OLEH:
DIAN EKA PRASTIWI, SH. MH
NIDN: 0425049101
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
BANTEN
DESKRIPSI MATERI
PERTEMUAN 1 (Pengertian dan Peristilahan Hukum Administrasi Negara)
TUJUAN PERKULIAHAN:
Administrasi Negara
URAIAN MATERI:
Munculnya berbagai macam istilah megenai hukum administrasi negara yang diadopsi
menjadi bahasa Indonesia istilah Administrasi (Administration) memang mempunyai banyak arti
misalnya pemerintahan dan tata usaha.
Menurut J.R Stellinga membedakan hubungan antara Hukum Tata Pemerintahan dengan Hukum
Administrasi Negara menjadi tiga paham yaitu:
a. Hukum Administrasi Negara adalah lebih luas dari pada Hukum Tata
Pemerintahan.
b. Hukum Administrasi Negara adalah identik dengan Hukum tahan Tata
Pemerintahan.
c. Hukum Administrasi Negara adalah lebih sempit dari Hukum Tata
Pemerintahan
Pengertian Administrasi dalam arti sempit berarti segala kegiatan tulis-menulis, catat-
mencatat, surat-menyurat, ketik-mengetik, serta penyimpanan dan pengurusan masalah-masalah
yang hanya bersifat teknis ketata-usahaan. Maka dalam pengertian yang sempit ini pengertian
Administrasi sama dengan pengertian tata usaha.
Pengertian Administrasi dalam arti luas yang dikemukakan oleh L.D White dalam bukunya
Introduction on the Study of Public Administration mendefinisikan administrasi sebagai suatu
proses yang umumnya terdapat pada semua usaha kelompok, negara, atau swasta sipil, usaha
yang besar atau yang kecil. Sedangan D.Waldo mendefinisikan Adminstrasi Negara adalah
Organisasi dan management dari manusia dan benda guna mencapai tujuan-tujuan pemerintah
serta melaksanakan kekuasaan politik. Kansil juga mengemukakan tiga arti Administrasi Negara
yaitu:
a) Sebagi aparatur negara, aparatur pemerintahan, instansi politik artinya meliputi organ
yang berada dibawah pemerintah mulai dari Presiden, Menteri, termasuk pembantu-
pembantu presiden. Semua ikut menjalankan Administrasi Negara.
b) Sebagai Aktivitas yakni sebagai kegiatan Pemerintah dalam mengurus
kepentingan Negara.
menjalankan UU .
Pemerintah dalam arti sempit adalah alat perlengkapan negara yang diserahi tugas
pemerintahan atau melaksanakan UU. Pemerintah berfungsi sebagi Badan Eksekutif.
Sedangkan Pemerintah dalam arti luas adalah semua badan yang menyelenggarakan semua
kekuasaan didalam negara baik kekuasaan eksukutif maupun kekuasaan legislatif dan yudikatif.
Donner menambahkan pengertian pemerintah dalam pengertian yang luas meliputi badan-badan
yang menentukan haluan negara serta berkedudukan dipusat. Selanjutnya Van Vollenhoven
mengemukakan bahwa dalam arti luas tugas pemerintah itu terbagi kedalam empat fungsi yaitu
pembentuk Undang-Undang, Pelaksana/Pemerintah, Polisi, dan Keadilan. Dari pengertian diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa Hukum Administrasi Negara menurut Rochmat Soemitro
meliputi segala sesuatu mengenai pemerintahan yakni seluruh aktivitas pemerintah yang tidak
termasuk perundangan dan peradilan. Selanjutnya Utrecht menjelaskan objek mengenai Hukum
Administrasi Negara yaitu:
a) Sebagian hukum mengenai hubungan hukum antara alat perlengkapan yang satu dengan
alat perlengkapan yang lain.
b) Sebagian aturan hukum mengenai hubungan hukum antara perlengkapan negara dengan
perseorangan.
Hukum Administrasi Negara merupakan penghubung-penghubung yang istimewa sehingga
memungkinkan pejabat-pejabat negara melakukan tugasnya. Dengan kata lain:
a) Objek Hukum Administrasi Negara adalah semua perbuatan termasuk tugas mengadili
meskipun tugas itu dilakukan oleh badan diluar eksekutif, bagi HAN yang terpenting
bukan siapa yang menjalankan tugas itu tetapi masuk kedalam bidang manakah tugas itu.
b) Hukum Administrasi Negara merupakan himpunan peraturan-peraturan yang istimewa.
Subjek hukum dalam Hukum Administrasi Negara adalah KUH Perdata. Tetapi agar dapat
melaksanakan tugas khususnya dengan baik maka administrasi negara diberi kekuasaan yang
istimewa. Tugas khusus disini adalah tugas yang tidak dapat dilaksanakan oleh subjek hukum
lain. Wujud dari kekuasaan istimewa itu adalah kekuasaan memaksa agar pemerintah
Administrasi Negara dapat ditaati. Dikutip oleh Kansil yang mengemukakan bahwa “oleh karena
diIndonesia kekuasaan eksekutif dan kekuasaan administrasive berada dalam satu tangan yaitu
Presiden”, maka Pengertian Hukum Adimistrasi Negara yang luas terdiri atas tiga unsur yaitu:
a) Hukum Administrasi Negara yakni hukum eksekutif atau hukum tata pelaksanaan UU,
Hukum Administrasi Negara adalah hukum mengenai aktivitas kekuasaan eksekutif
(kekuasaan untuk melaksanakan UU)
b) Hukum Administrasi Negara dalam arti sempit yakni hukum tata pengurusan rumah
tangga Negara (rumah tangga negara dimaksudkan segala tugas-tugas ditetapka dengan
UU sebagai urusan Negara.
c) Hukum Administrasi Negara yakni hukum mengenai , rahasia dinas dan jabatan,
kearsipan dan dokumentasi, pelaporan dan statistik, tata cara penyimpanan berita acara,
pencatatan sipil, pencatatan nikah, talak dan rujuk, publikasi .
Uji Pemahaman.
1. Apa pemahaman kalian tentang Hukum Admnistrasi Negara
2. apa yang kalian pahami dari hubungan istimewa dalam Hukum Admnistrasi Negara
DESKRIPSI MATERI
PERTEMUAN 2 Hubungan Hukum Tata Negara Dengan Hukum Administrasi Negara Serta
Kedudukan, Sistematika, dan Kodifikasi
TUJUAN PERKULIAHAN:
URAIAN MATERI
Pada awalnya Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara merupakan satu
cabang ilmu yang bernama Staats en Administratief Recht. Setelah tahun 1946 terjadi pemisahan
antara Hukum Administrasi Negara dan Hukum Tata Negara. Prins didalam bukunya Inleiding in
het Administratief Recht van Indonesia mengemukakan perbedaan antara HAN dan HTN yaitu:
a. Hukum Tata Negara mempelajari hal-hal yang sifatnya fundamental yakni
dasar-dasar dari negara dan menyangkut langsung setiap warga negara.
b. Hukum Administrasi Negara lebih menitik beratkan pada hal-hal yang teknis.
Selanjutnya menurut Oppenheim HTN adalah sekumpulan peraturan hukum yang
membentuk alat-alat perlengkapan negara dan aturan-aturan yang memberi wewenang kepada
seluruh perlengkapan Negara serta membagi-bagikan tugas pekerjaan pemerintah di tingkat
pusat hingga tingkat daerah. Sedangkan HAN adalah sekumpulan peraturan hukum yang
mengikat alat-alat perlengkapan yang lebih tinggi dan yang rendah dalam rangka menggunakan
wewenang yang ditetapkan oleh HTN (HAN merupakan aturan-aturan mengenai negara dalam
keadaan bergerak.
Soetomo dalam bukunya Hukum Tata Pemerintahan dijelaskan sebagai berikut:
adalah pelajaran tentang hubungan istimewa. Kompetensi HTN mempelajari hal-hal sebagai
berikut:
a. Jabatan-jabatan yang ada dalam susunan satu negara
b. Siapakah yang mengadakan jabatan itu
c. Dengan cara bagaimana jabatan itu ditempati oleh pejabat
d. Fungsi jabatan
e. Kekuasaan hukum jabatan
f. Perhubungan antara masing-masing jabatan
g. Dalam batas-batas manakah organ-organ kenegaraan dapat melakukan
tugasnya.
HAN mempelajari tentang sifat, bentuk dan akibat huum yang timbul karena perbuatan
hukum istimewa yang dilakukan oleh para pejabat dalam menjalankan tugasnya. Dalam ilmu
hukum pembagian hukum dibagi menjadi dua macam yaitu hukum privat (sipil) dan hukum
puplik yang tidak lepas dari isi dan sifat hubungan yang diatur, hubungan mana bersumber dari
kepentingan-kepentingan yang hendak dilindungi.Kepentingan itu bersifat perorangan
(privat/individu) tetapi ada juga yang bersifat umum (publik)
Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara penguasa dengan
warganya yang didalamnya termasuk pidana, hukum tata negara, dan hukum administrasi
negara. HAN merupakan bagian dari hukum publik karena berisi pengaturan yang berkaitan
dengan masalah-masalah umum (kolektif). Masalah-masalah umum itu seperti kepentingan
nasional (bangsa), masyarakat, bangsa. Hukum Administrasi Negara dikelompokkan menjadi
dua yakni Hukum Administrasi Negara bersifat Heteronom dan bersifat otonom. Hukum
Administrasi bersifat heteronom adalah Hukum administrasi yang bersumber pada UUD, Tap
MPR, dan UU, yang isinya mengatur seluk beluk organisasi dan fungsi administrasi negara.
Sedangkan Hukum Administrasi otonom adalah hukum operasional yang diciptakan pemerintah
dan administrasi negara.
Selanjutnya hukum administrasi negara bersifat umum dan khusus. Didalam RUU
Administrasi Pemerintahan ditemukan ketentuan-ketentuan mengenai asas-asas umum
pemerintahan yang baik, ruang lingkup Undang-Undang administrasi pemerintahan, batas-batas
wewenang badan atau pejabat pemerintah, kounikasi elektronok, prosedur administrasi
pemerintah, pemberian kuasa, prinsip-prinsip pengujian administrasi pemerintahan, dengar
pendapat pihak yang berkepentingan, hak mengakses dokumen administrasi, legalisasi dokumen
dan arsip penyampaian keputusan perubahan, pencabutan dan pembatalan keputusan, tanggung
jawab pejabat pemerintahan dan sanksi administratif.
Hukum Administrasi khusus adalah ketentuan yang hanya berkaitan dengan bidang-
bidang Hukum Administrasi tertentu misalnya Hukum Pajak, Kepegawaia, Hukum Agraria,
Hukum Ketenagakerjaan, Lingkungan, Pertambangan. Menurut S. Basah Hukum Administrasi
Umum sebaiknya mengatur mengenai sifat, jenis, dan ciri serta bentuk dari subjek-subjek hukum
publik beserta kewenangan administrasi negara. Utamanya berkaitan dengan karakter, subjek
hukum, fungsi, ruang lingkup, atribusi, delegasi, mandat, koordinasi, harmonisasi, jenis, sifat,
bentuk, dan persyaratannya berikut proses pembuatan dari produk subjek-subjek hukum publik.
Menurut C.J.N Versteden secara garis besar Hukum Administrasi Negara mengatur bidang:
a. Penegakan ketertiban, keamanan, kesehatan, kesopanan
b. Pengaturan jaminan sosial bagi rakyat
c. Pengaturan tata ruang
d. Pengaturan bantuan terhadap aktivitas swasta dalam rangka pelayanan umum
e. Pengaturan pemungutan pajak
f. Pengaturan mengenai perlindungan hak dan kepentingan warga negara terhadap
pemerintah
g. Pengaturan mengenai penegakan hukum administrasi
Pengaturan mengenai pengawasan organ pemerintah yang lebih tinggi terhadap organ
yang lebih rendah. Sistematika adalah suatu kebulatan susunan atau keseluruhan yang kompleks
atau terorganisir atau satu himpunan dan perpaduan yang terdiri dari bagian-bagian untuk
mencapai tujuan dan bagian-bagian tersebut saling bergantung satu sama lain. Sedangkan
kondifikasi adalah penyusunan satu jenis hukum kedalam satu sistem kitab Undang-Undang
secara lengkap dan bulat.
Kesulitan menetapkan sistematika dan kodifikasi HAN tidak pernah dikemukakan oleh
Donner dalam dua alasan yaitu:
a. Peraturan-peraturan HAN itu berubah lebih cepat dan sering mendadak berbeda
dengan hukum privat dan Hukum Pidana yang berubah secara pelan-pelan
b. Peraturan-peraturan HAN tidak hanya terletak disatu tangan sebab diluar
pembuat UU pusat hampir semua departemen dan pemerintah daerah otonom
membuat peraturan HAN.
DESKRIPSI MATERI
PERTEMUAN 3 Sumber Hukum Administrasi Negara
TUJUAN PERKULIAHAN:
Negara
URAIAN MATERI
Sudikmo Mertokusumo, sumber hukum sering digunakan dalam beberapa arti yaitu:
a. Sebagai asas hukum yakni sebagai sesuatu yang merupakan permulaan hukum
b. Sebagai petunjuk bagi hukum terdahulu yang memberikan bahan-bahan hukum
kepada hukum yang berlaku sekarang, misalnya hukum prancis dan romawi
c. Sebagai sumber berlakunya hukum yakni yang memberikan kekuatan berlaku
secara formal kepada peraturan hukum
d. Sebagai sumber dari mana kita dapat mengenal hukum, misalnya dokumen, UU
e. Sebagai sumber terjadinya hukum yakni sumber yang menimbulkan hukum.
Sumber Hukum digolongkan kedalam dua pengertian yaitu:
1. Sumber Hukum dalam arti materiil adalah sumber dimana ditemukannya isi
(materi) hukum itu. Faktor-Faktor yang mempengaruhi isi pembentukan hukum
seperti faktor sosial, politik, ekonomi, tradisi (pandangan keagamaan,
kesusilaan). Faktor-faktor kebiasaan juga termasuk sumber hukum materiil.
Faktor materiil sangat membantu pembentukan hukum dan sangat
mempengaruhi isi hukum.
2. Sumber hukum dalam arti formil adalah sumber hukum yang dilihat dari cara
terjadinya bentuk aturan hukum, sehingga aturan hukum itu ditaati, diketahui,
berlaku umum dan mengikat.
Pada umumnya dalam ilmu hukum diterima sebagai sumber hukum formal adalah:
1. Undang-Undang
2. Kebiasaan atau asas-asas umum dalam penyelenggaraan pemerintah yang layak
3. Yurisprudensi
4. Perjanjian.
Sumber Hukum Administrasi Indonesia dapat pula dikelompokkan atas dua kelompok yakni
sumber hukum materiil dan sumber hukum formil.
Sumber hukum formil Hukum Administrasi Indonesia terdiri dari:
a. Undang-Undang
b. Praktik Administrasi yang merupakan hukum kebiasaan
c. Yurisprudensi
d. Doktrin (anggapan para ahli)
Ruang lingkup undang-undang dalam arti material adalah mencakup peraturan umum
yang mengikat dan termasuk pula kedalamnya ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur
proses bagaimana caranya suatu keputusan administrasi negara itu terwujud atau berkaitan
dengan ketentuan-ketentuan Hukum Administrasi Indonesia Formal yang bersifat non-
kontentiosa. Selain ketentuan-ketentuan Hukum Administrasi materiil tersebut dikenal pula
ketentuan-ketentuan Hukum Administrasi Indonesia formil yang dapat dikualifikasikan dalam
hal yang bersifat: Formil non kontentiosa dan formal kontentiosa. Hukum Administrasi
Indonesia Formil non kontentiosa adalah ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur proses atau
cara bagaimana suatu keputusan administrasi negara itu terwujud dilingkungan eksekutif
Hukum Administrasi Indonesia yang bersifat kontentiosa adalah ketentuan-ketentuan hukum
yang mengatur prosedur beracara dalam sengketa administrasi di pengadilan administrasi, baik
peradilan administrasi semu maupun administrasi murni
Selain ketentuan-ketentuan Hukum Administrasi materiil tersebut dikenal pula
ketentuan-ketentuan Hukum Administrasi Indonesia formil yang dapat dikualifikasikan dalam
hal yang bersifat: Formil non kontentiosa dan formal kontentiosa. Hukum Administrasi
Indonesia Formil non kontentiosa adalah ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur proses atau
cara bagaimana suatu keputusan administrasi negara itu terwujud dilingkungan eksekutif
Hukum Administrasi Indonesia yang bersifat kontentiosa adalah ketentuan-ketentuan hukum
yang mengatur prosedur beracara dalam sengketa administrasi di pengadilan administrasi, baik
peradilan administrasi semu maupun administrasi murni.
Hukum Administrasi Formil
a. Peraturan Perundang-undangan
d. Doktrin
Doktrin dalam Hukum Administrasi Negara adalah pendapat para ahli Hukum
Administrasi Negara atau ahli Hukum Administrasi Negara dan ilmu Hukum Administrasi
Negara yang sering dijadikan rujukan oleh hakim peradilan Tata Usaha Negara dalam
merumuskan dan mempertanggung jawabkan suatu putusan. Doktrin atau pendapat ahli dapat
pula menjadi sumber hukum formal Hukum Administrasi Negara sebab pendapat para ahli itu
dapat melahirkan teori-teori dalam lapangan Hukum Administrasi Negara yang kemudian
mendorong timbulnya kaidah-kaidah HAN.
DESKRIPSI MATERI
PERTEMUAN 4 Hukum Administrasi Negara dan Tujuan Negara
TUJUAN PERKULIAHAN:
URAIAN MATERI
Tujuan Negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
serta mewujudkan keadilan sosial. Dalam konsep negara hukum modern kedudukan dan peranan
negara sangat kuat dan besar karena itu negara dibebani tugas berat dan luas sehingga
mendorongnya turut campur dalam segala aspek kehidupan warganya. Konsekuensi negara RI
sebagai negara modern maka untuk mewujudkan tujuan pemerintahan negara kepada
administrasi negara dibebani tugas dan tanggung jawab yang besar serta kewajiban yang berat
sehingga interaksi antara administrasi negara dan warga semakin tinggi.
Akibatnya peluang terjadinya berbagai benturan kepentingan antara pemerintah dan
warga juga semakin besar. Fungsi Hukum Administrasi Negara secara fungsional adalah sebagai
berikut:
DESKRIPSI MATERI
PERTEMUAN 5 Asas-Asas dalam Hukum Administrasi Negara
TUJUAN PERKULIAHAN:
Negara
URAIAN MATERI
Asas Negara Hukum dan Demokrasi. Asas Demokrasi merupakan akar bagi negara
hukum dan hukum Administrasi Negara karena secara substansial asas demokrasi meletakkan
dan menjunjung tinggi superioritas kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Persetujuan dari rakyat dalam negara modern dilakukan melalui wakil-wakil diparlemen (DPR)
yang dituangkan dalam bentuk undang-undang sehingga melahirkan asas legalitas. Asas legalitas
mengandung makna bahwa setiap tindakan badan atau pejabat administrasi negaraharus
berdasarkan atas Undang-Undang formal atau hukum tertulis.
Dari asas legalitas inilah muncul pengertian administrasi negara dalam arti yuridis yakni
sebagai pelaksana atau penyelenggara Undang-Undang dalam arti luas. Asas legalitas dapat
melahirkan konsekuensi positif dan negatif bagi badan atau pejabat negara. Konsekuensi positif
berarti akan melahirkan setiap tindakan dari badan atau pejabat administrasi negara selalu
berdasarkan hukum (tertulis). Berdasarkan hukum tertulis (undang-undang formal) berarti
tindakan badan atau pejabat administrasi negara merupakan manifestasi dari keinginan rakyat
karena memperoleh persetujuan dari rakyat.
Konsekuensi negatif dari asas legalitas artinya badan atau pejabat administrasi negara
tidak boleh melakukan suatu tindakan yang bersifat mengikat secara umumtanpa memiliki dasar
wewenang yang diperoleh dari undang-undang. Asas legalitas sebagai dasar kewenangan dan
keabsahan didalam penyelenggaraan pemerintahan dapat terjadi karena diberikan oleh badan
legislatif kepada administrasi negara melalui atribusi atau diberikan oleh administrasi negara
kepada administrasi negara lainnya melalui perundang-undangan dengan cara delegasi atau sub
delegasi.
Attributif adalah penyerahan suatu wewenang baru kepada pemerintah atau pejabat
administrasi negara oleh pembentuk undang-undang dimana wewenang itu semula tidak dimiliki
oleh pemerintah atau pejabat administrasi negara. Pada attributif diciptakan suatu wewenang
baru yang belum dimiliki oleh pejabat administrasi negara. Dengan demikian hukum
administrasi merupakan instrument yuridis dari prinsip negara hukum dan prinsip
demokrasi.Derivatif adalah penyerahan wewenag dari suatu badan kepada badan baik
seluruhnya atau sebagian yang dilakukan berdasarkan adanya wewenang attributif. Yang
dilakukan dengan cara delegasi atau mandat Delegasi artinya penyerahan wewenang dari badan
atau pejabat yang lebih tinggi kepada badan atau pejabat yang lebih rendah. Dalam rancangan
undang-undang Administrasi Pemerintahan dirumuskan pengertian kewenangan delegasi adalah
pelimpahan kewenangan untuk mengambil keputusan pemerintah oleh suatu badan kepada pihak
yang melaksanakan kewenangan atas tanggung jawab sendiri dan tidak diberikan kepada
bawahannya.
Pada delegasi terjadi pemberian kewenangan dari suatu organ pemerintahan atau pejabat
administrasi negara kepada organ pemerintahan atau pejabat administrasi negara lainnya yang
dasar hukumnya disebutkan secara tegas dalam peraturan dimana kewenangan pemerintahan
berada. Dalam delegasi terjalin hubungan sedikitnya tiga pihak yakni pihak pemilik
kewenangan (presiden), pihak penerima wewenang delegasi (misal mendagri), pihak penerima
limpahan wewenang delegasi (misal gubernur). Pihak yang melimpahkan wewenang delegasi
disebut dengan delegans dan pihak yang menerima limpahan wewenang delegasi disebut
delegataris.
Mandat menurut Undang-Undang Hukum Administrasi Umum Belanda adalah
kewenangan yang diberikan oleh suatu organ pemerintahan kepada organ lain untuk atas
namanya mengambil keputusan. Pemberian mandat dilarang dalam hal-hal yang berkaitan
dengan wewenang untuk:
a. Mengeluarkan peraturan yang bersifat mengikat umum
b. Mengambil suatu keputusan yang ditentukan harus diambil berdasarkan
pemungutan suara
c. Suatu keputusan yang harus dilakukan menurut prosedur pembentukan suatu
keputusan
Pengadilan tidak berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa TUN tertentu
dalam hal keputusan yang disengketakan itu dikeluarkan:
a. Dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam, atau keadaan
luar biasa yang membahayakan, berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
b. Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
DESKRIPSI MATERI
PERTEMUAN 6 Susunan Organisasi Pemerintahan
TUJUAN PERKULIAHAN:
URAIAN MATERI
Dilihat dari landasan hukum pembentuknya, lembaga negara ditingkat pusat dibedakan
menjadi lembaga yang dibentuk atas perintah UUD yang diatur lebih lanjut dengan UU, PP,
Perpres dan Keppres.
a) Lembaga yang keberadaan dan kewenangannya ditentukan dengan tegas dalam UUD
tahun 1945 ada 23 lembaga yaitu presiden, wakil presiden, kementrian negara dan
menteri, dewan pertimbangan presiden, MPR, DPR, DPD, KPU, BPK, MA, MK,KY,
TNI, Kepolisian, Pemerintah daerah provinsi,, Gubernur, DPRD, Pemerintah Daerah
Kabupaten, DPRD Kabupaten, Bupati, Pemerintah Daerah Kota, Walikota, DPRD Kota.
b) Lembaga yang dibentuk atas perintah UU yang diatur lebih lanjut dengan pp, Perpres dan
Keppres.
c) Lembaga yang dibentuk dengan UU dan kewenangannya ditentukan dengan UU serta
pengangkatan keanggotaannya ditetapkan dengan keputusan presiden misalnya KPK,
KPI, Kepolisian, Kejaksaan, Komnas Anak
d) Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah yang diatur lebih lanjut
dengan keputusan Presiden, Pembentukan, Perubahan, dan Pembubaran lembaga-
lembaga ini sepenuhnya bersumber dari kewenangan yang dimiliki presiden selaku
Kepala Pemerintahan.
e) Lembaga yang dibentuk berdasarkan peraturan Menteri yang diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Menteri.
Penyelenggaraan Pemerintahan ditingkat pusat terdiri dari:
a. Lembaga Kepresidenan yang dipimpin oleh Presiden dibantu Wakil Presiden
b. Menteri dan Departemen
c. Menteri Pemerintahan Non Departemen.
Kementrian Negara dan Departemen . Menteri merupakan pembantu presiden didalam
penyelenggaraan pemerintahan dalam bidang tertentu sesuai tugas dan fungsi departemen
tersebut. Menteri-menteri diangkat oleh Presiden dan bertanggungjawab kepada Presiden bukan
DPR. Menteri bertugas membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Urusan tertentu
tersebut terdiri atas:
a. Urusan pemerintahan yang nomenklatur Kementriannya secara tegas
disebutkan dalam UUD tahun 1945. Urusan nomenklatur ini meliputi urusan
luar negeri, dalam negeri dan pertahanan. Kementrian ini tidak dapat diubah
oleh Presiden dan juga tidak dapat dibubarkan oleh Presiden.
b. Urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam UUD 1945.
Urusan ini meliputi urusan agama, hukum, keuangan, keamanan, hak asasi
manusia, pendidikan, kebudayaan, kesehatan ,sosial, ketenagakerjaan,
perdagangan. Setiap urusan pemerin tahan tidak harus dibentuk dalam suatu
kementrian. Beberapa urusan dapat digabung dalam satu Kementrian.
c. Urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi
program pemerintah. Urusan pemerintah meliputi urusan perencanaan
pembangunan, aparatur negara, kesekretariatan negara, BUMN, pertahanan,
teknologi, investasi, koperasi, pemuda, olahraga, perumahan.
d. Pengangkatan dan Pemberhentian Menteri. UU juga mengisyaratkan dalam
mengangkat seorang menteri agar memperhatikan integritas dan kepribadian
yang baikserta berkompetensi dalam bidang tugas kementrian, memiliki
pengalaman kepemimpinan dan sanggup bekerjasama sebagai pembantu
Presiden. Terdapat dua alasan Menteri berhenti dari jabatannya karena
meninggal dunia atau berakhir masa jabatannya. Diberhentikann oleh Presiden
karena:
1. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis
2. Tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 bulan secara berturut-turut
3. Dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 5 tahun
4. Melanggar ketentuan larangan rangkap jabatan
5. Alasan lain ditentukan oleh Presiden.
DESKRIPSI MATERI
PERTEMUAN 7 Perbuatan Pemerintah
TUJUAN PERKULIAHAN:
Hukum Privat
URAIAN MATERI
Golongan perbuatan hukum penting bagi Hukum Administrasi Negara sebab perbuatan
tersebut langsung menimbulkan akibat hukum tertentu bagi Hukum Administrasi Negara.
Cara-cara pelaksanaan tindakan pemerintah yang dapt dilakukan dengan berbacai cara yaitu:
a. Yang bertindak adalah administrasi negara itu sendiri
b. Yang bertindak adalah subjek hukum atau badan hukum lain yang tidak
termasuk administrasi negara dan dilakukan berdasarkan hubungan istimewa
seperti badan hukum yang diberi monopoli.
c. Yang bertindak adalah subjek hukum lain yang tidak termasuk administrasi
negara yang menjalankan pekerjaan berdasarkan izin dari pemerintah.
d. Yang bertindak adalah subjek hukum lain yang tidak termasuk administrasi
negara yang diberi subsidi oleh pemerintah.
e. Yang bertindak adalah pemerintah bersama-sama dengan subjek hukum lain
yang bukan administrasi negara dimana kedua belah pihak bergabung dalam
kerjasama.
f. Yang bertindak adalah yayasan yang didirikan atau diawasi oleh pemerintah
g. Yang bertindak adalah koperasi yang diawasi oleh pemerintah
h. Yang bertindak adalah perusahaan negara seperti PLN.
Dalam uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada beberapa macam tindakan
pemerintah yang merupakan tindakan hukum dalam rangka penyelenggaraan kepentingan umum
yaitu:
a. Dalam membebankan kewajiban pada organ-organ itu untuk menyelenggarakan
kepentingan umum.
b. Dengan mengeluarkan UU yang bersifat melarang atau yang ditujukan pada
tiap-tiap warga negara untuk melakukan perbuatanyang perlu demi kepentingan
umum
c. Memberikan ketetapan yang bersifat memberikan beban
d. Memberikan bantuan kepada swasta
e. Memberikan kedudukan hukum kepada seseorang sesuai dengan keinginannya
sehingga orang tersebut mempunyai hak dan kewajiban
f. Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan swasta
g. Bekerjasama dengan perusahaan lain untuk kepentingan umum.
Perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang bertentangan dengan hak dan
kewajiban menurut UU
Unsur-unsur perbuatan melawan hukum menurut Arrest menurut pasal 1365
KUHPerdata adalah:
a. Melanggar hak orang lain
b. Bertentangan dengan kewajiban hukum dari pembuat
c. Bertentangan dengan kesusilaan
d. Bertentangan dengan kepatutan yang berlaku dalam masyarakat
Menurut Mariam Darus perbuatan melawan hukum harus memenuhi unsur sebagai
berikut:
a. Harus ada perbuatan baik perbuatan yang bersifat positif atau negatif
b. Perbuatan itu harus melawan hukum
c. Ada kerugian
d. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu dengan
kerugian
e. Ada kesalahan.
Perbuatan melawan hukum oleh badan atau pejabat tata usaha negara menurut
yurisprudensi diukur:
a. Dengan UU dan peraturan formal yang berlaku
b. Dengan kepatutan dalam masyarakat yang seharusnya dipatuhi oleh penguasa
c. Penilaian faktor sosial ekonomi adalah pelengkap wewenang kepala daerah
sebagai penguasa yang tidak termasuk kompetensi pengadilan untuk
menilainya.
Penyelesaian sengketa perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh badan/ pejabat
tata usaha negara dalam bentuk perbuatan konkrit-individual yang dituangkan dalam bentuk
keputusan merupakan kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara untuk memeriksa dan
memutusnya sedangkan perbuatan melawan hukumyang dilakukan dalam bentuk nyata menjadi
kompetensi peradilan umum untuk memeriksa dan memutusnya.
Asas Larangan Menyalahgunakan Kewenangan yang didalam UU No. 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara dicantumkan dalam pasal 53 ayat 2. Ketentuan ini
berkaitan dengan penggunaan kewenangan bebas pemerintah agar dalam penggunaannya tidak
tergelincir pada perbuatan menyalahgunakan kewenangan.
Dalam penggunaan kewenangan bebas badan/pejabat tata usaha negara harus:
a. Mengumpulkan fakta yang relevan
b. Mempersiapkan, memutuskan dan melaksanakan keputusan tersebut dengan
memperhatikan asas-asas hukum tdk tertulis
c. Menentukan sendiri isi, cara menyusun dan saat mengeluarkan keputusan
DESKRIPSI MATERI
PERTEMUAN 8 Instrumen Pemerintah
TUJUAN PERKULIAHAN:
URAIAN MATERI
Peraturan perundang-undangan yang didalam Pasal 1 angka 2 UU No. 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara dijelaskan sebagai peraturan yang bersifat mengikat secara
umum yang dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat bersama Pemerintah baik ditingkat
Pusat maupun Daerah yang mengikat secara umum.
Rumusan Undang-Undang dapat diartikan secara formil dan materiil. Undang-Undang
dalam arti formil adalah setiap produk hukum yang dibuat oleh presiden bersama DPR.
Sedangkan Undang-Undang dalam arti materiil adalah penetapan kaidah hukum sehingga
mempunyai sifat mengikat secara langsung kepada penduduk tanpa mempersoalkan proses
terjadinya.
Undang-Undang sebagai sumber hukum formil berbeda dengan UU dalam arti formil.
UU dalam sebagai sumber hukum formil adalah peraturan yang sudah dibentuk penetapannya
sedangkan UU dalam arti formil dikaitkan dengan cara terjadinya dan lembaga yang
membentuknya.
Peraturan kebijaksanaan artinya peraturan kebijaksanaan tidak didasarkan pada
kewenangan pembuatan Undang-Undang dan oleh karena itu tidak termasuk peraturan yang
mengikat secara umum tetapi diletakkan pada wewenang pemerintahan dan terkait dengan
pelaksanaan pemerintahan.
Ciri-ciri peraturan kebijaksanaan adalah
a. Dilihat dari segi pembentuknya: pembentukannya tidak didasarkan atau
diperintahkan secara tegas oleh UUD/UU.
b. Dilihat dari segi bentuk dan kewenangannya:
c. Dilihat dari segi redaksi atau isi
d. Dilihat dari segi format
e. Tipe dan karakteristik peraturan kebijaksanaan
f. Dasar kewenangan dan alasan pembenar pembentukan
g. Persamaan antara kebijaksanaan dan peraturan perundang-undangan
Selanjutnya keputusan yang merupakan objek dalam hukum administrasi. Keputusan
adalah suatu perbuatan hukum publik bersegi satu yang dilakukan oleh alat pemerintah
berdasarkan suatu kekuasaan dengan maksud terjadinya perubahan hubungan hukum. Unsur-
unsur keputusan sebagai berikut:
a. Perbutan hukum publik bersegi satu (perbuatan yang dilakukan secara sepihak
oleh pemerintah)
b. Ssfat hukum publik diperoleh berdasarkan kekuasaan istimewa
c. Terjadi perubahan dalam Lapangan Hukum
Keputusan sendiri dapat dibedakan antara keputusan sah dan keputusan tidak sah.
Keputusan yang sah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Keputusan harus dibuat oleh organ atau pejabat yang berwenang membuatnya
b. Keputusan harus diberi bentuk dan harus menurut prosedur pembuatannya.
Syarat-syarat formil yang harus dibentuk sesuai dengan peraturan peundang-undangan
yang menjadi dasar dibuatnya keputusan mencakup:
1. Prosedur cara pembuatannya
2. Bentuk keputusan
3. Pemberitahuan kepada yang bersangkutan.
Isi dan tujuan harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan dasarnya
Selanjutnya keputusan yang tidak sah dapat terjadi karena:
a. Keputusan itu batal demi hukum
b. Keputusan yang batal mutlak (pembatalan keputusan dapat dituntut oleh setiap
orang)
c. Keputusan yang batal nisbi (keputusan yang pembatalannya hanya bisa dituntut
oleh orang-orang tertentu)
d. Keputusan yang dapat dibatalkan (keputusan yang dinyatakan batal setelah
pembatalan oleh hakim atau instansi yang berwenang)
Keputusan sendiri menurut UU No. 5 Tahun 1986 adalah suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha
negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dari pengertian keputusan dapat ditarik unsur-unsur yuridis keputusan menurut hukum
positis sebagai berikut:
a. Suatu penetapan tertulis
b. Dikeluaarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara
c. Berisi tindakan hukum tata usaha negara
d. Berdasarkan peraturan perundang-undangan
e. Bersifat konkret, individual dan final
f. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata
Selanjutnya mengenai persoalan politik perizinan yang sering digunakan oleh pemerintah
sebagai instrumen untuk mengendalikan atau mengatur perilaku masyarakat agar tidak
melakukan atau melakukan perbuatan tertentu utamanya untuk membatasi gerak gerik
masyarakat.
Izin disebut juga sebagai instrumen pemerintah dalam melaksanakan tugas-tugasnya
seperti peraturan yang bersifat umum, peraturan kebijaksanaan, kepegawaian, keuangan dll. Izin
merupakan saran bagi pemerintah untuk melaksanakan tugasnya yang bersifat pengaturan.
Pelaksanaan perizinan selalu berlandaskan dan berpedoman pada hukum. Bentuk hukum sendiri
adalah UU. Adanya UU dapat diciptakan hubungan hukum antara pemerintah dengan warga.
Dalam perizinan sering dilakukan pembatalan atau penarikan izin yang merupakan bagian dari
sanksi. Adanya sanksi dan penegakan hukum perizinan mempunyai arti penting dalam setiap
peraturan perundang-undangan
Sanksi dalam hukum perizinan merupakan bentuk sanksi dalam hukum administrasi.
Sanksi hukum administrasi dibeda kan antara sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi
administrasi bersifat khas antara lain:
a. Paksaan pemerintah
b. Penarikan kembali keputusan yang menguntungkan
c. Pengenaan denda administrasi
d. Pengenaan uang paksa oleh pemerintah
Mengenai pembatalan izin dapat dilakukan dengan memperhatikan seksama dua hal
berikut:
1. Sifat wewenang izin dan wewenang pencabutan izin. Artinya wewenang
tersebut bersifat wewenang pemerintah terikat atau merupakan wewenang
pemerintahan yang bebas
2. Sifat objek dari izin berkaitan dengan suatu keputusan tata usaha negara.
DESKRIPSI MATERI
PERTEMUAN HUKUM 9 KEPEGAWAIAN
TUJUAN PERKULIAHAN:
URAIAN MATERI
Hukum kepegawaian dalam hukum administarsi negara adalah hukum yang berlaku bagi
pegawai yang bekerja pada administrasi negara sebagai pegawai negeri. Mengenai pegawai-
pegawai pada perusahaan swasta diatur dalam Hukum Ketenagakerjaan atau Hukum Perjanjian
Kerja seperti yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Peraturan mengenai
hukum kepegawaian diatur dengan UU No. 43 Tahun 1999 yang mengatur mengenai
kedudukan, kewajiban, hak, dan pembinaan pegawai negeri. Pegawai negeri sendiri merupakan
unsur aparatur negara untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dalam rangka
mencapai tujuan negara.
Tujuan negara bisa dicapai dengan pembangunan nasional yang dilakukan dengan
matang, terarah, bertahap, bersungguh- sungguh, berdaya guna dan berhasil guna. Ciri khas yang
melekat pada lembaga pegawai negeri adalah hubungan dinas publik. Hubungan dinas publik ini
adalah kewajiban bagi pegawai yang bersangkutan untuk tunduk pada pengangkatan dalam
beberapa macam jabatan tertentu yang berakibat bahwa pegawai yang bersangkutan tidak
menolak pengangkatannya dalam satu jabatan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Dilihat
dari segi hukum pengangkatan pegawai negeri menimbulkan hubungan dinas publik. Sedangkan
pengertian menurut pasal 1.a UU No.8 Tahun 1974 yang diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999
Pasal 1 dan angka 3 adalah sebagai berikut:
Pegawai negeri adalah setiap warga negara yang telah memenuhi syarat yang ditentukan
diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negara dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan yg berlaku.
Ketentuan PP No. 6 Tahun 1974 tentang Pembatasan Kegiatan Pegawai Negeri Dalam
Usaha Swasta. Ada golongan yang bukan pegawai negeri menurut pengertian UU No. 8 Tahun
1974 tetapi PP No. 6 tahun 1974 memberikan perluasan sehingga mencakup banyak golongan
pegawai lainnya. Menurut PP No. 6 Tahun 1974 Pegawai Negeri adalah: Pegawai Negeri Sipil
Pusat, Anggota ABRI. Pegawai Negeri yang dibantukan pada daerah otonom, Pegawai Otonom,
Pegawai Perusahaan Jawatan, Pegawai Perusahaan Umum, Pegawai BUMN, Pegawai Bank
Milik Negara
Selain itu PP No. 6 Tahun 1974 secara eksplisit menyebutkan beberapa pegawai yang
sebenarnya bukan merupakan pegawai negeri yang dipersaman dengan pegawai negeri adalah:
1. Pegawai perusahaan (perseroan)
2. Pegawai perseroan terbatas milik negara yang belum digolongkan berdasarkan
UU No.9 Tahun 1969
3. Pegawai Perusahaan Daerah.
Pegawai negeri yang melakukan beberapa pelanggaran disiplin yang sifatnya sama hanya
dapat dijatuhi satu jenis hukuman disiplin yang terberat setelah memperhatikan pelanggaran
yang dilakukan.
DESKRIPSI MATERI
PERTEMUAN HUKUM 10 HUKUM KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH
TUJUAN PERKULIAHAN:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai Hukum Keuangan Negara dan Keuangan
Daerah
Daerah
URAIAN MATERI
Hubungan keuangan Negara dan Hukum mempunyai korelasi dengan negara yang
ditemukan dalam ilmu hukum sehingga dalam konteks ilmu hukum utamanya Hukum
Tatanegara maka Keuangan Negara berkolerasi dengan badan-badan kenegaraan. Hubungan
Keuangan Negara dengan Hukum Administrasi Negara dapat ditemukan sejak dari proses
penyusunan, penetapan, dan pelaksanaan APBN dan APBD, hubungan keuangan antara
pemerintah pusat dan bank sentral, pemerintah daerah, pemerintah atau lembaga asing,
perusahaan negara dan daerah, perusahaan swasta dan badan pengelola dana masyarakat,
pengelola keuangan negara, laporan keuangan APBN dan APBD, pengendalian internal
pemerintah, penyelesaian kerugian negara, aspek pemasukan dan pengeluaran, sumber
pendapatan pusat dan daerah, pajak, retribusi sampai dengan kekuasaan pengelolaan keuangan
negara.
Dasar hukum keuangan negara diatur dalam :
a. Pasal 23 UUD 1945
b. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
c. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
d. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan pengelolaan dan Tanggungjawab
Keuangan Negara
Ketentuan mengenai keuangan negara diatur dalam UU No. 17 tahun 2003 yang terdiri
dari 11bab dan 39 Pasal. UU ini memuat hal baru yang sifatnya mendasar dalam pengelolaan
keuangan negara antara lain:
a. Pengertian dan ruang lingkup keuangan negara
b. Asas-asas umum pengelolaan keuangan negara
c. Kedudukan presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan
negara
d. Pendelegasian kekuasaan presiden kpd menteri keuangan/ pimpinan lembaga/
Gubernur, Bupati, Walikota
e. Susunan APBD/APBN, hub. Antara pemerintah pusat dan bank sentral, pem.
Daerah dan pem, lembaga asing pemerintah dengan perusahaan negara,
perusahaan daerah dan swasta.
f. Bentuk batas penyampaian laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN
dan APBD
Asas umum pengelolaan keuangan negara yaitu asas kesatuan, asas universalitas, asas
tahunan dan asas spesialitas. Untuk mewujudkan goog govenrnance didalam penyelengga raan
negara dan pemerintah maka pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara
profesional, terbuka dan bertanggungjawab. Sebagai bagian dari kekuasaan pemerintah, Presiden
selaku kepala pemerintahan juga pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara.
Kekuasaan presiden dalam pengelolaan keuangan negara tersebut sebagian dikuasakan kepada:
a. Menteri keuangan
b. Menteri atau pimpinan selaku pengguna anggaran untuk suatu bidang tertentu dalam
pemerintahan
c. Gubernur/Bupati/Walikota selaku pengelola keuangan daerah sesuai dengan asas
desentralisasi.
Hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah Daerah,
Lembaga Asing Perusahaan Negara/Daerah, Swasta dan Badan Pengelolaan Keuangan Dana
Masyarakat ini menentukan adanya kewajiban pemerintah pusat untuk mengalokasikan dana
pertimbangan kepada pemerintah daerah yang ditetapkan dengan UU.
Selanjutnya mengenai penyusunan dan penetapan APBN/ APBD ditentukan antara lain:
1. Tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah.
2. Penegasan peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan
penetapan anggaran.
3. Pengitegrasian sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem anggaran.
4. Klasifikasi dan penyatuan anggaran.
APBN ditetapkan setiap tahun dengan Undang-Undang yang komponennya terdiri atas
anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan. Tujuan penyusunan APBN untuk
mewujudkan tujuan negara dan disusun berdasarkan dengan kemampuan menghimpun dana.
Jika anggaran diperkirakan defisit maka dalam Undang-Undang itu ditetapkan sumber-sumber
pembiayaan untuk menutup defisit itu. Namun kalu anggaran mengalami surplus Pemerintah
Pusat dapat mengajukan rencana penggunaannya kepada DPR. Pelaksanaan APBD dan APBN
dituangkan kedalam Keputusan Presiden sebagai pedoman bagi kementrian negara/ lembaga
didalam pelaksanaan anggaran. Mengenai APBD diatur dengan Perda yang pelaksanaannya
dituangkan dalam Peraturan Kepala Daerah. Pada setiap semester pertama yaitu 6 bulan atau
selambat-lambatnya pada akhir juli tahun anggaran pem. Pusat/daerah menyampaikan informasi
laporan realisasi kepada DPR/DPRD untuk dibahas secara bersama-sama.
Perubahan APBN/APBD dilakukan apabila terjadi:
a. Perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang
digunakan dalam penyusunan APBN/APBD
b. Perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal
c. Terjadinya pergeseran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis
belanja
d. Keadaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya.
DESKRIPSI MATERI
PERTEMUAN HUKUM 11 PERADILAN ADMINISTRASI NEGARA
TUJUAN PERKULIAHAN:
URAIAN MATERI
Dijelaskan didalam UU No.5 Tahun 1986 pasal 4 yang dimaksud dengan Peradilan Tata
Usaha Negara adalah salah satu pelaksanaan kekuasaan kehakiman bagi rakyat yang mencari
keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara. Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa
yang timbul dalam Bidang Tata Usaha Negara antara Orang atau Badan Hukum Perdata dengan
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara baik di Pusat maupun di Daerah sebagai akibat daripada
dikeluarkan suatu Keputusan Tata Usaha Negara termasuk sengketa Kepegawaian berdasarkan
peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Peradilan Tata Usaha Negara baru berwenang
memeriksa, memutus dan menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara “jika seluruh upaya
administrasi yang bersangkutan telah digunakan.
Dengan demikian jelaslah bahwa Sistem Peradilan Administrasi Negara yang ada harus
dipergunakan terlebih dahulu sampai tidak mungkin lagi, barulah perkaranya dapat dimajukan
kepada Pengadilan Tata Usaha Negara. Menurut UU No.5 Tahun 1986 yang dimaksud Tata
Usaha Negara adalah Administrasi Pemerintah. Administrasi Negara secara lengkap memuat:
a. Administrasi Pemerintah
b. Administrasi Ketatausahaan Negara
c. Administrasi Kerumahtanggaan Negara ( Keuangan, Personel, Gedung-gedung,
Tanah-tanah dll)
d. Administrasi Pembangunan
e. Administrasi Lingkungan Hidup
Dalam rangka Administrasi Pemerintah, keputusan-keputusan yang diambil oleh para
Pejabat Administrasi Negara adalah yang bersifat pelaksanaan pemerintah yakni:
a. Keputusan-keputusan yang bersifat peraturan, perencanaan, norma jabatan
b. Keputusan-keputusan yang bersifat pembinaan masyarakat (penetapan-
penetapan, panggilan-panggilan, peringatan)
c. Keputusan-keputusan yang bersifat kepolisian (peninsakan terhadap para
pelanggar UU)
d. Keputusan-keputusan yang bersifat penyelesaian sengketa, protes,
pengaduan,klaim
Keputusan-keputusan tersebut diatas yang dimaksud oleh UU No.5 Tahun 1986 sebagai
Keputusan Tata Usaha Negara yang dapat menimbulkan sengketa antara Badan atau Pejabat
Administrasi Negara Peradilan Administrasi Negara adalah setiap bentuk penyelesaian daripada
suatu perbuatan (pejabat, instansi, badan) Administrasi Negara yang dipersoalkan oleh warga
masyarakat, instansi masyarakat (perusahaan, yayasan, perhimpunan) atau sesama instansi
pemerintah.
Dengan adanya peradilan Tata Usaha Negara maka Sistem Peradilan Administrasi
Negara kita menjadi sebagai berikut:
1. Oleh Badan Pengadilan Umum (biasa) yakni Pengadilan Negeri bagian Perdata, terutama
mengenai gugatan ganti rugi eks Pasal 1365 KUHP oleh warga masyarakat yang merasa
dirugikan oleh suatu perbuatan pejabat/instansi Administrasi Negara yang melawan hukum.
Disuatu badan Pengadilan pejabat yang mengambil keputusan berstatus sebagai Hakim.
Hakim adalah pejabat negara yang mempunyai tiga wewenang yakni:
a. Menilai fakta-fakta berdasarkan sarana-sarana bukti sebagai mana ditentukan
oleh UU
b. Melakukan interpretasi yuridis terhadap UU (interpretasi yang mempunyai
kekuatan UU)
c. Menjatuhkan Putusan yang pada waktunya mempunyai kekuatan hukum
mutlak.
3. Oleh Badan Peradilan Tata Usaha Negara berdasarkan UU No. 5 Tahun 1986 yang terdiri
atas Pengadilan Tata Usaha Negara naik banding ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dan
kasasi ke Mahkamah Agung.
4. Oleh Badan Pengadilan Administrasi Semu, oleh karena Tata caranya sama dengan suatu
badan pengadilan, namun pejabat-pejabatnya yang mengambil keputusan tidak berstatus
sebagai hakim
6. Oleh suatu Badan Teknis atau Panitia Ad Hoc (panitia khusus) yang dibentuk oleh
departemen atau instansi Pemerintah lain atas perintah dari pihak-pihak lain.
7. Oleh atasan atau instansi Yang Lebih Tinggi pada garis Hierarki daripada pejabat yang
mengambil keputusan. Atau disebut peradilan Hirarkis.
b. Peninjauan kembali daripada suatu tindak hukum administrasi mengenai suatu urusan yang
sedang dalam penyelesaian tidak bisa, oleh karena sesuatu yang telah terjadi tidak diubah.
Misalnya dalam hal izin mendirikan bangunan yang telah memenuhi semua persyaratan yang
telah diwajibkan dan bangunan sudah sebagian selesai tidak bisa dicabut atau ditinjau kembali.
Yang mungkin ditinjau kembali adalah tindak hukum administrasi yang menghendaki adanya
suatu kondisi atau keadaan jangka panjang, misalnya rencana kota, rencana penunjukan
wilayah industri dan penetapan-penetapan tertentu.
c. Peninjauan secara sepihak dengan berlaku surut tidak bisa dilakukan karena akan membuat
segala apa yang telah dilakukan oleh warga masyarakat atau instansi yang bersangkutan yang
sah oleh sebab berpangkal pada tindak hukum administrasi tsb menjadi tidak sah. Hanya
perbuatan hukum administrasi yang merugikan kepada masyarakat dapat ditinjau kembali
secara sepihak oleh administrasi secara berlaku surut.
d. Peninjauan kembali untuk hari kemudian hanya mungkin dirundingkan kepada yang
bersangkutan disertai bukti jelas dan masuk akal untuk kepentingan umum dan tidak
merugikan pihak lain maka akan memperoleh ganti rugi.
Hakim perdata dapat menyatakan suatu penetapan itu melawan hukum jikalau:
a. Diambil dengan tidak atau kurang mengindahkan Undang-Undang atau diambil
secara bertentangan dengan UU
b. Diambil dengan menyalahgunakan dengan menyimpang dari tujuan pemberian
wewenang
c. Diambil dengan sewenang-wenang (ceroboh, tidak mengindahkan data atau
fakta yang justru relevan)
DESKRIPSI MATERI
PERTEMUAN HUKUM 12 HUKUM PAJAK
TUJUAN PERKULIAHAN:
URAIAN MATERI
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (bersifat
memaksa) dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa
berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa
kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan
umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk
dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan sedangkan Pajak menurut Pasal 1 UU No.28
Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang
Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak merupakan sumber pemasukan keuangan negara yang menghimpun dana ke kas
negara untuk membiayai pengeluaran negara atau pembangunan nasional. Jadi, fungsi pajak
adalah sebagai sumber pendapatan negara, yang bertujuan agar posisi anggaran pendapatan dan
pengeluaran mengalami keseimbangan (balance budget).
Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam
lapangan ekonomi dan sosial. Fungsi mengatur (regulered) tersebut antara lain:
a. memberikan proteksi terhadap barang produksi dalam negeri, misalnya PPN (Pajak
Pertambahan Nilai);
b. pajak dapat dipakai untuk menghambat laju inflasi;
c. pajak dipakai sebagai alat untuk mendorong ekspor, misalnya pajak ekspor barang 0%;
d. untuk menarik dan mengatur investasi modal yang dapat menunjang perekonomian yang
produktif.
Pajak mempunyai fungsi pemerataan artinya dapat digunakan untuk menyeimbangkan dan
menyesuaikan antara pembagian pendapatan dengan kesejahteraan masyarakat. Dengan kata
lain, pajak berfungsi untuk pemerataan pendapatan masyarakat, sebagaimana yang tercantum
dalam Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan.
4. Fungsi Stabilisasi
Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan keadaan ekonomi, misalnya dengan menetapkan
pajak yang tinggi, pemerintah dapat mengatasi inflasi, karena jumlah uang yang beredar dapat
dikurangi. Dan, untuk mengatasi deflasi atau kelesuan ekonomi, pemerintah dapat menurunkan
pajak . Dengan menurunkan pajak, jumlah uang yang beredar dapat ditambah sehingga kelesuan
ekonomi yang di antaranya ditandai dengan sulitnya pengusaha memperoleh modal dapat
diatasi. Dengan demikian, perekonomian diharapkan senantiasa dalam keadaan stabil.
Penggolongan Pajak dibedakan menjadi :
a. Berdasarkan Sifatnya
Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya di pikul langsung oleh wajib pajak dan
tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain contohnya PPh
Pajak tidak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat di limpahkan kepada orang
lain dan hanya dikenakan pada hal – hal tertentu saja contohnya PPn
b. Berdasarkan Wewenangnya
Pajak Pusat adalah pajak yang di pungut oleh pemerintah pusat melalui dirjen pajak
yang kemudian dimasukan kedalam APBN contohnya PBB, PPn, PPh, BPHTB
Pajak Daerah adalah pajak yang dalam pelaksanaanya sehari hari dilakukan oleh
pemerintah daerah melalui dinas pendapatan daerah yang kemudian dimasukan kedalam APBD
contohnya Pajak kendaraan bermotor , Retribusi jasa umum , Retribusi jasa khusus , Pajak
penerangan jalan
Yang di maksud dengan yurisdiksi pemungutan pajak adalah batas kewenangan yang dapat
dilakukan oleh suatu negara dalam memungut pajak terhadap warganya agar
pemungutannya tidak memberatkan warga / pembayar pajak
Dasar Hukum Pemungutan Pajak Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 23, Ayat (2):
“Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang”.
Landasan Undang-Undang Perpajakan Nasional
UU No.6, Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
UU No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan
UU No. 18 tahun 2000 tentag Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa
dan Pajak Atas Penjualan Barang Mewah (PPN dan PPnBM)
UU No. 12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)
UU No. 13 tahun 1985 tentang Bea Materai
UU No. 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah
UU No. 20 tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan
Bangunan
Setiap tahun pemerintah menyiapkan anggaran keuangan yang disebut Anggaran.
Pendapatan dan Belanja yang mempunyai fungsi sebagai kebijakan keuangan pemerintahan
dalam memperoleh dan mengeluarkan uang yang digunakan untuk menjalankan pemerintahan.
Anggaran ini memperlihatkan jumlah pendapatan dan belanja yang diantisipasikan dalam tahun
berikut. Dalam unsur pendapatan yang paling utama dan penting adalah pendapatan yang berasal
pajak, selain dari pada itu berasal dari sumber lain yang dinamakan “Pendapatan Negara Bukan
Pajak” (PNBP) dan hibah. PNBP merupakan pendapatan negara yang paling banyak jenisnya
termasuk yang dinamakan “retribusi.”
DESKRIPSI MATERI
PERTEMUAN HUKUM 13 PUBLIC DOMAIN
TUJUAN PERKULIAHAN:
Public
URAIAN MATERI
Public domain atau staat domain ialah suatu benda pendukung yang dimiliki oleh Negara
akan tetapi tidak dapat diperjual belikan karena sifatnya diluar perniagaan dan pemerintah
sendiri lebih kepada memilikinya sebagai pengawas. Ada beberapa pendapat yang menyatakan
Negara mememiliki atau menguasai public domain dan ada pula yang menyatakan Negara hanya
sebagai pengawas dari punlic domain tersebut.
2. Prof. Vegting, benda diluar perniagaan namun berdasarkan penelitian historik tidak
ada alasan untuk menyatakan bahwa publik domein tsb. bukan menjadi eigendom
negara. Pemberian pengertian benda diluar perniagaan hanyalah untuk menyatakan batal
terhadap setiap perjanjian jual beli atas benda tsb.
3. Mr. Von Reeken, Domain publik bukanlah benda diluar perniagaan, karena benda
diluar perniagaan adalah benda yang dikeluarkan dari pergaulan hukum biasa.
Tokoh Proudhon dari Prancis membagi public domain atau staats domain menjadi
dua,yaitu :
1. Kepunyaan privat (private domain)
Dalam hal ini Kepunyaan privat meliputi benda-benda yang dipakai oleh
aparatpemerintah secara langsung, dimana kemanfaatan benda-benda tersebut jarang
diperuntukkan untuk umum. Contohnya rumah dinas, gedung BUMN, kendaraan dinas,
alat-alat elektronik dinas seperti komputer dan lain-lain.
Hal yang sama juga dinyatakan dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Pokok
Agraria, bahwa untuk mencapai apa yang ditentukan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-Undang
Dasar 1945 tidak perlu dan tidaklah pula pada tempatnya, bahwa bangsa Indonesia ataupun
Negara bertindak sebagai pemilik tanah. Adalah lebih tepat jika Negara, sebagai organisasi
kekuasaan dari seluruh rakyat (bangsa) bertindak selaku Badan Penguasa. Perkataan “dikuasai”
bukanlah berarti “dimiliki”.
Pendapat modern dan yurisprudensi beranggapan bahwa negara adalah hak milik atas
public domain. Dalam ranah ilmu hukum dan yurisprudensi di Belanda berpandangan bahwa
negara adalah hak milik perdata biasa sebagai pemilik dari public domain, sehingga termasuk
juga pada benda-benda yang diselenggarakan untuk kepentingan umum. Pada pasal 519, 520,
521, 523 KUH Perdata menunjukkan benda-benda yang dapat menjadi milik negara. jadi pada
pasal tersebut menunjukkan alasan yuridis yang menguatkan pandangan bahwa negara adalah
hak milik atas publik domain. Tetapi di Indonesia negara tidak dapat dikatakan sebagai hak milik
pada pasal 33 UUD 1945 dan dengan berlakunya UU No. 5 tahun 1960 tentang UUPA pada
buku II BW maka ketentuan mengenai bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan sepanjang dengan hipotik bisa dicabut.
Dengan adanya ketentuan yang telah dijelaskan didalam UUPA maka Indonesia tidak
dikenal adanya pemilikan oleh negara terhadap publik domain agraris, tetapi hukum di Indonesia
hanya mengenai “hak menguasai”. Jadi UUPA negara Indonesia dalam bidang keagrariaan tidak
mengenal domain tanah tak bertuan menjadi milik negara yang dikenal hanyalah hak menguasai.
Dasar hak menguasai dijelaskan dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945.
Didalam UUPA juga mencabut Agrariche Wet 1870 (yang mengatur bahwa tanah-tanah
yang tidak dapat dibuktikan sebagai eigendom menjadi milik negara jadi Indonesia tidak dapat
dikatakan atas publik domain melainkan sebagai instrument terhadap fasilitas yang diperuntukan
terhadap masyarakat.
Dijelaskan lebih lanjut didalam Pasal 2 ayat 2 UUPA menyatakan bahwa yang dimaksud
hak menguasai oleh negara adalah kewenangan untuk:
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, persediaan, dan pemeliharaan
bumi, air serta ruang angkasa.
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara manusia dengan
bumi, air serta ruang angkasa.
c. Meneentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara manusia dan
perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, serta ruang angkasa.
Wewenang yang bersumber pada hak yang menguasai negara tersebut digunakan untuk
mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan, kesejahteraan, dan
kemerdekaan dalam masyarakat dan negara indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan
makmur.
Di Indonesia tata inventarisasi ternyata tidak mengikuti penggolongan barang yang
dibagi berdasarkan barang pribadi dan barang pribadi milik pemerintah atau negara tetapi
berdasarkan pada instruksi presiden No. 3 Tahun 1971 tentang inventaris barang-barang milik
negara atau kekayaan negara masyarakat. Penyusunan daftar inventaris atas semua barang-
barang milik negara terdapat pada setiap lingkungan instansi baik yang ada didalam maupun
yang ada diluar negeri yang bersumber dari APBN ataupun dana diluar Anggaran Belanja
Negara. Dalam surat keputusan Menteri Keuangan No:Kep-225/MK/V/4/1971 tanggal 13
April1971 yang dimaksud barang-barang milik negara/kekayaan negara adalah:
a. Barang-barang tidak bergerak antara lain: tanah, gedung, gedung tempat tinggal
tetap atau sementara, monumen
b. Barang-barang bergerak: alat-alat besar(traktor,buldozer, mesin pengebor tanah),
peralatan-peralatan didalam pabrik, peralatan kantor,alat-alat pengangkutan,
inventaris (RS, asrama,rumah tahanan dll)
c. Hewan
d. Barang persediaan( barang-barang yang disimpan dalam gudang)