KELOMPOK B
Mahkamah Konstitusi ini lahir/dibentuk atas atribusi dari Pasal
24 (2) dan Pasal 24 C UUD Negara RI sbg hasil dari perubahan
ketiga UUD 1945 yg disahkan 9 Nopember 2001.
MK RI ini tercatat sbg negara ke-78 yg membentuk MK memasuki
abad 21 ini.
Pada tgl 13 Agustus 2003 telah disahkan UU No. 24 Tahun 2003 ttg
Mahkamah Konstitusi (UU MK) dimuat dlm LN. Tahun 2003, No.
98, TLN No. 4316.
Dua hari kemudian (tgl 15 Agustus 2003), Presiden melalui Kepres
No. 147/M Tahun 2003 mengangkat 9 Hakim Konstitusi.
Pada tgl 15 Oktober 2003 terjadi pelimpahan perkara dari MA ke
MK sbg pertanda beroperasinya MK sbg cabang dari kekuasaan
kehakiman berdasar UUD 1945.
Kedudukan MK merupakan slah satu Lembaga Negara yg
melakukan kekuasaan kehakiman yg merdeka utk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan
Menguji UU terhadap Wajib memberikan
UUD Putusan atas Pendapat
DPR bahwa
Memutus Sengketa Presiden/Wkl. Presiden
Kewenangan Lembaga diduga:
Negara yg - Melakukan pelanggaran
Kewenangannya hk (pengkhianatan thd
diberikan oleh UUD negara, korupsi,
penyuapan, tindak
Memutus Pembubaran pidana berat lainnya)
Partai Politik - Perbuatan Tercela
Memutus Perselisihan - Tdk lagi memenuhi
tentang Hasil Pemilihan Syarat sbg Presiden/Wkl.
Presiden.
Umum.
Pendahuluan:
1. Karakter perselisihan yg diajukan ke Mahkamah
Konstitusi (MK) bercorak tersendiri dan berbeda
dengan perselisihan yg dihadapi sehari-hari di peradilan
biasa yang lain.
2. Mengapa, karena adanya sifat kepentingan umum yg
tersangkut di dalamnya.
3. Putusan yg diminta oleh pemohon dan diberikan oleh
MK, membawa akibat hukum tidak hanya mengenai
orang seorang yg mengajukan permohonan, tetapi juga
orang lain, Lembaga Negara dan Aparatur Pemerintah,
Masyarakat Hukum Adat, juga masyarakat pada
umumnya.
Terutama dalam hal pengujian (judicial review) UU thd
UUD.
Di sinilah letak pembedanya berperkara di MK yaitu
pada “public interest”, jika dibandingkan dengan
penyelesaian perkara perdata, pidana, TUN, militer, dan
agama yg pada umumnya menyangkut kepentingan
individu berhadapan dengan individu lain atau
pemerintah.
Sebagai konsekwensi kedudukan dan wewenang MK
sbg lembaga peradilan yg melaksanakan kekuasaan
kehakiman selain MA, maka MK juga tunduk pd UU
Kekuasaan Kehakiman. Misalnya dlm penerapan asas
due process of law pada setiap perkara di peradiln; sikap
netralitas dan kemandirian dlm menegakkan hk.
MK juga harus tunduk pd asas-asas peradilan yg baik
yg dianut scr universal dlm hukum acara pd umumnya.
Persidangan Terbuka untuk Hak untuk Didengar secara
Umum, sbr: Psl 19 UU KK & Seimbang (Audi et Alteram
Psl 40 (1) UU MK, kecuali Partem). Pd acara di MK,
pd Rapat Permusyawaratn pemohon dan termohon
Hakim (RPH). Asas ini (Pemerintah, DPR/DPD, dan
refleksi dr konsep social pihak2 terkait) yg terkait dg
control & akuntabilitas pengujian UU diberi hak yg
hakim. sama utk didengar.
Independen dan Imparsial, Hakim Aktif dan juga Pasif
sbr: Psl 2 UU MK & Psl 33 dalam Proses Persidangan.
UU KK. Asas ini refleksi dr Asas hakim aktif ini muncul
doktrin separation of krn ada karakter public
powers interest perkara di MK.
Peradilan Dilaksanakan Oki,pemeriksaan di MK itu
secara Cepat, Sederhana, bersifat inquisitorial dan tdk
dan Murah, sbr: Psl 4 (2) UU bersifat adversarial.
KK. Di MK, biaya perkara Ius Curia Novit, sbr: Psl 16
yg dibebabkan pd UU KK. Dgn demikian
pemoh/termohon tdk hakim MK itu hrs siap
dikenal, krn dibebankan pd menjadi mujadid melalui
biaya negara. Situs internet sarana interpretasi,
& teleconference telah konstruksi, dan
digunakan di MK. hermeneutika hukum.
Kebebasan hakim di atas disebut kebebasan fungsional,
dalam praktik harus didukung kebebasan personal
maupun struktural.
Kebebasan personal seperti: di bidang teknis ilmu
hukum, ketahanan ekonomi; dan kebebasan struktural
seperti: jaminan atas kedudukannya sbg hakim.
Dengan dmikian kebebasan hakim di atas hrs
didukung dgn profesionalisme, meliputi:
a. Expertise atau skill
b. Accountability atau pertanggung jawaban
c. Ketaatan pada Kode Etik (lihat Peraturan Mk No.
07/PMK/2005 ttg Pemberlakuan Deklarasi Kode Etik
dan Prilaku Hakim Konstitusi).
UU No. 23/2004 ttg MK pada Bab V Psl 28 – 85, dgn
kata lain hukum acara di MK masih sangat
terbatas/tidak lengkap, padahal praktik beracara di
MK sangat dinamis. Atas dasar itu MK hrs
memerankan diri sendiri rule of the court untuk
mengisi kekosongan di UU MK (wet vacuum).
Pada UU MK di korea dinyatakan bahwa hukum acara
pada peradilan lain juga secara mutatis mutandis
berlaku sbg hukum acara di MK. Namun, jika terjadi
pertentangan antara hukum acara TUN dan Pidana
dengan hukum acara Perdata, maka hukum acara
Perdata tidak diberlakukan.
MK di Indonesia juga melakukan hal yang sama meski
aturan tsb tdk diatur dlm UU MK, tetapi diadopsi dr
Peraturan MK (PMK)
Secara langsung: Secara Tdk Langsug:
UU MK UU Hk Acara Perdata,
Peraturan MK (PMK) TUN, Pidana
Yurisprudensi MK
Pendapat Sarjana
Hk Acara dan
Yurisprudensi negara
lain
Peraturan Perundang-undangan:
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia RI.
Berbagai UU yang Diuji Oleh MK RI
Berbagai Peraturan MK RI
Putusan MK RI
Peraturan MA