Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KELOMPOK I

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN PEMERINTAH


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Hukum Administrasi Negara
Dosen Pengampu: Fathudin, S.HI, SH, MA.Hum, MH.

Disusun Oleh :
Osanna Chikara Dewi (11200453000015)
Muhammad Lazuardhien (11200453000026)
Muhammad Rosid (11200453000029)
Andy Kristiyono (11200453000039)
Muhammad Hidayat Gustria (11200453000043)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat
rahmat petunjuk dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah dengan judul “Kedudukan dan Kewenangan Pemerintah” tepat pada
waktunya. Shalawat beserta saam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammmad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya
beserta keluarganya, sahabar, dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas formatif mata kuliah
Hukum Administrasi Negara yang mana merupakan salah satu mata kuliah utama
yang sangat penting untuk disampaikan kepada mahasiswa karena ini merupakan
tolak ukur di fakultas Syariah dan Hukum khususnya program studi Hukum Tata
Negara (Siyasah).
Kami menyadari bahwa makalah yang sederhana ini jauh dari kata sempurna.
Karena itu, dengan segala kerendahan hati kami memohon kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak, terutama Bapak Dosen selaku pembimbing mata
kuliah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan
khususnya menambah wawasan bagi para pembaca.

Ciputat, 27 September 2021

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….………I

DAFTAR ISI………………………………………………………………….…...II

BAB I : PENDAHULUAN

Latar Belakang……………………………….……………….…….………1

Rumusan Masalah……………………….…………………..…..….………2

Tujuan…………………………………………………………...…..………2

Manfaat……………………………………………………………………...2

BAB II : PEMBAHASAN

Kedudukan Pemerintah Dalam Hukum………….………………….………3

Wewenang dan Tindakan Pemerintah…….…………………….….…….…4

BAB III : PENUTUP

Kesimpulan……………………………..….………………..…..…...……...10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….……………...…11

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Wewenang (bevoegdheid) merupakan kemampuan atau kekuasaan untuk
melakukan berbagai tindakan hukum tertentu. Dalam kajian hukum administrasi
negara, kewenangan memiliki kedudukan penting. Dasar dari wewenang menurut
hukum organisasi pemerintah adalah keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan
dengan perolehan dan penggunaan wewenang pemerintah yang dilaksanakan oleh
subyek hukum publik di dalam hubungan hukum publik, dalam hal ini
konotasinya ialah kemampuan untuk menjalankan hukum positif.1 Pada
hakikatnya kewenang yang mengandung hak dan kewajiban merupakan
kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu yang kemudian
menimbulkan akibat hukum . Hak berisi kebebasan untuk melakukan atau tidak
melakukan tindakan tertentu atau menurut pihak lain untuk melakukan tindakan
tertentu, sedangkan kewajiban memuat keharusan untuk melakukan atau tidak
melakuka tindakan tertentu.2
Pejabat Lembaga Pemerintah dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
melimpahkan kewenangannya kepada Pejabat di bawahnya. Berkenaan dengan
pelaksanaan hal di atas, erdapat hal-hal dalam hubungannya dengan hukum
administrasi negara dan UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan yang perlu dipahami, baik kewenangan yang bersifat atribusi
maupun tentang kaidah-kaidah atau bentuk materil/formil dari pelompahan
wewenang yang bersifat mandat dan delegasi. Hal ini perlu perhatian khusus
karena Pejabat pada embaga Negara harus melakukan tindakan sesuai dengan
kewenangan yang sah dan dalam pelaksanaannya melalui prosedur yang tepat.
Pengambilan segala keputusan dan/ayau tindakan oleh Pejabat pada Lembaga
Negara yang tidak memiliki dasar kewenangan dapat menjadi permasalahan dan
menjadi objek gugatan di tempat peradilan.

1
Abdul Rokhim, Kewenangan Pemerintahan Dalam Konteks Negara Kesejahteraan (Welfare State), (Malang:
Jurnal Ilmiah Dinamika Hukum FH Unisma Malang Edisi Februari - Mei 2013), h. 1.
2
Ibid.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan ulasan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
kami ambil antara lain :
a. Bagaimana kedudukan hukum pemerintah dalam hukum administrasi
Negara ?
b. Bagaimana wewenang dan tindakan hukum pemerintah dalam hukum
administrasi Negara ?

1.3 TUJUAN MAKALAH


Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini antara lain :
a. Untuk mengetahui Bagaimana kedudukan pemerintah dalam hukum
Administrasi Negara
b. Untuk mengetahui wewenang dan tindakan hukum pemerintah dalam
hukum administrasi Negara

1.4 MANFAAT MAKALAH


Jika tujuan dari pembuatan makalah ini tercapai, maka pembaca dan
penulis akan mendapatkan beberapa manfaat diantaranya
a. Mengembangkan pengetahuan akan pentingnya kedudukan pemerintah
dalam hukum administrasi Negara.
b. Mendorong sikap untuk turut berpartisipasi dalam memajukan Negara
melalui kerjasama yang baik antara masyarakat dengan pemerintah atas dasar
keilmuan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KEDUDUKAN PEMERINTAH DALAM HUKUM


Kedudukan pemerintah atau administrasi negara adalah subjek hukum
yang mewakili dua institusi yaitu jabatan dalam pemerintahan dan badan hukum
pemerintahan. Karena hal tersebut tindakan hukumpun terbagi menjadi dua yaitu
tindakan hukum publik (de gemengd publiek) dan tindakan hukum privat (de
gemengd privaatrechtelijke).
Dalam menjalankan fungsi pemerintahan tindakan hukum yang dilakukan
oleh pemerintah dibagi menjadi dua yaitu tindakan hukum publik dan tindakan
hukum privat. Namun dalam membagi posisi kedudukan tersebut cukup sulit
dilakukan. Hal tersebut dikarenakan kenytaan tindakan hukum tidak selalu
dilakukan oleh organ pemerintahan, tetapi juga oleh seseorang atau badan hukum
perdata dengan persyaratan tertentu. Adapun kesukaran lain dalam menentukan
garis batas (scheidingslijn) tindakan pemerintah karena adanya dua macam
tindakan hukum publik, yaitu yang bersifat murni (de puur publiekrechtelijke),
sebagai tindakan hukum yang dilaksanakan berdasarkan pada kewenangan publik
dan tindakam hukum campuran atau tidak murni antara hukum publik dan privat.
Karena hal tersevut untuk menentukan tindakan pemerintah tergolong
hukum privat atau hukum publik, maka dari sisi teoritis bisa dibedakan atas
kedudukan pemerintah saat menjalankan tindakan tersebut. Jika pemerintah
bertindak dalam kualitasnya sebagai pemerintah, maka hanya hukum publik yang
berlaku. Jika pemerintah bertindak tidak dalam kualitas pemerintah, maka hukum
privat yang berlaku. Dapat difahami juga jika pemerintah terlibat dalam pergaulan
keperdataan dan bukan dalam kedudukan pihak yang memelihara kepentingan
umum, ia tetap tunduk pada hukum privat seperti halnya pihak swasta.
Selanjutnya dapat dilakukan dengan melakukan pembatasan antara iverheid
sebagai pemegang kewenangan oemerintahan dengan lichaam sebagai badan
hukum.

3
Sebagai contoh, pemerintah daerah yang merupakan badan hukum publik
memiliki dua sisi yaitu overheid dan licham. Sebagai overheid, daerah memiliki
keweangan atau tugas-tugas oemerintahan yang diberikan dan diatur oleh
ketentuan hukum publik. Sedangkan sebagai licham, daerah adalah wakil dari
badan hukum yang dapat bertindak dalam lapangan keperdataan dan tunduk pada
ketentuan hukum perdata. Berikut contoh permasalahan daam lapangan terkait hal
tersebut. Ketika suatu Kabupaten membeli beberapa kendaraan untuk kepentingan
perusahaan, kabupaten menjalankan perjanjian jual beli berdasarkan hukum
perdata, disebutkan juga sebagaimana yang disampaikan oleh badan hukum privat,
Kabupaten memikul hak dan kewajiban keperdataan. Kabupaten dapat ikut
terlibat dalam lalu lontas pergaulan hukum “biasa”. Apabila Kabupaten
melakukan tindakan tersebut, secara prinsip kedudukannya setara dengan
seseorang atau badan hukum. Oleh karenanya, pemerintah daerah dapat
melakukan perbuatan atau tindakan hukum publik dan tindakan hukum
keperdataan.

2.2 WEWENANG DAN TINDAKAN PEMERINTAH


Asaz Legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang menjadi dasar
dalam terseenggaranya pemerintah dan kenegaraan yang berbasi hukum. Gagasan
negara hukum mengharuskan penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan
kepada undang-undang dan memberikan jaminan terhadap hak dasar rakyat. Azas
legalitas menjadi dasar legitimasi tindakan pemerintah dan jaminan perlindungan
dari hak-hak rakyat.
Penetapan azas legalitas akan menunjang berlakunya kepastian hukum dan
kesamaan perlakuan.3 Kesamaan perlakuan terjadi karena setiap orang yang
berada dalam situasi seperti yang ditentukan dalam ketentuan undang-undang itu
berhak dan berkewajiban untuk bebrbuat seperti apa yang dotentukan dalam
undang-undang tersebut. Sementara itu kepastian hukum akan terjadi karena suatu
peraturan dapat membuat semua tindakan yang akan dilakukan pemerintah itu

3
Indiroharto, Usaha Memahami Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara, (Jakarta: Sinar
Harapan, 1993), h. 83.

4
bisa diramalkan atau diperkirakanı terlebih dahulu. Dengan melihat kepada
peraturan yang berlaku, dapat dilihat atau diharapkan apa yang akan dilakukan
oleh aparat pemerintahan yang bersangkutan sehingga warga masyarakat bisa
menyesuaikan dengan keadaan tersebut.
Penyelenggaraan pemerintahan yang didasarkan pada azas legalitas, yang
berarti didasarkan kepada undang-undang (hukum tertulis), dalam praktiknya
tidak memadai apalagi di tengah masyarakat yang memiliki dinamika yang tinggi.
Hal ini dikarenakan hukum tertulis juga mengandung kelemahan. Menurut Bagir
Manan, hukum ini memiliki berbagai kelemahan bawaan dan kelemahan buatan;
"Sebagai ketentuan tertulis atau hukum tertulis, peraturan perundang-
undangan memiliki jangkauan yang terbatas sekedar "moment opname" dari
unsur-unsur politik, ekonomi, sosial, budaya dan hankam yang paling
berpengaruh pada saat pembentukan. Oleh karena itu, mudah sekali bila
dibandingkan dengan perubahan masyarakat yang semakin cepat atau dipercepat.
Pembentukan peraturan perundang-undangan khusus undang-undang dapat
dipersamakan sebagai pertumbuhan deret hitung, sedangkan perubahan
masyarakat bertambah seperti deret ukur. Kelambanan pertumbuhan peraturan
perundang-undangan yang merupakan cacat bawaan ini dapat pula makin
diperburuk oleh berbagai cacat buatan, yang timbul akibat masuk atau
dimasukkannya berbagai kebijakan atau tindakan yang menganggu peraturan
perundang undangan sebagai sebuah sistem."4
Pada tulisan lain, Bagır Manan menyebutkan tentang adanya kesulitan
yang dihadapi hukum tertulis yaitu: 1) hukum sebagai bagian dari kehidupan
masyarakat mencakup semua aspek kehidupan yang sangat luas dan kompleks
sehingga tidak mungkin seluruhnya dijelmakan dalam peraturan perundang-
undangan, 2) peraturan perundang-undangan sebagai hukum tertulis sifatnya statis
(pada umumnya), tidak dapat dengan cepat mengikuti gerakan pertumbuhan,

4
Bagir Manan, Peranan Hukum Administrasi Negara Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
makalah pada penataran Nasional hukum Administrasi Negara, (Fakultas Hukum UNHAS: Ujung Pandang,
1995), h.1.

5
perkembangan dan perubahan masyarakat yang harus diembannya.5 Oleh karena
itu, dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan dalam suatu negara
hukum diperlukan persyaratan lain agar kehidupan kenegaraan, pemerintahan dan
kemasyarakatan berjalan dengan baik dan pertumpu pada keadilan.
Prajudi Atmosudirdjo menyebutkan beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi dalam penyelenggaraan pemerintahan, yaitu:
a. Efektivitas, artinya kegiatannya harus mengenai sasaran yang telah ditetapkan.
b. Legitimitas, artinya kegiatan administrasi negara jangan sampai menimbulkan
heboh oleh karena tidak dapat diterima oleh masyarakat setempat atau lingkungan
yang bersangkutan.
c. Yuriditas, yaitu syarat yang menyatakan bahwa perbuatan para pejabat
administrasi negara tidak boleh melanggar hukum dalam arti luas.
d. Legalitas, yaitu syarat yang menyatakan bahwa perbuatan atau keputusan
administrasi negara yang tidak boleh dilakukan tanpa dasar undang-undang
(tertulis) dalam arti luas, bila sesuatu dijalankan dengan dalil "keadaan darurat
kedaruratan tersebut wajib dibuktikan kemudian. Jika kemudian tidak terbukti,
maka perbuatan tersebut dapat digugat diperadilan.
e. Moralitas, yaitu salah satu syarat yang paling diperhatikan oleh masyarakat;
moral dan etnik umum maupun kedinasan wajib dijunjung tinggi, perbuatan tidak
senonoh, sikap kasar, tidak sopan, kata-kata yang tidak pantas dan sebagainya
wajib dihindarkan.
f. Efisiensi wajib dikejar seoptimal mungkan, kehematan biaya dan produktivitas
wajib diusahakan setinggi-tingginya.
g. Teknik dan Teknologi yang setinggi-tingginya wajib dipakai untuk
mengembangkan atau mempertahankan mutu prestasi yang sebaik- baiknya.6

5
Bagir Manan dan Kuntana Magnar, Peranan Peraturan Perundang-undangan dalam Pembinaan Hukum
Nasional, (Bandung: Amrico, 1987), h. 16.
6
Prajudi Atmosudirjo, Op. Cit., h. 79-80.

6
Selanjutnya dalam Islam, dalam penyelenggaraan pemerintahan
hendaknya tetap berpegang pada apa yang diamanatkan dalam Al Quran dan
Sunnah di mana terdapat prinsip-prinsip dasar dalam penyelenggaraan
pemerintahan:7
1). Musyawarah
2). Persamaan dan keadilan hukum
3). Keadilan sosial
4). Kebebasan mengemukakan pendapat
5). Perlindungan jiwa dan pengawasan rakyat
Meskipun azas legalitas mengandung kelemahan, ia tetap menjadi prinsip
utama dalam setiap negara hukum. Telah disebutkan bahwa azas legalitas
merupakan dasar dalam penyelenggaraan kene garaan dan pemerintahan. Dengan
kata lain, setiap penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan harus memiliki
azas legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh undang-undang. Substansi
azas legalitas adalah wewenang. Mengenai wewenang itu, HD. Stout
mengatakan:8 Wewenang merupakan pengertian yang berasal dari hukum
organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai ke seluruhan aturan yang
berkenaan dengan perolehan dan peng gunaan wewenang pemerintahan oleh
subyek hukum publik di dalam hubungan hukum publik
Sementara menurut FPCL. Tonnaer:9 Kewenangan pemerintahan dalam
kaitan ini dianggap sebagai kemampuan untuk melaksanakan hukum positif dan
dengan begitu, dapat diciptakan hubungan hukum antara pemerintah dengan
warga negara.
Kewenangan memiliki kedudukan penting dalam kajian hukum tata negara
dan hukum administrasi. Begitu pentingnya kewenangan ini, maka konsep itu
dapat dikatakan sebagai hal yang paling penting dalam hukum tata negara dan
hukum administrasi negara. Selain hal tersebut dalam kewenangan terdapat hak
dan kewajiban yang harus dijalankan. Sedangkan menurut P. Nicolai dikatakan:10

7
Zaenuddin Naenggolan, Inilah Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2007), h. 289.
8
HD Stout, de Betekenissen van de Wet, (Zwolle: W.E.J. Tjeenk Willnk, 1994), h. 4.
9
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Grafindo, 2006), h. 101.
10
P. Nicolai, Bestuurrecht, (Amsterdam: 1994), h. 4.

7
Kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu (yaitu tindakan-tindakan
yang dimaksudkan untuk menumbulkan akibat hukum, dan mencakup mengenai
timbul dan lenyapnya akibat hukum). Hak berisi kebebasan untuk melakukan atau
tidak melakukan tindakan tertentu atau menurut pihak lain untuk melakukan
tindakan tertentu, sedangkan kewajiban memuat keharusan untuk melakukan atau
tidak melakukan tindakan tertentu.
Menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum tidak sama
dengan kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat
atau tidak berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban
(rechten en plichten). Dalam kaitan dengan otonomi daerah, hak mengandung
pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri (zelfregelen) dan mengelola sendiri
(zelfbesturen), sedangkan kewajiban secara horizontal berarti kekuasaan untuk
menyelenggarakan pemerintahan sebagaimana mestinya. Vertikal berarti
kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam satu tertib ikatan
pemerintahan secara keseluruhan.11
Dalam kerangka negara hukum wewenang pemerintah berasal dari
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan kata lain kewenangan
hanya diberikan oleh UU di mana pembuat UU dapat memberikan wewenang
pemerintah, baik kepada organ pemerintah maupun kepada aparatur pemerintahan.
Berbeda dengan pemikiran Barat yang mengandung makna bahwa
kewenangan adalah kemampuan dari seseorang atau kelompok yang memiliki
kekuasaan. Dalam konsep Islam, manusia adalah mandataris (khalifah) yang ada
dimuka bumi sehingga wewenang mutlak ada pada Allah. Manusia hanya
pengemban amanah dari Allah.12 Dalam hukum Islam digariskan kaidah bahwa
adanya penguasa yang berwenang sebagai penanggungjawab dan pengatur
(pemerintah) merupakan keharusan Di era reforması, kewenangan pemerintah
dalam ajaran Islam wajib pula digunakan demi peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Penguasa berkewajiban meniadakan jurang pemisah antara kaya dan

11
Bagir Manan, Wewenang Provinsi, Kabupaten, dan Kota dalam Rangka Otonomi Daerah, (Bandung:
Unpad, 13 Mei 2000), h. 1-2.
12
Zaenuddin Naenggolan, Op. Cit., h. 285.

8
miskin. Dengan demikian, semua wewenang dari pemerintah harus bertumpu
pada prinsip dasar yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sebagai negara hukum, setiap penyelenggaraan pemerintahan haruslah
berdasarkan pada hukum yang berlaku. Dalam negara hukum, hukum ditempatkan
sebagai aturan main dalam penyelenggaraan kenegaraan, pemerintahan, dan
kemasyarakatan.
Dalam Hukum Administrasi Negara hukum selalu berkaitan dengan
aktivitas perilaku administrasi negara dan kebutuhan masyarakat serta interaksi
diantara keduanya. Dalam ilmu hukum terdapat dua pembagian hukum, yaitu
Hukum Privat (Sipil) dan Hukum Publik.
Dengan adanya hukum administrasi negara dalam tata hukum ini
diharapkan pemerintah berlaku atau menjalankan hak dan kewajibannya sesuai
dengan atruran hokum yang ada demi tercapainya pemerintahan yang baik
sehingga masayarakat dapat leluasa dalam menyampaikan aspirasinya untuk
membangun Negara Kesatuan republik Indonesia ini sekaligus terciptanya
solidaritas antara rakyat dan aparatur pemerintah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rokhim, Kewenangan Pemerintahan Dalam Konteks Negara


Kesejahteraan (Welfare State), Malang: Jurnal Ilmiah Dinamika Hukum
FH Unisma Malang, 2013.

Bagir Manan, Peranan Hukum Administrasi Negara Dalam Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan, makalah pada penataran Nasional
hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum UNHAS: Ujung Pandang,
1995.

Bagir Manan, Wewenang Provinsi, Kabupaten, dan Kota dalam Rangka Otonomi
Daerah, Bandung: Unpad, 2000.

Bagir Manan dan Kuntana Magnar, Peranan Peraturan Perundang-undangan


dalam Pembinaan Hukum Nasional, Bandung: Amrico, 1987.

HD Stout, de Betekenissen van de Wet, Zwolle: W.E.J. Tjeenk Willnk, 1994.

Indiroharto, Usaha Memahami Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha


Negara, Jakarta: Sinar Harapan, 1993.

P Nicolai, Bestuurrecht, Amsterdam: 1994.

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Grafindo, 2006.

Zaenuddin Naenggolan, Inilah Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2007.

11

Anda mungkin juga menyukai