B. Rumusan Masalah:
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis akan mengkaji berdasarkan dua topik bahasan,
yakni:
1. Bagaimana tinjauan kedudukan DPRD sebagai lembaga legislatif pelaksana
fungsi legislasi?
2. Apakah perlu diadakan penguatan fungsi legislasi yang melekat pada DPRD?
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEDUDUKAN DPRD SEBAGAI LEMBAGA LEGISLATIF PELAKSANA FUNGSI
LEGISLASI.
Berdasarkan UU No.32 Tahun 2004, badan perwakilan rakyat (local representative body)
yang dikenal di Indonesia sebagai Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) memiliki
beberapa fungsi, salah satunya dan yang dibahas dalam kajian ini adalah fungsi legislasi,
yakni sebagai wahana utama untuk merefleksikan keinginan dan kehendak rakyat sebagai
kepentingan bersama yang harus dijunjung tinggi. Fungsi kontrol dan fungsi anggaran yang
kemudian juga melekat pada DPRD sebagai lembaga legislatif di daerah, akan terlaksana
secara lebih efektif apabila fungsi legislasi DPRD dapat lebih ditegaskan.
Penulis dalam hal ini akan mengkaji betapa diperlukannya penguatan fungsi legislasi DPRD
dalam kedudukannya sebagai lembaga legislatif berdasarkan alasan-alasan filosofis, yuridis,
dan sosiologis, yang nantinya akan menjawab bahwa fungsi legislasi yang dimiliki DPRD
merupakan fungsi yang seharusnya melekat kuat dalam diri DPRD. Alasan-alasan tersebut
sebagaimana penulis telaah sebagai berikut:
1. Alasan Filosofis-Sosiologis
“Kerakyatan yang dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan”, bunyi sila ke-empat Pancasila tersebut merupakan dasar asal muasal
pemahaman DPRD sebagai badan perwakilan rakyat. Sila ke-4 merupakan penjelmaan
dasar politik Negara, yakni Negara berkedaulatan rakyat, yang kemudian memberikan arti
Indonesia sebagai negara demokrasi.[5]
Konsep perwakilan ini merupakan konsep perwakilan rakyat dalam ranah
politik/pengambilan kebijakan penguasa. Lembaga ini dibangun oleh para wakil rakyat
dengan fungsi utama merealisasikan kekuasaan rakyat dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Dalam perwakilannya, DPRD memiliki dua peran tanggung, yakni sebagai
Badan legislatif dalam artian perwakilan rakyat (a representative assembly), yang dipilih
untuk menghubungkan kepentingan konstituen dengan kebijakan yang akan diambil
penguasa. Selain itu, DPRD juga memiliki peran sebagai lembaga pembuat peraturan
daerah (a law making institution). Artinya, DPRD juga memiliki fungsi untuk menyusun
pembuatan perda yang merupakan kebijakan berimplikasi pada rakyat secara langsung
maupun tidak. Diharapkan, dengan fungsi DPRD sebagai badan perwakilan rakyat yang
memiliki fungsi legislasi menjadi jawaban bahwa DPRD sebagai lembaga yang legitimate
untuk mewakili rakyat beserta kehendak-kehendak rakyat guna dituangkan dalam kebijakan
yang nantinya dibahas dengan KDH guna sebesar-besarnya kebutuhan masyarakat daerah.
Adanya fungsi keterwakilan yang dimaksud pada demokrasi perwakilan oleh DPRD ini,
ditujukan untuk mengakomodir banyaknya kehendak masyarakat daerah dari Sabang
sampai Merauke, yang berbeda satu dengan yang lain. Perda yang merupakan wujud
hukum yang menciptakan kepastian, keadilan, dan kemanfaatan untuk rakyat harus
benar-benar dapat dikawal dengan baik oleh anggota dewan selaku pelaksana perwakilan
rakyat.
Napitupulu (2005) mengutif pendapat Burns (1989) menyebutkan , secara teori bahwa
Lembaga Perwakilan Rakyat setidaknya memiliki 6 (enam) fungsi:
a. Representasi (Perwakilan)
b. Lawmaking (Pembuatan UU)
c. Consensus building (Membangun consensus)
d. Overseeing (Pengawasan)
e. Policy Clarification (Klarifikasi kebijakan)
f. Legitimizing (Memberikan legitimasi)
Di Indonesia, fungsi tersebut disederhanakan menjadi 3 (tiga), yakni legislation, controling,
dan budeting. Dalam upaya pelaksanaan fungsi legislasi sekaligus sebagai wujud
perwakilan rakyat, adanya fungsi legislasi yang melekat pada DPRD diharapkan dapat
dimanfaatkan untuk pembuatan perda yang notabenenya merupakan dasar pengambilan
kebijakan penyelenggaraan pemerintahan daerah, sehingga fungsi pengawasan akan lebih
mudah dilaksanakan ketika dasar yuridis sebagai aturan “main” penyelenggaraan
pemerintahan oleh KDH lahir dari DPRD berdasarkan aspirasi keinginan masyarakat karena
selain sesuai dengan apa yang dikehendaki masyarakat, DPRD lebih memahami kebijakan
yang tertuang dalam perda tersebut. Otomatis, fungsi anggaran juga dapat terlaksana
dengan lebih baik, apabila fungsi legislasi dapat dilaksanakan oleh DPRD. Hal ini dikarena
adanya fungsi anggaran juga didasarkan pada APBD yang tertuang dalam perda yang
dibahas DPRD dan KDH. Bisa dibayangkan apabila keaktifan DPRD dalam pembuatan
Perda APBD optimal, maka fungsi anggaran DPRD juga dapat terlaksana dengan baik. Hal
ini kemudian akan berujung pada pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai salah satu
pihak yang mengikat para wakil rakyat melalui kontrak sosial.
b. Kajian DPRD sebagai Lembaga yang Memiliki Kewenangan sama dengan DPR [6]
Kriteria
DPR
DPRD
Keanggotaan dan Pemilu
Pasal 67 UU No.17 Tahun 2014
DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui
pemilihan umum.
Pemilu yang dimaksud merupakan pemilu legislatif yang didasarkan pada dasar payung
hukum yang sama, yakni UU No.8 Tahun 2012.
Pasal 314 dan Pasal 363 UU No.17 Tahun 2014
DPRD provinsi atau kabupaten/kota terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan
umum yang dipilih melalui pemilihan umum.
Pemilu yang dimaksud merupakan pemilu legislatif yang didasarkan pada dasar payung
hukum yang sama, yakni UU No.8 Tahun 2012.
Perwakilan Rakyat
Pasal 68 UU No.17 Tahun 2014
DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara.
Pasal 315 dan Pasal 365 UU No.17 Tahun 2014
DPRD provinsi atau kabupaten/kota merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang
berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah provinsi atau
kabupaten/kota.
Fungsi
Pasal 69UU No.17 Tahun 2014
a. legislasi;
b. anggaran; dan
c. pengawasan.
(2) Ketiga fungsi legislasi, pengawasan, dan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dijalankan dalam kerangka representasi rakyat, dan juga untuk mendukung upaya
Pemerintah dalam melaksanakan politik luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(1) Fungsi legislasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf a dilaksanakan
sebagai perwujudan DPR selaku pemegang kekuasaan membentuk undang-undang.
Pasal 316 dan Pasal 365 UU No.17 Tahun 2014
a. legislasi;
b. anggaran; dan
c. pengawasan.
(2) Ketiga fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijalankan dalam kerangka
representasi rakyat di provinsi atau kabupaten/kota.
DPR berwenang:
a. membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama;
b. memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap peraturan
pemerintah pengganti undang-undang yang diajukan oleh Presiden untuk menjadi
undang-undang;
c. membahas rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden atau DPR yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, dengan mengikutsertakan
DPD sebelum diambil persetujuan bersama antara DPR dan Presiden;
d. memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang tentang APBN dan
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;
(dst......................................)
DPR bertugas:
a. menyusun, membahas, menetapkan, dan menyebarluaskan program legislasi nasional;
b. menyusun, membahas, dan menyebarluaskan rancangan undang-undang;
c. menerima rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPD berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah;
d. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, APBN, dan kebijakan
pemerintah;
e. membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang disampaikan oleh BPK;
f. memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara yang menjadi
kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan terhadap
perjanjian yang berakibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan
beban keuangan negara;
g. menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat; dan
h. melaksanakan tugas lain yang diatur dalam undang-undang.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Fungsi legislasi yang melekat pada DPRD dalam kedudukannya sebagai lembaga
perwakilan rakyat perlu adanya penguatan ditinjau dari alasan filosofis-sosiologis dan segi
yuridis konstitusional diantaranya:
a. Alasan filosofis-sosiologis
Sila ke-4 Pancasila merupakan awal dari pemahaman DPRD sebagai badan perwaklan
rakyat. Sebagai badan perwakilan rakyat, DPRD memiliki dua peran, yakni sebagai Badan
legislatif dalam artian perwakilan rakyat (a representative assembly), yang dipilih untuk
menghubungkan kepentingan konstituen dengan kebijakan yang akan diambil penguasa
dan juga sebagai lembaga pembuat peraturan daerah (a law making institution). DPRD
sebagai badan perwakilan rakyat yang memiliki fungsi legislasi menjadi jawaban bahwa
DPRD sebagai lembaga yang legitimate untuk mewakili rakyat beserta kehendak-kehendak
rakyat guna dituangkan dalam kebijakan yang nantinya dibahas dengan KDH guna
sebesar-besarnya untuk kebutuhan masyarakat daerah. Apabila fungsi legislasi ini dapat
berjalan secara efektif maka juga akan mendukung pula berjalannya kedua fungsi DPRD
yang lain yaitu fungsi anggaran dan fungsi pengawasan.
b. Alasan yuridis konstitusi
Fungsi legislative yang melekat pada DPRD ditegaskan dalam pasal 316 ayat (1) serta 365
ayat (1) UU No.17 Tahun 2014 tentang MD3. Fungsi ini merupakan fungsi utama yang
dimiliki DPRD sebagai pelaksana kedaulatan rakyat, melalui fungsi ini DPRD berperan
menentukan corak perda yang akan dibentuk bersama KDH. Pasal 18 ayat (3) dan (4) UUD
NRI 1945 serta Pasal 1 ayat (2) UU No.32 Tahun 2004 menjelaskan bahwa kedudukan
DPRD dengan KDH adalah sejajar, bersifat kemitraan sehingga diharapkan dengan dugas,
pokok dan fungsi yang diemban masing-masing lembaga diharapkan dapat mewujudkan
peranan yang berimbang antara keduanya. Berdasarkan Pasal 317 serta Pasal 366 UU
No.32 Tahun 2004 yang mengatur mengenai tugas dan wewenang DPRD dalam pembuatan
Perda, serta Pasal 44 ayat (1) yang mengatur mengenai hak anggota DPRD dalam
pengajuan raperda menunjukkan bahwa DPRD sebagai pemegang fungsi legislasi utama.
DPRD selalu ikut dalam tiap alur pembentukan, dari mulai perencanaan sampai
pengundangan dan penyebarluasan, serta dalam pelaksanaan pun, DPRD dengan fungsi
pengawasan dapat melengkapi fungsi legislasi nya, sehingga sebagai lembaga legislative.
Hal ini diperkuat dengan ketentuan Pasal 140 ayat (2) UU No.32 Tahun 2004 yang
menginterpetasikan bahwa peraturan daerah yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (perda inisiatif DPRD) lebih diutamakan daripada peraturan daerah yang berasal
dari Kepala Daerah (perda prakarsa eksekutif). Kemudian berdasarkan analisis
perbandingan pengaturan kedudukan, tugas pokok, kewenangan serta fungsi antara DPR
dengan DPRD dapat disimpulkan bahwa banyak persamaan di antara keduanya sehingga
menunjukkan keduanya sebagai lembaga yang memiliki kekuasaan membentuk
Undang-Undang (bagi DPR) dan perda (bagi DPRD).
2. Fungsi legislasi (pembentukan Perda) merupakan fungsi utama DPRD sebagai badan
legislatif daerah. Namun pada beberapa kota belum dapat optimal dalam melaksanakan
fungsi legislasi sebagai lembaga legislative, hal ini dikarenakan banyak terdapat tafsiran
bunyi peraturan perundang-undnagan terkait (antar pasal) serta kurang jelasnya pengaturan
kedudukan lembaga DPRD di dalam konstitusi. DPRD sebagai lembaga yang bertugas dan
berwenang membentuk perda bersama atau bupati/walikota, masuk dalam unsur
penyelenggara pemerintahan daerah sehingga seolah-olah menempatkan DPRD dalam
penyelenggara eksekutif bersama dengan pemerintah daerah yang berada di bawa kendali
Pemerintah Pusat melalui Kementerian Dalam Negeri. Adanya ketimpangan pengaturan
dalam peraturan perundang-undangan sehingga perlu adanya penguatan substanis baik
dalam konstitusi sebagai dasar maupun perundang-undangan yang ada di bawahnya
memperjelas kedudukan organisasi DPRD dan mempertegas fungsi-fungsinya, khususnya
fungsi legislasi.
B. SARAN
Ketidakjelasan pengaturan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
kedudukan, tugas, wewenang dan fungsi DPRD menyebabkan lemahnya fungsi legislasi
pada DPRD sebagai badan perwakilan rakyat. Sehingga perlu adanya penguatan legal
substance untuk mempertegas dan memperjelas kedudukan, tugas pokok dan fungsi DPRD
khususnya dalam fungsi legislasi. Kewenangan mengatur yang diwujudkan dalam bentuk
membuat peraturan daerah sudah seharusnya lebih diarahkan untuk dijalankan oleh DPRD,
sedangkan kepala daerah diberikan kewenangan untuk lebih banyak menjalankan
mengurus yang bersifat implementasi dari kewenangan mengatur berdasarkan dasar yuridis
yang kuat.
[1]
[2] Sastro M Wantu..... Memperkuat Fungsi Legislasi Dprd Sebagai Format Policy Dalam
Euphoria Otonomi Daerah.Hlm.2.
[3] Strong, C.F, 1975, Modern Political Constitution: An Introduction To The Comparative
Study Of History And Exising From, Sidwick And Jackson. London.Hlm.8
[4] Anajeng.2014.Implementasi Fungsi Legislasi DPRD Kota Surakarta dalam Kerangka
Desentralisasi dan Otonomi Daerah.
[5] Kaelan.
[6]UUD NRI 1945; UU No.17 Tahun 2014, UU No.32 Tahun 2004
[7] B.N. Marbun. 1983. DPRD Pertumbuhan, Masalah dan Masa Depannya. Jakarta: Ghalia
Indonesia. Hlm.162