Anda di halaman 1dari 25

STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI KENDAL

REGISTER PERKARA NO. 232/PID.B/2010/PN.KdlTENTANG


PERLUASAN MAKNA PERBUATAN PIDANA BERUPA
PENCEMARAN NAMA BAIK DIHUBUNGKAN DENGAN UU
NO.11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI
ELEKTRONIK

Skripsi Minor Hukum teknologi

Oleh:

GIOVANI ANGGASTA

110110120104

Program Kekhususan: Hukum Pidana

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG
2017

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 2
BAB I .............................................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAM ............................................................................................................................................ 3
A. Latar Belakang................................................................................................................................... 3
B. Kasus Posisi ....................................................................................................................................... 5
BAB II ............................................................................................................................................................. 7
MASALAH HUKUM DAN TINJAUAN TEORITIK ............................................................................................... 7
A. Masalah Hukum ................................................................................................................................ 7
B. Tinjauan Teoritik ............................................................................................................................... 7
1. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik ............................................................... 7
2. Tinjauan Tentang Internet .............................................................................................................. 11
3. Tinjauan Tentang UU No. 11/ 2008 ................................................................................................ 11
BAB III .......................................................................................................................................................... 16
RINGKASAN PUTUSAN ................................................................................................................................ 16
A. Nomor Putusan ............................................................................................................................... 16
B. Kepala Putusan................................................................................................................................ 16
C. Identitas Pihak................................................................................................................................. 16
D. Ringkasan Pertimbangan Hakim ..................................................................................................... 16
BAB IV.......................................................................................................................................................... 18
ANALISIS KASUS .......................................................................................................................................... 18
A. Amar Putusan MA Yang Menyatakan Bahwa Prabowo Telah Melanggar Ketentuan Pasal 27 Ayat
(3) Jopasal 45 Ayat (1) UU ITE Telah Memenuhi Unsur Pasal Tersebut ................................................. 18
B. Hakim Telah Mengkualifikasi Perluasan Makna Dari Pencemaran Nama Baik .................................. 21
BAB V........................................................................................................................................................... 23
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 23
A. Kesimpulan...................................................................................................................................... 23
B. Saran ............................................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 25

2
BAB I

PENDAHULUAM
A. Latar Belakang

Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
telah ditegaskan bahwa negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum. Hal ini
berarti bahwa Indonesia menjunjung tinggi hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Hukum tersebut harus ditegakkan demi terciptanya tujuan dan cita-cita
bangsa Indonesia sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 alenia ke-empat yaitu membentuk suatu Pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan dan cita-cita bangsa, teknologi
informasi memegang peranan yang penting, baik di masa kini maupun masa yang akan datang.
Teknologi informasi diyakini membawa keuntungan dan kepentingan yang besar bagi negara. Di
era globalisasi saat ini teknologi yang sangat berkembang adalah teknologi internet.

Pengembangan dan penggunaan perangkat teknis yang dapat membantu semua bentuk
aktivitas manusia dalam bidang hiburan, pendidikan, perdagangan, pemerintahan dan
komunikasi, itu merupakan hal yang wajar. Kemajuan teknologi informasi sekarang dan
kemungkinan di masa yang akan datang tidak lepas dari dorongan yang dilakukan oleh
perkembangan teknologi komunikasi dan teknologi komputer, sedangkan teknologi komputer
dan telekomunikasi didorong oleh teknologi mikro elektronika, material, dan perangkat lunak.

Perpaduan teknologi komunikasi dan komputer melahirkan internet yang menjadi tulang
punggung teknologi informasi. Perkembangan internet di Indonesia memang seperti tidak
terduga sebelumnya. Beberapa tahun yang lalu, internet hanya dikenal oleh sebagian kecil orang

3
yang mempunyai minat di bidang komputer. Namun, dalam tahuntahun terakhir ini penggunaan
jasa internet meningkat secara sangat pesat, meski ada pendapat yang menyatakan bahwa
kebanyakan penggunaan intenet di Indonesia baru sebatas untuk hiburan dan percobaan.
Pemanfaatan atau penyalahgunaan teknologi bukan hanya merupakan sebuah bentuk utama
aktifitas manusia tetapi juga merupakan cara beraktifitas dalam bidang apapun. Sejak diakuinya
pernyataan bahwa aktifitas manusia dalam berbagai bentuknya yang telah menyebabkan
kemunculan dan aplikasi hukum atau pembuatan beberapa standar untuk mengatur aktifitas
tersebut, nampak jelas bahwa teknologi juga harus dibuka agar dapat diatur oleh hukum. Saat ini
dapat dikatakan bahwa media internet di Indonesia tidak ubahnya seperti rimba raya yang tidak
mempunyai aturan hukum, seseorang dapat saja menghujat, menghina, mencaci maki dan
merusak nama baik pihak lain tanpa takut akan adanya tindakan hukum. Maka baru-baru ini
pemerintah Indonesia telah membuat dan menetapkan peraturan hukum yang mengatur tentang
Infomasi dan Transaksi Elektronik dalam suatu bentuk peraturan perundangundangan, yaitu
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik. Salah satu penyalahgunaan internet adalah pencemaran nama baik
yang dilakukan seseorang terhadap pihak lain. Hal atau keadaan yang dikomunikasikan atau
dipublikasikan lewat internet dapat dikatakan merupakan penghinaan atau pencemaran nama
baik bila hal atau keadaan itu adalah tidak benar bagi pihak yang menjadi korban, baik itu
merupakan itu yang merusak reputasi ataupun yang membawa kerugian material bagi pihak
korban. Publikasi atau komunikasi tentang diri pihak lain dapat dikatakan pencemaran nama baik
atau penghinaan, baik dilakukan dengan kata-kata atau tulisan yang terangterangan
maupundengan bentuk yang tersembunyi namun mengandung konotasi merusak reputasi
seseorang atau suatu badan.

Berdasarkan Pasal 310 ayat (1) KUHP, penghinaan yang dapat dipidana harus dilakukan
dengan cara ” menuduh seseorang telah melakukan yang tertentu ”, dengan maksud tuduhan
tersebut akan tersiar (diketahui orang banyak). Perbuatan yang dituduhkan tidak perlu suatu
perbuatan yang boleh dihukum seperti mencuri, menggelapkan, berzinah dan sebagainya.
Perbuatan tersebut cukup perbuatan biasa, yang sudah tentu merupakan perbuatan yang
memalukan, misalnya menuduh bahwa seseorang telah berselingkuh. Dalam hal ini bukan
perbuatan yang boleh dihukum, akan tetapi cukup memalukan bagi yang berkepentingan apabila

4
diumumkan. Tuduhan tersebut harus dilakukan dengan lisan, apabila dilakukan dengan tulisan
(surat) atau gambar, maka penghinaan itu dinamakan “menista/ menghina dengan surat (secara
tertulis)”, dan dapat dikenakan Pasal 310 ayat (2) KUHP.

Dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang penerapan
ketentuan pidana terhadap tindak pidana pencemaran nama baik dengan mengambil judul ”
STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI KENDAL REGISTER PERKARA
NO. 232/PID.B/2010/PN.KdlTENTANG PERLUASAN MAKNA PERBUATAN PIDANA
BERUPA PENCEMARAN NAMA BAIK DIHUBUNGKAN DENGAN UU NO.11 TAHUN
2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK ”

B. Kasus Posisi
Bahwa Terdakwa Drs. PRABOWO, MM Bin TJASAN PRAMONO SAPUTRO pada
har i Rabu t angga l 13 Januar i 2010 sek i r a j am 01. 25 Wib ser t a j am 01. 36 Wib set i dak -
t i daknya pada wakt u- wakt u te r t en t u yang masi h dal am t ahun 2010 ber t empat di rumah
Saksi NUR DEWI ALFIYANA SH.Mkn Bi nt i ADADI masuk Dukuh Tel ogo l ayang Rt . 03
Rw. 05 Desa Tegore j o Kecamatan Pegandon Kabupat en Kendal , at au setidak-tidaknya di suat
u t empat yang masih termasuk dal am daerah hukum Pengadi l an Neger i Kendal , dengan
sengaja dan tanpa hak tel ah mendist r i bus i kan dan / atau mentransmisi kan dan/atau
membuat dapat di aksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen el ekt r oni k yang
memilk i muatan penghinaan dan / atau pencemaran nama bai k , yakni pada awal nya ant ar a
Terdakwa Drs. PRABOWO, MM Bi n TJASAN PRAMONO SAPUTRO dan Saksi NUR DEWI
ALFIYANA SH.Mkn Bi nt i ADADI berkena l an sej ak bul an Okot ober 2007 dan ber t eman
sel ama 2,5 (dua setengah) tahun kemudian karena kesi bukan masing-masing antara Terdakwa
dan Saksi NUR DEWI ALFIYANA memutuskan unt uk t i dak berhubungan l ag i sampai
dengan sekar ang, sel an j u t nya pada hari Jumat tanggal 01 Januari 2010 sekira pukul 01.57
Wib karena sudah lama Saksi NUR DEWI ALFIYANA tidak mendapat kabar dari Terdakwa,
Saksi NUR DEWI ALFIYANA mencoba mengirimkan pesan singkat yang isi nya ucapan
selamat tahun baru ke nomor hand phone 087837909696 milik Terdakwa namun ol eh Terdakwa
pesan si ngkat tersebut tidak dibalas , kemudi an keesok hari nya Saksi NUR DEWI ALFIYANA
mengirim pesan singkat lagi yang isinya menanyakan kapan Terdakwa akan menikah ke nomor

5
hand phone 087837909696 milik Terdakwa namun oleh Terdakwa pesan singkat tesebut tidak di
blas , lalu pada hari kamis tanggal 07 Januar i 2010 sekitar pukul 19.00 Wib Saksi NUR DEWI
ALFIYANA kembali mengir im pesan singkat kepada

Terdakwa namun oleh Terdakwa tetap tidak dibalas , kemudian pada Rabu tanggal
13 Januari 2010 sekira jam 01. 25 Wib Terdakwa dengan menggunakan nomor handphone
087837909696 mengirim pesan singkat ke nomor 081901359696 milik Saksi NUR DEWI
ALFIYANA yang berbuny i “ j angan ngaco dan ganggu orang bangsat l ont e sekal i l
ont e ya tet ap l ont e l ah, betapa rendah martabatmu ha…. . kaci an deh” setelah
menerima pesan singkat tersebut untuk mematiskan siapa pengirimnya Saksi NUR DEWI
ALFIYANA melakukan hubungan telephon kepada Terdakwa ke nomor 087837909696 dan
diangkat oleh seorang laki-l ak i kemudi an oleh Saksi NUR DEWI ALFIYANA hubungan
telephon tersebut langsung di tutup , tidak lama kemudian sekira pukul 18. 41 Wib
Terdakwa dengan menggunakan nomor hand phone 087837909696 kembali mengirim
pesan si ngkat ke nomor 081901359696 yang berbunyi ”Ya lagi 2 diganggu bangsat
lonte , dg sikapmu yg sprit itu pasti km akan SELALU DIRENDAHKAN ORG jadi nya
km tidak akan l aku gi u nasehat sy te…….Lonte. ” atas perbuatan Terdakwa t er sebu t
mengakibat kan perasaan malu dan sakit hati pada diri Saksi NUR DEWI ALFIYANA,
selain itu Saksi NUR DEWI ALAVIYAH merasa nama baiknya di serang atau di rusak
oeh Terdakwa. Perbuatan Terdakwa di at ur dan di ancam pidana menurut Pasal 27
ayat (3) j uncto Pasal 45 ayat (1) UU RI No.11 Tahun 2008 Tentang Inf ormasi dan
TranSaksi el ektronik.

6
BAB II

MASALAH HUKUM DAN TINJAUAN TEORITIK

A. Masalah Hukum
1.Bagaimanakah amar putusan MA yang menyatakan bahwa Prabowo telah melanggar ketentuan
pasal 27 ayat (3) jopasal 45 ayat (1) UU ITE telah memenuhi unsure pasal tersebut?

2.Apakah hakim telah mengkualifikasi perluasan makna dari pencemaran nama baik?

B. Tinjauan Teoritik

1. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik


a. Pengertian tentang tindak pidana

Istilah tindak pidana adalah berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana
Belanda yaitu “Strafbaar feit”. Istilah ini terdapat dalam Wetboek van Strafrecht Belanda, tetapi
tidak ada penjelasan resmi mengenai apa yang dimaksud dengan “Strafbaar feit”. Oleh karena
itu, para ahli hukum berusaha untuk memberikan arti dan isi dari istilah itu.1

Menurut Simons dalam bukunya Moeljatno, “Strafbaar feit adalah kelakuan (handeling)
yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukumyang berhubungan dengan kesalahan
dan dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab”. 2 Sedangkan Van Hamel dalam
bukunya Moeljatno berpendapat “Strafbaar feit adalah kelakuan orang (menselijke gedraging)
yang dirumuskan dalam wet yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana (strafwaarding)
dan dilakukan dengan kesalahan” .3

Hazewinkel-Suringa dalam bukunya Lamintang mengartikan: Strafbaar feit sebagai


“suatu perilaku manusia yang pada suatu saat tertentu telah ditolak dalam sesuatu pergaulan

1
Adami Chazawi, Pelajaran hukum Pidana Bagian 2; Penafsiran Hukum Pidana, Dasar Peniadaan, Pemberatan &
Peringanan, Kejahatan Aduan, Perbarengan & Ajaran Kausalitas, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011,
hlm. 46.
2
Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Kehormatan, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm.47-48
3
Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana, Rangkang Education Yogyakarta & PuKAP-Indonesia, Yogyakarta, 2012, hlm.
18-19.

7
hidup tertentu dan dianggap sebagai perilaku yang harus ditiadakan oleh hukum pidana dengan
menggunakan sarana-sarana yang bersifat memaksa yang terdapat di dalamnya”. Pompe dalam
bukunya Lamintang menyebutkan bahwa: Strafbaar feit secara teoritis dapat dirumuskan sebagai
suatu pelanggaran norma (gangguan terhadap tata tertib hukum) yang dengan sengaja maupun
tidak sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku
tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum.
Dari pengertian tindak pidana di atas, Lamintang menjabarkan dua unsur, yaitu unsur-unsur
subyektif dan unsur-unsur obyektif.

Unsur-unsur subyektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku, dan termasuk
kedalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Yang termasuk unsur-unsur
subyektif antara lain: 4

1) kesengajaan atau ketidak sengajaan (dolus atau culpa);


2) maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging;
3) macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya di dalam kejahatan-
kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain-lain;
4) merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad seperti misalnya yang terdapat di
dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP; perasaan takut atau vress
seperti antara lain yang terdapat di dalam rumusan tindak pidana menurut Pasal 308
KUHP; Sedangkan yang dimaksud dengan unsur-unsur obyektif adalahunsur-unsur
yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu didalam keadaan-keadaan mana
tindakan-tindakan dari si pelaku itu harusdilakukan. Yang termasuk unsur-unsur obyektif
antara lain:
1) sifat melanggar hukum atau wederrechtelijkheid;
2) kualitas dari si pelaku;
3) kausalitas, yaitu hubungan antara pelaku dengan tindakan sebagai penyebab dengan
sesuatu kenyataan sebagai akibat.

b. Jenis-jenis Tindak Pidana

4
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1; Stelsel Pidana, Teori-teori Pemidanaan & Batas Berlakunya
Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm.81.

8
1) Tindak pidana dapat dibedakan atas dasar-dasar tertentu, antara lain. Menurut sistem
KUHP, dibedakan antara kejahatan dan pelanggaran.Dasar pembedaan antara kejahatan
dan pelanggaran adalah bahwa jenis pelanggaran itu lebih ringan daripada kejahatan. Hal
ini dapatdiketahui dari ancaman pidana pada pelanggaran tidak ada yangdiancam dengan
pidana penjara, tetapi berupa pidana kurungan dan denda. Sedangkan kejahatan lebih
didominir dengan ancaman pidanapenjara.
2) Menurut cara merumuskannya, dibedakan antara tindak pidana formildan tindak pidana
materiil. Tindak pidana formil adalah tindak pidana yang dirumuskansedemikian rupa,
sehingga memberikan arti bahwa inti larangan yangdirumuskan itu adalah melakukan
suatu perbuatan tertentu. Perumusantindak pidana formil tidak memperhatikan dan atau
tidak memerlukan timbulnya suatu akibat tertentu dari perbuatan sebagai
syaratpenyelesaian tindak pidana, melainkan semata-mata padaperbuatannya. Sebaliknya,
pada rumusan tindak pidana materiil, inti larangan adalah pada menimbulkan akibat yang
dilarang itulah yangdipertanggungjawabkan dan dipidana. Menurut bentuk kesalahannya,
dibedakan antara tindak pidana sengaja(doleus delicten) dan tindak pidana kealpaan
(culpose delicten). Tindak pidana sengaja yaitu tindak pidana yang dalam
rumusannyadilakukan dengan kesengajaan atau mengandung unsur kesengajaan.
Sedangkan tindak pidana kealpaan adalah tindak pidana yang dalamrumusannya
mengandung unsur culpa.
3) Menurut bentuk kesalahannya, dibedakan antara tindak pidana sengaja (doleus delicten)
dan tindak pidana kealpaan (culpose delicten). Tindak pidana sengaja yaitu tindak
pidana yang dalam rumusannya dilakukan dengan kesengajaan atau mengandung unsur
kesengajaan. Sedangkan tindak pidana kealpaan adalah tindak pidana yang dalam
rumusannya mengandung unsur culpa.

c. Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik

Sampai kini belum ada definisi hukum di Indonesia yang tepattentang apa yang disebut
pencemaran nama baik. Menurut frase (bahasaInggris), pencemaran nama baik diartikan sebagai
defamation, slander,libel yang dalam bahasa Indonesia (Indonesian translation)
diterjemahkanmenjadi pencemaran nama baik, fitnah (lisan), fitnah (tertulis). Slanderadalah oral
defamation (fitnah secara lisan) sedangkan Libel adalahwritten defamation (fitnah secara

9
tertulis).Dalam bahasa Indonesia belumada istilah untuk membedakan antara slander dan libel R.
Soesilo menerangkan apa yang dimaksud dengan “menghina”,yaitu “menyerang kehormatan dan
nama baik seseorang”. Yang diserangbiasanya merasa “malu”. “Kehormatan” yang diserang
disini hanyamengenai kehormatan tentang “nama baik”, bukan “kehormatan” dalamlapangan
seksuil. Menurut R. Soesilo, penghinaan dalam KUHP ada 6macam yaitu :5

1) Menista secara lisan (“smaad”);


2) Menista dengan surat/tertulis (”smaadschrift”);
3) Memfitnah (”laster”);
4) Fitnah dengan perbuatan (”lasterlijke verdachtmaking”).

Ketentuan-ketentuan tentang penghinaan yang terdapat dalam BabXVI, Buku II KUHP


masih relevan. Penghinaan atau defamation secaraharfiah diartikan sebagai sebuah tindakan yang
merugikan nama baik dankehormatan seseorang.

Di Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)dominan merupakan


duplikasi Wetboek van Strafrecht voor NedherlandIndie yang pada dasarnya sama dengan KUHP
Belanda (W.v.S). KUHPBelanda yang diberlakukan sejak 1 September 1886 itu pun
merupakankitab undang-undang yang cenderung meniru pandangan Code PenalPrancisyang
dapat dikatakan terdapat sebuah jembatan sejarah antaraketentuan tentang penghinaan yang
diatur dalam KUHP Indonesia denganperkembangan historis awal tentang libelli famosi di masa
Romawi Kuno.

Dalam KUHP pencemaran nama baik diistilahkan sebagaipenghinaan/ penistaan terhadap


seseorang, terdapat dalam Bab XVI, BukuII KUHP khususnya pada Pasal 310 ayat (1) dan (2),
Pasal 311 ayat (1)dan Pasal 318 ayat (1) KUHP yang menyebutkan :Pasal 310 KUHP

(1) Barangsiapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baikseseorang, dengan


menuduh sesuatu hal, yang maksudnya terangsupaya diketahui oleh umum, diancam,
karena pencemaran, denganpidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling
banyaktiga ratus rupiah

5
Sidharta Lani, Internet Informasi Bebas Hambatan1, Elexmedia Komputindo-Jakarta 1996.

10
(2) Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan,dipertunjukkan
atau ditempelkan di muka umum, maka yang bersalah,karena pencemaran tertulis,
diancam pidana penjara paling lama satutahun empat bulan atau denda paling banyak tiga
ratus rupiah.

2. Tinjauan Tentang Internet


a. Pengertian Internet

Pada intinya internet merupakan jaringan komputer yangterhubung satu sama lain melalui
media komunikasi, seperti kabel telepon,serat optik, satelit ataupun gelombang frekuensi.
Jaringan komputer inidapat berukuran kecil seperti Local Area Network (LAN) yang
biasadipakai secara interen di kantor-kantor, bank atau perusahaan atau bisadisebut dengan
intranet, dapat juga berukuran super besar seperti internet.6

Hal yang membedakan antara jaringan kecil dan jaringan super besar adalah terletak pada
ada atau tidaknya Transmission Control Protocol/ Internet Protocol.

3. Tinjauan Tentang UU No. 11/ 2008


Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik terdiri
dari XIII bab dan 54 Pasal.

a) Ketentuan Umum

Terdapat dalam Pasal 1

1) Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik,termasuk tetapi tidak
terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta,rancangan, foto, elektronik data interchange
(EDI), surat elektronik,telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka,
kodeakses, simbol atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti ataudapat dipahami
oleh orang yang mampu memahaminya.
2) Transaksi Elektronik adalah permuatan hukum yang dilakukandengan menggunakan
komputer, jaringan komputer, dan/atau mediaelektronik lainnya.

6
AsriSitompul, Hukum Internet, PT. Citra Aditya Bakti-Bandung 2001

11
3) Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat,dikirimkan,
diteruskan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog,digital, elektromagnetik, optikal,
atau sejenisnya yang dapat dilihat,ditampilkan, dan/atau didengar melalui komputer atau
sistemelektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar,peta,
rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kodeakses, simbol atau perforasi
yang telah diolah yang memilikiarti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya.
4) Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi
mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan,
mengumumkam, mengirimkan, dan / atau menyebarkan Informasi Elektronik.
b) b. Asas dan Tujuan
1) Asas

Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasidan Transaksi Elektronik,


terdapat dalam Bab II Pasal 3, yang terdiridari :7

a) Asas Kepastian Hukum

Berarti landasan hukum bagi pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik
serta segala sesuatu yang mendukungpenyelenggaraannya yang mendapat pengakuan hukum di
dalammaupun di luar pengadilan.

b) Asas Manfaat

Berarti asas dari pemanfaatan Teknologi Informasi dan TransaksiElektronik diupayakan


untuk mendukung proses berinformasisehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia.

c) Asas Kehati-hatian

Berarti landasan bagi pihak yang bersangkutan harus memperhatikan segenap aspek
yang berpotensi mendatangkankerugian, baik bagi dirinya maupun pihak lain dal
pemanfaatanTeknologi Informasi dan Transaksi Elektronik.

7
Siswanto Sunarsono, Hukum Informasi dan Transaksi Elektronik, Rineka Cipta, Jakarta 2009. Hal. 98.

12
d) Asas Itikad Baik

Berarti asas yang digunakan para pihak dalam melakukanTeknologi Informasi dan
Transaksi Elektronik tidak bertujuanuntuk secara sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukummengakibatkan kerugian pihak lain tanpa sepengetahuan pihaklain tersebut.

c) Asas Kebebasan Memilih Teknologi atau Netrak Teknologi

Berarti asas pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik tidak terfokus
pada penggunaan teknologi tertentusehingga dapat mengikuti perkembangan pada masa yang
akandatang.

d) Pengaturan Pencemaran Nama Baik

Pengaturan pencemaran nama baik di dalam UU ITE mempunyai keistimewaan apabila


dibandingkan dengan pengaturan yang terdapatdalam KUHP. Di dalam UU ITE setiap perbuatan
yang melanggar hukumsanksinya tidak langsung terdapat dalam pasal yang sama
melainkanterdapat dalam pasal yang berlainan, hal ini tentu berbeda dengan KUHPdi mana
setiap perbuatan yang melanggar hukum pasti sanksinya melekatdalam pasal yang sama.8

Pengaturan pencemaran nama baik dalam UU No.11 Tahun 2008terdapat dalam Bab VII
tentang perbuatan yang dilarang yaitu Pasal 27ayat (3), Pasal 28 ayat (1) dan Pasal 36. Pasal 27
ayat (3) berbunyi ” Setiap Orang dengan sengaja dan tanpahak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapatdiaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yangmemiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”.

Unsur-unsur dari pasal tersebut yaitu :9

1) Setiap orang;
2) Dengan sengaja dan tanpa hak;
3) Mendistribusikan, dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik;

8
Sofyan Lubis, M. Mengenal Hak Konsumen dan Pasien. Pustaka Yustisia. Yogyakarta. 2009. Hal. 37-43.
9
Anny Isfandyarie. Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Dokter Buku I. Prestasi Pustaka. Jakarta. 2006. Hal. 27-30.

13
4) Memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik seseorang atau badan
hukum.

Pengertian seitap orang di sini, ditafsirkan sebagai individu sebagaisubjek hukum.


Pengertian dengan sengaja dan tanpa hak dapat ditafsirkan sebagai perbuatan yang bertentangan
dengan undang-undang dan tindakanyang melalaikan yang diancam hukuman. Adapun perbuatan
yangdianggap mengandung sifat ketidakadilan dan berdasarkan sifatnya, yangpatut dilarang dan
diancam dengan hukuman oleh undang-undang adalahmendistribusikan, dan/atau membuat dapat
diakses informasi elektronik,dan/atau dokumen elektronik, yang dapat mengganggu sifat
ketidakadilantersebut.

Perbuatan di atas dapat mengandung unsur delik penuh bilamanadelik yang timbul
merupakan delik yang dianggap sepenuhnya terlaksanadengan dilakukannya suatu perbuatan
yang dilarang. Dengan demikiandelik ini termasuk delik formil atau delik dengan perumusan
formil yaitu pencemaran nama baik. Dalam pasal ini tidak perlu dibuktikan akibat dari
pencemaran nama baik, yang penting bahwa secara formil, informasielektronik dan dokumen
elektronik telah mengandung unsur-unsur yangdilarang oleh undang-undang. Sedangkan sanksi
pidananya terdapat dalam Bab XI tentangketentuan pidana dalam Pasal 45 ayat (1) yang
berbunyi ”Setiap orangyang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat
(1),ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara palinglama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000 ,00(satu miliar rupiah).

Pasal 28 ayat (1) berbunyi ”Setiap Orang dengan sengaja dan tanpahak menyebarkan
berita bohong dan menyesatkan yang menyebabkankerugian konsumen dalam transaksi
elektronik”.

Unsur-unsur dari pasal tersebut yaitu :10

1) Setiap orang;
2) Sengaja dan tanpa hak;
3) Menyebarkan berita bohong dan menyesatkan;
4) Mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.

10
Anny Isfandyarie. Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Dokter Buku I. Prestasi Pustaka. Jakarta. 2006. Hal. 27-30.

14
Pengertian seitap orang di sini, ditafsirkan sebagai individu sebagaisubjek hukum.
Pengertian dengan sengaja dan tanpa hak dapat ditafsirkansebagai perbuatan yang bertentangan
dengan undang-undang dan tindakanyang melalaikan yang diancam hukuman. Pengertian berita
bohong danmenyesatkan dapat kita tafsirkan dengan kata membujuk sebagai alatmelakukan
penipuan (Pasal 378 KUHP), yaitu karangan perkataan bohongdi mana satu kata bohong tidak
cukup.11

Di sini harus dipakai banyak kata-kata bohong yang tersusunsedemikian rupa, sehingga
kebohongan yang satu dapat ditutup dengan kebohongan yang lain, sehingga keseluruhannya
merupakan cerita sesuatuyang patut dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-
undangadalah mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik. Sedangkan sanksi
pidananya terdapat dalam Bab XI tentangketentuan pidana dalam Pasal 45 ayat (2) yang
berbunyi ”Setiap Orangyang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
(1)atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahundan/atau denda
paling banyak Rp 1.000.000.000 ,00 (satu miliar rupiah).yang seakan-akan benar, akan tetapi
menyesatkan. Adapun perbuatanyang dianggap mengandung sifat ketidakadilan dan berdasarkan
sifatnya.

11
Anny Isfandyarie. Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Dokter Buku I. Prestasi Pustaka. Jakarta. 2006. Hal. 27-30.

15
BAB III

RINGKASAN PUTUSAN

A. Nomor Putusan
Nomor Putusan Mahkamah Agung yang diteliti dalam studi kasus ini adalah Nomor :
232/PID.B/2010/PN.Kdl tertanggal 20 desember 2010.

B. Kepala Putusan
Kepala Putusan Mahkamah Agung Nomor : 232/PID.B/2010/PN.Kdl adalah ‘Demi
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa’ sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan:

“Peradilan Dilakukan Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

C. Identitas Pihak
a) Terdakwa : Drs. PRABOWO, MM Bin TJASAN PRAMONO SAPUTRO

D. Ringkasan Pertimbangan Hakim


Menimbang, bahwa ber tolak dari ide dasar Pasal penghinaan dar i KUHP, adal ah
harus berintikan kesengaj aan , dan selanjut nya sampai pada akhirnya Penasihat hukum
Terdakwa menyat akan bahwa Jaksa Penuntut Umum tidak bi sa membukt ikan adanya
kehendak dan t ujuan Terdakwa melakukan penghinaan terhadap Saksi Nur Dewi
Alfiyanah , akan tet ap dar i fak ta yang t erungkap di pers idangan, ket e rangan para
Saksi dan pendapat ahli , bahwa buny i pesan si ngkat yang mengandung muatan penghi
naan adal ah juga merupakan informasi elek tron i k dan tel ah memenuhi rumusan inti ,
bahwa korban telah merasa di hina dengan pesan si ngkat yang “ditujukan ” kepadanya,
terl eb i h dalam bagian keterangangan Terdakwa, secar a moral , Terdakwa menyat akan
menyesal t er hadap bunyi pesan singkat yang dik irimkan kepada No HP yang di duga kuat
adalah nomor Saksi Nur Dewi Al f i y anah , sehi ngga not a pembel aan dar i Penasi ha t
Hukum Terdakwa patut unt uk di kesampi ngkan;

Menimbang, bahwa sel anjutnya , sel ama pemer i ksaan di pers i dangan Maj el is
Hakim tidak menemukan hal - hal yang dapat melepaskan Terdakwa dar i per t anggungan

16
jawab pidana sebagai dimaksud dalam Pasal 44 s/d 51 KUHP, sehi ngga Terdakwa dapat
mempertanggungj awabkan atas kesal ahannya dan berdasar kan Pasal 193 ayat (1) KUHAP
Terdakwa harus di jatuhi pidana;

Menimbang, bahwa sepanj ang pemer i ksaan dalam pers i dangan, Terdakwa sama
sekal i tidak menunj ukkan si kap dan perasaan ber sa l ah terhadap Saksi Nur Dewi
Alfiyanah , sehingga mengenai hal ini menj ad i kan per timbangan bagi Majel is Hakim
unt uk menj at uhkan putusan terhadapnya;

Menimbang, bahwa mengenai barang bukt i dal am perkar a ini , statusnya akan di
sebut kan adal am amar putusan nant i ;

Menimbang, bahwa ol eh karena Terdakwa di nya t akan bersa l ah dan akan di j a t


uh i pi dana, maka berdasar kan Pasal 222 ayat (1) KUHAP Terdakwa akan di bebani pula
untuk membayar biaya perkar a ini ;

Menimbang, bahwa berdasar kan hal - hal di a t as pi dana yang akan di sebut kan dal
am bagi an amar putusan ini dianggap telah adil dan bi j aksana sesuai dengan rasa keadi l
an ;

Mengi ngat dan memperhat i k an ket en t uan Pasal 27 ayat (3) Jo. Pasal 45 ayat (1)
Undang- undang No. 11 t ahun 2008 t ent ang I n f o rmas i dan TranSaks i El ek t r on i k
dan Pasal - Pasal dal am Undang- undang No. 8 t ahun 1981 t en t ang KUHAP ser t a
Undang-undang No. 39 t ahun 1999 t en t ang Hak Asasi Manusi a dan perat u r an hukum
l a i n yang ber sangkut an dengan perkar a ini .

17
BAB IV

ANALISIS KASUS

A. Amar Putusan MA Yang Menyatakan Bahwa Prabowo Telah Melanggar


Ketentuan Pasal 27 Ayat (3) Jopasal 45 Ayat (1) UU ITE Telah Memenuhi
Unsur Pasal Tersebut

Ukuran suatu perbuatan dapat dikategorikan sebagai pencemaran nama baik orang lain
masih belum jelas karena banyak faktor yang harus dikaji. Dalam hal pencemaran nama baik
atau penghinaan yang hendak dilindungi adalah kewajiban setiap orang untuk menghormati
orang lain dari sudut kehormatannya dan nama baiknya dimata orang lain. Sehingga untuk
mejatuhkan pidana terhadap seseorang yang diduga melakukan tindak pidana haruslah
memenuhi syarat-syarat atau ketentuan pemidanaan sebagaimana yang diatur dalam Undang-
Undang dalam hal ini hukum pidana.12

Hakim dalam memeriksa perkara pidana berusaha mencari kebenaran materil


berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan, serta berpegang teguh dengan apa
yang didakwakan oleh Penuntut Umum. Bila dalam surat dakwaan terdapat kekeliruan seperti 54
pada surat dakwaan yang penulis teliti, maka sulit bagi hakim untuk mempertimbangkan atau
menjatuhkan putusan. Pada dakwaan Penuntut Umum yang bersifat alternatif menurut penulis
sudah benar melihat tindak pidana pencemaran nama baik tersebut ada yang bersifat
mengecualikan satu sama lain yang dapat menimbulkan ketidakyakinan

Penuntut Umum untuk memberikan dakwaan, namun substansi dari dakwaan alternatif
tersebut tidaklah tepat sasaran. Melihat unsur pada dakwaan alternatif kedua bukan tindak pidana
yang dimaksud dalam kasus ini yaitu Pasal 310 ayat (1) tentang menista melalui lisan. Melihat
bukti dan keterangan saksi-saksi bahwa terdakwa melakukan penghinaan melalui surat maka
seharusnya dakwaan alternatifnya adalah Pasal 310 ayat (2) menista dengan surat. Walaupun
dakwaan kedua ini tidak terbukti namun perlu di perhatikan karena menjadi penting apabila

12
Anny Isfandyarie. Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Dokter Buku I. Prestasi Pustaka. Jakarta. 2006. Hal. 27-30.

18
dakwaan pertama dalam dakwaan alternatif ini gugur atau tidak terbukti. Berdasarkan posisi
kasus sebagaimana telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dakwaan penuntut
umum, tuntutan penuntut umum, dan pertimbangan hukum pengadilan dalam amar putusannya
telah memenuhi unsur dan syarat dipidananya seorang terdakwa, hal ini didasarkan pada
pemeriksaan dalam persidangan, dimana keterangan saksi-saksi dan barang bukti yang saling
bersesuaian satu sama lain yang diajukan oleh penuntut umum ditambah dengan keterangan
terdakwa yang membenarkan dan mengakui secara jujur perbuatan yang telah dilakukannya.

Oleh karena itu, Majelis Hakim 55 Pengadilan Negeri Makassar menyatakan dalam amar
putusannya bahwa terdakwa telah terbukti secara sah melakukan tindak pidana pencemaran
nama baik yang menyebabkan orang lain merasa diserang kehormatan dan nama baiknya namun
tidak mampu membuktikan tuduhannya sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 311 ayat (1)
KUHP dan menghukum terdakwa dengan pidana penjara 5 (lima) bulan dengan masa percobaan
selama 10 (sepuluh) bulan. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu Hakim yang
memutus Perkara ini yang kebetulan pada saat itu sebagai Hakim Ketua yang memutus perkara
tersebut menjelaskan bahwa terdakwa diberikan pidana bersyarat dikarenakan status terdakwa
yang sebagai tenaga pengajar yang juga sangat dibutuhkan oleh mahasiswanya melihat tenaga
pengajar di Makassar masih terhitung sedikit dan pidana bersyarat ini juga cukup memberikan
efek jera bagi terdakwa (Mahyuti, wawancara, 20 November 2013).

Tindak pidana pencemaran nama baik ini didorong oleh beberapa faktor yang
menyebabkan seseorang mencemarkan nama baik orang lain seperti yang dikatakan bapak
Mahyuti (20 November 2013) saat wawancara di Pengadilan Negeri Makassar mengatakan
bahwa terkadang terdakwa melakukan tindak pidana didorong oleh tindakan atau prilaku korban
itu sendiri yang memancing terdakwa untuk melakukan hal yang melawan hukum. Seperti pada
kasus ini, pada pembelaan terdakwa mengatakan bahwa surat ini dibuat oleh terdakwa untuk
membalas surat yang telah lebih dulu dikirim oleh korban yang juga menurut terdakwa 56
menyinggung perasaannya.

Kata-kata yang membuat korban dicemari nama baiknya tersebut menurut terdakwa
menunjuk pada sifat korban yang terlebih dahulu memfitnah terdakwa. Walaupun menurut
Hakim tindakan terdakwa tidaklah benar, seharusnya terdakwa cukup melaporkan tindakan
korban apabila benar korban telah memfitnah bukan malah balas memfitnah. Dari hasil

19
wawancara tersebut penulis berpendapat bahwa nilainilai moral dalam masyarakat telah terkikis
oleh perkembangan zaman. Dalam kasus tersebut melihat latar belakang permasalahannya terjadi
dikarenakan korban yang terlebih dahulu mengirim surat yang berisi katakata yang menurut
terdakwa adalah fitnah, maka menurut penulis terdakwa tidak sepenuhnya bersalah dengan
memulai dan sengaja mencemarkan nama baik korban karena dalam kasus ini terdakwa hanya
membela martabat dan kehormatannya dengan mengirim balasan surat yang telah lebih dahulu
dikirimkan oleh korban.

Hal ini juga dijelaskan pada Pasal 310 ayat (3) KUHP “tidak merupakan pencemaran atau
pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa
untuk membela diri”, hal ini menurut penulis jelas bahwa korbanlah yang membuat terdakwa
terpancing untuk melakukan tindak pidana pencemaran nama baik tersebut dan terdakwa hanya
membalas surat tersebut walaupun tindakan terdakwa juga tidak boleh dibenarkan. Karena
perbuatan terdakwa dapat membuat harga diri seseorang menjadi rusak dan membuat korban
malu karena telah di fitnah 57 dengan kata-kata yang tidak sepantasnya diucapkan oleh seorang
pengajar. Melihat terdakwa yang berstatus Pengajar pada tingkat universitas seharusnya lebih
menjaga tutur kata, tingkah laku dan perbuatannya. Seorang pengajar dituntut untuk memberikan
contoh yang baik bagi mahasiswanya agar bisa jadi panutan, namun pada kenyataannya terdakwa
tidak dapat mengontrol prilaku dan perkataannya sehingga terdakwa mengirimkan surat sebagai
balasan dari surat yang telah lebih dahulu dikirimkan oleh korban. Hal ini tidak akan terjadi
apabila nilai-nilai kemanusiaan dan nilainilai adat istiadat kita tetap dijaga kelestariannya dan di
patuhi. Banyak hal yang harus dijaga termasuk privasi orang lain yang tidak boleh diganggu.
Karena hal itu adalah hak asasi setiap manusia. Jika hal tersebut dapat diterapkan khususnya
terhadap kehidupan sehari-hari maka dengan demikian kesadaran akan adanya hukum atau
aturan itu akan terwujud dengan apa yang kita harapkan karena sikap yang saling menghormati.

20
B. Hakim Telah Mengkualifikasi Perluasan Makna Dari Pencemaran
Nama Baik
Dengan memperhatikan unsur-unsur yang terdapat dalam rumusan Pasal 311 ayat (1)
KUHP yaitu karena perbuatannya mengakibatkan nama orang lain tercemar dan harga dirinya
rusak. Bahwa dalam mempertimbangkan hukumannya majelis hakim mempertimbangkan
apakah terdakwa melakukan tindak pidana atau tidak, dengan menganalisa unsur-unsur yang
termuat dalam ketentuan dalam Pasal 311 61 ayat (1) KUHP berdasarkan teori hukum dan
doktrin lalu menghubungkan dengan perbuatan terdakwa dan peristiwa tersebut.

Didalam pembuktian unsur-unsur yang terdapat dalam dakwaan yang didukung dengan
terpenuhinya syarat mutlak dari pembuktian yaitu unus testis nullum testis yakni adanya minimal
dua alat bukti maka terhadap unsur-unsur yang dimaksudkan didalam dakwaan telah terpenuhi
sepenuhnya, dimana untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum telah mengajukan alat
bukti berupa keterangan saksi, alat bukti petunjuk dan keterangan terdakwa yang saling berkaitan
satu sama lain. Mengenai dasar pembuktian tindak pidana pencemaran nama baik yang
dilakukan oleh terdakwa berdasarkan Pasal 311 ayat (1) KUHP, yang pada rumusan deliknya
harus memenuhi unsur barang siapa, dengan sengaja menyerang kehormatan atau nama baik
seseorang dengan menuduh sesuatu hal dilakukan dengan tulisan dan tuduhan tersebut adalah
tidak benar, dengan maksud agar tuduhan tersebut diketahui orang banyak. Pada rumusan delik
karena terdakwa tidak mampu membuktikan tuduhannya dan dengan tuduhan itu telah diketahui
oleh orang banyak atau diketahui oleh umum maka Majelis Hakim berdasarkan pada keterangan
para saksi dan pengakuan terdakwa, bahwa terdakwa melakukan tindak pidana pencemaran nama
baik dengan memfitnah. Akan tetapi terdakwa melakukan pembelaan dengan mengatakan bahwa
hal tersebut dilakukan atas dasar pembelaan diri dimana korban telah memfitnah terdakwa lebih
dahulu namun Majelis Hakim tidak menerima pembelaan terdakwa dan berpendapat lain bahwa
62 apabila terdakwa memang merasa difitnah atau dicemarkan nama baiknya seharusnya cukup
dengan melaporkan korban ke polisi, bukan malah balik memfitnah korban.

Setelah Majelis Hakim berkeyakinan bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana
pencemaran nama baik yang menyebabkan orang lain terserang nama baiknya maka Majelis
Hakim juga harus mempertimbangkan apakah terhadap diri terdakwa ada alasan yang dapat
menjadi dasar untuk menghapuskan pidana baik alasaan pemaaf ataupun alasan pembenar.

21
Adapun pertimbangan hukum oleh hakim dalam memutus perkara tentang pencemaran nama
baik sesuai wawancara penulis terhadap hakim yang memutus perkara tersebut, Mahyuti (20
November 2013) mengatakan bahwa dalam memutus suatu perkara sebaiknya dipertimbangkan
bagaimana suasana pada saat kejadian apakah korban berperan sehingga tindak pidana
pencemaran nama baik tersebut terjadi, bagaimana tingkat akibat yang ditimbulkan dari tindak
pidana yang dilakukan serta bagaimana status terdakwa apakah dengan ditahannya terdakwa
banyak yang dirugikan ataukah banyak yang terbengkalai terkhusus untuk kepentingan umum.
Hal ini dapat menjadi pertimbangan oleh hakim dalam memutus suatu perkara untuk
meringankan pidana yang akan dijalani oleh terdakwa dengan memberikan pidana bersyarat bagi
terdakwa dengan masa percobaan 10 (sepuluh) bulan. 63 Karena terhadap terdakwa harus
dinyatakan dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya, untuk itu maka Majelis Hakim dalam
menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa terlebih dahulu juga mempertimbangkan mengenai
hal-hal yang memberatkan serta hal-hal yang meringankan bagi diri terdakwa serta alasan-alasan
yang sekiranya dapat membebaskan terdakwa dari tahanan. Setelah memeriksa segala fakta-fakta
yang terungkap dipersidangan, Majelis Hakim bermusyawarah maka diambillah putusan yang
menyatakan bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana
yang karena perbuatannya mengakibatkan korban malu dan terserang kehormatan nama baiknya
sebagaimana dalam amar putusan Pengadilan Negeri Makassar atas Perkara Nomor :
232/PID.B/2010/PN.

22
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :

Kesimpulan

1. Perbuatan terdakwa telah terbukti secara sah memenuhi unsurunsur tindak pidana
pencemaran nama baik sesuai dengan Pasal 311 ayat (1) KUHP, sehingga terdakwa dapat
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
2. Dasar pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara tindak pidana pencemaran
nama baik adalah sebagai berikut :
a) Adanya fakta yang terbukti dalam unsur-unsur Pasal 311 ayat (1) KUHP dalam hal
ini tindak pidana pencemaran nama baik.
b) Adanya pembuktian berdasarkan alat-alat bukti yang sah sebagaimana diatur dalam
Pasal 184 KUHAP yang terbukti di persidangan.
c) Hal-hal yang meringankan dan memberatkan terdakwa.
d) Fitnah dengan perbuatan (lasterlijke verdachtmaking) Pasal 318 KUHP
e) Penistaan terhadap orang yang sudah meninggal. Pasal 320 ayat (1) dan 321 ayat (1)
KUHP;
f) Mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yangmemiliki muatan
penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. Pasal 27ayat (3) UU No. 11 Tahun 2008
tentang ITE
g) Menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang menyebabkankerugian konsumen
dalam Transaksi elektronik. Pasal 28 ayat (1) UUNo. 11 Tahun 2008 tentang ITE
h) Melawan hukum melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalamPasal 27 sampai
dengan Pasal 34 UU No. 11 Tahun 2008 Tentang ITE yang mengakibatkan kerugian
bagi orang lain. Pasal 36 UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE Sedangkan bentuk

23
tindak pidana pencemaran nama baik yang diatur dalamUU No. 11 Tahun 2008
Tentang ITE, sanksi pidananya terdapat dalam BabXI tentang ketentuan pidana,
dalam Pasal 51 ayat (2), Pasal 52 ayat (3) danPasal 52 ayat (4).

B. Saran

Untuk menghindari adanya korban akibat pencemaran nama baik dalam kehidupan
bermasyarakat sebaiknya :

1. Dalam bersosialisasi juga memperhatikan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat,


melihat adat pada masing-masing daerah berbeda maka kita harus saling
menghormati satu sama lain. 65
2. Dalam memberikan dakwaan seharusnya Jaksa Penuntut Umum lebih teliti melihat
suatu perkara karena pada kenyataannya masih banyak tuntutan yang tidak tepat
sasaran yang mengakibatkan longgarnya pembuktian. Dengan kerja keras Jaksa
Penuntut Umum yang lebih teliti, dapat mengefektifkan proses penegakan hukum.
3. Dalam memutuskan suatu perkara Hakim tidak boleh terpengaruh dengan bisikan-
bisikan yang membuat Hakim menjadi tidak objektif agar keadilan bisa tercipta.

24
DAFTAR PUSTAKA

Adami Chazawi.2002. Pelajaran Hukum Pidana. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Agus Raharjo. 2002. CYBERCRIME Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan


Berteknologi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Asril Sitompul. 2001. Hukum Internet. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Jan Rammelink. 2003. HUKUM PIDANA Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting Dari Kitab
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang
Undang Hukum Pidana Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Lexy J. Meleong. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdikarya

Leden Marpaung. 1997. Tindak Pidana Terhadap Kehormatan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada

Moeljatno. 1993. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta.

Muladi dan Barda Nawawi Arief. 1998. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana. Bandung: Alumni.

P.A.F. Lamintang. 1997. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Peter Mahmud Marzuki. 2006. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

R. Sugandhi. 1981. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Dengan Penjelasan. Surabaya: Usaha
Nasional.

Siswanto Sunarso. 2009. HUKUM INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. Jakarta:


Rineka Cipta.

Soerjono Soekanto. 2006. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UniversitasvIndonesia Press.

Sudarto. 1990. HUKUM PIDANA I. Semarang: Yayasan Sudarto.

25

Anda mungkin juga menyukai