Anda di halaman 1dari 5

Sabtu, 31 Maret 2012

Contoh Analisis Kasus Pidana


Kriminal
Sabtu, 31 Maret 2012 14:55:25 WIB

Dibakar Api Cemburu, Sahabat Ditusuk Sahabat

DEPOK (Pos Kota) – Aditia, 24, warga Jalan Cisokan Kelurahan Abadijaya, Kecamatan
Sukmajaya, Depok, Jumat (30/3) malam nyaris meregang nyawa akibat ditusuk
menggunakan pisau dapur oleh temannya sendiri. Motifnya karena tersangka cemburu
pacarnya diajak pergi oleh korban.

Beruntung nyawa korban dapat diselamatkan oleh tetangga dengan melarikan ke rumah
sakit terdekat. Sedangkan Andi Suwardi, 26, pelaku ditangkap warga saat akan melarikan
diri dari rumah korban.

Menurut AKP Syah Johan, Kanit Reskrim Polsek Sukmajaya, pertikaian antara kedua
sahabat tersebut diduga berawal ketika korban akan membawa gadis pujaan Suwardi main
ke rumahnya.Namun hal tersebut diketahui oleh Suwardi, dan karena geram pemuda
pengangguran tersebut langsung mengambil pisau dapur dan langsung menghujaninya
dengan tusukan.

“Rumah pelaku dengan korban bersebelahan. Karena dibakar api cemburu langsung saja
pelaku menikam korban. Untung korban melawan sehingga tidak terjadi hal yang lebih
parah,” ujarnya kepada Pos Kota di ruang kerjanya, Sabtu (31/3) pagi.

Dari peristiwa tersebut, korban mengalami luka sayat di tangan kanan dan pipi sebelah
kanan. “Pemicu pertengkaran tersebut kalau tidak suka melihat cewek pelaku diajak jalan
dengan korban yang juga teman sekitar rumah. karena terbakar api cemburu langsung
terjadi perkelahian,”tambahnya. “pelaku dikenakan sanksi pidana pasal 351 tentang
penganiayaan dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara.” (Angga)

Teks : AKP Syah Johan

Sumber :
http://www.poskotanews.com/2012/03/31/dibakar-api-cemburu-sahabat-ditusuk-sahabat/

Judul : Dibakar Api Cemburu, Sahabat Tusuk Sahabat

Kasus tentang Penganiayaan

Tempat : Jalan Cisokan Kelurahan Abadijaya, Kecamatan Sukmajaya, Depok

Waktu : Jumat, 30 Maret 2012

Korban : Aditia (24)


Pelaku : Andi Suwardi (26)

· Berlakunya Hukum Pidana Menurut Tempat

Asas Teritorial (pasal 2 dan 3 KUHP) Berlakunya hukum pidana disandarkan pada tempat
dimana delik dilakukan. Jika dilakukan di Indonesia, maka KUHP Indonesia-lah yang berlaku
atas delik tersebut.

Dalam kasus, delik dilakukan di Indonesia, maa KUHP Indonesia-lah yang berlaku.

· Tindak pidana yang terjadi dalam kasus adalah Penganiayaan Berat, sehingga dapat
dikenakan pasal 354 ayat (1) KUHP

· Pasal 354 ayat (1) KUHP

Barang siapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan
penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.

Unsur dari pasal ini adalah

- Barang siapa, arti dari unsur ini adalah siapapun terkecuali dapat dikenakan ketentuan dari
pasal ini

- Dengan sengaja, yang dimaksud adalah sang pelaku harus memenuhi willen & wetten,
yaitu mengetahui dan menghendaki dilakukannya perbuatannya yang sedemikian rupa
sebagaimana dinyatakan dalam pasal ini.

Unsur dengan sengaja ditunjukkan dengan teori kesengajaan.

1. Teori Kehendak

Apabila seseorang melakukan perbuatan maka bukan hanya perbuatan itu saja yang
dikehendakinya tetapi juga akibat dari perbuatan tersebut. Jika ia tidak menghendaki akibat
dari perbuatan itu, orang itu tidak akan melakukannya.

2. Teori Perkiraan.

Apabila seseorang hanya mengharapkan suatu wujud perbuatan tertantu, untuk suatu akibat
yang muncul dari perbuatan tersebut, tidak mungkin secara tepat ia menghendakinya.
Orang tersebut hanya bisa memperkirakan.
3. Teori Determinasi mengenai Mazhab Antropologis/Mazhab Itali, Mazhab
Sosiologis/Mazhab Prancis dan Mazhab Bio-Sosiologis

Apabila seseorang melakukan suatu tindak pidana karena :adanya bakat dari lahir; keadaan
lingkungan; keadaan ekonomi.

4. Teori Indeterminasi

Teori ini mengakui adanya pengaruh dari keadaan lingkungan, manusia pada dasarnya
tetap dapat menentukan kehendaknya.

Teori Kesengajaan yang terpenuhi dalam kasus ini adalah teori kehendak.

Sehingga dapat disimpulkan, karena semua unsur dalam pasal 354 ayat (1) terpenuhi,
berarti pelaku melakukan tindak pidana dengan sengaja.

- Melukai berat orang lain, maksud dari unsur ini adalah perbuatan tersebut mengakibatkan
luka berat pada orang lain, dimana luka tersebut memang dimaksudkan oleh sang pelaku.
Artinya luka berat itulah yang memang dijadikan tujuan oleh pelaku.

· Jenis Delik

Delik yang terjadi dalam kasus adalah :

1. Delik Materil, yaitu delik yang di dalam perumusannya memuat suatu akibat yang
ditimbulkan oleh tindak pidana, sedangkan bagaimana perbuatan tersebut dilakukan tidak
begitu dipentingkan, tapi dalam beberapa hal dapat menjadi pertimbangan hakim dalam
membuat putusan.

2. Delik Komissi, yaitu perumusan suatu perbuatan yang melanggar suatu larangan yang
dilakukan secara aktif.

3. Delik Sederhana, yaitu delik yang hanya terdiri dari unsur-unsur yang pokok saja.
Unsur-unsur pokok adalah unsur yang menentukan perbuatan tersebut menjadi tindak
pidana.

4. Delik Laporan/Biasa, yatu delik yang mana proses pemeriksaan penuntutannya dapat
dilakukan cukup dengan adanya laporan dari seseorang, tanpa memperdulikan siapa orang
tersebut dan sumber laporan. Laporan tidak dapat ditarik kembali.

5. Delik Communa, yaitu delik yang dapat dilakukan oleh siapa saja, tanpa melihat kualitas
atau sifat tertentu dari seseorang.
6. Delik Umum, yaitu delik yang tidak mempunyai tujuan politik, yang tidak ditujukan kepada
keamanan Negara dan kepala Negara.

7. Delik Dolus, yaitu delik dimana kesengajaan tercantum dalam perumusan delik, dilakukan
dengan sengaja.

8. Delik yang Segera Selesai, yaitu delik yang terdiri atas satu atau beberapa perbuatan
yang segera selesai dalam waktu singkat.

· Kesengajaan
Kesengajaan dengan kesadaran pasti atau keharusan
Teori kesengajaan yang saya pilih adalah teori kesengajaan dengan kesadaran pasti atau
keharusana. Argumentasi yang saya bawa untuk mendukung bahwa gradasi kesengajaan
ini adalah elemen-elemen kesadaran pasti atau keharusan terhadap hal yang dilakukan
dengan akibat yang dirumuskan dalam KUHP. Dalam kasus si pelaku adalah melakukan
tusukan ke tubbuh korban dengan menggunakan pisau dapur. Tentu saja dengan
melakukan penusukan dengan sebuah pisau ke tubuh akan mengakibatkan luka parah atau
bahkan kematian. Hal ini menunjukkan bahwa kepastian korban akan terluka parah
terpenuhi. Dengan demikian, ini sudah cukup menunjukkan bahwa gradasi kesengajaan
dengan kesadaran pasti telah terpenuhi.

· Locus Delicti

Manfaat diketahuinya locus delicti adalah:

untuk mengetahui berwewenang atau tidaknya suatu pengadilan mengadili suatu


perkara(kompetensi relative)
untuk mengetahui dapat tidaknya suatu hokum pidana diberlakukan terhadap suatu perkara.
sebagai salah satu syarat mutlak sahnya surat dakwaan
- Berdasarkan teori perbuatan fisik, delik terjadi di Cisokan Kelurahan Abadijaya, Kecamatan
Sukmajaya, Depok. Oleh karena itu yang berwenang mengadili kasus ini adalah Pengadilan
Negri Depok.

- Berdasarkan teori bekerja alat dalam kasus, pisau yang digunakan untuk menusuk tubuh
korban, bekerja di tempat kejadian. Oleh karena itu yang berwenang mengadili kasus ini
adalah Pengadilan Negri Depok.

- Berdasarkan teori akibat, maka akibat dari delik tersebut adalah luka parah yang dialami
korban di tempat kejadian. Oleh karena itu yang berwenang mengadili kasus ini adalah
Pengadilan Negri Depok.

- Sedangkan berdasarkan ajaran De Leer van de Meervoudige Plaats, bahwa sevara fisik
delik tersebut terjadi di tempat kejadian (Depok) demikian pula alat yang digunakan dalam
delik bekerja/berfungsi di tempat kejadian (Depok), maka atas dasar itu Pengadilan Negri
Depok lah yang berwenang mengadilinya.

· Tempus Delicti

Manfaat diketahuinya tempus delicti


usia pelaku (pasal 47KUHP) dan usia korban untuk delik susila(pasal 287 ayat 2 dan pasal
290 dan 291)
keadaan jiwa pelaku ( pasal 44 KUHP)
daluarsa dalam penuntutan dan menjalani pidana ( pasal 78-85 KUHP)
asas legalitas pasal 1 ayat 1 KUHP)
perubahan suatu undang-undang pidanapasal 1 ayat 2 KUHP)
sebagai syarat mutl;aksahnya surat dakwaan.
- Berdasarkan teori perbuatan secara fisik maka waktu terjadinya delik adalah pada saat
pelaku melakukan penusukan tubuh korban dengan menggunakan pisau yang
menyebabkan luka parah, dilakukan pada hari Jumat, 30 Maret 2012.

- Berdasarkan teori bekerjanya alat maka waktu terjadinya delik adalah pada saat pisau di
ayunkan oleh si pelaku ke tubuh korban, yaitu pada hari Jumat, 30 Maret 2012.

- Berdasarkan teori akibat, maka waktu terjadinya delik adalah pada saat korban mengalami
luka parah akibat tusukan pisau di tubuhnya, yaitu pada hari Jumat, 30 Maret 2012

- Berdasarkan teori waktu yang jamak, maka waktu terjadinya delik adalah pada hari Jumat,
30 Maret 2012, karena bila dilihat dari perbuatan fisik tempus dari kasus ini adalah Jumat,
30 Maret 2012 dan bila dilihat dari akibat yang ditimbulkan dari perbuatan, tempusnya juga
pada hari Jumat, 30 Maret 2012.

· Ajaran Kausalitas

Untuk menghadap delik yang lebih mementingkan akibat (delik materil), diperlukan ajaran
kausalitas, yaitu ajaran yang mencari hubungan antara sebab dan akibat, dalam arti sampai
bagaimana jauhkah akibat yang timbul memang berasal dari sebab tersebut.

Surya Cakra Napitupulu di 14.16

Anda mungkin juga menyukai