di dalam Ilmu Negara. Ilmu Negara merupakan ilmu
pengetahuan pengantar bagi mereka yang hendak mempelajari HTN dan HAN.

Misalnya : Kalau kita mempelajari HTN maka akan timbul pertanyaan negara mana yang
kita pelajari, bagaimana hukumnya di negara itu sehingga kita harus menunjuk suatu
negara tertentu misalnya negara Indonesia. Jadi HTN yang kita pelajari itu adalah Hukum
Tata Negara Indonesia Ilmu negara → genus Ilmu Tata Negara → species

2. Hubungan HTN dengan Ilmu Politik

Hukum Tata Negara > ibaratnya sebagau kerangka manusia


Ilmu Politik > sebagai daging yang menyelimutinya

Hubungan HTN dengan ilmu politik sangat erat, karena satu sama lain saling
melengkapi sehingga seorang sarjana ilmu politik bernama K. Barens menyatakan bahwa,
HTN adalah ibarat kerangka manusia dan ilmu politik ibarat daging manusia itu.
Hukum Tata Negara mempelajari peraturan-peraturan hukum yang mengatur
organisasi kekuasaan Negara, sedangkan Ilmu Politik mempelajari kekuasaan dilihat dari
aspek perilaku kekuasaan tersebut Ilmu Politik cenderungn atau identik dengan
mendapatkan kekuasaan, kemampuan untuk melaksanakan kehendak kepada orang lain,
sedangkan HTN adalah produk dari kekuatan politik
Maka dari itu dapat diibaratkan pula dengan Ilmu Politik sebagai lokomotif (kereta
api), HTN diibaratkan sebagai rel kereta api, jadi Lokomotif hanya dapat bisa berjalan
diatas rel kereta apiu. Sebagai contoh pada awal kemerdekaan yaitu Lisda Syamsumardian,
SH, MH. Hukum Tata Negara 33 tanggal 16 Oktober 1945 pemerintah menggelarkan
maklumat X yang isinya antara lain menyatakan Komite Nasional Indonesia.

3. Hubungan HTN dengan HAN


Menurut Bahsan Mustofa, HTN dan HAN merupakan dua jenis hukum yang dapat
dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hukum Administrasi Negara
merupakan bagian dari Hukum Tata Negara dalam arti luas, sedangkan dalam arti sempit.
Hukum Administrasi Negara adalah sisanya setelah dikurangi oleh Hukum Tata Negara
Oppenheim :
o HTN > negara dlm keadaan tidak bergerak, diam atau statis (fokus pada struktur
kelembagaan/organ negara)
o HAN > negara dlm keadaan bergerak,dinamis. (bagaimana cara negara dan
organ negara melakukan tugas)

Vegting :

o HTN > objeknya organisasi negara.


o HAN > objeknya peraturan yg bersifat teknis.

Hubungan HTN dengan HAN adalah, HTN praktis mempelajari mengenai


kededukan dan kewenangan serta tugas-tugas dari pada Lembaga Negara serta mekanisme
keberadaannya, akan tetapi HAN lah yang mengatur atau mempelajari, apa tugas-tugas
yang harus di jalani oleh Lembaga Negara tersebut sehingga terwujudlah cita-cita Bangsa
dan Negara Indonesia (mengimplementasikan kewenangan tersebut)
Misalnya : Supra struktur politik dan infra struktur politik, Pemilu legislatif dan pemilu
eksekutif, Lembaga negara.

 SEJARAH KETATANEGARAAN

Adanya proklamasi berarti adanya suatu negara yang secara tidak langsung juga
tersambung dengan adanya tatanan suatu negara. Dari perjalanan sejarah ketatanegaraan dapat
diketahui bahwa Indonesia memiliki beberapa konstitusi. Sistem ketatanegaraan di Indonesia
mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi bangsa dan negara yang dihadapi
pada waktu itu. Fluktuasi ketatanegaraan Indonesia dapat dilihat baik sejak awal kemerdekaan
maupun pasca amandemen Undang-Undang Dasar Republik Tahun 1945. Secara garis besar,
sejarah ketatanegaraan Indonesia dan perkembangannya dapat dibagi menjadi 4 periode, yaitu:

 Periode pertama yang berlangsung pada 18 Agustus 1945–27 Desember 1949 2.


 Periode kedua yang berlangsung pada 27 Desember 1949–17 Agustus 1950 3.
 Periode ketiga yang berlangsung pada 17 Agustus 1950–5 Juli 1959 4.
 Periode keempat yang berlangsung pada 5 Juli 1959–sampai sekarang dibagi ke dalam
beberapa periodeisasi,

Namun sebelum Indonesia merdeka lebih tepatnya ketika masi berada dibawah belenggu
penjajahan, Sistem Kenegaraan Indonesia pun perlu diketahui, sebaagi cikal bakal system
kenegaraan kita saat ini, berikut di uraikan.

 Periode sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI


1) Masa penjajahan Belanda
Grondwet 1938 : dasar- dasar peraturan hubungan antara pemerintahan Nederland
dengan negeri Hindia Belanda sebagai bagian jajahannya.
Peraturan-peraturan pada masa Hindia Belanda:
1. UUD Kerajaan Belanda 1938.
2. IS (Indische Staatregeling).

Bentuk-bentuk perundang-undangan masa berlakunya IS:


1. Wet dibentuk mahkota ( Ratu bersama-sama dengan menterinya dan
parlemennya).
2. AMVB (Aglement Raartegelen van Bestuur) dibentuk oleh mahkota sendiri
di Indonesia = PP
3. Ordonantie (dibentuk gubernur jenderal bersama-sama Volksraad) di
Indonesia = Perda.
4. RU (Regeling Verroderingen) peraturan umum yang dibentuk oleh
Gubernur Jenderal sendiri.

2) Masa pendudukan Bala tentara Jepang


Sebagai penguasa pendudukan:
1. Jepang mengeluarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1942 yang isinya sebagai
berikut”” Jepang memberlakukan Ketatanegaraan pada zaman Hindia Belanda.
Hanya istilahnya disesuaikan dengan bahasa Jepang. Contoh : IS = Geinsinka
Volkstraad : Caros Songin in.
2. Jepang berusaha mengambul simpati bangsa-bangsa Asia Timur rata termasuk
Indonesia, dengan menyebut dirinya sebagai “Saudara Tua”.

Undang-Undang No. 1 Tahun 1942 : Jepang memberlakukan Ketatanegaraan pada


tangan Hindia Belanda. Hanya istilahnya disesuaikan dengan bahasa Jepang,
contoh : IS = Indeche.
 Periode setelah proklamasi Kemerdekaan RI
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, sejarah ketatanegaraan di Indonesia
pasca kemerdekaan dapat dibagi menjadi 5 periode, yaitu:

1) Pasca pemberlakuan UUD 1945 (18 Agustus 1945-27 Dsember 1949)


Pasca pemberlakuan UUD 1945 (18 Agustus 1945), dihasilkan 3 unsur proklamasi,
yaitu:
o Kedaulatan penuh dalam mengatur/menata sistem ketatanegaraan sendiri.
o Pemindahan kekuasaan diselenggarakan dalam waktu singkat.
o Pemberitahuan kepada seluruh rakyat & internasional.
2) Ketatanegaraan di bawah konstitusi RIS (27 Desember 1949–17 Agustus 1950)

Belanda masih ingin menguasai Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Terjadi
perjanjian Linggarjati 25 Maret 1947 yang menghasilkan:

o Belanda mengakui RI berkuasa secara de facto atas Jawa, Madura, dan Sumatera.
Di wilayah lainnya yang berkuasa adalah Belanda.
o Belanda & Indonesia akan bekerja sama dalam membentuk Republik Indonesia
Serikat (RIS)

3) Ketatanegaraan dibawah UUDS 1950 (17 Agustus 1950–5 Juli 1959)

Terjadi Konferensi Bundar: berubahnya dari negara kesatuan ke negara serikat.

o Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.


o Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah.
o Presiden berhak membubarkan DPR

4) Ketatanegaraan berdasar dekrit Presiden 5 Juli 1959 (Orde baru 1959-1965)

Dekrit presiden 5 Juli 1959:

o Berlakunya kembali UUD 1945.


o Dibubarkan Konstituante.
o Pembentukan MPRS dan DPAS.

5) Ketatanegaraan masa orde baru (1966-1998)

o Diawali dengan supersemar.


o Orde Baru bertekad menjalankan UUD 1945 & Pancasila secara murni &
konsekuen.
o Demokrasi Pancasila di bawah kepemimpinan Soeharto (sistem presidensial).
o Pemilu 5 tahun sekali tetapi tidak demokratis.
o Kuatnya kekuasaan presiden dalam menopang & mengatur seluruh proses politik,
terjadi sentralistik kekuasaan pada presiden.
o Pembangunan ekonomi terlaksana tetapi tidak berbasis ekonomi kerakyatan.
6) Ketatanegaraan masa orde reformasi (1998-sekarang)

o Alasan-Alasan perubahan UUD 1945 :


1) Alasan filosofis
2) Alasan historis
3) Secara yuridis
4) Secara Substansif
5) Secara Politik

o Alasan perubahan UUD 1945 menurut Maria Farida Indrati Soeprapto :


1) Tuntutan Reformasi
2) Pasal-pasal UUD 1945 multi tafsir
3) Tidak ada cheks and balances lembaga-lembaga negara
4) Tidak banyak memuat HAM
5) Tidak merupakan living constitution

Anda mungkin juga menyukai