Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

A. Pengertian Hubungan Internasional

Hubungan internasional adalah hubungan antar bangsa dalam segala aspeknya yang
dilakukan oleh suatu negara untuk mencapai kepentingan nasional negara tersebut.

Warsito Sunaryo mengatakan bahwa, Hubungan Internasional adalah studi tentang


interaksi antara jenis kesatuan-kesatuan sosial tertentu (subjek hukum internasional)
termasuk studi tentang keadaan relevan yang mengelilingi interaksi

Komponen-komponen yang harus terdapat dalam Hubungan Internasional adalah :

1. International Politics (Politik Internasional)


2. The Study of Forchight Affair (studi tentang peristiwa internasional)
3. International Law (HUkum Internasional)
4. International Organitation of Administrattion (organisasi adminnistrasi
Internasional)

B. Pentingnya Hubungan Internasional

Hubungan internasional merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam kehidupan
dunia, karena tidak ada suatu negara pun di dunia yang bisa hidup sendiri tanpa adanya
ketergantungan terhadap negara lain. dengan adanya hubungan internasional maka suatu
negara dapat memenuhi kebutuhan negara dan warga negaranya yang belum bisa
disediakan oleh negara tersebut. Tujuan dari hubungan internasional antara lain :

1. memacu pertumbhan ekonomi setiap negara


2. menciptakan saling pengertian antar bangsa
3. menciptakan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya

C. sarana-sarana hubungan internasional

Hubungan internasional dapat dilaksanakan melalui beberapa sarana, yaitu :

1. Diplomacy
2. Sanksi
3. Perang
4. obilasasi internasional untuk mempermalukan suatu negara
5. Sanksi ekonomi

PERJANJIAN INTERNASIONAL
A. Pengertian

Pengertian perjanjian internasional, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Konvensi Wina 1969, perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan


oleh dua negara atau lebih yang bertujuan untu mengadakan akibat-akibat hukum
tertentu.
2. Konvensi Wina 1986, Perjanjian internasional sebagai persetujuan internasional
yang diatur menurut hukum internasional dan ditanda tangani dalam bentuk
tertulis antara satu negara atau lebih dan antara satu atau lebih organisasi
internasional, antarorganisasi internasional.
3. UU No 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri, perjanjian internasional
adalah perjanjian dalam bentuk dan sebutan apapun yang diatur oleh hukum
internasional dan dibuat secara tertulis oleh pemerintah RI dengan satu atau lebih
negara, organisasi internasional atau subjek hukum internasional lainnya, serta
menimbulkan hak dan kewajiban pada pemerintah RI yang bersifat hukum publik.
4. UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, perjanjian internasional
adalah perjanjian dalam bentukdan nama tertentu yang diatur dalam hukum
internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di
bidang hukum publik.
5. Oppenheimer-Lauterpact, Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan
antarnegara yang menimbulkan hak dan kewajiban diantara pihak-pihak yang
mengadakan.
6. Dr. B. Schwarzenberger, Perjanjian internasional adalah persetujuan antara subjek
hukum internasional yang menimbulkan kewajiban-kewajiban yang mengikat
dalam hukum internasional, dapat berbentuk bilateral maupun multilateral.
Adapun subjek hukum yang dimaksud adalah lembaga-lembaga internasional dan
negara-negara.
7. Prof. Dr. Muchtar Kusumaatmaja, S.H. LLM, Perjanjian internasional adalah
perjanjian yang diadakan antarbangsa yang bertujuan untuk menciptakan akibat-
akibat tertentu.
B Tahap-Tahap Perjanjian Internasional

Menurut Undang-Undang nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional,


tahap-tahap Perjanjian Internasional (proses pembuatan perjanjian Internasional)
adalah sebagai berikut :

• Tahap Penjajakan: merupakan tahap awal yang dilakukan oleh kedua pihak
yang berunding mengenai kemungkinan dibuatnya suatu perjanjian internasional.

• Tahap Perundingan: merupakan tahap kedua untuk membahas substansi dan


masalah2 teknis yang akan disepakati dalam perjanjian internasional.

• Tahap Perumusan Naskah: merupakan tahap merumuskan rancangan suatu


perjanjian internasional.

• Tahap Penerimaan: merupakan tahap menerima naskah perjanjian yang telah


dirumuskan dan disepakati oleh para pihak. Dalam perundingan bilateral,
kesepakatan atas naskah awal hasil perundingan dapat disebut “Penerimaan” yang
biasanya dilakukan dengan membubuhkan inisial atau paraf pada naskah
perjanjian internasional oleh ketua delegasi masing-masing. Dalam perundingan
multilateral, proses penerimaan (acceptance/ approval) biasanya merupakan
tindakan pengesahan suatu negara pihak atas perubahan perjanjian internasional.

• Tahap Penandatanganan: merupakan tahap akhir da1am perundingan bilateral


untuk melegalisasi suatu naskah perjanjian internasional yang telah disepakati
oleh kedua pihak. Untuk perjanjian multilateral, penandantanganan perjanjian
internasional bukan merupakan pengikatan diri sebagai negara pihak. Keterikatan
terhadap perjanjian Internasional (Menurut Pasal 6 Ayat 1)

• Tahap Pengesahan: Pengesahan suatu perjanjian internasional dilakukan


berdasarkan ketetapan yang disepakati oleh para pihak. Perjanjian internasional
yang memerlukan pengesahan akan mulai berlaku setelah terpenuhinya prosedur
pengesahan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Setiap undang-undang
atau keputusan presiden tentang pengesahan perjanjian internasional ditempatkan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Pengesahan dengan undang-undang
memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Pengesahan dengan
keputusan Presiden selanjutnya diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Pengesahan perjanjian internasional melalui undang-undang dilakukan
berdasarkan materi perjanjian dan bukan berdasarkan bentuk dan nama
(nomenclature) perjanjian. Klasifikasi menurut materi perjanjian dimaksudkan
agar tercipta kepastian hukum dan keseragaman atas bentuk pengesahan
perjanjian internasional dengan undang-undang. Mekanisme dan prosedur
pinjaman dan/atau hibah luar negeri beserta persetujuannya oleh Dewan
Perwakilan Rakyat akan diatur dengan undang-undang tersendiri. (Menurut Pasal
9).

pengesahan perjanjian internasional di indonesia didasarkan pada pasal 11 ayat (1) UUD
1945, bahwa “presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat
perdamaian dan membuat perjanjian dengan negara lain“.

C. Persyaratan Perjanjian Internasional

Unsur-unsur pentingdalam persyaratanperjanjian internasional adalah :

1. harus dinyatakan secara resmi


2. Bermaksud untuk membatasi, meniadakan atau mengubah akibat hukum dari
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perjanjian tersebut.

Berkaitan dengan persyaratan perjanjian internasional tersebut, terdapat 2 teori yang


berkembang :

1. Unanimity Principle (teori kebulatan suara), yaitu persyaratan yang diajukan


hanya berlaku bagi negara yang mengajukan apabila diterima oleh negara peserta
lainnya.
2. Teori Pan Amerika, yaitu bahwa perjanjian itu mengikat negara yang mengajukan
persyaratan dengan negara yang menerima.

D. Berlakunya perjanjian internasional

Kapan Perjanjian internasional mulai berlaku?

1. sejak tanggal yang ditentukan dalam piagam perjanjian, atau menurut yang
disetujui oleh peserta perjanjian
2. jika tidak ditentukan maka perjanjian ulai berlaku sejak adanya pernyataan
persetujuan
3. jika persetuuan suatu negara untuk diikat oleh perjanjian timbul setelah perjanjian
itu berlaku, maka perjanjian mulai berlaku bagi negara iotu pada tanggal tersebut,
kecuali jika ditentukan lain.

E. Pelaksanaan Perjanjian Internasional

Ketaatan terhadap perjanjian internasional dilakukan berdasarkan prinsip berikut :

1. Pact sun Servanda, yaitu isi perjanjian merupakan hukum yang mengikat bagi
peserta perjanjian, sehingga perjanjian tersebut harus ditaati.
2. Kesadaran Hukum Nasional, yaitu isi perjanjian internasional dapat ditaati opelh
suatu negara jika tidak bertentangan dengan hukum nasional atau ideologi negara
bersangkutan.

F. Pembatalan Perjanjian Internasional

Berdasarkan konvensi Wina Tahun 1969, perjanjian internasional dapat dibatalkan karena
hal berikut :

1. Negara atau wakil kuasa penuh melakukan pelanggaran terhadap hukum


nasionalnya
2. adanya unsur kesalahan (error) dalam pembuatan perjanjian internasional
3. adanya unsur penipuan dari negara peserta yang satu kepada negara peserta
lainnya
4. terdapat penyalahgunaan atau kecurangan melalui kelicikan atau penyuapan
5. adanya unsur paksaan terhadap wakil suatu negara oleh wakil negara yang lain
6. bertentangan dengan kaidah dasar hukum internasional

G. Berakhirnya Perjanjian Internasional

Muchtar Kusumaatmadja, menyatakan bahwa, perjanjian internasional berakhir karena


hal berikut :

1. telah tercapai tujuan


2. berakhirnya masa berlaku
3. salah satu pihak menghilang dan punahnya objek perjanjian
4. adanya persetujuan peserta untuk mengakhiri perjanjian
5. adanya perjanjian baru yang kemuadian membatalkan perjanjian terdahulu
6. syarat-syarat perjanjian terpenuhi
7. perjanjian secara sepihak diakhiri oleh suatu negara peserta dan disetujui oleh
peserta perjanjian lain

Bentuk dan Nama Perjanjian Internasional

Traktat (treaty) : yaitu persetujuan yang dilakukan oleh dua Negara atau lebih yang
mengadakan hubungan antar mereka. Kekuatan traktat sangat ketat karena mengatur
masalah-masalah yang bersifat fundamental.

Konvensi (convention) : yaitu persetujuan resmi yang bersifat multilateral atau


persetujuan yang diterima oleh organ suatu organisasi internasional. Konvensi tidak
berkaitan dengan kebijakan tingkat tinggi.
Deklarasi (declaration) : yaitu pernyataan bersama mengenai suatu masalah dalam
bidang politik, ekonomi, atau hokum. Deklarasi dapat berbentuk traktat, perjanjian
bilateral, dokumen tidak resmi, dan perjanjian tidak resmi.

Piagam (statue) : yaitu himpunan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh persetujuan


internasional, baik tentang pekerjaan kesatuan-kesatuan tertentu maupun ruang lingkup
hak, kewajiban, tugas, wewenang, dan tanggung jawab lembaga-lembaga internasional.

Pakta (pact) yaitu traktat dalam pengertian sempit yang pada umumnya berisi materi
politis.

Persetujuan (agreement) : yaitu suatu perjanjian internasional yang lebih bersifat teknis
administratif. Agreement ini biasanya merupakan persetujuan antar pemerintah dan
dilegalisir oleh wakil-wakil departemen tetapi tidak perlu diratifikasi oleh DPR Negara
yang bersangkutan. Sifat persetujuan tidak seformal traktat dan konvensi.

Protokol (protocol) : yaitu persetujuan yang isinya melengkapi (suplemen) suatu


konvensi dan pada umumnya dibuat oleh kepala Negara. Protokol hanya mengatur
masalah-masalah tambahan seperti penafsiran klausal-klausal tertentu dari suatu
konvensi.

Perikatan (arrangement) : yaitu suatu perjanjian yang biasanya digunakan untuk


transaksi-transaksi yang bersifat sementara dan tidak seformal traktat dan konvensi.

Modus vivendi : yaitu dokumen untuk mencatat suatu persetujuan yang bersifat
sementara.

Charter : yaitu istilah yang digunakan dalam perjanjian internasional untuk pendirian
badan yang melakukan fungsi administratif.

Pertukaran nota (exchange of notes) : yaitu metode tidak resmi yang sering digunakan
dalam praktik perjanjian internasional. Metode ini menimbulkan kewajiban-kewajiban
yang mengikat mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh wakil-wakil militer dan
Negara serta dapat bersifat nonagresi.

Proses verbal : yaitu catatan-catatan atau ringkasan-ringkasan atau kesimpulan-


kesimpulan konferensi diplomatik atau catatan-catatan suatu pemufakatan. Proses verbal
ini tidak perlu diratifikasi.

Convenant : merupakan anggaran dasar dari PBB.

Ketentuan umum (general act) : yaitu traktat yang bersifat resmi dan tidak resmi.

Kompromis : yaitu tambahan atas persetujuan yang telah ada.


Ketentuan penutup (final act) : yaitu ringkasan-ringkasan hasil konferensi yang
menyebutkan Negara-negara peserta, utusan-utusan dari Negara yang turut berunding,
serta masalah-masalah yang disetujui dalam konferensi dan tidak memerlukan ratifikasi.

Anda mungkin juga menyukai