Anda di halaman 1dari 27

PERAN IP ADDRESS DAN DOMAIN NAME

DALAM CYBER JURISDICTION


PRESENTASI TESIS

Satriyo Wibowo, ST, MBA


NPM: 13/360258/PHK/08154
Dosen: Wahyu Yun Santosa, SH, M.Hum, L.LM
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
• Kedaulatan Indonesia di dunia internet merupakan dasar
berlakunya hukum Indonesia
• Penentuan wilayah yurisdiksi Indonesia di dunia internet seringkali
menjadi pertanyaan dikarenakan konsep cyber territory yang
belum jelas disepakati
• IP address dan domain name seringkali dijadikan dasar
pengenaan yuridiksi Indonesia dalam kasus kejahatan dunia cyber
• IP address dan domain name tidak dimiliki oleh negara dan
dikelola oleh komunitas internet
PENDAHULUAN
PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah peran IP address dan Domain name
dalam mengatasi permasalahan tindak pidana cyber?
2. Bagaimanakah IP address dan Domain name dapat
menjadi batas-batas teritori logic negara di dunia
cyber dalam konsep Cyber Territory?
3. Apa diperlukan konsep Cyber Territory di Indonesia?
PENDAHULUAN
KEASLIAN PENELITIAN
• Untuk memastikan keaslian penelitian, penulis memeriksa judul-judul tesis Fakultas Hukum
Universitas Gajah Mada di perpustakaan dan menemukan beberapa judul yang berkaitan
dengan cybercrime, cyberlaundering, dan cybernotary namun tidak secara tegas berbicara
mengenai IP address dan Domain name dalam kaitannya dengan Cyber Territory. Penulis juga
berkonsultasi dengan dosen-dosen di luar Universitas Gajah Mada yaitu:
• Universitas Indonesia : Dr. Edmon Makarim, S.Kom., S.H., LL.M,
• Universitas Padjadjaran: Dr. Sigid Suseno, S.H., M.Hum dan Dr. Sinta Dewi, S.H., LL.M.,
• Universitas Islam Bandung: Ratna Januarita, S.H., M.Kn,
• Institut Teknologi Bandung: Ir. Yudi Satria Gondokaryono, MSc, Ph.D dan Dr. Ir. Agung
Harsoyo MSc, M.Eng.
• Kesimpulan dari konsultasi dan diskusi di atas bahwa penelitian ini adalah baru dikarenakan
menentang pendapat awal bahwa internet adalah borderless dan tidak bisa dilakukan
pembatasan wilayah.
PENDAHULUAN
KEGUNAAN PENELITIAN
• Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari dua kategori, manfaat
di bidang penelitian hukum dan dalam dunia praktek penegakan
hukum.
• Di bidang penelitian hukum digunakan sebagai dasar untuk
pengelolaan IP address dan Domain name untuk kemudian
dikembangkan ke dalam konsep Cyber Territory di Indonesia
• Di bidang praktek penegakan hukum digunakan sebagai
landasan pembentukan peraturan pengelolaan IP address
dan Domain name serta peraturan lain turunannya
PENDAHULUAN
TUJUAN PENELITIAN
1. Menjelaskan peran IP address dan Domain
name dalam penyelidikan kasus cyber crime
2. Menjelaskan konsep kepemilikan IP address
dan Domain name dan bagaimana keduanya
dapat menjadi batas teritori logic di dunia cyber
dalam suatu konsep Cyber Territory
3. Mengenalkan konsep secara umum Cyber
Territory di Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA
CYBER JURISDICTION
• Yurisdiksi(jurisdiction) adalah wilayah hukum berlakunya undang-undang
suatu negara.
• Yurisdiksi silang (cross-jurisdiction) dipakai untuk menjelaskan terjadinya
hubungan antara dua atau lebih entitas yang berbeda yurisdiksi untuk hal
tertentu. Istilah cross-jurisdiction ini akan digunakan untuk menjelaskan
kerjasama antara beberapa pihak yang berbeda yurisdiksi dalam dua sisi,
satu sisi adalah kerjasama untuk melakukan kejahatan (di dunia cyber)
sedangkan di sisi lain adalah kerjasama dalam rangka penegakan hukum
akan kejahatan tersebut.
• Adanya yurisdiksi akan melahirkan tanggung jawab (responsibility) dan
kewajiban (liability) yang keduanya berhubungan dengan penegakan hukum
internasional dan konsekuensi pelanggarannya.
TINJAUAN PUSTAKA
IP ADDRESS
• IP Address (Alamat Protokol Internet) adalah nomor identifikasi yang
diberikan (assigned) pada sebuah perangkat untuk terhubung ke jaringan
internet dengan menggunakan protokol internet
• Praktek NAT (Network Address Translation) memperkenalkan konsep IP
Publik dan IP Privat untuk mensiasati alokasi IPv4 yang terbatas.
• IANA (Internet Assigned Numbers Authority) sebagai pengatur sumber daya
internet dunia, termasuk IP Address. Di Indonesia, tugas pengelola ini
dipegang oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia)
dalam wadah IDNIC (Indonesia Network Information Center) yang
berkoordinasi dengan APNIC.
• IP Address pengirim atau sumber dan tujuan tercetak pada header dalam
suatu paket data yang bergerak menuju tujuannya melalui bantuan router
dan DNS.
TINJAUAN PUSTAKA
DOMAIN NAME
• Domain Name atau Nama Domain adalah alamat internet penyelenggara negara,
Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat, yang dapat digunakan dalam
berkomunikasi melalui internet, yang berupa kode atau susunan karakter yang
bersifat unik untuk menunjukkan lokasi tertentu dalam internet.
• Top Level Domain (TLD) adalah domain level tertinggi yang terdiri dari satu kata dan
hanya dipisahkan oleh titik (dot) dengan nama domain dan country code top level
domain (ccTLD) adalah Nama Domain yang dialokasikan kepada negara (Indonesia
= .id)
• Tiap Domain Name haruslah terkait dengan minimal satu IP Address yang melekat
pada server layanannya untuk bisa dihubungi dan informasinya disimpan oleh DNS
dan Root Server.
• ICANN (Internet Corporation for Assigned Names and Numbers) merupakan badan
khusus yang dibentuk di atas IANA untuk mengkoordinasi identitas unik ini sehingga
internet seluruh dunia dapat terhubung secara aman. Di Indonesia, peranan ICANN
diwakili oleh PANDI (Pengelola Nama Domain Internet Indonesia)
TINJAUAN PUSTAKA
TEORI KEDAULATAN NEGARA
• Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933 tentang Hak-Hak dan Kewajiban-
Kewajiban Negara menyatakan bahwa syarat-syarat terbentuknya negara
adalah:
• memiliki penduduk yang tetap
• memiliki wilayah tertentu
• memiliki pemerintahan
• memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan-hubungan dengan negara-
negara lain
• Kelsen: negara adalah kesatuan hukum yang mengikat individu yang hidup
dalam suatu wilayah pada saat tertentu. Kedaulatan merupakan suatu
kekuatan tertinggi yang dapat memaksakan hukum, aturan, dan perintah
yang memaksa orang untuk melaksanakannya. Namun kedaulatan itu tidak
ada artinya apabila negara masih belum mampu untuk memaksakan haknya
dalam berkuasa.
TINJAUAN PUSTAKA
TEORI-TEORI LAIN
• TEORI STATE LIABILITY AND RESPONSIBILITY
• Zemanek: istilah ‘tanggung jawab’ berkaitan dengan tindakan yang merugikan
sementara ‘kewajiban’ mengarah kepada tugas untuk memperbaiki kerusakan
material akibat suatu tindakan hukum
• ILC-UN: kerusakan yang diakibatkan oleh pelanggaran hukum internasional menjadi
tanggung jawab negara pelanggar dan kewajiban untuk memperbaiki segala
kerusakannya baik moral maupun material sampai korban merasa puas
• TEORI IDENTITAS
• Palfrey dan Gasser: identitas digital dari masyarakat cyber dimana informasi
identitas fisik dikaitkan dengan identitasnya di media sosial, permainan, forum, dan
sebagainya yang baik yang nyata, palsu, ataupun yang bersifat anonim
• Stryker dan Burke: identitas pribadi terbentuk dari hubungan dengan sosial dan
mengkombinasikan konsep peran dan konsep diri, bagaimana pribadi bisa
mendefinisikan dirinya yang berbeda dengan orang lain.
TINJAUAN PUSTAKA
POLITIK HUKUM INDONESIA
• Tujuan negara dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4:
• membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
• memajukan kesejahteraan umum,
• mencerdaskan kehidupan bangsa,
• ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial
• UUD 1945 Perubahan ke-4 pasal 33: “Cabangcabang produksi yang penting
bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara”
TINJAUAN PUSTAKA
CYBER LAW INDONESIA
• Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik [UU
ITE] pasal 2: “Undang-Undang ini berlaku untuk setiap Orang yang melakukan
perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, baik yang berada
di wilayah hukum Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki
akibat hukum di wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia
dan merugikan kepentingan Indonesia”.
• Undang-Undang No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi [UU TEL] pasal 23
tentang Penomoran dimana penyelenggaraan jaringan dan jasa telekomunikasi
ditetapkan menggunakan sistem penomoran.
• Peraturan Menteri Kominfo no. 23 tahun 2013 tentang Pengelolaan Nama Domain
• Inisiatif pemerintah untuk ikut mengelola IP Address dalam RPM Pengelolaan Nomor
Protokol Internet
TINJAUAN PUSTAKA
CYBER LAW DI NEGARA LAIN
• Singapura mengeluarkan Computer Misuse Act 1993 yang kemudian diamandemen
berdasarkan Act. No. 42 tahun 2005 yang mencakup akses komputer tanpa ijin, akses
dengan niatan penyerangan, perubahan material komputer tanpa ijin, penggunaan atau
penyadapan komputer tanpa ijin, menghalangi penggunaan komputer tanpa ijin, dan
penyingkapan kode akses tanpa ijin.
• Malaysia mengeluarkan Computer Crimes Act 1997.
• Jepang mengeluarkan Law no. 128/1999 Unauthorized Computer Access Law yang
menyebutkan pidana yang berkaitan dengan kejahatan internet.
• China menerbitkan Regulations on Safeguarding computer Information Systems,
Feb.1996.
• Vietnam menerbitkan Law on information technology (No. 67/2006/QH11) yang berkaitan
dengan kejahatan komputer dan internet.
• Amerika Serikat mengeluarkan berbagai macam peraturan perundang-undangan
berkaitan dengan kejahatan komputer dan internet.
METODE PENELITIAN
BAHAN/MATERI PENELITIAN
• Penelitian Hukum Normatif - Empiris
• Sumber Data Primer
• Purposive/Judgemental Sampling dari:
• Pemerintahan (pembuat dan pelaksana kebijakan)
• Komunitas internet Indonesia
• Lembaga asing yang berhubungan
• Sumber Data Sekunder
• Bahan hukum
• Dokumen, bahan presentasi, kajian akademis, paper
• Berita online dan cetak
METODE PENELITIAN
ALAT PENELITIAN
• Komunikasi langsung melalui pedoman wawancara untuk
informasi dan permintaan data
• Informasi: bersifat subyektif berupa pendapat yang berasal
dari pengalaman dan pengetahuan narasumber mengenai
suatu permasalahan
• Data: bersifat obyektif yang merupakan fakta, kejadian, dan
tidak berubah
• Studi dokumenter
• Analisa kualitatif
METODE PENELITIAN
NARASUMBER
1. Benyamin Sura, Direktur Telekomunikasi Dirjen Penyelenggara Pos dan
Informatika Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
2. Kombes Rahmat Wibowo, Kasubdit Cybercrime, Badan Reserse Kriminal
Kepolisian Republik Indonesia
3. Benjamin Naiboho, Kabid NIR (IDNIC - Indonesia Network Information
Center), Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
4. Andi Budimansyah, Ketua Umum Pengelola Nama Domain Indonesia
(PANDI)
5. Sanjaya, Deputy Director of APNIC (Asia-Pacific Network Information
Center)
6. Christophe Durand, Head of Cyber Strategy of Interpol
HASIL PENELITIAN
DUA ALIRAN DALAM CYBER JURISDICTION
• UNREGULATED: Aliran pendapat yang pertama berpendapat bahwa internet adalah
tanpa batas baik dari sisi moral, hukum, teritorial, yurisdiksi, tindakan, dan sebagainya.
Pendapat ini menolak segala hal campur tangan pemerintah dan terus mengupayakan
terlepasnya dunia fisik yang punya keterbatasan dengan dunia maya. Jargon yang
muncul adalah: Anonimitas, Freedom of Expression, Net Neutrality, Free Flow Information
on the Internet. Beberapa produk standar hukum yang telah dihasilkan adalah UDRP dan
dikembangkan standar baru MMOJ.
• REGULATED: Aliran pendapat yang kedua menyatakan bahwa pengguna internet masih
terikat secara fisik dalam suatu keterbatasan yurisdiksi, dan bertanggung jawab penuh
akan tindakannya. Kontrol pemerintah sangat maksimal untuk mengatur mana yang boleh
diakses dan mana yang tidak boleh diakses oleh penduduknya.
• Uni Eropa mencoba berada di tengahnya dengan Right to be Forgotten
• Indonesia melalui kampanye Cyber Ethics dengan kebebasan yang bertanggung jawab.
HASIL PENELITIAN
IP ADDRESS SEBAGAI IDENTITAS CYBER
• IP Address secara jelas mendefinisikan dirinya sebagai bagian dari suatu alokasi alamat
yang besar dan kita bisa menemukannya dengan menggunakan beberapa tools seperti
whois yang disediakan oleh NIC
• Informasi yang bisa didapatkan dari whois bisa jadi beraneka ragam, namun yang pasti
memuat informasi mengenai posisi negara, ISP yang bertanggung jawab, lokasi, dan
terkadang kontak yang bisa dihubungi apabila terjadi penyalahgunaan.
• adanya kesulitan menjadikan IP Address ini sebagai identitas terpercaya karena banyak
praktek kejahatan cyber yang menggunakan teknik IP Spoofing untuk menutupi IP
Address sebenarnya
• Metode lain untuk menyembunyikan IP Address adalah melalui proxy server dan VPN
• IP Address melekat pada perangkat, bukan pada personal yang mempunyai tanggung
jawab hukum sehingga harus dibuktikan dahulu siapa di belakang perangkat tersebut
pada saat kejadian kejahatan terjadi.
HASIL PENELITIAN
DOMAIN NAME SEBAGAI IDENTITAS CYBER
• Domain Name terutama yang menggunakan ccTLD merupakan perwakilan identitas
yang lebih nyata karena alokasi dan pengaturannya lebih ketat
• Domain Name ccTLD (country code top level domain) milik Indonesia adalah .id
dengan PANDI sebagai regulatornya berdasarkan Permen Nama Domain
• Domain tersebut antara lain .mil.id (milltary allocation).net.id (ISP allocation), .go.id
(government allocation), .id (free allocation), .co.id (corporate/commercial allocation),
.web.id (e-commerce allocation), .or.id (organization/other allocation), .sch.id (school
allocation), ac.id (academic allocation), .my.id (personal allocation), .biz.id
(business/SME allocation), dan .desa.id (village allocation)
• pemilik domain .id telah divalidasi benar-benar sehingga dapat dinyatakan sebagai
entitas yang mewakili Indonesia dan serangan cyber kepada website berdomain
tersebut merupakan serangan yang merugikan kepentingan Indonesia sehingga
dapat berlaku pasal pidana dalam UU ITE seperti yang dijelaskan pada pasal 2
HASIL PENELITIAN
IXP DAN NAP SEBAGAI CYBER BORDER
• Tujuan utama IXP adalah untuk menjaga traffic internet lokal terhubung satu
sama lainnya tanpa harus melewati traffic internasional sehingga
mengurangi biaya interkoneksi antar ISP.
• Selalu ada jaringan internasional yang terhubung dengan IXP untuk
memanfaatkan akses langsung kepada konten lokal dan pengguna lokal.
Adanya jaringan lokal dan internasional yang terhubung inilah yang
memberikan karakteristik sebuah batas negara
• Beda antara NAP (Network Access Point) dan IXP adalah NAP berbayar dan
ada kontrak antara masing-masing ISP yang terhubung di dalam satu NAP
yang berdasarkan besaran traffic inbound outbound antar ISP tersebut
PEMBAHASAN
ANALISA LEGAL
• Secara hukum dan prakteknya, kepemilikan dari IP Address adalah oleh IANA sebagai
organisasi pemegang kekuasaan tertinggi dalam pengaturan alokasi IP Address.
• Status IANA saat ini masih terikat kontrak stewardship dengan pemerintah Amerika
• Status dari penyedia jasa internet adalah mendapatkan alokasi dan berhak
mengelolanya, dengan biaya tertentu, sehingga lebih kepada penyewa bukan pemilik.
• Pasal 1548 KUHPerdata:
• “Sewa menyewa adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu
mengikatkan diri untuk memberikan kenikmatan suatu barang kepada pihak yang
lain selama waktu tertentu, dengan pembayaran suatu harga yang disanggupi oleh
pihak tersebut terakhir itu..”
• IP Address dan Domain Name dipandang penting bagi negara karena menguasai hajat
hidup orang banyak sehingga harus dikuasai negara. UU Tel pasal 23 dan UU ITE pasal 2
merupakan perwujudan teori kedaulatan Kelsen.
PEMBAHASAN
IP ADDRESS DAN DOMAIN NAME DALAM CYBER CRIME
• IP Address sebagai identitas cyber yang sangat penting dalam upaya penyidikan dan
penyelidikan kejahatan cyber di Indonesia dan hampir selalu mampu menunjukkan lokasi
pelaku tindak kejahatan.
• Setelah ditemukan IP Address pelaku kejahatan yang sesungguhnya, problem yang
mengemuka adalah bagaimana memastikan siapa subyek hukum dari perangkat tempat
melekatnya IP Address tersebut.
• ISP selalu membantu polisi menunjukkan lokasi IP Address dari pelanggan yang
teridentifikasi sebagai pelaku kejahatan cyber meskipun selalu kesulitan ketika ISP yang
digunakan adalah perusahaan seluler karena penggunaan NAT.
• Kasus serangan pada Domain Name banyak terjadi ketika timbul ketegangan antara
Indonesia dengan negara tetangganya berkaitan dengan isu politik atau hal lainnya,
namun sekarang berkembang serangan APT dan social engineering untuk mendapatkan
akses lebih jauh lagi ke dalam sistem
PEMBAHASAN
IP ADDRESS DAN DOMAIN NAME DALAM CYBER BORDER
• Jones: pembentukan perbatasan darat menjadi 4 tahapan: alokasi,
delimitasi, demarkasi, dan administration
• Pengalokasian IP Address dan Domain Name sebagai identitas cyber telah
menjadi standar internet dan dijalankan di seluruh dunia. Namun sampai
sekarang belum ada kesepakatan dan kesepahaman dengan negara
tetangga mengenai konsep cyber territory ini sehingga tahapan delimitasi
belum dapat dicapai, meskipun tahapan administrasi sebenarnya telah
berjalan dengan sendirinya.
• IP Address inilah yang menjadi ‘wilayah’ sekaligus ‘penduduk’ yang mewakili
kepentingan penggunanya. Domain Name hanyalah sekadar ekstensi dari IP
Address yang lebih kental mengandung kepentingan ekonomi. Keduanya
bukan sebagai cyber border
PEMBAHASAN
CYBER TERRITORY
• Konsep Cyber Territory menjelaskan mengenai bagian wilayah (daerah hukum) suatu
negara di dunia cyber.
• Dengan adanya kejelasan mengenai batas negara di dunia cyber, negara dapat
meletakkan hak kedaulatannya untuk mengatur dan menegakkan hukum sesuai
yurisdiksinya.
• Permasalahan yang dapat diselesaikan dengan konsep Cyber Territory:
• Cross-jurisdiction cyber crime, cyber laundering
• Industri e-commerce: cyber notary, e-contract and e-taxation
• Perlindungan privasi online dalam cloud services
• Link antara identitas personal dengan identitas cyber
• Namun demikian konsep ini haruslah tunduk dalam hukum internasional sebagai
beban tanggung jawab dan kewajiban negara terhadap negara lainnya.
KESIMPULAN
1. IP Address (Publik) sebagai identitas cyber merupakan salah satu komponen
terpenting dalam mengatasi permasalahan tindak pidana cyber. IP Address melekat
pada perangkat sehingga dibutuhkan pembuktian lebih lanjut mengenai siapa yang
bertanggung jawab di belakang perangkat tersebut pada waktu dan tempat kejadian
perkara. Domain Name adalah turunan IP Address dalam bentuk nama sehingga
lebih mudah diakses, umumnya dilekatkan pada server penyedia layanan. Domain
Name .id merupakan ccTLD memiliki kepentingan Indonesia di dalamnya yang
dilindungi oleh UU ITE pasal 2
2. IXP dan NAP lebih tepat dinyatakan sebagai cyber border karena dalam prakteknya
sebagai titik temu antara IP Address nasional dan internasional.
3. Konsep cyber jurisdiction, cyber border, cyber territory merupakan konsep yang
sedang berkembang dan masih belum bisa diterima oleh komunitas internet dan
pemerintah secara resmi namun berpotensi menyelesaikan permasalahan-
permasalahan kepastian hukum dan yurisdiksi negara di dunia cyber di masa depan.
SARAN
1. Rancangan Peraturan Menteri Kominfo tentang Pengelolaan Nomor Protokol Internet
merupakan salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah dalam penguasaan
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak yang semestinya segera disahkan
2. Tata aturan penggunaan IP Address baik yang publik maupun privat harus disiapkan
untuk mempermudah penyelidikan kasus cyber crime. Pengguna haruslah mendapat
alokasi IP Publik yang tetap sehingga mudah di-traceback untuk menghindari
penyalahgunaan internet.
3. Tata kelola IXP dan NAP antara pemerintah dan industri harus mulai dirumuskan
sehingga jelas hak, kewajiban, dan tanggung jawab masing-masing stakeholder.
4. Apabila konsep alokasi dalam cyber border telah dapat diterima di dunia
internasional, maka langkah selanjutnya adalah perjanjian delimitasi dan demarkasi
dengan negara tetangga. Tahapan administrasi menjadi tahapan yang terpenting
karena tanpa adanya kemampuan untuk mengelola, hak kewilayahan tersebut dapat
dipertanyakan.

Anda mungkin juga menyukai