Disusun oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2021
1
PENERAPAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU PEMBUNUHAN BERENCANA
( STUDI KASUS PENYIRAMAN AIR KERAS DI KECAMATAN ENDE SELATAN
KABUPATEN ENDE)
A. Latar Belakang
3
mempergunakan cara-cara yang baru dan sangat sadis oleh pelaku dalam melancarkan
aksinya, yang mana cara tersebut sebisa mungkin mengelabuhi aparat kepolisian agar
perbuatan pelaku tidak bisa diketahui. Maka dari itu untuk mengimbangi kemajuan modus
kejahatan yang terjadi maka diperlukan keahlian yang baik dari penyidik untuk
mengungkap ada tidaknya suatu tindak pidana atau kejahatan yang terjadi. Di Indonesia
pembunuhan berencana diatur dalam pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP). Bunyi pasal 340 adalah sebagai berikut :“Barang siapa dengan sengaja dan dengan
rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan
rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu,
paling lama dua puluh tahun. pembunuhan berencana yang dilakukan bertujuan untuk
kepentingan komersil atau untuk kepentingan si pembunuh itu sendiri, antara lain adanya
suatu dendam dan berencana untuk mengakhiri nyawa si korban bisa juga pelaku di bayar
untuk melakukan suatu tindakan pembunuhan tersebut karena alasan tertentu.
Seperti halnya kasus yang terjadi di kecamatan ende selatan kabupaten ende,kasus
pembunuhan tersebut terjadi pada 16 Mei 2020 ,warga Kabupaten Ende dihebohkan dengan
kematian seorang wanita bernama Adi Nona (39),Adi Nona tewas setelah disiram mengunakan
air keras oleh orang tak dikenal, Adi Nona yang berprofesi sebagai pedagang meninggal dunia
setelah disiram dengan air keras oleh orang tak dikenal di depan Toko Mama, Jl. Aembonga
3, Kelurahan Mobawangi pada pada 16 Mei 2020. Kronologinya, sekitar pukul 05.00 Wita
korban berangkat ke pasar Mbongawani menggunakan sepeda motor Spin warna merah hitam
dengan No. Pol EB 6189 EA, hendak untuk berjualan. Setibanya di depan toko Mama jln.
Aembonga 3, Kel. Mbongawani, korban disiram air keras oleh orang yang tak dikenal yanng
mengenai bagian muka dan badan korban.Setelah disiram korban sempat berteriak meminta
tolong lalu masyarakat datang menolong dan membawa korban ke RSUD Ende dengan
menggunakan kendaraan roda empat angkutan umum,dan korban meninggal di rumah sakit
tersebut.
Dia jelaskan, tersangka TN yang berprofesi sebagai pedagang toge di Pasar Mbongawani Ende
tersebut, sudah berkenalan dan dekat dengan korban sejak tahun 2017."Mereka dekat sekali
korban sering diberi uang oleh tersangka TN. Hasil pemeriksaan kami kurang lebih empat
puluh lima juta rupiah korban menggunakan uang tersangka TN.Selain itu tersangka TN juga
memberikan sertifikat tanah kepada korban, saat korban meminjam uang di BRI. Sertifikat
4
tanah tersebut sebagai jaminan.Pada awal 2019, korban berkenalan dan dekat dengan seorang
pria berinisial W. Tersangka TN pun mulai tidak suka hubungan kedekatan antara korban
dengan W.Menurut keterangan tersangka TN, hubungan TN dengan korban sudah layaknya
seperti hubungan suami istri. "Memang mereka sama-sama perempuan tapi hubungan mereka
sudah seperti suami istri. Itu menurut TN., tersangka TN sakit hati dan tidak menerima
hubungan antara korban dan W.Di sisi lain, korban juga pernah menjelek-jelekkan TN.Ini
juga yang membuat TN sakit hati. Tersulut dendamlah intinya,".Setelah itu, TN menyusun
rencana untuk menciderai korban. Dan TN menjanjikan imbalan kepada HK yang melakukan
penyiraman air keras kepada Adi Nona.Imbalan dimaksud berupa uang tuju h juta rupiah.
Bayaran kepada KIN oleh TN baru empat juta rupiah.Tiga tersangka antara lain, TN (36)
pedagang toge, ZP (40) tukang ojek dan HK (28) buruh pelabuhan. Rumah mereka bertiga
berdekatan. Sementara TN dan HK punya hubungan keluarga (sepupu).mengatakan Air keras
dibeli oleh tersangka ZP di Surabaya sekitar bulan September atau Oktober 2019. ZP berangkat
ke Surabaya menggunakan Kapal Roro.Sekembalinya dari Surabaya, ZP menyerahkan air
keras tersebut kepada tersangka TN lalu TN mengantar air keras tersebut ke tersangka HK
yang bertindak sebagai eksekutor.
Kasus di atas menunjukkan bahwa pembunuhan berencana yang dilakukan bertujuan untuk
kepentingan komersil atau untuk kepentingan si pembunuh itu sendiri, antaralain adanya
suatu dendam dan berencana untuk mengakhiri nyawa si korban bisa juga pelaku di bayar
untuk melakukan suatu tindakan pembunuhan tersebut karena alasan tertentu. Dari kasus
tersebut juga dapat kita lihat bahwa pembunuhan dapat dilakukan oleh orang terdekat kita dan
secara sadar merencanakan kasus tersebut,kejahatan bias terjadi dimana saja dan kapan saja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa factor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana pembunuhan berencana.
2. Bagaimanakah penerapan hukum pidana terhadap tindak pidana pembunuhan
berencana .
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
A. Tujuan Penelitian
5
1. Untuk mengetahui factor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana pembunuhan
berencana
2. Untuk mengetahui penerapan hukum pidana terhadap tindak pidana pembunuhan
berencana
B. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian sebagai berikut :
1.Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan
dan pemikiran yang bermanfaat di disiplin ilmu hukum, hukum pidana. Agar
dijadikan bahan informasi dan bahan bacaan
2.Manfaat Praktisa.
Bagi masyarakat, penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi
dan pengetahuan tentang proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik dalam
menentukan unsur berencana dalam tindak pidana pembunuhan berencana
D. Tinjauan pustaka
1. Hukum Pidana
A. Pengertian Pidana
Hukum Pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang
menentukan perbuatan apa yang dilarang dan termasuk kedalam tindak pidana,
serta menentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang
melakukannya.
• Menurut Prof. Moeljatno, S.H., Hukum Pidana adalah bagian daripada
keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-
dasar dan aturan-aturan untuk :
- Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan dan
yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana
tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.
6
- Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana
sebagaimana yang telah diancamkan.
- Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan
tersebut.
• Sedangkan menurut Sudarsono, pada prinsipnya Hukum Pidana adalah
yang mengatur tentang kejahatan dan pelanggaran terhadap kepentingan
umum dan perbuatan tersebut diancam dengan pidana yang merupakan
suatu penderitaan.
• Dr. Abdullah Mabruk an-Najar dalam diktat “Pengantar Ilmu Hukum”-nya
mengetengahkan defenisi Hukum Pidana sebagai “Kumpulan kaidah-
kaidah Hukum yang menentukan perbuatan-perbuatan pidana yang dilarang
oleh Undang-Undang, hukuman-hukuman bagi yang melakukannya,
prosedur yang harus dilalui oleh terdakwa dan pengadilannya, serta
hukuman yang ditetapkan atas terdakwa.
• Perbuatan manusia, yaitu perbuatan dalam arti luas, artinya tidak berbuat yang termasuk
perbuatan dan dilakukan oleh manusia.
• Melanggar peraturan pidana. dalam artian bahwa sesuatu akan dihukum apabila sudah ada
peraturan pidana sebelumnya yang telah mengatur perbuatan tersebut, jadi hakim tidak
dapat menuduh suatu kejahatan yang telah dilakukan dengan suatu peraturan pidana,
maka tidak ada tindak pidana.
• Diancam dengan hukuman, hal ini bermaksud bahwa KUHP mengatur tentang hukuman
yang berbeda berdasarkan tindak pidana yang telah dilakukan.
• Dilakukan oleh orang yang bersalah, dimana unsur-unsur kesalahan yaitu harus ada
kehendak, keinginan atau kemauan dari orang yang melakukan tindak pidana serta Orang
7
tersebut berbuat sesuatu dengan sengaja, mengetahui dan sadar sebelumnya terhadap
akibat perbuatannya. Kesalahan dalam arti sempit dapat diartikan kesalahan yang
disebabkan karena si pembuat kurang memperhatikan akibat yang tidak dikehendaki oleh
undang-undang.
• Pertanggungjawaban yang menentukan bahwa orang yang tidak sehat ingatannya tidak
dapat diminta pertanggungjawabannya. Dasar dari pertanggungjawaban seseorang
terletak dalam keadaan jiwanya.
B. Unsur material dari tindak pidana bersifat bertentangan dengan hukum, yaitu harus benar-
benar dirasakan oleh masyarakat sehingga perbuatan yang tidak patut dilakukan. Jadi
meskipun perbuatan itu memenuhi rumusan undang-undang, tetapi apabila tidak bersifat
melawan hukum, maka perbuatan itu bukan merupakan suatu tindak pidana. Unsur-unsur
tindak pidana dalam ilmu hukum pidana dibedakan dalam dua macam, yaitu unsur
objektif dan unsur subjektif.
C. Unsur objektif adalah unsur yang terdapat di luar diri pelaku tindak pidana. Unsur ini
meliputi :
• Perbuatan atau kelakuan manusia, dimana perbuatan atau kelakuan manusia itu ada yang
aktif (berbuat sesuatu), misal membunuh (Pasal 338 KUHP), menganiaya (Pasal 351
KUHP).
• Akibat yang menjadi syarat mutlak dari delik. Hal ini terdapat dalam delik material atau
delik yang dirumuskan secara material, misalnya pembunuhan (Pasal 338 KUHP),
penganiayaan (Pasal 351 KUHP), dan lain-lain.
• Ada unsur melawan hukum. Setiap perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana
oleh peraturan perundang-undangan hukum pidana itu harus bersifat melawan hukum,
meskipun unsur ini tidak dinyatakan dengan tegas dalam perumusan.
• Unsur yang memberatkan tindak pidana. Hal ini terdapat dalam delik-delik yang
dikualifikasikan oleh akibatnya, yaitu karena timbulnya akibat tertentu, maka ancaman
pidana diperberat, contohnya merampas kemerdekaan seseorang (Pasal 333 KUHP)
diancam dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun, jika perbuatan itu
8
mengakibatkan luka-luka berat ancaman pidana diperberat lagi menjadi pidana penjara
paling lama 12 (dua belas) tahun.
• Unsur tambahan yang menentukan tindak pidana. Misalnya dengan sukarela masuk tentara
asing, padahal negara itu akan berperang dengan Indonesia, pelakunya hanya dapat d
ipidana jika terjadi pecah perang (Pasal 123 KUHP).
E. Tindak pidana juga mengenal adanya unsur subjektif, unsur ini meliputi :
• Kesengajaan (dolus), dimana hal ini terdapat di dalam pelanggaran kesusilaan (Pasal 281
KUHP), perampasan kemerdekaan (Pasal 333 KUHP), pembunuhan (Pasal 338).
• Kealpaan (culpa), dimana hal ini terdapat di dalam perampasan kemerdekaan (Pasal 334
KUHP), dan menyebabkan kematian (Pasal 359 KUHP), dan lain-lain.
• Niat (voornemen), dimana hal ini terdapat di dalam percobaan atau poging (Pasal 53
KUHP)
• Maksud (oogmerk), dimana hal ini terdapat dalam pencurian (Pasal 362 KUHP),
pemerasan (Pasal 368 KUHP), penipuan (Pasal 378 KUHP), dan lain-lain
• Dengan rencana lebih dahulu (met voorbedachte rade), dimana hal ini terdapat dalam
membuang anak sendiri (Pasal 308 KUHP), membunuh anak sendiri (Pasal 341 KUHP),
membunuh anak sendiri dengan rencana (Pasal 342 KUHP).
• Teori Absolut
Teori Absolut disebut juga teori pembalasan. Pandangan dalam teori ini adalah bahwa syarat dan
pembenaran dalam penjatuhan pidana tercakup dalam kejahatan itu sendiri, terlepas dari fungsi
praktis yang diharapkan dari penjatuhan pidana tersebut. Dalam ajaran ini, pidana terlepas dari
dampaknya di masa depan, karena telah dilakukan suatu kejahatan maka harus dijatuhkan
hukuman. Dalam ajaran absolut ini terdapat keyakinan yang mutlak atas pidana itu sendiri,
sekalipun penjatuhan pidana sebenarnya tidak berguna atau bahkan memiliki dampak yang lebih
buruk terhadap pelaku kejahatan. Perlu diketahui bahwa maksud dan tujuan ajaran absolut ini
selain sebagai pembalasan, menurut pandangan Stammler adalah juga untuk menunjukkan kepada
masyarakat bahwa hukum telah ditegakkan. Tujuan pemidanaan dalam ajaran absolut ini memang
jelas sebagai pembalasan, tetapi cara bagaimana pidana tersebut dapat dibenarkan kurang jelas,
9
karena dalam ajaran ini tidak dijelaskan mengapa harus dianggap adil meniadakan rasa
terganggunya masyarakat dengan cara menjatuhkan penderitaan terhadap seseorang yang
melakukan kejahatan. Tindakan Pembalasan di dalam penjatuhan pidana mempunyai dua arah
yaitu:
Teori reltif atau teori tujuan berpangkal pada dasar bahwa pidana adalah alat untuk menegakan
tata tertib (hukum) dalam masyarakat. Pidana adalah alat untuk mencegah timbulnya suatu
kejahatan dengan tujuan agar tata tertib masyarakat tetap terpelihara. Dalam teori relatif
penjatuhan pidana tergantung dari efek yang diharapkan dari penjatuhan pidana itu sendiri, yakni
agar seseorang tidak mengulangi perbuatannya. Hukum pidana difungsikan sebagai ancaman
sosial dan psikis. Hal tersebut menjadi satu alasan mengapa hukum pidana kuno mengembangkan
sanksi pidana yang begitu kejam dan pelaksanaannya harus dilakukan di muka umum, yang tidak
lain bertujuan untuk memberikan ancaman kepada masyarakat luas.
Menurut teori ini, tujuan pidana ialah mencegah pelaku kejahatan yang telah dipidana agar ia tidak
mengulang lagi melakukan kejahatan dan mencegah agar orang yang telah berniat buruk untuk
tidak mewujudkan niatnya itu kedalam bentuk perbuatan nyata. Tujuan itu dapat dicapai dengan
jalan menjatuhkan pidana yang sifatnya ada tiga macam yaitu menakut-nakutinya,
memperbaikinya, dan membuatnya menjadi tidak berdaya.
• Teori Gabungan
Teori ini mendasarkan pidana pada asas pembalasan dan asas pertahanan tata tertib masyarakat,
dengan kata lain dua alasan itu menjadi dasar dari penjatuhan pidana. Teori gabungan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu:
10
• Teori gabungan yang mengutamakan pembalasan, tetapi pembalasan itu tidak boleh
melampaui batas dari apa yang perlu dan cukup untuk dapatnya dipertahankan tata
tertib dimasyarakat.
• Teori gabungan yang mengutamakan perlindungan tata tertib masyarakat, tetapi
penderitaan atas dijatuhinya pidana tidak boleh lebih berat daripada perbuatan yang
dilakukan terpidana.
KUHP sendiri telah mengklasifikasikan tindak pidana atau delik ke dalam dua kelompok besar
yaitu dalam Buku Kedua dan Buku Ketiga masing-masing menjadi kelompok kejahatan dan
pelanggaran. Misalnya Bab I Buku Kedua adalah Kejahatan Terhadap Keamanan Negara, dengan
demikian ini merupakan kelompok tindak pidana yang sasaranya adalah keamanan negara.
Delik formil adalah delik yang dianggap selesai dengan dilakukannya perbuatan itu,
atau dengan perkataan lain titik beratya pada perbuatan itu sendiri. sedangkan akibatnya hanya
merupakan aksidential (hal yang kebetulan). Contoh delik formal adalah Pasal 362 (pencurian),
Pasal 160 (penghasutan) dan Pasal 209- 210 (penyuapan). Jika seseorang telah melakukan
perbuatan mengambil dan seterusnya, dalam delik pencurian sudah cukup. Juga jika
penghasutan sudah dilakukan, tidak peduli apakah yang dihasut benar-benar mengikuti hasutan
itu. Sebaliknya dalam delik materiil titik beratnya pada akibat yang dilarang, delik itu dianggap
selesai jika akibatnya sudah terjadi, bagaimana cara melakukan perbuatan itu tidak menjadi
masalah. Contohnya Pasal 338 (pembunuhan), yang terpenting adalah matinya seseorang. Caranya
boleh dengan mencekik, menembak dan sebagainya.
11
• Delik Dolus dan Delik Culpa
Delik dolus adalah delik yang memuat unsur kesengajaan, rumusan kesengajaan itu
mungkin dengan kata-kata yang tegas dengan sengaja, tetapi mungkin dengan kata-kata yang
senada, seperti diketahuinya, dan sebagainya. Contohnya adalah Pasal-pasal 162, 197, 310, 338,
dan lebih banyak lagi. Delik culpa di dalam rumusannya memuat unsur kealpaan, dengan kata
karena kealpaannya, misalnya padal Pasal 359, 360, 195. Di dalam beberapa terjemahan kadang-
kadang dipakai istilah karena kesalahanya.
Berkaitan dengan kasus yang hendak dibahas oleh penulis yaitu tentang pembunuhan berencana
secara bersama-sama merupakan delik materiil karena delik pembunuhan berencana memandang
akibat yang dilarang dari perbuatan pelaku kejahatan. Disamping itu pembunuhan berencana
termasuk delik dolus sebagaimana diuraikan di atas yang dalam rumusannya terdapat
unsur kesengajaan.
12
D. Tindak Pidana Pembunuhan
13
2. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan tidak dengan sengaja (culpose
misdrijven), yang dimuat dalam Bab XXI (khusus pada Pasal 359)
2. Pembunuhan Berencana
Delik Tindak Pidana Pembunuhan Berencana Secara definisi adalah kejahatan merampas nyawa
manusia lain, atau membunuh, setelah dilakukan perencanaan mengenai waktu atau metode,
dengan tujuan memastikan keberhasilan pembunuhan atau untuk menghindari penangkapan.
Pembunuhan terencana dalam hukum umumnya merupakan tipe pembunuhan yang paling serius,
dan pelakunya dapat dijatuhi hukuman mati atau penjara seumur hidup.
• Dalam Pasal 340 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP): "Barang siapa sengaja
dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun."
B. Unsur-unsur
• Unsur Subyektif:
a. Dengan sengaja
• Unsur Obyektif
Dalam KUHP, ketentuan tentang kejahatan yang ditujukan terhadap nyawa orang lain
diatur dalam buku II Bab XIX, yang terdiri dari 13 Pasal, yakni Pasal 338 sampai Pasal
350. Pembunuhan itu sendiri dapat dibagi menjadi dua yaitu pembunuhan disengaja dan
pembunuhan tidak disengaja. Untuk pembunuhan disengaja, terdiri menjadi tiga yakni:
• - pertama adalah pembunuhan biasa. Pada pembunuhan biasa ini, Pasal 338 KUHP
menyatakan bahwa pemberian sanksi atau hukuman pidananya adalah pidana penjara
paling lama lima belas tahun. Di sini disebutkan “paling lama” jadi tidak menutup
kemungkinan hakim akan memberikan sanksi pidana kurang dari lima belas tahun
penjara.
• Kedua, Pembunuhan dengan pemberatan atau Gequalificeerde Doodslag yang diatur
dalam Pasal 339 KUHP, yang bunyinya sebagai berikut :“Pembunuhan yang diikuti,
disertai, atau didahului oleh kejahatan dan yang dilakukan dengan maksud untuk
memudahkan perbuatan itu, jika tertangkap tangan, untuk melepaskan diri sendiri atau
pesertanya daripada hukuman, atau supaya barang yang didapatkannya dengan
melawan hukum tetap ada dalam tangannya, dihukum dengan hukuman penjara
seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.
• Ketiga, Pembunuhan berencana. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa
pembunuhan berencana merupakan kejahatan dengan ancaman pidana terberat
dibandingkan dengan kejahatan pembunuhan lainnya dimana ancaman terberatnya
pidana mati. Sanksi pidana mati ini tidak tertera pada kejahatan terhadap nyawa
lainnya, yang menjadi dasar beratnya hukuman ini adalah adanya perencanaan
terlebih dahulu. Selain diancam dengan pidana mati, pelaku tindak pidana
pembunuhan berencana juga dapat dipidana penjara seumur hidup atau selama waktu
tertentu paling lama dua puluh tahun.
15
• Dalam Pasal 338 KUHP unsur menghilangkan nyawa dirumuskan een ander van het
leven beroven yang artinya “menghilangkan nyawa orang lain”. Karena dalam tindakan
atau perilaku menghilangkan nyawa orang lain itu tidak selalu terdapat unsur kekerasan,
sedangkan jika kata beroven diterjemahkan dengan kata merampas maka tindak tersebut
harus dilakukan dengan kekerasan. Dalam Bab kejahatan terhadap nyawa terdapat
beberapa delik yang tindakan menghilangkan nyawa orang lain tilakukan tanda
menggunakan kekerasan, semisal dalam Pasal 344 KUHP tindakan menghilangkan nyawa
orang lain dapat dilakukan atas permintaan korban sendiri, dan Pasal 348 ayat (1) KUHP
dimana perbuatan menyebabkan gugu atau meninggalnya anak dalam kandungan.
Maka apabila dikaitkan dengan opzettelijk pelaku harus menghendaki
dilakukannya tindakan menghilangkan nyawa tersebut ia pun harus mengetahui bahwa
tindakannya atau perilakunya adalah tindakan atau perilaku menghilangkan (nyawa orang
lain)
16
kejahatan dan kenakalan acap kali menimbulkan masalah baru. Seperti
tindakan masyarakat yang tidak terkendali merupakan pertanda bahwa nilai-nilai
yang ada dimasyarakat sudah mengendor, misalnya main hakim sendiri.
• pergaulan dan masyarakat yang buruk
pergaulan di masyarakat juga mempengaruhi seseorang dalam kehidupannya,jika ia berada
di masyarakat yang hidup dengan pergaulan yang buruk maka seseorang tersebut dapat
mengikuti kehidupan yang buruk,dan bias saja melakukan pembunuhan tanpa beban
• Dendam
Seseorang dapat melakukan perencanaan pembunuhan dengan sangat matang dan
tergolong sadis,pelaku memiliki dendam terhadap si korban atau keluarga korban dan
akhirnya melampiaskan dan merencanakan pembunuhan tersebut.”
• yang terakhir karena lingkungan keluarga yang tidak harmonis.
Sama seperti lingkungan masyarakat,keluarga juga faktor utama terjadinya
pembunuhan,apabila keluarga tidak membimbing dan terjadinya kekerasan dalam rumah
tangga maka itu akan menjadikan seseorang tersebut merasa dia suka hidup dalam
kekerasan dan akan melakukanhal yang sama terhadap orang lain.
(Adami Chazawi, Ibid, hal. 85)
Selain itu, adanya dampak negatif dari perkembangan pembangunan yang cepat, arus
globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perubahan gaya dan cara hidup sebagian telah membawa perubahan sosial yang mendasar dalam
kehidupan masyarakat yang pada gilirannya sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku, Hal
yang sama juga diperoleh melalui adegan-adegan kekerasan secara visualisasi, khususnya
melalui media elektronik (televisi). Melalui tingginya frekuensi tontonan adegan kekerasan
akan melahirkan apa yang di sebut dengan “kultur kekerasan”. Hal ini akan menimbulkan
penggunaan tindak kekerasan yang mengarah kepada tindak pidana sebagai solusi dalam
berbagai aspek kehidupan manusia.
Pembunuhan Berencana merupakan salah satu tindak pidana yang mempunyai ancaman
pidana tertinggi yaitu pidana mati yang diatur dalam Pasal 340 KUHP,dalam KUHP, ketentuan
17
tentang kejahatan yang ditujukan terhadap nyawa orang lain diatur dalam buku II Bab XIX,
yang terdiri dari 13 Pasal, yakni Pasal 338 sampai Pasal 350. Pembunuhan itu sendiri
dapat dibagi menjadi dua yaitu pembunuhan disengaja dan pembunuhan tidak disengaja.
Untuk pembunuhan disengaja, terdiri menjadi tiga yakni:
• pertama adalah pembunuhan biasa. Pada pembunuhan biasa ini, Pasal 338 KUHP
menyatakan bahwa pemberian sanksi atau hukuman pidananya adalah pidana penjara
paling lama lima belas tahun. Di sini disebutkan “paling lama” jadi tidak menutup
kemungkinan hakim akan memberikan sanksi pidana kurang dari lima belas tahun
penjara.
• Kedua, Pembunuhan dengan pemberatan atau Gequalificeerde Doodslag yang diatur
dalam Pasal 339 KUHP, yang bunyinya sebagai berikut :“Pembunuhan yang diikuti,
disertai, atau didahului oleh kejahatan dan yang dilakukan dengan maksud untuk
memudahkan perbuatan itu, jika tertangkap tangan, untuk melepaskan diri sendiri atau
pesertanya daripada hukuman, atau supaya barang yang didapatkannya dengan
melawan hukum tetap ada dalam tangannya, dihukum dengan hukuman penjara
seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.
• Ketiga, Pembunuhan berencana. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa
pembunuhan berencana merupakan kejahatan dengan ancaman pidana terberat
dibandingkan dengan kejahatan pembunuhan lainnya dimana ancaman terberatnya
pidana mati. Sanksi pidana mati ini tidak tertera pada kejahatan terhadap nyawa
lainnya, yang menjadi dasar beratnya hukuman ini adalah adanya perencanaan
terlebih dahulu. Selain diancam dengan pidana mati, pelaku tindak pidana
pembunuhan berencana juga dapat dipidana penjara seumur hidup atau selama waktu
tertentu paling lama dua puluh tahun.
Dapat disimpulkan pembunuhan berencana berdasarkan Pasal 340 KUHP yakni “barang siapa yan
g sengaja dengna rencana terlebih dahulu yang mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang,
kemudian pertanggungjawabannya dengan hukuman pidana mati atau seumur hidup atau paling
lama dua puluh tahun.”
18
E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum
normatif atau disebut dengan penelitian hukum doktriner, karena dilakukan dan ditunjukan hanya
pada peraturan- peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain. Penelitian ini dikatakan
juga sebagai penelitian kepustakaan atau studi dokumen, disebabkan penelitian ini lebih banyak
dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan. Dalam penelitian hukum
yang normatif biasanya hanya dipergunakan sumber-sumber data sekunder saja, yaitu buku-buku,
buku-buku harian, peraturan perundang-undangan, keputusan-keputusan Pengadilan, teori-teori
hukum dan pendapat para sarjana hukum terkemuka.
Penelitian ini merupakan penelitian empiris.penelitian empiris adalah suatu cara atau metode
yang dilakukan yang bisa diamati oleh indra manusia sehingga cara metode yang digunakan
tersebut bias diketahui dan diamati juga oleh banyak orang.
Jenis sumber data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah data Sekunder,yaitu data yang
di peroleh melalui studi kepustakaan terhadap berbagai maca bahan yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan,Data sekunder diperoleh dengan penelitian kepustakaan guna
mendapatkan landasan teoritis berupa pendapat-pendapat atau tulisan para ahli atau pihak-pihak
lain yang berwenang dan juga untuk memperoleh informasi baik dalam bentuk ketentuan-
ketentuan formal maupun data melalui naskah resmi yang ada.
19
DAFTAR PUSTAKA
Perundang-undangan
Kitab undang-undang hukum pidana Buku II Bab XIX, yang terdiri dari 13 Pasal, yakni Pasal
338 sampai Pasal 350
Buku
Hamzah, Andi. 2010. Delik-Delik Tertentu (Special Delicten) di dalam KUHP. Jakarta: Sinar
Grafika
Atikel
https://shelawblog.wordpress.com/2016/03/18/hukum-pidana/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pembunuhan_berencanad
https://www.neliti.com/id/publications/3293/kajian-hukum-tentang-pembunuhan-berencana-
menurut-pasal-340-kuhp
https://voxntt.com/2020/08/20/polisi-ungkap-kasus-penyirama-air-keras-di-ende/67167/
20