Anda di halaman 1dari 12

Tanjungpura Law Journal, Vol. 1, Issue 1, January 2017: 26-37.

ISSN Print: 2541-0482 | ISSN Online: 2541-0490.


Open Access at: http://jurnal.untan.ac.id/index.php/tlj

Article Info
Submitted: 5 November 2016 | Reviewed: 28 November 2016 | Accepted: 27January 2017

KEPUTUSAN FIKTIF NEGATIF DAN FIKTIF POSITIF DALAM


PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

Budiamin Rodding1

Abstract

Public services are organized by the government or public service providers in terms of the petition
filed by society, of course, expect to be met. But sometimes an application for a decree can not be
met in terms of both requirements are not met nor of the procedural aspects of the old and long.
One path taken apart complaint or objection submitted to the government, is through the legal
system by submitting an application or a lawsuit at the Administrative Court of the State. Good
application to obtain admission decision as provided for in Article 53 of Law No. 30 of 2014 on
Government Administration and through lawsuits filed related to the refusal or decision fictitious
negative as stipulated in Article 3 of Law No. 5 of 1986 concerning the State Administrative Cour.,
The resolution attempts through the courts is ultimium remudium (the last resort) for citizens to
obtain the appropriate public service expected. Lawsuit or application to obtain the Decree of
the Government would be expected to provide for community legal certainty, in addition as a
correction for public servant in serving the community.

Keywords: services; public; decision

Abstrak

Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah atau penyelenggara pelayanan publik
dalam hal adanya permohonan yang diajukan oleh mayarakat, tentunya mengharapkan dapat
dipenuhi. Akan tetapi terkadang permohonan untuk mendapatkan surat keputusan tidak dapat
terpenuhi baik dari segi persyaratan yang tidak terpenuhi maupun dari aspek prosedural yang
lama dan panjang. Salah satu jalur yang ditempuh selain pengaduan atau keberatan yang
disampaikan kepada pemerintah, adalah melalui jalur hukum dengan mengajukan permohonan
atau gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara. Baik permohonan untuk mendapatkan keputusan
penerimaan sebagaimana diatur dalam Pasal 53 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan maupun melalui gugatan yang diajukan terkait keputusan penolakan
atau keputusan fiktif negatif sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 tahun
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Upaya penyelesaian melalui jalur Pengadilan
merupakan ultimum remudium (upaya terakhir) bagi masyarakat untuk memperoleh pelayanan
publik yang sesuai diharapkan. Gugatan maupun permohonan untuk mendapatkan keputusan
dari Pemerintah tentunya diharapkan dapat memberikan kepastian hukum bagi masyarakat,
selain itu sebagai koreksi bagi pelayan publik dalam melayani masyarakat.

Kata Kunci : pelayanan; publik; keputusan

1 Peradilan Tata Usaha Negara, Medan, Jln. Bunga Raya No. 18 Kel. Asam Kumbang Kec. Medan
Sunggal, Kota Medan, 20133, Sumatera Utara, Indonesia, email: budiamin_rodding@yahoo.com, Telp/
Fax. 08124261768.

26
Tanjungpura Law Journal Vol. 1, Issue 1, January 2017

I. Pendahuluan praktik diskriminasi terhadap masyarakat.


Siapa yang dekat dengan siapa akan
Tuntutan akan peningkatan
mendapatkan pelayanan lebih baik. Malah,
pelayanan publik yang semakin baik
terkadang di sini tak berlaku lagi pola serta
terus dinantikan oleh masyarakat untuk
budaya antre.3
memenuhi hak dan kebutuhannya, hal
Menjadi kewajiban negara
ini juga sebagai amanat Konstitusi,
untuk melayani setiap warga negara
Pemerintah mengeluarkan regulasi, yaitu
dalam pemenuhan hak dan kebutuhan
Undang-Undang Republik Indonesia
dasarnya, akan tetapi sejalan dengan itu
Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan
pelayanan publik tentunya membutuhkan
Publik. Tuntutan peningkatan pelayan
kepercayaan dari masyarakat, karena
publik menjadi alasan juga pemerintahan
masih banyaknya pelayanan publik
Jokowi-Jusuf Kalla untuk mencabut
yang diadakan oleh pemerintah justru
Peraturan-Peraturan Daerah yang menjadi
menimbulkan masyarakat menjadi kecewa
menghambat pelayanan publik.2
karena anggapan keadaannya yang
Pelayanan publik adalah kegiatan
sebaliknya dimana masyarakat yang
atau rangkaian kegiatan dalam rangka
menjadi “pelayan” bagi penyelenggara
pemenuhan kebutuhan pelayanan
pelayan publik.
sesuai dengan peraturan perundang-
Salah satu bentuk pelayanan
undangan bagi setiap warga negara dan
publik yang sering mendapat keluhan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau
dari masyarakat adalah pelayanan-
pelayanan administratif yang disediakan
pelayanan yang membutuhkan bentuk
oleh penyelenggara pelayanan publik.
surat keputusan yang sesuai dengan
Dewasa ini penyelenggaraan pelayanan
permohonan yang diinginkan oleh
publik masih dihadapkan pada kondisi
masyarakat seperti ijin, akta-akta, dan
yang belum sesuai dengan kebutuhan
lain-lain. Tentunya surat keputusan-
dan perubahan di berbagai bidang
surat keputusan yang dikeluarkan harus
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
berdasarkan peraturan perundang-
bernegara. Hal tersebut bisa disebabkan
undangan dan asas-asas umum
oleh ketidaksiapan untuk menanggapi
pemerintahan yang baik sebagaimana
terjadinya transformasi nilai yang
diwajibkan dalam dalam undang-undang
berdimensi luas serta dampak berbagai
administrasi pemerintahan.
masalah pembangunan yang kompleks.
Dalam rangka untuk mendapatkan
Sementara itu, tatanan baru masyarakat
keputusan-keputusan yang dimohonkan
Indonesia dihadapkan pada harapan
masyarakat, kadangkala tidak seperti yang
dan tantangan global yang dipicu oleh
diharapkan, selain karena tidak adanya
kemajuan di bidang ilmu pengetahuan,
kepastian kapan hal tersebut dapat
informasi, komunikasi, transportasi,
didapatkan, juga tentang masyarakat
investasi, dan perdagangan. Selain itu,
kadang kala menjadi bingung dengan
tak jarang pula pemerintah menjalankan
apakah permohonannya dapat diterima
2 http://upeks.fajar.co.id/utama/pencabutan-
perda.html oleh. Aminuddin Ilmar Guru Besar 3 Penjelasan PP No. 96 tahun 2012 tentang
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Pelaksanaan UU No. 25 tahun 2009 tentang
(Diakses pada tanggal 26 Juli 2016). Pelayanan Publik.

27
Tanjungpura Law Journal Vol. 1, Issue 1, January 2017

atau ditolak meskipun persyaratan telah Perkembangan sekarang dengan


dipenuhi dan dilalui sesuai standar lahirnya Undang-Undang Nomor 30 tahun
operasional prosedur (SOP). 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
Kekecewaan masyarakat tersebut yang menganut rezim fiktif positif
ditambah lagi seringnya ada pungutan- sebagaimana ketentuan Pasal 53 tentang
pungutan yang diluar ketentuan, sehingga putusan atas penerimaan permohonan
masyarakat menjadi mengalami kerugian guna mendapatkan keputusan dan/atau
dari segi waktu, keuangan serta immateril. tindakan badan atau pejabat pemerintahan.
Adapun yang menjadi kompetensi absolut
II. Analisis dan Pembahasan
Peradilan Tata Usaha Negara, diatur dalam
Salah satu bentuk penyelesaian Pasal 47 UU No. 5 Tahun 1986 :
atas kekecewaan yang dialami oleh “Pengadilan bertugas dan
masyarakat adalah melalui jalur hukum berwenang memeriksa, memutus
di samping tentunya jalur-jalur yang dan menyelesaikan sengketa Tata
Usaha Negara”.
dapat ditempuh seperti penyelesaian
Sedangkan pengertian mengenai
dalam internal pelayan publik itu sendiri.
Sengketa Tata Usaha Negara dalam
Meskipun penyelesaian secara internal
Pasal 1 angka 10 UU No. 51 Tahun 2009
seperti pengaduan atau keluhan belum
dirumuskan :
tentu dapat menyelesaikan atau justru “Sengketa Tata Usaha Negara
pengaduan tersebut tidak ditanggapi. adalah sengketa yang timbul dalam
Penyelesaian melalui jalur litigasi bidang Tata Usaha Negara antara
atau jalur lembaga peradilan diharapkan orang atau badan hukum perdata
dengan Badan atau Pejabat Tata
sebagai ultimum remidium bagi Usaha Negara, baik di pusat
masyarakat dalam penyelesaian berbagai maupun di daerah, sebagai akibat
permasalahan. Khusus dalam penulisan dikeluarkannya Keputusan Tata
artikel ini, penulis akan memberikan Usaha Negara, termasuk sengketa
kepegawaian berdasarkan peraturan
salah satu upaya hukum yang dapat perundang-undangan yang berlaku”.
ditempuh dengan melakukan gugatan atau Ketetapan Administrasi atau
permohonan ke Pengadilan Tata Usaha Keputusan Tata Usaha Negara dirumuskan
Negara terkait dengan permohonan yang di dalam Pasal 1 angka 9 UU No. 51 Tahun
dilayangkan oleh masyarakat kepada 2009, yaitu :
penyelenggara pelayan publik. “Keputusan Tata Usaha Negara
Penulis dalam artikel ini akan adalah suatu penetapan tertulis
membahas tentang permohonan yang dikeluarkan oleh Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara yang
masyarakat kepada pelayan publik dalam berisi tindakan hukum Tata Usaha
hal ini badan/pejabat tata usaha negara, Negara yang berdasarkan peraturan
yang kemudian tidak mendapatkan sesuai perundang-undangan yang berlaku,
dengan permohonannya. Instrumen yang yang bersifat konkrit, individual dan
final, yang menimbulkan akibat
dapat dipakai menggunakan ketentuan hukum bagi seseorang atau badan
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 tahun hukum perdata”
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara Penyelesaian permasalahan melalui
atau biasa disebut fiktif negatif. Peradilan Tata Usaha Negara dalam

28
Tanjungpura Law Journal Vol. 1, Issue 1, January 2017

hal adanya permohonan yang diajukan serta memberikan kepastian hukum.


kepada Badan/Pejabat Tata Usaha Negara Berdasarkan Undang-Undang
dalam konteks memberikan pelayanan Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan
publik dapat dilalui melalui 2 cara, Tata Usaha Negara khususnya Pasal 3
yaitu melalui gugatan fiktif negatif dan berbunyi:
melalui permohonan untuk mendapatkan (1) Apabila badan atau pejabat
tata usaha negara tidak
Keputusan dan/atau Tindakan Badan atau
mengeluarkan keputusan,
Pejabat Pemerintahan yang biasanya sedangkan hal itu menjadi
diistilahkan sebagai keputusan fiktif positif. kewajibannya, maka hal tersebut
disamakan dengan keputusan
A. Gugatan Fiktif Negatif tata usaha negara.
Gugatan dalam Peradilan Tata (2) Jika suatu badan atau pejabat
tata usaha negara tidak
Usaha Negara dikenal adanya gugatan mengeluarkan keputusan yang
fiktif negatif yang diajukan oleh orang dimohon, sedangkan jangka
atau badan perdata dalam hal adanya waktu sebagaimana ditentukan
permohonan yang diajukan ke badan dalam peraturan perundang-
undangan dimaksud telah lewat,
atau pejabat tata usaha negara. Meskipun maka badan atau pejabat tata
dalam perkembangan dengan adanya usaha negara tersebut dianggap
Undang-Undang Nomor 30 tahun 2014 telah menolak mengeluarkan
tentang Administrasi Pemerintahan telah keputusan yang dimaksud.
(3) Dalam hal peraturan perundang-
berubah dengan adanya keputusan fiktif undangan yang bersangkutan
positif, meskipun dalam aturan peralihan tidak menentukan jangka waktu
tidak disebutkan adanya perubahan sebagaimana dimaksud dalam
terkait fiktif negatif ke fiktif positif. Akan ayat (2), maka setelah lewat
jangka waktu empat bulan sejak
tetapi dengan menggunakan asas hukum, diterimanya permohonan, badan
yaitu asas posterior derogate legi priori, atau pejabat tata usaha negara
maknanya adalah undang-undang yang yang bersangkutan dianggap
lebih baru mengalahkan yang lebih lama telah mengeluarkan keputusan
penolakan.
pembuatannya. Pada asas ini berlaku
Kemudian, di dalam bagian
terhadap dua peraturan yang mengatur
Penjelasan Pasal 3 disebutkan: Ayat
masalah yang sama dalam hierarkhi yang
(1) : Cukup jelas. Ayat (2): Badan
sama, sehingga keberadaan gugatan fiktif
atau pejabat tata usaha negara yang
positif tidak dijumpai lagi kecuali dalam hal
menerima permohonan dianggap telah
kasuistis dalam masa peralihan undang-
mengeluarkan keputusan yang berisi
undang.
penolakan permohonan tersebut apabila
Penulis akan membahas fiktif
tenggang waktu yang ditetapkan telah
negatif sebagai bahan perbandingan agar
lewat dan badan atau pejabat tata usaha
dapat memberikan pemahaman bahwa
negara itu bersikap diam, tidak melayani
penyelesaian sengketa melalui lembaga
permohonan yang telah diterimanya. Ayat
peradilan dapat ditempuh dengan cara
(3): Cukup jelas.
tersebut dengan tujuan memberikan
Ketentuan tersebut mengatur tentang
perlindungan hukum bagi masyarakat

29
Tanjungpura Law Journal Vol. 1, Issue 1, January 2017

penyelesaian sengketa administrasi berisi penolakan permohonan tersebut


apabila pejabat tata usaha negara bersikap (keputusan Tata Usaha Negara yang fiktif-
diam terhadap kewajibannya menerbitkan negatif).
sebuah Keputusan yang dimohonkan oleh Kemudian untuk tenggang waktu
warga masyarakat baik oleh orang atau pengajuan diatur dalam Pasal 3 ayat
badan hukum perdata (Pasal 53 Undang- (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun
Undang Nomor 5 tahun 1986). 1986 menentukan, apabila jangka waktu
Pasal 3 Undang-Undang No. 5 yang telah ditentukan dalam peraturan
Tahun 1986 tersebut diistilahkan sebagai perundang-undangan (yang mengatur
fiktif negatif karena memuat konteks kewajiban untuk memberikan jawaban atas
tentang “fiktif” yang menunjukkan bahwa suatu permohonan) telah lewat, namun
Keputusan Tata Usaha Negara yang badan atau pejabat tata usaha negara
digugat sebenarnya tidak berwujud. Ia tetap tidak berbuat apa-apa (diam), maka
hanya merupakan sikap diam dari badan dia dianggap telah menolak mengeluarkan
atau pejabat tata usaha negara yang keputusan yang dimohonkan kepadanya.
kemudian dianggap disamakan dengan Dengan dasar Pasal 3 ayat (2) tersebut,
sebuah keputusan Tata Usaha Negara penyelenggara pelayanan publik ini tidak
yang nyata tertulis. Sedangkan istilah menjawab suatu permohonan, baru dapat
“negatif” menunjukkan bahwa Keputusan diajukan setelah lewat jangka waktu yang
Tata Usaha Negara yang digugat dianggap ditentukan di dalam peraturan perundang-
berisi penolakan terhadap permohonan undangan yang mengatur kewajiban
yang telah diajukan oleh orang atau untuk memberikan jawaban atas suatu
badan hukum perdata. Apabila badan permohonan oleh badan atau pejabat tata
atau pejabat tata usaha Negara tidak usaha negara yang bersangkutan.
mengeluarkan keputusan (diam saja), Sedangkan berdasarkan Pasal 3
sedangkan hal itu menjadi kewajibannya, ayat (3) Undang-Undang No. 5 Tahun
maka sikap diamnya tersebut disamakan 1986 menentukan, apabila dalam
dengan Keputusan Tata Usaha Negara peraturan perundang-undangannya tidak
sehingga dapat digugat. menentukan jangka waktu kewajiban
Setiap badan atau pejabat tata usaha untuk menjawab suatu permohonan, maka
negara yang menjadi penyelenggara setelah lewat jangka waktu empat bulan
pelayanan publik wajib melayani setiap sejak diterimanya permohonan, badan
permohonan masyarakat yang dia terima, atau pejabat tata usaha negara yang diam
apabila hal yang dimohonkan kepadanya saja dapat dianggap telah mengeluarkan
itu menurut peraturan perundang- keputusan penolakan, dan oleh karenanya
undangan menjadi tugas (kewajibannya). masyarakat dapat mengajukan gugatan ke
Kalau badan atau pejabat tata usaha Pengadilan Tata Usaha Negara.
negara melalaikan kewajibannya itu, Pengaturan kapan diajukan gugatan
maka walaupun dia tidak berbuat apa-apa tersebut didasarkan berdasarkan tanggal
terhadap permohonan yang diterimanya, penerimaan permohonan oleh badan atau
undang-undang menganggap dia telah pejabat tata usaha negara yang biasanya
mengeluarkan suatu keputusan yang dalam suatu tanda terima yang menjadi

30
Tanjungpura Law Journal Vol. 1, Issue 1, January 2017

acuan untuk menghitung tenggang waktu untuk menetapkan dan/atau


pengajuan gugatan terhadap Keputusan melakukan Keputusan dan/
atau Tindakan sesuai dengan
Tata Usaha Negara yang fiktif-negatif.
ketentuan peraturan perundang-
Sebagai contoh Keputusan Tata undangan.
Usaha Negara yang fiktif negatif dalam (2) Jika ketentuan peraturan
implementasi Pelayanan Publik, seperti perundang-undangan tidak
menentukan batas waktu
dalam permohonan orang atau badan
kewajiban sebagaimana
hukum perdata untuk memperoleh Ijin dimaksud pada ayat (1), maka
Mendirikan Bangunan (IMB) ke Kantor Badan dan/atau Pejabat
Pelayanan Tata Kota di suatu Kota. Apabila Pemerintahan wajib menetapkan
dan/atau melakukan Keputusan
sudah melengkapi persyaratan yang harus
dan/atau Tindakan dalam waktu
dipenuhi untuk memperoleh ijin, akan paling lama 10 (sepuluh) hari
tetapi sampai dengan tenggang waktu kerja setelah permohonan
yang diatur atau 4 (empat) bulan (apabila diterima secara lengkap oleh
Badan dan/atau Pejabat
tidak diatur waktunya) setelah permohonan
Pemerintahan.
diajukan, maka orang atau badan hukum (3) Apabila dalam batas waktu
perdata dapat mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada
kepada Pengadilan Tata Usaha Negara ayat (2), Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak menetapkan
karena sikap diam pejabat Pelayanan
dan/atau melakukan Keputusan
Tata Kota yang tidak memberikan jawaban dan/atau Tindakan, maka
terhadap permohonan (apakah ditolak / permohonan tersebut dianggap
dikabulkan) dianggap sebagai suatu surat dikabulkan secara hukum.
(4) Pemohon mengajukan
keputusan penolakan.
permohonan kepada Pengadilan
B.
Melalui Permohonan Untuk untuk memperoleh putusan
Mendapatkan Keputusan dan/ penerimaan permohonan
atau Tindakan Badan atau Pejabat sebagaimana dimaksud pada
Pemerintahan. ayat (3).
(5) Pengadilan wajib memutuskan
Penyelesaian sengketa di Peradilan permohonan sebagaimana
Tata Usaha Negara yang merupakan dimaksud pada ayat (4) paling
kebalikan dari fiktif negatif adalah lama 21 (duapuluh satu)
kewenangan Pengadilan untuk memeriksa hari kerja sejak permohonan
diajukan.
dan memutus penerimaan permohonan (6) Badan dan/atau Pejabat
untuk mendapatkan Keputusan dan/ Pemerintahan wajib menetapkan
atau Tindakan Badan atau Pejabat Keputusan untuk melaksanakan
Pemerintahan yang biasanya diistilahkan putusan Pengadilan
sebagaimana dimaksud pada
sebagai keputusan fiktif positif. ayat (5) paling lama 5 (lima) hari
Permohonan tersebut didasarkan kerja sejak putusan Pengadilan
atas Pasal 53 Undang-Undang Nomor ditetapkan.
30 tahun 2014 tentang Administrasi Berdasarkan peraturan di
Pemerintahan yang berbunyi sebagai atas, pemohon adalah pihak yang
berikut : permohonannya dianggap dikabulkan
(1) Batas waktu kewajiban secara hukum akibat tidak ditetapkannya

31
Tanjungpura Law Journal Vol. 1, Issue 1, January 2017

Keputusan dan/atau tidak dilakukannya mengajukan permohonan untuk mendapat


tindakan oleh badan dan/atau pejabat Kartu Tanda Penduduk (KTP) ke Kantor
pemerintahan dan karenanya mengajukan Kependudukan dan Catatan Sipil, setelah
permohonan kepada Pengadilan yang melengkapi semua persyaratan yang harus
berwenang untuk mendapatkan putusan dipenuhi dan telah sesuai prosedur, maka
atas penerimaan permohonan. dalam jangka waktu 10 hari badan/pejabat
Disebutkan “fiktif” karena merupakan pemerintahan harus memberikan jawaban
permohonan yang diajukan dianggap atau atas permohonan tersebut dikabulkan atau
seolah-olah ada keputusan, sedangkan tidak dikabulkan.
disebutkan “positif” karena permohonan Apabila dalam jangka waktu 10
yang diajukan oleh pemohon telah hari tidak ada jawaban (sikap diam),
diterima dan diajukan permohonan ke maka hal tersebut dianggap permohonan
Pengadilan untuk mendapatkan putusan si Fulan dinyatakan diterima. Untuk
penerimaan tersebut. Untuk tenggang penerimaan tersebut, si Fulan mengajukan
waktu pengajuan permohonan disebutkan, permohonan untuk mendapatkan putusan
apabila setelah mengajukan permohonan untuk penerimaan keputusan/tindakan dari
dengan persyaratan yang lengkap, permohonan tersebut. Setelah mengajukan
dengan tenggang waktu paling lama 10 permohonan, apabila beralasan hukum,
(sepuluh) hari, pemohon tidak mendapat maka permohonan tersebut dikabulkan dan
jawaban, apakah permohonan tersebut mewajibkan Kepala Kantor Kependudukan
diterima atau ditolak, sedangkan hal itu dan Catatan Sipil untuk menerbitkan KTP
menjadi kewenangan dan kewajiban atas nama si Fulan berdasarkan Putusan
badan dan/atau pejabat pemerintahan, Pengadilan.
maka sikap diam tersebut dianggap bahwa Putusan Pengadilan yang
permohonan tersebut dikabulkan. mengabulkan permohonan penerimaan
Permohonan yang dikabulkan untuk mendapat keputusan dan/atau
tersebut kemudian yang menjadi alasan tindakan oleh pejabat/badan pemerintahan
bagi pemohon untuk mengajukan ke tentunya wajib dilaksanakan karena
Pengadilan agar permohonan yang bersifat final dan mengikat sebagaimana
dikabulkan tersebut segera dikeluarkan ketentuan Pasal 16 Peraturan Mahkamah
putusan atas penerimaan permohonan. Agung Republik Indonesia Nomor 5 tahun
Tentunya Pengadilan akan memeriksa 2015 tentang Pedoman Beracara untuk
apakah permohonan yang dikabulkan memperoleh putusan atas penerimaan
tersebut beralasan hukum dikabulkan, permohonan guna mendapatkan
atau ditolak atau tidak dapat diterima. keputusan dan/atau tindakan Badan atau
Serta apabila dikabulkan, maka Pejabat Pemerintahan.
Pengadilan memerintahkan kepada badan Berdasarkan gugatan atau melalui
dan/atau pejabat pemerintahan untuk permohonan untuk mendapatkan
menerbitkan keputusan atau tindakan keputusan dan/atau tindakan Tata Usaha
terkait permohonan yang dimaksud. Negara/Pemerintahan baik yang bersifat
Sebagai gambaran dalam fiktif negatif maupun fiktif positif dalam
pelayanan publik, sebagai contoh: si Fulan proses pelayanan publik, masyarakat

32
Tanjungpura Law Journal Vol. 1, Issue 1, January 2017

(orang atau badan hukum perdata) yang Keputusan yang dikeluarkan badan
mengajukan permohonan harus memenuhi atau pejabat pemerintahan tentunya
semua persyaratan dan ketentuan yang dalam memberikan pelayanan kepada
diatur dalam peraturan perundang- masyarakat yang mengajukan permohonan
undangan baik dari segi kewenangan harus sesuai dengan ketentuan yang
lembaga yang menerbitkan, prosedur yang berlaku. Hal ini juga sebagaimana diatur
harus dilalui serta sesuai dengan subtansi dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor
permohonannya. 30 tahun 2014 tentang Administrasi
Di bawah ini diperbandingkan antara Pemerintahan yang berbunyi :
keputusan yang bersifat fiktif negatif (1) Syarat sahnya Keputusan
meliputi:
dan fiktif positif dalam keputusan yang a. ditetapkan oleh pejabat yang
dikeluarkan oleh badan dan/atau pejabat berwenang;
b. dibuat sesuai prosedur; dan
pemerintahan yang diajukan ke Pengadilan
c. substansi yang sesuai
ke dalam tabel berikut ini : dengan objek Keputusan.
Tabel 1
Perbandingan Keputusan Fiktif Negatif dengan Fiktif Positif

No Perbandingan Keputusan Fiktif Negatif Keputusan Fiktif Positif


1. Dasar hukum Pasal 55 UU No. 5 tahun 1986 Pasal 53 UU No. 30 tahun 2014 dan
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5
tahun 2015
2. Bentuk Pengajuan ke Dengan Gugatan Biasa Dengan Permohonan
Pengadilan
3. Subyek Hukum Penggugat : Orang atau Badan Pemohon : pihak yang permohonannya
Hukum Perdata dianggap dikabulkan secara hukum
Tergugat : Badan atau Pejabat Termohon : Badan dan/atau Pejabat
Tata Usaha Negara Pemerintahan
4. Tenggang waktu Diatur dalam ayat (2) dan (3) Apabila tenggang waktu tidak diatur
yaitu setelah jangka waktu dalam peraturan, maka 10 hari
berakhir dan apabila tidak diatur sejak diajukan permohonan, apabila
maka jangka waktunya adalah telah lewat maka dapat diajukan
4 bulan dan berpedoman pada permohonan ke Pengadilan
Pasal 55 UU No. 5 thn 1986
5. Keputusan/Tindakan Dianggap Penolakan Dianggap permohonan diterima/
dikabulkan
6. Hukum acara Hukum acara biasa Sesuai dengan Perma No. 5 tahun
sebagaimana diatur dalam UU 2015
Peratun
7. Pelaksanaan Putusan Tidak diatur waktu Pelaksanaan Putusan apabila
pelaksanaan putusan apabila permohonan dikabulkan yaitu paling
dikabulkan, jadi tetap merujuk lama 5 hari kerja sejak Putusan
ke pelaksanan Putusan pada ditetapkan (Pasal 53 ayat 6 UU No. 30
acara biasa. thn 2014)
8. Upaya Hukum Dapat menempuh Upaya Tidak Ada Upaya Hukum
Hukum Biasa dan Luar Biasa

33
Tanjungpura Law Journal Vol. 1, Issue 1, January 2017

(2) Sahnya Keputusan sebagaima- pertambangan. Oleh karena itu, warga


na dimaksud pada ayat (1) di- negara dan badan hukum perdata
dasarkan pada ketentuan pera-
turan perundang-undangan dan perlu mendapat perlindungan hukum,
AUPB. terutama untuk memperoleh kepastian
Masyarakat yang menghadapi hukum dan jaminan keamanan, yang
pelayanan publik, yang kemudian merupakan faktor penentu bagi kehidupan
mengharapkan penyelenggara pelayanan dunia usaha. Kedua, hubungan antara
publik mengeluarkan suatu keputusan pemerintah dengan warga negara tidak
sesuai dengan permohonannya, akan berjalan dalam posisi sejajar. Warga
tetapi tidak memberikan jawaban ataupun negara merupakan pihak yang lebih
tanggapan, apakah permohonan tersebut lemah dibandingkan dengan pemerintah.
diterima atau ditolak dapat menempuh Ketiga, berbagai perselisihan warga
upaya litigasi dengan mengajukan gugatan negara dengan pemerintah itu berkenaan
maupun permohonan ke Pengadilan dengan keputusan dan ketetapan, sebagai
Tata Usaha Negara sebagai peradilan instrumen pemerintah yang bersifat
administrasi. sepihak dalam melakukan intervensi
Karena tujuan peradilan administrasi terhadap kehidupan warga negara.
itu sendiri menurut Sjachran Basah, Pemerintah sebagai pejabat
adalah bentuk memberikan pengayoman administrasi di dalam mengeluarkan
hukum dan kepastian hukum, baik bagi kebijakan (beleid) biasanya hanya
rakyat maupun administrasi negara dalam berdasarkan interpretasi yang dipahami
arti terjaganya keseimbangan kepentingan olehnya. Namun dengan adanya
masyarakat dengan kepentingan individu. kebebasan bertindak pada pemerintah
Untuk administrasi negara akan terjaga dalam menjalankan fungsi administrasi
ketertiban, ketentraman dan keamanan dapat saja terjadi perbuatan atau tindakan
dalam pelaksanaan tugas-tugasnya, demi yang menyimpang dari peraturan hukum
terwujudnya pemerintahan bersih dan yang berlaku sehingga tendensinya
berwibawa dalam kaitan negara hukum dapat menimbulkan kerugian pada pihak
berdasarkan Pancasila4. administrabele.5
Pentingnya warga negara harus Karena pembuatan keputusan
mendapat perlindungan hukum dari dan ketetapan yang didasarkan pada
tindakan pemerintah, didasarkan kepada kewenangan bebas akan membuka
beberapa alasan, yaitu: Pertama, karena peluang terjadinya pelanggaran hak-hak
dalam berbagai hal warga negara dan warga negara. Meskipun demikian, bukan
badan hukum perdata tergantung pada berarti kepada pemerintah tidak diberikan
keputusan-keputusan dan ketetapan- perlindungan hukum. Sebagaimana
ketetapan pemerintah, seperti kebutuhan disebutkan Sjachran Basah di atas,
terhadap izin yang diperlukan untuk perlindungan hukum ter­hadap administrasi
usaha perdagangan, perusahaan, atau negara itu sendiri dilakukan terhadap
sikap tindakannya dengan baik dan benar
4 Sjachran Basah. 1985. Eksistensi dan Tolok
Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia. 5 Muchsan. 1982. Pengantar Hukum Administrasi
Bandung: Alumni, hlm.154. Negara Indonesia. Yogyakarta: Liberty, hlm. 74.

34
Tanjungpura Law Journal Vol. 1, Issue 1, January 2017

menurut hukum. bubarkan suatu badan hukum.


Perlindungan hukum bagi rakyat 4. Yang memberikan beban (kewa-
jiban).
di Indonesia akibat tindakan hukum
5. Yang memberikan keuntungan.
pemerintah ada beberapa kemungkinan,
Adapun keputusan positif yang mem-
tergantung dari instrumen hukum yang
berikan keuntungan berdasarkan pemba-
digunakan pemerintah ketika melakukan
gian golongan di atas adalah:
tindakan hukum. Telah disebutkan bahwa 1. Dispensasi, yaitu pernyataan dari
instrumen hukum yang lazim digunakan pejabat administrasi yang ber-
adalah keputusan atau ketetapan. wenang, bahwa suatu ketentuan
undang-undang tertentu memang
Tindakan hukum pemerintah yang berupa
tidak berlaku terhadap kasus
mengeluarkan keputusan, sebagaimana yang diajukan seseorang di da-
dalam Peradilan Tata Usaha Negara, lam surat permintaannya.
objek sengketanya adalah berupa surat 2. Izin (vergunning), yaitu dispensasi
dari suatu larangan.
keputusan yang bersifat tertulis, konkret,
3. Lisensi, yaitu izin yang bersifat
individual dan final. Hal ini telah diatur di komersial dan mendatangkan
dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang laba.
Nomor 51 tahun 2009 tentang Perubahan 4. Konsesi, yaitu penetapan yang
memungkinkan konsesionaris
Kedua Undang-Undang Nomor 5 tahun
mendapat dispensasi, izin, lisen-
1986 tentang Peradilan Tata Usaha si, dan juga semacam wewenang
Negara. pemerintahan yang memung-
Harapan masyarakat dengan kinkannya untuk memindahkan
kampung, membuat jalan raya
adanya gugatan/permohonan kepada
dan sebagainya. Oleh karena itu
Pengadilan Tata Usaha Negara agar pemberian konsesi haruslah den-
dapat memberikan suatu putusan gan kewaspadaan, kewicaksan-
terkait dengan permohonannya yang an, dan perhitungan yang sema-
tang-matangnya.
tentunya mengharapakan pelayan publik
Selain keputusan positif dan men-
mengeluarkan suatu keputusan positif
guntungkan, diharapkan keputusan yang
bukan merupakan keputusan yang bersifat
dikeluarkan badan atau pejabat pemer-
negatif (penolakan).
intahan dalam mengeluarkan keputusan/
Keputusan positif diartikan sebagai
tindakan sebagaimana permohonan mau-
sebuah keputusan pemberian hak-
pun atas perintah pengadilan (gugatan/
hak tertentu yang sebenarnya hak itu
permohonan dikabulkan) harus memenuhi
sudah ada untuk mendapatkannya dia
kriteria sebagaimana ketentuan Pasal 55
harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Undang-Undang Nomor 30 tahun 2014
Keputusan positif terdiri atas lima golongan,
tentang Administrasi Pemerintahan, yaitu :
yaitu:
(1) Setiap Keputusan harus diberi
1. Keputusan yang umumnya
alasan pertimbangan yuridis,
melahirkan atau menimbulkan
sosiologis, dan filosofis yang
keadaan hukum baru.
menjadi dasar penetapan
2. Yang menciptakan keadaan hu-
Keputusan.
kum baru hanya terhadap suatu
(2) Pemberian alasan sebagaimana
objek saja.
dimaksud pada ayat (1) tidak
3. Yang membentuk atau mem-
diperlukan jika Keputusan

35
Tanjungpura Law Journal Vol. 1, Issue 1, January 2017

tersebut diikuti dengan yang berkelanjutan dan berkeadilan.6


penjelasan terperinci. Permasalahan yang sering terjadi
(3) Ketentuan sebagaimana
setelah melalui proses di Pengadilan
dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) berlaku juga dalam hal adalah dalam hal pelaksanaan putusan
pemberian alasan terhadap (eksekusi), dimana aparat pemerintah
keputusan Diskresi. tidak menjalankan putusan yang sudah
Keputusan-keputusan baik yang berkekuatan hukum tetap. Hal ini menjadi
bersifat menguntungkan maupun yang kendala bagi masyarakat pencari keadilan
bersifat merugikan dengan ditolak sehingga perlu untuk mengatasi masalah
atau tidak diterimanya permohonan tersebut dengan salah satu cara, yaitu
tentunya sebagai bagian transparansi memberikan ancaman pidana bagi aparat
penyelenggara pemerintahan sebagai pemerintah yang tidak melaksanakan
pelayan publik, sehingga masayarakat putusan pengadilan karena merupakan
dapat mengetahui alasan-alasan diterima perbuatan penghinaan Pengadilan
atau ditolaknya permohonan. (contemp of court).
Dikeluarkannya suatu keputusan,
masyarakat menjadi mengetahui III. Kesimpulan
permohonan yang diajukan sudah sesuai
Pelayanan publik diharapkan
dengan syarat-syarat yang telah ditentukan
dapat terselenggara dengan baik
oleh penyelenggara yang berwenang
dalam memberikan pelayanan kepada
ataupun ada alasan subtansi lain yang
masyarakat tanpa harus melalui jalur
menjadi dasar diterima atau ditolaknya
gugatan di Pengadilan. Akan tetapi
permohonan, sehingga tidak bersikap
jika penyelenggara pelayanan publik
diam yang akhirnya dapat menimbulkan
belum dapat untuk memberikan jaminan
permasalahan baru.
perlindungan hak-hak dan kepastian
Harapan masyarakat dengan
hukum bagi masyarakat, maka Peradilan
pelayanan publik yang semakin baik akan
Tata Usaha Negara menjadi tempat bagi
juga mempengaruhi tingkat kepercayaan
masyarakat untuk memperoleh keadilan.
masyarakat kepada pemerintah semakin
Penyelesaian permasalahan melalui
tinggi dan juga dapat mencegah praktik-
Peradilan Tata Usaha Negara dalam
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
hal adanya permohonan yang diajukan
Karena praktik tersebut biasa muncul
kepada Badan/Pejabat Tata Usaha Negara
dari oknum-oknum peyelenggara pelayan
dalam konteks memberikan pelayanan
publik yang memanfaatkan masyarakat
publik dapat dilalui melalui 2 cara,
untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
yaitu melalui gugatan fiktif negatif dan
Oleh karena itu, penerapan tata kelola
melalui permohonan untuk mendapatkan
pemerintahan yang baik (good governance)
Keputusan dan/atau Tindakan Badan atau
merupakan suatu kebutuhan dalam
Pejabat Pemerintahan yang biasanya
rangka meningkatkan pelayanan publik
diistilahkan sebagai keputusan fiktif positif.
bagi masyarakat serta sebagai standar
penentu untuk mencapai pembangunan 6 Hetifah Sj. Sumarto. 2003. Inovasi, Partisipasi
dan Good Governance. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, hlm. 5.

36
Tanjungpura Law Journal Vol. 1, Issue 1, January 2017

Keberadaan kedua cara atau Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009


instrumen tersebut di Peradilan Tata Usaha tentang Pelayanan Publik (Lembaran
Negara diharapkan dapat digunakan Negara Republik Indonesia Tahun
sebagai mekanisme bagi orang atau badan 2009 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik
hukum perdata dalam menuntut hak-haknya
Indonesia Nomor 5038).
untuk dilayani serta sebagai alat kontrol
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009
atau pengawasan bagi penyelenggara
tentang Perubahan Kedua Undang-
pelayanan publik untuk bekerja secara Undang Nomor 5 Tahun 1986
baik dalam melayani masyarakat. Karena tentang Peradilan Tata Usaha
pada akhirnya, pelayanan publik ke depan Negara (Lembaran Negara Republik
diharapkan mampu menerapkan tata kelola Indonesia Tahun 2009 Nomor
pemerintahan yang baik (good governance) 160, Tambahan Lembaran Negara
dalam upaya memberi kepastian hukum Republik Indonesia Nomor 5079).
dan keadilan bagi masyarakat. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014
tentang Administrasi Pemerintahan
(Lembaran Negara Republik
Bibliografi
Indonesia Tahun 2014 Nomor
Buku: 292, Tambahan Lembaran Negara
Muchsan. 1982. Pengantar Hukum Republik Indonesia Nomor 5601).
Administrasi Negara Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor. 96 tahun
Yogyakarta: Liberty. 2012 tentang Pelaksanaan UU No.
Hetifah Sj. Sumarto. 2003. Inovasi, 25 tahun 2009 tentang Pelayanan
Partisipasi dan Good Governance. Publik (Lembaran Negara Republik
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Indonesia Tahun 2012 Nomor
Sjachran Basah. 1985. Eksistensi dan 215, Tambahan Lembaran Negara
Tolok Ukur Badan Peradilan Republik Indonesia Nomor 5357).
Administrasi di Indonesia. Bandung: Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5
Alumni. Tahun 2015 tentang Pedoman
Beracara untuk Memperoleh Putusan
Peraturan Perundang-Undangan:
Atas Penerimaan Permohonan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 guna Mendapatkan Keputusan dan/
tentang Peradilan Tata Usaha atau Tindakan Badan atau Pejabat
Negara (Lembaran Negara Republik Pemerintahan (Berita Negara
Indonesia Tahun 1986 Nomor Republik Indonesia Tahun 2015
77, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1268).
Republik Indonesia Nomor 3344).
Internet:
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
tentang Perubahan Undang- http://upeks.fajar.co.id/utama/pencabutan-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 perda.html. (Diakses pada tanggal 26
tentang Peradilan Tata Usaha Juli 2016)
Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor
35, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4380).

37

Anda mungkin juga menyukai