2. Konstitusi fleksibel dan kosntitusi rijid ( flexible constitution and rigid constitution ). Jika
suatu konstitusi itu mudah dalam mengubahnya, maka ia digolongkan pada konstitusi
yang fleksibel. Apabila cara dan prosedur perubahannya sulit, maka ia termasuk jenis
konstitusi yang rijid. Menurut Bryce, ciri khusus dari konstitusi fleksibel adalah elastis,
diumumkan dan diubah dengan cara yang sama seperti undang-undang. Sedangkan untuk
ciri konstitusi yang rijid yaitu mempunyai kedudukan dan derajat lebih tinggi dari
peraturan perundang-undangan yang lain dan hanya dapat diubah dengan cara yang
khusus atau istimewa atau dengan persyaratan berat. Dalam konteks ini, UUD 1945
dalam realitanya termasuk konstitusi yang rijid.
3. Konstitusi derajat - tinggi dan konstitusi tidak derajat - tinggi ( supreme cosntitution dan
not supreme constitution ). Yang dimaksud dengan konstitusi derajat tinggi adalah suatu
konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara. Di samping itu, jika
dilihat dari segi bentuknya, konstitusi ini berada di atas peraturan perundang - undangan
yang lain. Demikian juga syarat untuk mengubahnya lebih berat dibandingkan dengan
yang lain. Sementara konstitusi tidak derajat tinggi ialah suatu konstitusi yang tidak
mempunyai kedudukan serta derajat seperti konstitusi derajat tinggi. Persyaratan untuk
mengubah konstitusi jenis ini sama dengan persyaratan yang dipakai unttuk mengubah
peraturan - peraturan yang lain, contohnya undang - undang. Sehingga dalam hal ini
UUD 1945 termasuk dalam konstitusi derajat tinggi, hal ini juga dapat dilihat untuk
kedudukan UUD 1945 dalam hirarki peraturan perundang-undangan yang diatur dalam
Pasal 7 UU no 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - Undangan.
4. Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan ( federal constitution and unitary constitution ).
Klasifikasi yang berkaitan erat dengan bentuk suatu negara. Artinya, jika bentuk suatu
negara serikat, maka akan didapatkan sistem pembagian kekuasaan antara pemerintah
negara serikat dengan pemerintah negara bagian. Pembagian kekuasaan tersebut diatur
dalam konstitusi atau undang-undang dasarnya. Dalam negara kesatuan pembagian
kekuasaan tersebut tidak dijumpai, karena seluruh kekuasaanya tersentralkan di
pemerintah pusat, walaupun dikenal juga sistem desentralisasi. Hal ini juga diatur dalam
konstitusi kesatuannya. Seperti tercantum dalam Pasal 1 Ayat (1) UUD 1945 bahwa
Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik. Sehingga dalam hal
ini UUD termasuk dalam konstitusi kesatuan.
5. Konstitusi sistem pemerintahan presidensial dan konstitusi sistem pemerintahan
parlementer ( presidental executive and parliamentary exacutive constitution ). Sistem
pemerintahan presidensial mempunyai kekuasaan nominal sebagai Kepala Negara,
Presiden juga berkedudukan sebagai Kepala Pemerintahan, Presiden dipilih langsung
oleh rakyat atau dewan pemilih, presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif,
dan presiden tidak dapat membubarkan pemegang kekuasaan legislatif dan tidak dapat
memerintahkan diadakan pemilihan. Sedangkan sistem pemerintahan parlementer,
kabinet yang dipilih oleh perdana menteri dibentuk atau berdasarkan kekuatan - kekuatan
yang menguasai parlemen, para anggota kabinet mungkin seluruhnya, mungkin sebgaian
adalah anggota parlemen, perdana menteri bersama kabinet bertanggung jawab kepada
parlemen, kepala Negara dengan saran atau nasihat perdana menteri dapat membubarkan
parlemen dan memerintahkan diadakannya pemilihan umum.
2. Konvensi
Definisi Konvensi
Konvensi berasal dari bahasa Prancis convention yang artinya adalah kebiasaan
ketatanegaraan yang sifatnya mendasar. Di Indonesia istilah konvensi digunakan untuk
menegaskan pengertian di dalam UUD 1945 yang menyatakan hukum dasar tidak tertulis,
ialah aturan – aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan
Negara, walaupun tidak tertulis konvensi – konvensi di Indonesia tidak sedikit yang
dikukuhkan menjadi Ketetapan MPR yang fungsinya menjadi pelengkap UUD 1945.
Dalam hukum acara perdata istilah konvensi digunakan untuk menyatakan gugatan yang
diajukan oleh penggugat yang lawannya adalah rekonvensi yang artinya menggugat kembali
dari pihak tergugat, sehingga perkara tersebut disebut dengan istilah gugat ginugat yaitu
saling menggugat.
Dalam hukum internasional istilah konvensi berarti persetujuan atau perjanjian antara
beberapa negara tentang suatu kepentingan yang bukan kepentingan politik.
Tujuan Konvensi
Mengefektifkan peran dan fungsi lembaga - lembaga negara sesuai dengan kebutuhan
perkembangan, dan memperlancar jalannya roda penyelenggaraan negara.
Fungsi Konvensi
1. Konvensi itu berkenan dengan hal - hal dalam bidang ketatanegaraan.
2. Konvensi tumbuh, berlaku, diikuti dan dihormati dalam praktik penyelenggaraan negara.
3. Konvensi sebagai bagian dari konstitusi, apabila ada pelangaran terhadapnya tak dapat di
adili oleh badan pengadilan.
Macam – Macam Konvensi :
1. Konvensi Hukum Tata Negara ( Pemilihan Menteri Kabinet oleh Presiden Terpilih )
2. Konvensi Hukum Perdata ( Seorang penggugat menggugat tergugat karena suatu hal )
3. Konvensi Hukum Internasional ( Perjanjian antar negara )
2. Konservatisme
Ideologi ini mengajarkan tentang manusia yang harus selalu memelihara kondisi yang sudah ada
serta menciptakan kestabilan. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa tidak selamanya sebuah
perubahan akan membawa kebaikan.
3. Komunisme
Ajaran ini dipelopori oleh negara Uni Sovyet yang dikuasai Partai Bolshevik. Partai ini didirikan
oleh Lenin. Dimana dalam ideologi ini semua manusia adalah sama serta tidak ada hak pribadi,
mengingat semua faktor ekonomi dan produksi dikuasai oleh negara.
4. Marxisme
Ajaran ini dikemukakan oleh Karl Marx ( 1818 – 1883 ) dan Frederich Engel ( 1820 -1895 ).
Dalam ajarannya, mereka mengajarkan tentang dasar-dasar komunisme yang dikenal pada saat
ini. Dalam konsep ini, ajaran yang mendominasi adalah pemikiran tentang konsep ekonomi dan
materialisme.
5. Feminisme
Ideologi ini bertujuan untuk menciptakan persamaan hak antara pria dan wanita. Cara yang
ditempuh adalah dengan melakukan pemerataan dan kesederajatan dari setiap gender
6. Sosialisme
Konsep sosialisme ini adalah menciptakan kebersamaan dan adanya kesetaraan pada setiap
orang. Dalam ideologi ini diajarkan bahwa semua manusia harus saling membantu, karena
manusia tidak bisa hidup sendiri.
7. Fasisme
Ajaran ini lahir di Italia dipelopori oleh Mousolinni. Dalam ideologi ini dikenal sebuah
semboyan yang dipegang teguh, yaitu Crediere, Obediere, Combattere atau Yakinlah,
Tunduklah, Berjuanglah. Dalam ideologi ini, peran negara demikian mutlak karena negara
diyakini sangat diperlukan dalam upaya menciptakan tatanan kehidupan dalam masyarakat.
8. Demokrasi
Tujuan awal dari ideologi ini adalah untuk mengembalikan kekuasaan kepada masyarakat,
dimana dalam sistem ini, terjadi keseimbangan peran negara hanya sebagai pelaksana
administrasi pemerintahan. Sementara, kedaulatan sepenuhnya berada di tangan rakyat.
9. Neoliberalisme
Ideologi ini baru dikenal pada tahun 2000an. Inti dari aliran ini adalah untuk menciptakan
kembali kebebasan individu yang dikaitkan dengan terjadinya pasar bebas di dunia internasional.
Didalam ideologi ini tercipta kekuatan ekonomi yang menjadi tolok ukur kekuatan politik.
5. Kedaulatan
Definisi kedaulatan
Kedaulatan merupakan kekuasaan raja yang tak terbatas, mengandung arti kekuasaan
pemerintahan yang tertinggi dan mutlak.
Tujuan kedaulatan
Pemerintahan berasal dari suatu kedaulatan namun dikelola kembali oleh kekuasaan di
negara tersebut sehingga terjadi pemerintahan yang seimbang.
Fungsi kedaulatan
Menjalankan sistem pemerintahan yang sesuai dengan kedaulatan yang dianut oleh suatu
negara namun kedaulatan tersebut perlu diawasi prosesnya sehingga dapat tercapainya tujuan
dari kedaulatan negara itu sendiri.
Macam – macam kedautalan :
1. Kedaulatan Tuhan
Bahwa kekuasaan suatu Negara berasal dari tuhan. Pemegang pemerintahan / raja - raja
memperoleh kedaulatan dari Tuhan. Tokoh penganut teori ini di antaranya Kaisar Tenoo
Heika, Julius Stal, Thomas Aquino dan Hegel. Teori ini dapat menimbulkan Negara
monarki kerajaan dimana kekuasaan Negara sentralistis atau terpusat pada raja.
2. Kedaulatan Raja
Bahwa kekuasaan tertinggi ada pada raja dan keturunannya, sehingga segala macam dan
bentuk pemerintahan bergantung pada penguasa tertinggi yaitu raja. Sebagai contoh di
Perancis pada masa pemerintahan Raja Louis XVI dengan semboyannya I’etat cast Moi (
Negara adalah Saya ). Tokoh yang menganut teori ini adalah Machiavelli.
3. Kedaulatan Negara
Bahwa kekuasaan berasal dari Negara, sebab adanya Negara adalah kodrat alam. Pada
pelaksanaannya penguasalah yang memegang kekuasaan Negara sehingga dapat
menimbulkan pemerintahan yang otoriter misalnya pada zaman Mussolini di Italia, Hitler
di Jerman dan sebagainya. Tokoh teori ini adalah Paul Laband dan Jellineck.
4. Kedaulatan Rakyat
Teori Kedaulatan Rakyat ( Volks aouvereiniteit ), semua kekuasaan dalam suatu negara
didasarkan pada kekuasaan rakyat ( bersama ). J.J. Rousseau ( Perancis ) menyatakan apa
yang dikenal dengan “kontrak sosial”, suatu perjanjian antara seluruh rakyat yang
menyetujui Pemerintah mempunyai kekuasaan dalam suatu negara.
5. Kedaulatan Hukum
Menurut teori ini kekuasaan hukum ( rechts souvereiniteit ) merupakan kekuasaan
tertinggi. Kekuasaan negara harus bersumber pada hukum, sedangkan hukum bersumber
pada rasa keadilan pan kesadaran hukum. Berdasarkan teori ini suatu negara diharapkan
menjadi Negara hukum, artinya semua tindakan penyelenggara negara dan rakyat harus
berdasarkan hukum yang berlaku. Penganut tecri ini adalah H. Krabbe, Immanuel Kant,
dan Kranenburg. Sebagian besar negara - negara di Eropa dan Amerika menggunakan
teori kedaulatan hukum.