Anda di halaman 1dari 8

DUNIA HUKUM

Minggu, 13 Maret 2011


TEORI HUKUM
ARTI, FUNGSI DAN KEDUDUKAN TEORI HUKUM

Dalam kesehariannya Sarjana Hukum tidak hanya memerlukan ilmu hukum tetapi
juga perlu ilmu-ilmu lainnya sepeti ilmu sosial, politik dan lain-lain agar tidak berpikir picik.

Arti Teori Hukum menurut Konsep Legal Teori


1. Sekumpulan preposisi yang di dalamnya terdapat konsep-konsep yang diberikan
definisi dan saling terkait.
2. Pandangan sistimatik dari hubungan antar variabel
3. Tujuannya menjelaskan dan meramalkan suatu gejala melalui hubungan antara
variabel yang satu dengan variabel yang lainnya.

Preposisi = Konklusi yang dari hubungan antar konsep


Konsep = Elemen abstrak yang mewakili gejala tertentu/penjabaran abstrak dari teori
Hukum = Suatu sistem konseptual kaidah hukum, keputusan hakim (deccision law),
perilaku hakim, gejala
hukum (legal fenomena), perintah dari otoritas tertinggi dan kesadaran
masyarakat (Tan Kamello).

R. Brown mengatakan bahwa:


Dalam beberapa hal kehidupan masyarakat bahwa ternyata hukum itu tidak ada.
Menanggapi pendapat tersebut Tan Kamello tidak setuju dan mengatakan bahwa : “Hukum
itu ada di mana saja dan terutama dalam sebuah kehidupan masyarakat, dalam masyarakat
terkebelakangpun ada hukum:

Teori Hukum menurut Tan Kamello


Suatu pandangan sistematis mengenai pernyataan hukum (legal statment), yang
dibentuk dari hubungan antara variabel hukum yang dapat menjelaskan hakikat dan gejala
hukum yang ada serta dapat diverifikasi dengan tujuan untuk memberikan justifikasi dan
mengestimasikan suatu peristiwa hukum tertentu.

Fungsi Teori Hukum


1. Sebagai alat/pisau untuk melakukan analisis gejala hukum
2. Merumuskan abstraksi dan fakta hukum
3. Melengkapi kekosongan hukum terhadap ilmu hukum mengenai gejala hukum masa
lampau dan hukum yang sedang terjadi.
4. Memberikan pemikiran kedepan tentang gejala hukum yang akan terjadi.

Kedudukan Teori Hukum


1. Teori Hukum memiliki arti penting bagi pusat pemikiran dalam melahirkan hukum
tertentu
2. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem kehidupan hukum
3. Sebagai otoritas untuk membentuk dan mempertahankan pernyataan hukum

ALIRAN HUKUM ALAM

Hukum Alam (Nature Law) adalah hukum yang didasarkan pada alam, dengan kata
lain hukum alam adalah hukum yang berkaitan dengan alam atau didasarkan pada alam.
Menurut Jhon Stuart Mild (J.S. Mill) ada dua pengertian alam, yaitu :
· Seluruh manusia
· Manusia berusaha menyesuaikan tingkah lakunya

Menurut Hukum Alam


· Hukum itu adalah sesuatu yang berbeda dari apa yang sekedar hanya mengatur dan
mengekspresikan bentuk dari konstitusi.

Fungsi Hukum menurut Hukum Alam


· Untuk menjatuhkan hukuman kepada pelaku/pelanggar hukum.
· Untuk mengatur tingkah laku dari para hakim di dalam kantor hakim dalam
pengadilan.

Teori Hukum Kuno Tentang Aliran Hukum Alam

1. Aristoteles 384 -
a. Manusia ini adalah bagian dari alam, manusia bagian dari ciptaan tuhan dan Manusia
memiliki pemikiran yang aktif
b. Hukum Alam punya kekuatan yang sama dimana-mana dan tidak eksis karena
kontemplasinya manusia
c. Hukum Alam itu universal/ada di mana-mana (Nature Law is Universal Every Where).
Sedangkan Hukum positif harus dipatuhi bahkan bertentangan dengan hukum alam.

2. Thomas Aquinas (1225 – 1275)


Di dalam hukum alam ada/perlu stabilitas
· Menurutnya hukum adalah aturan atau ukuran dari tindakan-tindakan atau suatu
tindakan, dimana manusia dirangsang untuk bertindak atau tidak bertindak karena hukum itu
sifatnya mengikat seseorang untuk bertindak.
· Hukum tidak lain adalah perintah yang rasional dari sesuatu yang memperhatikan
hal-hal yang baik, yang disebarluaskan atau dipublikasikan kepada masyarakat.

3. Grotius
· Manusia itu sangat ingin bermasyarakat, suka kedamaian. Salah satu ajarannya, yaitu
“Pacta Sun Servanda” janji itu harus dihormati.
· Janji ada di dalam moral dan berakibat pada moral dan Perjanjian ada dalam hukum
dan mempunyai akibat hukum

4. Jhon Lock
· Menurut Jhon Lock The lost of man generally refers, The actions to judge of their
attitude or deligated
· Hukum adalah sesuatu yang ditentukan oleh masyarakat pada umumnya tentang
tindakan-tindakan mereka mereka untuk menilai atau memberi nilai mana perbuatan yang
jujur dan mana perbuatan yang curang.
· Fungsi kehidupan masyarakat (hubungan sosial) adalah untuk melindungi hak-hak
alamiah dari seorang individu.

5. Jeremy Bentham
Ia adalah reformis asal Inggris yang mendefinisikan The Principle of The Greates Number
of People. “Pada Prinsipnya Kebahagiaan yang Paling Besar adalah Kebahagiaan
Masyarakat”

PANDANGAN ALIRAN HUKUM POSITIF

Hukum positif pertama kali digunakan dalam literatur jerman sampai pertengahan
abad 19. Aliran ini disebut juga “Gesetztes Recht”. Teori yang dibentuk oleh hukum positif ini
adalah otoritas tertinggi seperti halnya Pemerintah/Penguasa. Aliran hukum positif adalah
aliran empirisme yang dibutakan atau buta tentang nilai-nilai.

Menurut Aliran Hukum Positif

· Hukum (menurut Jhon Austin) adalah seperangkat perintah baik langsung maupun
tidak langsung dari pihak yang berkuasa pada masyarakat yang merupakan masyarakat
politik yang independen, dimana otoritasnya adalah pihak yang paling tinggi. (Baca TAP
MPR No. 23/2000, UU No. 10/2004 yang disebut Hierarki Norm)
· Hukum (menurut Black Stone) adalah aturan atau tindakan-tindakan yang
ditentukan/dikeluarkan oleh orang yang berkuasa untuk orang yang dikuasai.

Pelopor Aliran Hukum Positif

1. Hans Kelsen (1888 – 1973)


· Hukum adalah suatu perintah yang memaksa terhadap tingkah laku manusia, dan
hukum adalah kaidah primer yang menetapkan sanksi.
· Hukum itu didasarkan pada kaidah normatif dan ilmu hukum adalah pengetahuan
tentang norma.
· Norma itu diturunkan dari norma-norma lain dan norma tersebut adalah aturan yang
harus dimiliki individu dengan cara-cara tertentu.
· Norma tertinggi adalah “Ground Norm/Basic Norm”

Fungsi Hakim
· Menurut Hans Kelsen Hakim sebagai orang yang meng-interpretasikan atau
mengaplikasikan Norma Hukum
· Sanksi tidak berasal dari hakim tetapi dari ketentuan UU itu sendiri (Legislatif)
Pendapat Hans Kelsen
v Hukum itu adalah sebuah petunjuk (Norma)
v Suatu pandangan yang menunjukkan karakter hukum yang realistik dan sosiologis
v Hukum bagi Kelsen adalah sesuatu yang mengatur warga masyarakat
v Hukum adalah sebagai sarana utama untuk merealisasikan tujuan negara karena
negara didirikan demi kepentingan umum.
v Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang memperhatikan kepentingan umum.
v Tugas hukum adalah untuk melindungai kepentingan umum.

PANDANGAN ALIRAN SOSIOLOGIS


Sosiologi of Law atau Hukum Sosiologi

Menurut Aliran Sosiologi


· Masyarakat melihat hukum di dalam masyarakat itu sendiri
· Hukum itu diterapkan/diaplikasikan dalam masyarakat
Dengan kata lain hukum adalah sebuah rekayasa sosial atau “Law sense in a Legal Order”

Roscoe Pound (1870 – 1964)


Menurut Roscoe Pound
· Hukum berati tatanan hukum atau tertib hukum yang pokok bahasannya adalah
hubungan individu antara manusia dengan manusia lainya.
· Hubungan antara tingkah laku para individu yang dapat mempengaruhi individu
lainnya atau yang dapat mempengaruhi ekonomi sosial atau yang mempengaruhi tatanan
politik.
· Hukum itu dapat dipahami lewat dasar-dasar kewenangan, putusan pengadilan,
tindakan (aksi) administratif yang mempunyai pokok-pokok bahasan tentang
harapan-harapan atau tuntutan-tuntutan manusia sebagai individu.

Eugen Ehrlich (1862 – 1922)


Eugen Ehrlich mengemukakan teori “hukum yang hidup dalam masyarakat” atau
“Living Law Theori”. Dengan kata lain :
· Hukum itu tergantung dari fakta-fakta sosial dan tidak tergantung pada kewenangan
negara (otoritas negara).
· Sumber nyata (real) dari hukum itu bukan dari Undang-undang (UU) atau yang
diperoleh dari kasus-kasus, tetapi sumber hukum itu adalah dari kegiatan-kegiatan
masyarakat itu
· Tugas Hakim mengintergrasikan hukum dari UU dan dari masyarakat
· Pusat dari grafitasi hukum itu terletak dalam tubuh (kehidupan) masyarakat itu sendiri
dan diminimalkan dari legislatif.
Dengan demikian menurut Eugen Ehrlich bahwa Hukum itu dapat ditemukan dari observasi
dari kehidupan manusia itu sendiri.
Eugen Ehrlich melahirkan konsep “The Living Law” dan membedakannya dari hukum
positif.
Pusat gravitasi dari perkembangan perkembangan hukum bukan di Legislatif, bukan pula
pada ilmu hukum atau bukan pula pada putusan pengadilan tetapi pada pengadilan itu
sendiri.

Rudolf Von Ihering (1877 – 1983)


Rudolf Von Ihering dikenal sebagai Bapak Ilmu Hukum Sosiologis.
Menurut Ihering :
· Hukum adalah sejumlah kondisi kehidupan sosial dalam arti luas yang dijamin oleh
kekuasaan negara melalui paksaan yang bersifat eksternal.
· Tujuan hukum itu adalah melindungi kepentingan kepentingan masyarakat dan
kepentingan individu, namun jika terjadi konflik maka yang didahulukan kepentingan
masyarakat.

ALIRAN REALISME
Teori Holmes yang disebut sebagai Bapak Keadilan (Mr. Justice) yang menyatakan
bahwa kehidupan hukum itu adalah sebuah pengalaman (experience), kehidupan hukum itu
tidak logis. Sedangkan menurut Tan Kamello analisis hukum adalah logis (analisys of the
law is logis).
Menurut Holmes hukum itu adalah apa yang diramalkan/diputuskan oleh hakim dalam
pengadilan

TEORI HUKUM MURNI

Ide mengenai Teori Hukum Murni (The Pure Theory of Law) diperkenalkan oleh seorang
filsuf dan ahli hukum terkemuka dari Austria yaitu Hans Kelsen (1881-1973). Kelsen lahir di
Praha pada 11 Oktober 1881. Keluarganya yang merupakan kelas menengah Yahudi
pindah ke Vienna. Pada 1906, Kelsen mendapatkan gelar doktornya pada bidang hukum.
Kelsen memulai karirnya sebagai seorang teoritisi hukum pada awal abad ke-20. Oleh
Kelsen, filosofi hukum yang ada pada waktu itu dikatakan telah terkontaminasi oleh ideologi
politik dan moralitas di satu sisi, dan telah mengalami reduksi karena ilmu pengetahuan di
sisi yang lain. Kelsen menemukan bahwa dua pereduksi ini telah melemahkan hukum. Oleh
karenanya, Kelsen mengusulkan sebuah bentuk kemurnian teori hukum yang berupaya
untuk menjauhkan bentuk-bentuk reduksi atas hukum.
Yurisprudensi ini dikarakterisasikan sebagai kajian kepada hukum, sebagai satu objek yang
berdiri sendiri, sehingga kemurnian menjadi prinsip-prinsip metodologikal dasar dari
filsafatnya. Perlu dicatat bahwa paham anti-reduksionisme ini bukan hanya merupakan
metodoligi melainkan juga substansi. Kelsen meyakini bahwa jika hukum dipertimbangkan
sebagai sebuah praktek normatif, maka metodologi yang reduksionis semestinya harus
dihilangkan. Akan tetapi, pendekatan ini tidak hanya sebatas permasalahan metodologi saja.

1. Norma Dasar
Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah system Norma. Norma adalah pernyataan yang
menekankan aspek “seharusnya” atau das solen, dengan menyertakan beberapa peraturan
tentang apa yang harus dilakukan. Norma-norma adalah produk dari aksi manusia yang
deliberatif. Kelsen meyakini David Hume yang membedakan antara apa yang ada (das sein)
dan apa yang “seharusnya”, juga keyakinan Hume bahwa ada ketidakmungkinan
pemunculan kesimpulan dari kejadian faktual bagi das solen. Sehingga, Kelsen percaya
bahwa hukum, yang merupakan pernyataan-pernyataan “seharusnya” tidak bisa direduksi
ke dalam aksi-aksi alamiah.
Kemudian, bagaimana mungkin untuk mengukur tindakan-tindakan dan kejadian yang
bertujuan untuk menciptakan sebuah norma legal? Kelsen menjawab dengan sederhana ;
kita menilai sebuah aturan “seharusnya” dengan memprediksinya terlebih dahulu. Saat
“seharusnya” tidak bisa diturunkan dari “kenyataan”, dan selama peraturan legal intinya
merupakan pernyataan “seharusnya”, di sana harus ada presupposition yang merupakan
pengandaian.
Sebagai oposisi dari norma moral yang merupakan deduksi dari norm moral lain dengan
silogisme, norma hukum selalu diciptakan melalui kehendak (act of will). Sebagaimana
sebuah tindakan hanya dapat menciptakan hukum, bagaimana pun, harus sesuai dengan
norma hukum lain yang lebih tinggi dan memberikan otorisasi atas hukum baru tersebut.
Kelsen berpendapat bahwa inilah yang dimaksud sebagai Basic Norm yang merupakan
presupposition dari sebuah validitas hukum tertinggi.
Kelsen sangat skeptis terhadap teori-teori moral kaum objektivis, termasuk Immanuel Kant.
Kedua, Kelsen tidak mengklain bahwa presupposition dari Nrma Dasar adalah sebuah
kepastian dan merupakan kognisi rasional. Bagi Kelsen, Norma Dasar adalah bersifat
optional. Senada dengan itu, berarti orang yang percaya bahwa agama adalah normatif
maka ia percaya bahwa “setiap orang harus percaya dengan perintah Tuhan”. Tetapi, tidak
ada dalam sebuah nature yang akan memaksa seseorang mengadopsi satu perspektif
normatif.
Kelsen mengatakan bahkan dalam atheisme dan anarkhisme, seseorang harus melakukan
presuppose Norma Dasar. Meskipun, itu hanyalah instrumen intelektual, bukan sebuah
komitmen normatif, dan sifatnya selalu optional.

2. Nilai Normatif Hukum


Nilai normatif Hukum bisa diperbandingkan perbedaannya dengan nilai normatif agama.
Norma agama, sebagaimana norma moralitas, tidak tergantung kepada kepatuhan aktual
dari para pengikutnya. Tidak ada sanksi yang benar-benar langsung sebagaimana norma
hukum. Misalnya saja ketika seorang lupa untuk berdoa di malam hari, maka tidak ada
instrumen langsung yang memberikan hukuman atas ketidakpatuhannya tersebut.
Validitas dari sistem hukum bergantung dari paktik-pratik aktualnya. Dikatakannya bahwa
“perturan legal dinilai sebagai sesuatu yang valid apabila normanya efektif (yaitu secara
aktual dipraktikkan dan ditaati)”. Lebih jauh lagi, kandungan sebenarnya dari Norma Dasar
juga bergantung pada keefektifitasannya. Sebagaimana yang telah berkali-kali ditekankan
oleh Kelsen, sebuah revolusi yang sukses pastilah revolusi yang mampu merubah
kandungan isi Norma Dasar.
Perhatian Kelsen pada aspek-aspek normatifitasan ini dipengaruhi oleh pandangan skeptis
David Hume atas objektifitasan moral, hukum, dan skema-skema evaluatif lainnya.
Pandangan yang diperoleh seseorang, utamanya dari karya-karya akhir Hans Kelsen,
adalah sebuah keyakinan adanya sistem normatif yang tidak terhitung dari melakuan
presuppose atas Norma Dasar. Tetapi tanpa adanya rasionalitas maka pilihan atas Norma
Dasar tidak akan menjadi sesuatu yang kuat. Agaknya, sulit untuk memahami bagaimana
normatifitas bisa benar-benar dijelaskan dalam basis pilihan-pilihan yang tidak berdasar.
Hans Kelsen meninggal dunia pada 19 April 1973 di Berkeley. Kelsen meninggalkan hampir
400 karya, dan beberapa dari bukunya telah diterjemahkan dalam 24 bahasa. Pengaruh
Kelsen tidak hanya dalam bidang hukum melalui Pure Theory of Law, tetapi juga dalam
positivisme hukum kritis, filsafat hokum, sosiologi, teori politik dan kritik ideology. Hans
Kelsen telah menjadi referensi penting dalam dunia pemikiran hukum. Dalam hukum
internasional misalnya, Kelsen menerbitkan Principles of International Law. Karya tersebut
merupakan studi sistematik dari aspek-aspek terpenting dari hukum internasional termasuk
kemungkinan adanya pelanggaran atasnya, sanksi-sanksi yang diberikan, retaliasi,
spektrum validitas dan fungsi esensial dari hukum internasional, pembuatan dan aplikasinya

myrizal-76 di 05.54
Berbagi

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link



Beranda
Lihat versi web
Mengenai Saya

Foto saya
Medan, Sumatera Utara, Indonesia
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai