Anda di halaman 1dari 10

RISET ILMU HUKUM

SEJARAH HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hukum


yang Dibuat Oleh:

SABRAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATRA UTARA

2018
  BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Berdasarkan perspektif ilmu hukum administrasi, ada dua jenis hukum administrasi,
yaitu pertama, hukum administrasi umum (allgemeem deel), Yakni berkenaan
dengan teori-teori dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua bidang hukum
administrasi, tidak terikat pada bidang-bidang tertentu, kedua hukum administrasi
khusus (bijzonder deel), yakni hukum-hukum yang terkait dengan bidang-bidang
pemerintahan tertentu seperti hukum lingkungan, hukum tata ruang, hukum
kesehatan dan sebagainya.

Sekilas Tentang Negara Hukum. Pemikiran atau konsepsi manusia tentang Negara
hukum juga lahir dan berkembang dalam situasi kesejarahan. Oleh karena itu,
meskipun konsep Negara hukum dianggap sebagai konsep universal. Secara
embrionik, gagasan Negara hukum telah dikemukakan oleh plato.

Ada tiga unsur dari pemerintah yang berkonstitusi yaitu Pertama, pemerintah
dilaksanakan untuk kepentingan umum. Kedua pemerintah dilaksanakan menurut
hukum yang berdasarkan pada ketentuan-ketentuan umum, bukan yang dibuat
secara sewenang-wenang yang menyampingkan konvensi dan konstitusi. Ketiga,
pemerintah berkonstitusi berarti pemerintah yang dilaksanakan atas kehendak
rakyat, bukan berupa paksaan –tekanan yang dilaksanakan pemerintah despotik.
Dalam kaitannya dengan konstitusi bahwa konstitusi meupakan penyusunan jabatan
dalam suatu Negara dan menentukan apa yang dimaksudkan dengan badan
pemerintahan dan apa akhir dari setiap masyarakat.

a.      Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang telah di jelaskan pada Bab I Pendahuluan, adapun
permasalahan yang saya temukan dan saya angkat dalam mini riset ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Hukum administrasi negara dan devenisinya ?
2. Bagaimanakah sumber hukum administrasi negara ?
3. Bagaimana ruang lingkup hukum administrasi negara?
4. Apa saja teori-teori hukum admimnistrasi negara?

b.      Tujuan Penulisan
Karya ilmiah ini dibuat untuk meamenuhi tugas pada mata kuliah Pengantar
illmu hukum pada fakultas ilmu sosial dan ilmu politik dan ingin lebih mengetahui
dan mengkaji mengetahui tentang Sejarah Hukum Administrasi Negara
Sesuai dengan penelitian diatas, tujuan yang dapat dicapai dalam penelitian diatas
adalah :
1. Menjelaskan devinisi hukum administrasi negara
2. Menjelaskan sumber hukum administrasi negara
3. Menjelaskan ruang lingkup hukum administrasi negara
4. Menjelaskan teori-teori hukum administrasi negara

c.       Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut.
1.  Bagi pembaca, dapat mengetahui pengertian saejarah Hukum administrasi

negara
2.  Bagi peneliti, dapat memudahkan penelitiannya dalam Hukum administrasi

negara
3.  Bagi penulis, merasa puas dengan miniriset yang dibuatnya, karena telah

berupaya menyadarkan masyarakat tentang Sejarah hukum administrasi negara

BAB 2

PEMBAHASAN 

1. Pengertian dan Definisi Hukum Administrasi Negara

Beberapa definisi sebagai berikut:

1. Oppen Hein mengatakan “Hukum Administrasi Negara adalah sebagai suatu


gabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun
rendah apabila badan-badan itu menggunakan wewenagnya yang telah diberikan
kepadanya oleh Hukum Tata Negara.”
2. H.P. Beltefroid mengatakan “Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan aturan-
aturan tentang cara bagaimana alat-alat pemerintahan dan badan-badan kenegaraan
dan majelis-majelis pengadilan tata usaha hendak memenuhi tugasnya.”
3. Logemann mengatakan “Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat dari
norma-norma yang menguji hubungan Hukum Istimewa yang diadakan untuk
memungkinkan para pejabat administrasi Negara melakukan tugas mereka yang
khusus.”
4. De La Bascecoir Anan mengatakan “Hukum Administrasi Negara adalah himpunan
peraturan-peraturan tertentu yang menjadi sebab Negara berfungsi/ bereaksi dan
peraturan-peraturan itu mengatur hubungan-hubungan antara warga Negara dengan
pemerintah.”
5. J. Van Apeldoorn mengatakan “Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan
aturan yang hendaknya diperhatikan oleh para pendukung kekuasaan penguasa yang
diserahi tugas pemerintahan itu.”
6. Utrecht mengatakan “Hukum Administarsi Negara adalah menguji hubungan hukum
istimewa yang diadakan agar memungkinkan para pejabat pemerintahan Negara
melakukan tugas mereka secara khusus. Jadi ada tiga ciri-ciri Hukum Administarsi
Negara:
7. Menguji hubungan hukum istimewa
8. Adanya para pejabat pemerintahah
9. Melaksanakan tugas-tugas istimewa
10. Prajudi Atmosudirdjo mengatakan “Hukum Administarsi Negara adalah hukum
mengenai operasi dan pengendalian dari kekuasaan-kekuasaan administrasi atau
pengawasan terhadap penguasa-penguasa administrasi.”
11. Bachsan Mustofa mengatakan “Hukum Administarsi Negara adalah sebagai
gabungan jabatan-jabatan yang dibentuk dan disusun secara bertingkat yang
diserahi tugas melakukan sebagian dari pekerjaan pemerintaha dalam arti luas yang
tidak diserahkan pada badan-badan pembuat undang-undang dan badanbadan
kehakiman.

Dari pengertian-pengertian di atas jelaslah bahwa bidang hukum administrasi Negara


sangatlah luas, banyak segi dan macam ragamnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hukum Administarsi Negara adalah


Hukum mengenai Pemerintah/Eksekutif didalam kedudukannya, tugas-tuganya,
fungsi dan wewenangnya sebagai Administrator Negara.

1. Sumber Hukum Administrasi Negara

Sumber hukum, dapat dibagi atas dua yaitu: Sumber Hukum Materiil dan Sumber
Hukum Formil. Sumber Hukum Materiil yaitu factor-faktor yang membantu isi dari
hukum itu, ini dapat ditinjau dari segi sejarah, filsafat, agama, sosiologi, dll.
Sedangkan Sumber Hukum Formil, yaitu sumber hukum yang dilihat dari cara
terbentuknya hukum, ada beberapa bentuk hukum yaitu undang-undang,
yurisprudensi, kebiasaan, doktrin, traktat.

Menurut Algra sebagaimana dikutip oleh Sudikno (1986: 63), membagi sumber
hukum menjadi dua yaitu sumber hukum materiil dan sumber hukum formil.

 Sumber Hukum Materiil, ialah tempat dimana hukum itu diambil. Sumber hukum


materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya
hubungan social politik, situasi sosial ekonomi, pandangan keagamaan dan
kesusilaan, hasil penelitian ilmiah, perkembangan internasional, keadaan geografis.
Contoh: Seorang ahli ekonomi akan mengatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan
ekonomi dalam masyarakat itulah yang menyebabkan timbulna hukum. Sedangkan
bagi seorang ahli kemasyarakatan (sosiolog) akan mengatakan bahwa yang menjadi
sumber hukum ialah peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat.
 Sumber Hukum Formal, ialah tempat atau sumber darimana suatu peraturan
memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang
menyebabkan peraturan hukum itu berlaku secara formal.

2. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara

Di negeri Belanda ada dua istilah mengenai hukum ini yaitu bestuurrecht dan
administratief recht, dengan kata dasar ‘administratie’ dan ‘bastuur’.terhadap dua
istilah ini para sarjana Indonesia berbeda pendapat dalam
menerjemahkannya. Administrase ini ada yang menerjemahkan dengan tata usah,
tata usaha pemerintahan, tata pemerintahan, tata usaha Negara, dan ada yang
menerjemahkan dengan administrasi saja, sedangkan bastuur diterjemahkan secara
seragam dengan pemerintahan.

Perbedaan penerjemahan tersebut mengakibatkan perbedaan penamaan terhadap


hukum ini, yakni seperti Hukum Administrasi Negara, Hukum Tata Pemerintahan,
Hukum Tata usaha Pemerintahan, Hukum Tata Usaha Negara, Hukum Tata Usaha
Negara Indonesia, Hukum Administrasi Negara Indonesia, dan Hukum administrasi,
tanpa atribut Negara, sebagaimana yang dianut Hadjon, dengan alasan bahwa pada
kata administrasi itu sudah mengandung konotasi Negara/ pemerintahan.
Sebenarnya kedua kata ini dalam penggungaanya memiliki makna sama, karena
pemerintah itu sendiri merupakan terjemahan dari kata administrasi. Meski demikian
ada akan dikemukakan secara terpisah mengenai istilah administrasi Negara dan
istilah pemerintah/pemerintahan berdasarkan kamus dan yang berkembang
dikalangan para sarjana.

Administrasi merujuk pada pengertian yang ketiga, yakni kegiatan yang berkaitan
dengan penyelenggaraan pemerintahan Prajudi Atmosudirdjo mengemukakan
bahwa administrasi Negara mempunyai tiga arti, yaitu;

1. Sebagai salah satu fungsi pemerintah;


2. Sebagai aparatur dan aparat dari pada pemerintah;
3. Sebagai proses pemerintah yang memerlukan kerja sama tertentu.

Pemerintah sebagai alat kelengkapan Negara dapat diartikan secara luas dan dalam
arti sempit. Pemerintah dalam arti luas itu mencangkup semua alat kelengkapan
Negara, yang pada pokoknya terdiri dari cabang-cabang kekuasaan
eksekutif,legislatif, dan yudisial atau alat-alat kelengkapan Negara lain yang
bertindak untuk dan atas nama Negara, sedangkan dalam pengertian sempit
pemerintah adalah cabang kekuasaan eksekutif.

3. Teori-Teori Hukum Administrasi Negara

Lebih lanjut Victor M. Situmorang (1989:27-37) menyebutkan ada beberapa teori dari
lapangan administrasi negara, yang tentunya sangat tergantung pada perkembangan
dari suatu sistem pemerintahan yang dianut oleh negara yang bersangkutan, dan ini
sangat menentukan lapangan atau kekuasaan Hukum Administrasi Negara.
1. Teori Ekapraja (Ekatantra)

Teori ini ada dalam negara yang berbentuk sistem pemerintahan monarki absolut,
dimana seluruh kekuasaan negara berada di tangan satu orang yaitu raja. Raja
dalam sistem pemerintahan yang monarki absolut memiliki kekuasaan untuk
membuat peraturan (legislatif), menjalankan (eksekutif) dan mempertahankan
dalam arti mengawasi (yudikatif). Dalam negara yang berbentuk monarki absolut ini
Hukum Administrasi negara berbentuk instruksi-instruksi yang harus dilaksanakan
oleh aparat negara (sistem pemerintahan yang sentralisasi dan konsentrasi).
Lapangan pekerjaan administrasi negara atau hukum administrasi negara hanya
terbatas pada mempertahankan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang
dibuat oleh raja, dalam arti alat administrasi negara hanya merupakan
“machtsapparat” (alat kekuatan) belaka. Oleh sebab itu dalam negara yang demikian
terdapat hanya satu macam kekuasaan saja yakni kekuasaan raja, sehingga
pemerintahannya sering disebut pemerintahan Eka Praja (Danuredjo, 1961:25).

2. Teori Dwipraja (Dwitantra)

Seorang Sarjana dari Amerika Serikat yaitu Frank J. Goodnow membagi seluruh
kekuasaan pemerintahan dalam dichotomy, yaitu: a) Policy making, yaitu penentu
tugas dan haluan, dan b) Task Executing, yaitu pelaksana tugas dan haluan negara.
Sementara itu A.M. Donner juga membedakan dua kekuasaan pemerintahan, yaitu: 1)
kekuasaan yang menentukan tugas (taakstelling) dari alat-alat pemerintah atau
kekuasaan yang menentukan politik negara, dan 2) Kekuasaan yang
menyelenggarakan tugas yang telah ditentukan atau merealisasikan politik negara
yang telah ditentukan sebelumnya (verwezenlijkking van de taak). Teori yang
membagi fungsi pemerintahan dalam dua fungsi seperti tersebut di atas disebut
dengan Teori Dwipraja.

3. Teori Tripraja (Trias Politica)

John Locke dalam bukunya “Two Treatises on Civil Government”, membagi tiga
kekuasaan dalam negara yang berdiri sendiri dan terlepas satu sama lain, yaitu:

 Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat peraturan perundangan


 Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan peraturan
perundang-undangan, termasuk didalamnya juga kekuasaan pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan perundangan, yaitu kekuasaan pengadilan
(yudikatif).
 Kekuasaan federatif, yaitu kekuasaan yang meliputi segala tindakan untuk
menjaga keamanan negara dalam hubungan dengan negara lain seperti
membuat alliansi dan sebagainya atau misalnya kekuasaan untuk mengadakan
hubungan antara alat-alat negara baik intern maupun ekstern.

Montesquieu mengemukakan bahwa kemerdekaan hanya dapat dijamin, jika


ketiga fungsi tersebut tidak dipegang oleh satu orang atau badan, tetapi oleh tiga
orang atau badan yang terpisah, sehingga diharapkan akan terwujudnya jaminan
bagi kemerdekaan setiap individu terhadap tindakan sewenang-wenang dari
penguasa. Sistem pemerintahan dimana kekuasaan yang ada dalam suatu negara
dipisahkan menjadi tiga kekuasaan tersebut di atas dikenal dengan teori Tripraja.

4. Teori Catur Praja

Berdasarkan teori residu dari Van Vollenhoven dalam bukunya “Omtrek Van Het
Administratief Recht”, membagi kekuasaan/fungsi pemerintah menjadi empat yang
dikenal dengan teori catur praja yaitu:

 Fungsi memerintah (bestuur)

Dalam negara yang modern fungsi bestuur yaitu mempunyai tugas yang sangat
luas, tidak hanya terbatas pada pelaksaan undang-undang saja. Pemerintah
banyak mencampuri urusan kehidupan masyarakat, baik dalam bidang ekonomi,
sosial budaya maupun politik.

 Fungsi polisi (politie)

Merupakan fungsi untuk melaksanakan pengawasan secara preventif yaikni


memaksa penduduk suatu wilayah untuk mentaati ketertiban hukum serta
mengadakan penjagaan sebelumnya (preventif), agar tata tertib dalam
masyarakat tersebut tetap terpelihara.

 Fungsi mengadili (justitie)

Adalah fungsi pengawasan yang represif sifatnya yang berarti fungsi ini
melaksanakan yang konkret, supaya perselisihan tersebut dapat diselesaikan
berdasarkan peraturan hukum dengan seadil-adilnya.

 Fungsi mengatur (regelaar)

Yaitu suatu tugas perundangan untuk mendapatkan atau memperoleh seluruh


hasil legislatif dalam arti material. Adapun hasil dari fungsi pengaturan ini tidaklah
undang-undang dalam arti formil (yang dibuat oleh presiden dan DPR), melainkan
undang-undang dalam arti material yaitu setiap peraturan dan ketetapan yang
dibuat oleh pemerintah mempunyai daya ikat terhadap semua atau sebagian
penduduk wilayah dari suatu negara.

5. Teori Panca Praja

Dr. JR. Stellinga dalam bukunya yang berjudul “Grondtreken Van Het Nederlands
Administratiegerecht”, membagi fungsi pemerintahan menjadi lima fungsi yaitu: 1)
Fungsi perundang-undangan (wetgeving), 2) Fungsi pemerintahan (Bestuur), 3)
Fungsi Kepolisian (Politie), 4) Fungsi Peradilan (Rechtspraak), 5) Fungsi
Kewarganegaraan (Burgers).

Lemaire juga membagi fungsi pemerintahan menjadi lima, yaitu: 1) Bestuurszorg


(kekuasaan menyelenggarakan kesejahteraan umum), 2) Bestuur (kekuasaan
pemerintahan dalam arti sempit), 3) politie (Kekuasaan polisi), 4) Justitie (kekuasaan
mengadili), dan 5) reglaar (kekuasaan mengatur).

6. Teori Sad Praja

Teori Sad Praja ini dikemukakan oleh Wirjono Prodjodikoro, bahwa kekuasaan
pemerintahan dibagi menjadi 6 kekuasaan, yaitu:

 Kekuasaan Pemerintah
 Kekuasaan Perundangan
 Kekuasaan Pengadilan
 Kekuasaan Keuangan
 kekuasaan Hubungan luar negeri
 Kekuasaan Pertahanan dan keamanan umum

BAB 3

PENUTUP

1. Kesimpulan

Indonesia adalah Negara hukum Negara yang memprioritaskan berbagai hukum


yang berlaku dijaman modern guna terciptanya suatu hukum yang dapat ditaati,
dipatuhi, dan dilaksanakan secara menyeluruh oleh masyarakat,dan diantara hukum-
hukum yang ada dalam hukum administrasi Negara meliputi: Hukum Tata Negara,
Hukum tata pemerintah, Hukum tata usaha pemerintah, Hukum tata usaha Negara,
Hukum tata usaha pemerintah Indonesia, dan lain sebagainya. Tujuan dari Negara
hukum adalah agar terciptanya keamanan, yang dapat memberikan ketentraman
bagi setiap warga Negaranya.

Hukum administrasi Negara merupakan bagian-bagian dari hukum publik, hukum


administrasi Negara dapat dijelaskan sebagai peraturan-peraturan dari hukum
publik), yang berkenaan dengan pemerintahan umum untuk menemukan definisi
yang baik mengenai istilah hukum administrasi Negara, agar dapat terlaksananya
hukum harus mengatur tindakan pemerintah dan mengatur hubungan antara
pemerintah dengan warga Negara atau hubungan antar
organ pemerintah.Oleh karena itu, sebenarnya semua Negara modern mengenal
Hukum Administrasi Negara hanya saja Hukum Administrasi Negara itu berbeda-
beda antara satu Negara dengan yang lainnya, yang disebabkan oleh perbedaan
persoalan kemasyarakatan dan pemerintahan yang dihadapi penguasa, perbedaan
sistem politik, perbedaan bentuk Negara dan bentuk pemerintahan.

Pemerintah dapat diartikan secara luas dan dalam arti sempit, pemerintah dalam arti
luas adalah mencangkup semua alat kelengkapan Negara yang pada pokoknya
terdiri dari cabang kekuasaan eksekutif, legislative, yudisial atau alat-alat
kelengkapan Negara lain yang bertindak untuk dan atas nama Negara, sedangkan
dalam pengertian pemerintah dalam arti sempit adalah cabang kekuasaan eksekutif.
Berdasarkan keterangan tersebut, tampak bahwa bidang hukum administrasi Negara
itu sangat luas sehingga tidak dapt ditentukan secara tegas ruang lingkupnya,
disamping itu khusus bagi Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, terdapat
pula hukum administrasi daerah, yaitu peraturan-peraturan yang berkenaan dengan
administrasi daerah atau pemerintah daerah.

Anda mungkin juga menyukai