SKRIPSI
OLEH:
DICKY REFLIYANTO
H1A1 12 080
iii
KATA PENGANTAR
menyelesaikan skripsi ini, selawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
seluruh keluarganya, sahabatnya dan kita umat muslim sampai akhir hayat.
Dalam penyusunan Hasil ini banyak hambatan dan tantangan yang penulis
dapatkan, namun atas bantuan dan bimbingan serta motivasi yang tiada henti,
disertai harapan yang optimis dan tekad yang kuat sehingga penulis dapat
tingginya pula kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda tercinta Mustafa dan
membesarkan dan memberikan seluruh cinta dan kasih sayang, juga memberikan
bantuan, serta dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan studi. serta semua
keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
iv
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini
banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S., sebagai Rektor Universitas Halu
Oleo Kendari.
2. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Jufri, S.H., M.S., sebagai Dekan Fakultas
3. Ibu Heryanti, S.H., M.H., sebagai Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ilmu
4. Dosen pengajar dan staf Fakultas Hukum yang telah banyak memberikan
5. Ibu Dr. H. Sabrina Hidayat S.H., M.H. Bapak Lade Sirjon S.H., LL.M., dan
Bapak Ramadan Tabiu S.H., LL.M., selaku penguji yang telah memberikan
Jumardi, Fandy Achmad Tawakal, Firman Sam, Galih Candra Kirana, Hafid
v
Nopan, Riswan Hanafyah Harahap, Sarif Rahmatullah, Sasligus, Tri
tidak sempat penulis tuliskan namanya satu persatu terima kasih atas semua
dan juga seluruh kalangan yang terlibat, yang telah memberikan bantuan
Kabupaten Konsel.
melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dan
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Tindak Pidana............................................................................. 6
Elektronik ........................................................................... 21
1. Pengertian Pembuktian......................................................... 25
vii
3. Alat Bukti Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................. 59
B. Saran .......................................................................................... 60
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
dan informasi yang telah memberikan banyak manfaat bagi manusia di seluruh
dengan fasilitas wi-fi serta kartu provider yang menawarkan paket internet
seimbangan kekuasaan sosial atau fisik, ini dapat mencakup pelecehan secara
lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang
kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender,
yaitu secara emosional, fisik, verbal dan cyber. Budaya penindasan dapat
berkembang dimana saja selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di
informasi dan teknologi atau sering disebut cyber bullying, adalah segala
bentuk kekerasan yang dialami anak atau remaja dan dilakukan teman seusia
mereka melalui dunia cyber atau internet. Cyber bullying merupakan kejadian
dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet, teknologi
korban cyber bullying adalah anak-anak. Permasalahan yang dapat timbul dari
anak-anak yang menjadi korban cyber-bullying adalah orang tua yang tidak
anak-anak terjerat dari dampak cyber bullying yang berkelanjutan atau bahkan
menjadi pelaku.1
Melihat fakta hukum sebagaimana yang ada pada saat ini, dampak
pembuktiannya.
mana didukung oleh kekuatan bukti yang sah dan kepadanya dapat
dengan penerapan asas legalitas dalam hukum pidana (KUHP) kita, yakni
sebagaimana dirumuskan secara tegas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP Nullum
delictum nulla poena sine praevia lege poenali atau dalam istilah lain dapat
dengan Cyber Bullying, maka unsur membuktikan dengan kekuatan alat bukti
yang sah dalam hukum acara pidana merupakan masalah yang tidak kalah
1
Feri Sulianta, 2009, Cyberbullying: Perilaku Tradisional Yang Merambah Dunia Maya.
Bandung, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI, hlm.8.
(http://www.slideshare.net/ferisulianta/cyberbullying-14882025), diakses 10 Mei 2016)
4
hukum di Indonesia yang mengatur masalah ini masih banyak cacat hukum
yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku Cyber Bullying untuk lepas dari
proses pemidaan
mencoba meneliti dan membahas lebih jauh lagi masalah tersebut dalam
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
2. Manfaat Teoritis
ilmu pengetahuan hukum, agar ilmu itu tetap hidup dan berkembang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINDAK PIDANA
pidana.
pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas
kehidupan masyarakat2.
Tindak Pidana atau Perbuatan Pidana atau Peristiwa Pidana, dengan istilah:
2
Amir Ilyas, 2012, Asas-asas Hukum Pidana, Rangkang Education Yogyakarta dan Pukap
Indonesia, Yogyakarta, hlm. 18
7
tiga kata, yaitu straf, baar dan feit.Yang masng-masing memiliki arti:
perbuatan.
delict yang artinya suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman
(pidana).
Delik adalah suatu perbuatan atau tindakan yang terlarang dan diancam
3
Andi Hamzah, 1994. Asas-Asas Hukum Pidana,Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 72, hlm. 88.
4
Adami Chazawi, 2002. Pelajaran Hukum Pidana, Bagian 1; Stelsel Pidana, Teori-Teori
Pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum Pidana, PT Raja Grafindo, Jakarta, hlm. 72.
5
Ibid., hlm. 75.
8
strafbaarfeit adalah:7
Suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja oleh
seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang oleh
undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum.
Simons memandang semua syarat untuk menjatuhkan pidana sebagai
unsur tindak pidana dan tidak memisahkan unsur yang melekat pada
perbuatannya (crime act) tindak pidana dengan unsur yang melekat pada
sebagai penindak. Tindakan apa saja dilakukan semua orang,akan tetapi dalam
6
P.A.F Lamintang, 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, hlm. 34.
7
Ibid.,hlm. 35.
8
Sianturi, S.R, 1982, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia Dan Penerapannya, Jakarta:
Alumni, hlm 211.
9
banyak hal suatu tindakan hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu,
Meskipun kata tindak lebih pendek dari pada kata perbuatan tapi
tindak tidak menunjuk kepada hal yang abstrak seperti perbuatan,tapi hanya
dan belakangan di pakai ditindak oleh karena itu tindak sebagai kata tidak
paling tepat adalah delik yang berasal dari bahasa latin delictum delicta
karena:11
9
Ibid, Hlm, 209
10
Moeljatno. 1984. Azas-azas Hukum Pidana. Jakarta : PT. Bina Aksara, hlm. 55.
11
Abidin, Andi Zainal, 1987, Hukum Pidana (Asas Hukum Pidana dan Beberapa Pengupasan
tentang Delik-delik Khusus). Prapanca, Jakarta, hlm. 146.
10
Indonesia.
tidak mengikat. Untuk istilah mana yang ingin dipergunakan asalkan tidak
Indonesia cetakan ke V 1962, sedangkan selama kurang lebih dua puluh tahun
berbeda.
12
Amir Ilyas, Op.cit, hlm. 24.
11
harus terlebih dahulu mengetahui pengertian dari unsur. Unsur adalah semua
Menurut E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi sebagaimana dikutip dari oleh Amir
1. Subjek;
2. Kesalahan;
13
Kanter E.Y & S.R. Sianturi, 2002. Azas-Azas Hukum Pidana Di Indonesia Dan
Penerapannya, Storia Grafika, Jakarta, hlm. 211.
14
Moeljatno, Op.cit. Hal 69.
12
delik);
a. Perbuatan;
a. Perbuatan manusia;
undang;
jawabkan.
15
Amir Ilyas, Op.cit, hlm. 28.
16
Leden Marpaung, 1991, Unsur-unsur Perbuatan Yang Dapat Di Hukum. Sinar Grafika.jakarta
Hlm. 9.
13
Setiap tindak pidana yang terdapat dalam KUHP pada umumnya dapat
dijabarkan ke dalam unsur-unsur yang terdiri dari unsur subjektif dan unsur
objektif.
lain-lain;
e. Perasaan takut yang antara lain terdapat dalam rumusan tindak pidana
17
Andi Zainal Abidin Farid, 1995. Hukum Pidana I. Sinar Grafika : Jakarta, hlm 221 222.
18
P.A.F. Lamintang, Op.cit , hlm 193-194.
14
negeri;
secara tegas (Expressis Verbis) didalam pasal itu sendiri. namun disamping
itu ada juga unsur-unsur dari delik yang tidak disebutkan dalam Pasal-pasal
delik/tindak pidana, misalnya unsur melawan hukum dan tidak adanya alasan
pembenar.
Selain dari pada itu ada juga beberapa pasal dari KUHP yang hanya
perbutan itu tidak disyaratkan adanya untuk dapat menjatuhkan pidana bagi
orang yang mewujutkan perbuatan tersebut. Hal ini disebutkan dengan delik
hal yang penting yaitu, unsur-unsur tindak pidana yang dilihat dari segi
19
M. Sudrajat Bassar. 1984. Tindak-tindak Pidana Tertentu Didalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana. CV. Remaja Jaya, Bandung hlm.5.
15
1. Pengertian Internet
terhubung satu sama lain melalui media komunikasi, seperti kabel telepon,
serat optik, satelit ataupun gelombang frekuensi. Jaringan komputer ini dapat
berukuran kecil seperti Lokal Area Network (LAN) yang biasa dipakai secara
20
https://id.wikipedia.org/wiki/internet, diakses 9 mei 2016
21
Agus Raharjo, 2002, Cybercrime, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 59.
16
dihubungkan dengan alamat yang unik secara global yang didasarkan pada
2. Pengertian Bullying
22
Ibid, hlm. 60.
23
http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/bully?q=bully#bully-4, diakses 9 mei
2016
17
sekelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan
celaan).
Istilah cyber bullying dikenalkan oleh Bill Belsey dari Kanada, dan
istilah ini berkembang begitu cepat. Cyber bullying memiliki definisi yang
24
Ponny Retno Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Mengatasi K.P.A. Jakarta, PT.
Grasindo, 2008, hlm. 3
25
Ibid, hlm, 22
26
http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/cyberbullying?q=CYBER+BULLYING,
diakses 10 mei 2016
18
seperti:
a) Telepon Genggam
b) Klip Gambar/Video
c) E-mail
d) Website
e) Game Online.27
bahwa Cyber Bullying merupakan suatu perbuatan yang dilakukan oleh satu
orang atau lebih dan bertujuan untuk menyakiti dan/atau menghina orang lain
baik yang tidak dapat membela diri secara verbal ataupun non-verbal dan
elektronik/teknologi digital.
berikut:
27
Andri Priyatna, 2010, Lets End Bullying: Memahami, Mencegah, dan Mengatasi Bullying.
Jakarta, PT Elex Media Komputindo, hlm. 32
(http//books.google.co.id/books?id=ewhQu2DfhxwC&pg=PA90&dq) , diakses 12 mei 2016
19
berada dimanapun.
jaringan internet.
Ada berbagai macam tindakan Cyber Bullying yang dirangkum oleh Willard.29
a) Pertama, Flaming:
penuh amarah dan frontal. Istilah flame ini pun merujuk pada kata-kata
b) Kedua, Harassment:
sms, maupun pesan teks di jejaring sosial yang dilakukan secara terus
28
Ibid.
29
Nancy E. Willard, 2007, Cyberbullying and Cyberthreats: Responding to the Challenge of
Online Aggression, Threats, and Distress. United States, Research Press, hlm. 255.
(http://books.google.co.id/books?id=VyTdG2BTnl4C&printsec=frontcover#v=onepage&q=fl
aming&f=false), diakses 12 mei 2016
20
c) Ketiga, Denigration:
merusak reputasi dan nama baik orang tersebut.. Intinya adalah si pelaku
adalah orang-orang yang memiliki sisi lebih dari orang lain, baik dalam
d) Keempat, Impersonation:
atau status yang tidak baik, agar teman korban mengira bahwa status atau
e) Kelima, Outing:
cyberbullying ini.
berbagai delik yang diatur dalam hukum pidana umum di Indonesia, yaitu
ini adalah yang tercantum dalam Bab XVI mengenai penghinaan, khusunya
Pasal 310 ayat (1) menyatakan bahwa Barang siapa dengan sengaja
sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam
karena pencemaran, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Sedangkan Pasal
310 ayat (2) menyatakan bahwa Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau
maka diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama
satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.
22
Dari kedua pasal di atas, maka pasal 310 ayat (2) dinilai lebih cocok
diatur dalam KUHP (penghinaan off line) tidak dapat menjangkau delik
diakses.
pengaturan mengenai dunia maya dan segala hal yang berkaitan dengannya,
Undangundang ini menerapkan larangan dan sanksi pidana antara lain bagi:
suku, agama, ras dan antar golongan (SARA), (Pasal 28 ayat 2).
29).
Hukuman yang bisa diterima oleh mereka yang telah melanggar adalah:
27 ayat (1), ayat (3), ayat (4) dipidana penjara paling lama 6 (enam)
rupiah).
24
ayat (2) dipidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
dipidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling
1. Pengertian Pembuktian
Jika ditinjau dari segi hukum acara pidana, maka arti pembuktian
dijatuhkan, kebenaran itu harus diuji dengan alat bukti, dengan cara dan
kekuatan pembuktian yang melekat pada setiap alat bukti yang ditemukan.
Kalau tidak demikian, bisa saja orang yang jahat lepas, dan orang yang
30
R. Soepomo. 2002, Hukum Acara Pidana Pjjengadilan Negeri, Jakarta: Pradnya Paramita,
hlm.13
26
Pembuktian adalah suatu cara yang dilakukan oleh suatu pihak atas
merupakan bagian yang terpenting dalam hukum acara pidana dan tidak dapat
Adapun enam butir pokok yang menjadi alat ukur dalam pembuktian,
(bewijsmiddelen);
31
Wiryono Prodjodikoro.1980, Hukum Acara Pidana, Bandung: Sumur, hlm. 13-14.
32
Andi Hamzah (II).2005, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 245.
33
Bambang Poernomo. Tanpa tahun, Pokok-pokok Tata Cara Peradilan Indonesia, Jogjakarta:
Liberty jurnal, hlm. 39.
27
hakim atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah dilakukan
oleh terdakwa.
bukti yang boleh dipergunakan, penguraian alat bukti dan dengan cara-
28
Tujuan dan guna pembuktian bagi para pihak yang terlibat dalam
catatan dakwaan.
c. Bagi hakim atas dasar pembuktian tersebut yakni dengan adanya alat-
alat bukti yang ada dalam persidangan baik yang berasal dari penuntut
keputusan.
sudah ada dan dimulai pada saat penyidikan. Bahkan, pada saat penyelidikan,
suatu pekerjaan awal dalam menjalankan proses perkara pidana oleh negara.
sesungguhnya adalah mencari alat bukti, karena bukti tersebut hanya terdapat
atau dapat diperoleh dari alat bukti dan termasuk barang bukti. Bukti yang
terdapat pada alat bukti itu kemudian dinilai oleh pejabat penyelidik untuk
peristiwa yang diduga tindak pidana ataukan tidak. Bagi penyidik, bukti yang
terdapat dari alat bukti itu dinilai untuk menarik kesimpulan, apakakah dari
bukti yang ada itu sudah cukup untuk membuat terang tindak pidana yang
2. Sistem Pembuktian
hukum. Apabila ada unsur-unsur pidana (bukti awal telah terjadinya tindak
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau
34
Adami Chazawi, 2006, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, hlm 13
30
penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
terdakwa.35
Time).
hakim semata. Putusan hakim tidak didasarkan kepada alat-alat bukti yang
35
Yahya Harahap, 1988 dan 1993, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Jilid I
dan II, Pustaka Kartini, Jakarta, hlm. 273
31
alat-alat bukti yang mana yang boleh dipakai hakim. Jika alat-alat bukti
tersebut telah dipakai secara sah seperti yang ditetapkan oleh undang-
36
Yahya Harahap, Ibid, hlm. 797
37
Andi Hamzah, Ibid, hlm. 230
38
Muhammad Taufik Makarao dan Suhasril, 2004, Hukum Acara Pidana dalam teori dan
praktek, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 104
39
Edmon Makarim, 2003, Kompilasi Hukum Telematika, Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm.
421
32
hakim ternyata berkeyakinan bahwa yang harus dianggap terbukti itu tidak
benar.
peraturan pembuktian yang keras. Sistem ini disebut juga dengan teori
masyarakat41
kebenarannya.
40
Andi Hamzah, 2005, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta hlm. 247
41
op.cit, hlm. 247
33
Sistem pembuktian ini mengakui adanya alat bukti tertentu tetapi tidak
yang didasarkan kepada cara dan dengan alat-alat bukti yang sah menurut
undang-undang.
42
Edmon Makarim,2003, Kompilasi Hukum Telematika, Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm.422
43
Yahya Harahap,1988 dan 1993, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Jilid I
dan II, Pustaka Kartini, Jakarta, hlm. 799
44
Andi Hamzah, 2005, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta hlm. 250
34
Tidak ditemukan suatu definisi khusus mengenai apa itu alat bukti,
namun secara umum yang dimaksud dengan alat bukti adalah alat bukti
a. keterangan saksi;
b. keterangan ahli;
c. surat;
d. petunjuk;
e. keterangan terdakwa.
Fungsi dari alat bukti itu sendiri adalah untuk membuktikan adalah
benar terdakwa yang melakukan tindak pidana dan untuk itu terdakwa
Hukum Acara Pidana, maka yang dinilai sebagai alat bukti dan yang
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Dengan kata lain, sifat dari alat
45
M. Yahya Harahap, 2006. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (Penyidikan
dan penuntutan). Sinar Grafika. Jakarta. hal. 285.
35
1981 tentang Hukum Acara Pidana dengan asas unus testis nullus testis.
alat bukti yang sah dan keyakinan hakim. Ketentuan Pasal 183 Undang-
berikut:
mengatakan :
undangan; dan
peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses,
simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat
cetak dari informasi elektronik maupun dokumen elektronik sebagai alat bukti
yang sah. Hal ini dapat dilihat dalam pengaturan Pasal Ayat (1) yang menentukan
37
cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah. Dan informasi elektronik
46
Ibid, hlm.273
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
dihadapi.47
B. Pendekatan Penelitian
Acara Pidana.
47
Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum, Jakarta: Prenada Media Group, hlm.35
48
Ibid, hlm.237
39
Sumber bahan hukum dalam penelitian ini adalah bahan hukum yang
pengadilan.
49
Ibid, hlm.181
40
laporan penelitian, baik itu skripsi, tesis, maupun disertai bahan acuan
bahas.52
interpretasi teleologis yaitu berdasar pada tujuan norma. Selain itu juga
50
Ibid, hlm.237
51
Ibid, hlm.239.
52
Soerjono Soekanto, 2013, Penelitian Hukum Normatif. Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm.28
41
BAB VI
Hukum Indonesia
bagian dari kegiatan cybercrime, tidak saja hanya diatur di dalam peraturan
a. Pasal 282:
pidana paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah.
(3) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat
pertama sebagai pencarian atau kebiasaan, dapat dijatuhkan pidana
penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling
banyak tujuh puluh lima ribu rupiah.
Pasal ini dapat dikaitkan dengan cyber bullying karena
Dalam hal ini, unsur yang dapat dikaitkan secara langsung adalah
tersebut.
terhadap perbuatan yang terkait dengan cyber bullying itu bukanlah hal
dalam pasal 282 tersebut yang dimana harus terjadi di dalam negara
Indonesia.
b. Pasal 310:
(2) Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan,
dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, maka diancam
karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu
tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima
ratus rupiah.
43
Baik Pasal 310 dan Pasal 311 KUHP memiliki keterkaitan yang
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah:
1. barang siapa secara melawan hukum memaksa orang lain
supaya melakukan, tidak melakukan atau membiarkan
sesuatu, dengan memakai kekerasan, sesuatu perbuatan lain
maupun perlakuan yang tak menyenangkan, atau dengan
memakai ancaman kekerasan, sesuatu perbuatan lain
maupun perlakuan yang tak menyenangkan, baik terhadap
orang itu sendiri maupun orang lain
cyber yang dimana dari hal tersebut terkait pula cyber crime. Beberapa
contoh pasal yang dapat dikaitkan antara lain adalah sebagai berikut:
Transaksi Elektronik
a. Pasal 27
b. Pasal 28
c. Pasal 29
berdasarkan dua alat bukti yang sah menurut Undang-undang dan berdasarkan
kedua alat bukti tersebut hakim memperoleh keyakinan bersalah atau tidaknya
terdakwa, Hakim tidak boleh menggunakan alat bukti selain yang diatur dalam
Undang-undang.
di atas, perlu dikemukakan pula apa itu Cyber Crime? Dalam kaitannya
satu bentuk atau dimensi baru dari kejahatan masa kini yang mendapat
cukup sering diberikan kepada jenis kejahatan baru ini di dalam berbagai
offence), dimensi baru dari hitech crime, dimensi baru dari transnational
crime, dan dimensi baru dari White collar crime Dalam pernyataan lain
Beliau menjelaskan bahwa bentuk atau dimensi baru kejahatan masa kini ini,
kategori, yaitu CC dalam arti sempit (in a narrow sense) disebut Computer
Crime dan CC dalam arti luas (in a broader sense) disebut Computer
targets the security of computer system and the data processed by them ;
53
Barda nawawi arief, 2001 Antisipasi Penanggulangan Cyber Crime Dengan Hukum
Pidana, Seminar Nasional CyberLaw, Bandung.
48
network.
dilakukan :
network)
network).
ke (1) dan (2) merupakan CC dalam arti luas, sedangkan jenis ke (3)
dengan jelas rumusan Pasal 183 KUHAP didasarkan pada suatu teori
Dengan berdasarkan teori inilah perkara Cyber Crime bila dikaitkan dengan
tidak dapat mengakomodir alat bukti (terutama yang mirip dengan bukti surat)
49
Cyber Crime.
pengertian, yaitu :
kalau hal itu terlebih dahulu belum dinyatakan dalam suatu aturan
undangundang
analogi (kiyas)
dalam pasal ini. Dua dari yang pertama ditujukan kepada pembuat
suatu ketentuan pidana berlaku mundur, Kedua bahwa semua perbuatan yang
pada hukum tidak tertulis atau hukum kebiasaan, dan Keempat terhadap
54
M.S. Groenhuijsen, Straf en wet, Pidato Pengukuhan sebagai Guru Besar Hukum Pidana dan
Hukum Acara Pidana pada Universitas Katolik Brabant, Jumat, 6 November 1987, Goude
Quint Amhem, hlm.15
50
delictum noella poena praevia sine lege peonali . Secara singkat nullum
crimen sine lege berarti tidak ada tindak pidana tanpa undangundang dan
nulla poena sine lege berarti tidak ada pidana tanpa undangundang. Jadi
Acara pidana, dan hokum pelaksanaan pidana) merupakan hal yang sangat
terhadap hak asasi manusia. Dengan demikian asas legalitas ini member
pidana apabila tidak ditentukan terlebih dahulu oleh aturan hukum pidana.
55
Eddy O.S Hiariej, Asas Legalitas Dan Penemuan Hukum Dalam Hukum Pidana, Airlangga,
Jakarta, 2009, hlm.9
51
pembuktian dengan sekurangkurangnya dua alat bukti yang sah adalah sangat
tidak.
dibidang Cyber Crime tidak saja dilakukan dengan alat canggih tetapi
kejahatan ini benarbenar sulit menentukan secara cepat dan sederhana siapa
dirasakan apabila kejahatan yang terjadi aparat penegak hukumnya belum siap
Bullying ini atau karena kejahatan ini dilakukan dengan melibatkan berbagai
hukum sendirisendiri.
Pasal 184 KUHAP, bahwa alatalat bukti mana secara legalitas tidak dapat
ini mengalami perubahan sampai dengan 2008 telah mengatur alat bukti
benda tidak berwujud berupa data dan program komputer, jasa telepon
56
Agus Raharjo, CyberCrime Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi,
PTCitra Aditya Bakti, Bandung,2002, hlm.236
53
ruang ini kemungkinan termasuk pula dunia maya atau mayantara atau
berupa server dan komputer yang termasuk dalam pengelolaan situs. Jadi
yang dapat digunakan secara hukum harus juga meliputi informasi atau
itu hasil cetak dari dokumen atau informasi tersebut juga harus dapat
cetak), maka bukti elektronik dapat disebut sebagai perluasan alat bukti
54
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti
dalam hal-hal spesifik sebagaimana yang tertulis dalam Pasal 5 ayat (4) UU
untuk:
tertulis; dan
dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat
pembuat akta.
bergerak, dokumen yang berkaitan dengan hak kepemilikan dan juga dokumen
kekuatan hokum sebagai alat bukti yang sah, bila informasi elektronik ini
berbentuk tertulis atau asli selain yang diatur dalam Pasal 5 ayat (4),
dan
dapat menjadi alat bukti tertulis tidaklah mutlak, karena sangat tidak relevan
di jaman teknologi tetap memandang alat bukti tertulis hanya yang berbentuk
hukum, karena dia yang paling berkuasa dalam memutuskan suatu perkara dan
karena dia juga yang dapat memberi suatu vonnis van de rechter (keputusan
hakim) yang tidak langsung dapat didasarkan atas suatu peraturan hukum
tertulis atau tidak tertulis. Dalam hal ini, Hakim harus membuat suatu
menyebutkan, tidak jelas, atau tidak lengkap (asas ius curia novit). Bila
57
E.Utrecht dan Moh Saleh Djindang, Pengantar dalam hukum Indonesia, cetakan kesebelas,
P.T ichtiar baru dan sinar harapan, Jakarta, 1989, hlm.121
57
keputusan Hakim yang memuat eigen regeling ini dianggap tepat dan dipakai
interpretasi yang dapat digunakan dalam pencarian kekuatan hukum dari akta
peristiwa yang pada awalnya tidak dapat dimasukkan, lalu dianggap sesuai
print out sebagai alat bukti surat. Kemudian kasus pidana yang diputus di
58
Ibid, hlm. 121
59
Ibid, hlm.203
60
Ibid, hlm.127
58
mail) sebagai salah satu alat bukti. Setelah mendengar keterangan ahli bahwa
dalam transfer data melalui e-mail tersebut tidak terjadi tindakan manipulatif,
gambar.61
61
http://www.hukumonline.com/artikel-detail-data-elektronik-sebagai-alat-bukti-masih
dipertanyakan, diakses 30 agustus 2016
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
beda dan sampai saat ini belum mengatur secara tegas dan jelas terhadap
mengenai alat bukti dan data elektronik, hal ini tentunya bertentangan
B. Saran
khususnya pada fenomena cyber bullying. Pada negara yang telah maju,
perlu ditingkatkan.
61
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Astuti, Ponny Retno. 2008, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Mengatasi K.P.A.
Jakarta, PT: Grasindo.
Eddy O.S Hiariej, 2009, Asas Legalitas Dan Penemuan Hukum Dalam Hukum
Pidana, Jakarta, Airlangga.
Marzuki, Peter Mahmud. 2011, Penelitian Hukum, Jakarta: Prenada Media Group.
62
Utrecht. E, dan Djindang, Saleh Moh, Pengantar Dalam Hokum Indonesia 1989,
Jakarta, PT Ichtiar Baru dan Sinar Harapan.
Internet :
http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/bully?q=bully#bully-4,
diakses 9 mei 2016
http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/cyberbullying?q=CYBER+
BULLYING, diakses 10 mei 2016
http://www.hukumonline.com/artikel_detail-data-elektronik-sebagai-alat-bukti-
masih-dipertanyakan, diakses 30 agustus 2016