Anda di halaman 1dari 2

Baleg DPR Ingin Perkuat Peran DPRD melalui Revisi UU MD3

Firman Soebagyo (Istimewa )


Oleh: Yustinus Paat / WM | Sabtu, 24 Desember 2016 09:29 WIB

Jakarta – Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR Firman Soebagyo menilai pentingnya
peran dan fungsi DPRD diperkuat melalui revisi UU MD3. Hal itu disampaikan oleh Firman
saat menerima rombongan DPRD Kabupatenm Pati, Jawa Tengah di ruang rapat Baleg,
Nusantara I, Senayan, Jakarta, Kamis (22/12).

Pada kunjungan DPRD Pati itu, mereka ingin mempelajari mekanisme kerja Baleg DPR
dalam penyusunan draft program legislasi nasional (Prolegnas). Termasuk juga agar
lembaga legislasi di daerah bisa diperkuat dan memiliki peran yang lebih dalam penyusun
Rancangan Peraturan Daerah (Raperda).

Firman, yang juga Sekretaris Dewan Pakar DPP Partai Golkar ini, mengusulkan, jika
parlemen daerah ingin memperkuat perannya dalam penyusunan Perda. Maka asosiasi
yang ada tergabung dalam Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia (ADKASI) dan
Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia (ADEKSI) perlu bersatu menyuarakan penguatan
lembaga DPRD.

“Memang ada yang cukup memprihatinkan, yaitu status dari DPRD. Ini sering menjadi
protes dari seluruh DPRD di Indonesia. Mereka sering ke Baleg (menyampaikan aspirasi ke
DPR), namun tolonglah dari mereka melalui asosiasi DPRD se-Indonesia itu mengusulkan
merevisi UU agar status dan fungsi DPRD ini disamakan dengan DPR RI,” kata Firman.

Menurut Ketua Umum Ikatan Keluarga Kabupaten Pati (IKKP) ini, ada ketidakadilan yang
terjadi terkait status hukum DPRD di seluruh Indonesia. Di mana peran dan partisipasinya
dalam menyusun aturan sangat berbeda.

“Saya sering mengatakan, ada rasa ketidak-adilan dari peran dan fungsi DPRD daerah. Apa
perbedaan DPRD dengan DPR RI? Di mana DPRD dan DPR RI sama-sama insan politik,
anggota partai politik yang dicalonkan oleh partainya menjadi anggota parlemen. Namun
setelah terpilih, para anggota DPRD kemudian oleh UU MD3, di mana para anggota DPRD
itu menjadi anak buah bupati. Ini yang salah. Ini yang memperlemah dari peran dan fungsi
anggota parlemen di daerah,” papar alumni UGM dan Unpad ini.

“Sehingga sistem checks and balances tidak berlaku di darah. Ini yang menjadi masalah,
dan harus dibenahi secara bersama-sama. Sehingga saat anggota DPRD melakukan fungsi
checks and balances, mereka tadi beri anggaran oleh Bupati. Lebih ekstrim lagi, ketika
DPRD tak mendukung bupati dalam pilkada, maka tidak diberi anggaran,” sambungnya.

Demi mewujudkan sistem pemerintahan daerah yang seimbang dan stabil, Firman meminta
agar DPRD memiliki ruang kerja yang sama dengan DPR, termasuk waktu reses.
Tujuannya, agar efektivitas dalam mengawasi dan menyusun anggaran untuk kesejahteraan
rakyat.

“Ini perlu diubah untuk disetarakan, dan sudah disampaikan ke partai saya (Golkar).
Termasuk juga, bagaimana agar waktu reses disamakan antara masa DPRD dan masa
DPR RI bersamaaan. Tujuannya, masa reses kita bisa bersinerji bersama-sama mengawal
anggaran, memperjuangkan aspirasi masyarakat," kata dia.

"Bisa turun sama-sama, dan pada waktu bersamaan. Dengan waktu bersama-sama saat
reses, partai politik dari pusat hingga daerah bisa mengontrol pembangunan bangsa ini
melalui APBD dan APBN. Tidak seperti sekarang berjalan farsial,” jelas Firman
menambahkan.

Sumber: BeritaSatu.com

Bagikan:
ARTIKEL TERKAIT

Kamis, 16 Nov 2017 | 13:59 WIB


Airvida, Pemurni Udara Kompak Hadir di Indonesia

Rabu, 22 Nov 2017 | 00:00 WIB


Dua Wanita Berbeda Menjadi Satu

Kamis, 16 Nov 2017 | 10:01 WIB


Kementerian PUPR Tingkatkan Kualitas Pelatihan Jalan dan Jembatan

Rabu, 15 Nov 2017 | 23:02 WIB


Pekerja Informal Dinilai Butuh Perhatian Pemerintah

Rabu, 15 Nov 2017 | 18:55 WIB


Menara Pertama Cimanggis City Terjual 80 Persen

Rabu, 15 Nov 2017 | 13:42 WIB


PAM Jaya dan Palyja Relokasi Pipa di Proyek Terowongan Kartini
comment

2017ⒸBeritaSatu

Anda mungkin juga menyukai