Anda di halaman 1dari 12

BUDAYA HUKUM UNTUK MENJAMIN KEADILAN ATAS KEPASTIAN

HUKUM TERHADAP MASYARAKAT INDONESIA

Oleh :
PUTRI GLORIA GINTING. SH., MH
Dosen FH UNPAB

ABSTRAK
Dari pembahasan dapat disimpulkan penegakan hukum sebagai upaya
menegakan keadilan dapat pula menjadi sarana kritik atau koreksi atas hukum
positif. Jika aspek keadilan merupakan landasan utama aturan hukum positif dan
ukuran kelakuan manusia, maka upaya penegakan hukum dapat dilakukan dalam
kerangka untuk mencapai keseimbangan hidup antara manusia, sehingga tercipta
keadilan, kedamaian, ketertiban, dan kebaikan umum dalam masyarakat. Dengan
perkataan lain, kesadaran hukum masyarakat untuk patuh dan taat pada hukum
yang berlaku akan membentuk budaya hukum yang tinggi pula, karena
kepercayaan masyarakat pada hukum itu sendiri (substansi) dan aparat hukumnya
(struktur). Akhirnya dengan budaya hukum yang terbentuk tersebut, terjadi
perubahan yang fundamental mengenai keberlakuan hukum dalam masyarakat
kita, yaitu perubahan dari keberlakuan hukum karena dipaksakan menjadi
keberlakuan hukum karena kualitas adil.

Kata kunci : budaya hukum dan penegakan hukum

maupun bagaimana upaya penegakan

PENDAHULUAN
Berbicara mengenai upaya

hukum itu sendiri di masyarakat.

penegakan hukum, sama artinya

Seringkali kita memahami hukum

dengan

dengan hanya melihat bagaimana

sebuah

upaya

untuk

memahami hukum. Kendati untuk

upaya

memahami hukum secara benar, kita

dilakukan

harus memelajari seluruh peraturan

hukum dan dengan hanya melihat

perundang-undangan

kondisi hukum yang terjadi saat ini.

yang

ada

penegakan
oleh

hukum
aparat

yang

penegak

Sehingga selalu saja yang disalahkan

kepentingannya

adalah hukum itu sendiri atau aparat

kelompoknya. Apalagi masyarakat

penegak

yang cenderung untuk menghindari

hukumnya

yang

tidak

menegakkan

becus

hukum.

atau

sendiri

menyalahgunakan

atau

hukum

Pandangan ini muncul karena kita

dengan sengaja untuk tujuan-tujuan

melihat

hukum

tertentu yang pada akhirnya bersifat

hanya dari dua sisi tersebut, dan hal

tidak adil bagi masyarakat lainnya.

ini

kita

Sehingga tegaknya hukum di tengah

cenderung apatis dan pesimis dengan

masyarakat memerlukan tegaknya

hukum yang berlaku sekarang.

keadilan.

dan

memahami

seringkali

menjadikan

Padahal salah satu unsur yang

Melukai

rasa

keadilan

terhadap sebagian masyarakat dapat

cukup penting dalam penegakan

berakibat

hukum adalah unsur manusianya

kestabilan

sendiri,

kesadaran

keseluruhan karena rasa keadilan

hukum. Karena ketika kita berbicara

adalah unsur fitrah sejak lahir bagi

unsur manusia dari aspek kesadaran

seorang manusia.

yaitu

aspek

hukum masyarakatnya, maka kita

rusaknya

tatanan

bagi

dan

masyarakat

Disinilah faktor kesadaran

mencoba memahami dan menyoroti

hukum

segi

yang

memegang peranan penting dalam

membentuk budaya hukumnya. Di

upaya penegakan hukum itu sendiri,

sinilah kita harus bicara soal mental,

karena perspektif inilah yang perlu

akhlak, moral, etika, sebab semua

ditata agar supremasi hukum di

itulah substansi dari seorang individu

negeri ini dapat berjalan. Relevansi

manusia, the moral of the man.

penegakan hukum dalam perspektif

Budaya hukum masyarakat yang

penegakan keadilan sebagai bagian

tinggi, adalah masyarakat yang tidak

dari kesadaran hukum masyarakat,

cenderung

merupakan

manusia

(individu)-

melanggar

hukum

masyarakat

upaya

itu

sangat

alternatif

walaupun tidak ada aparat hukum

ketidakpercayaan

yang

hukum positif dan aparat penegak

melihatnya.

Ataupun

kita

atas

terhadap

masyarakat

yang

tidak

hukumnya

yang

merupakan

memanfaatkan

hukum

untuk

mainstream

dari

pandangan

mencapai

tujuan

bagi

legalistik.

Sehingga

ketika

kita

berbicara hukum dalam perspektif

dari seluruh aktivitas kehidupan

keadilan, kita berada dalam wilayah

hukum

etika

perencanaan hukum, pembentukan

atau

moralitas

dan

tidak

yang

dimulai

membahas masalah-masalah hukum

hukum,

dalam arti sempit. Bagaimana hukum

evaluasi hukum. Penegakan hukum

positif dibuat, dan apakah hukum

pada hakikatnya merupakan interaksi

positif

antara berbagai perilaku manusia

yang

dibuat

telah

penegakan

dari

mewakili

hukum

dan

merepresentasikan dari unsur rasa

yang

keadilan masyarakat, serta mentalitas

kepentingan yang berbeda dalam

aparatur hukum yang menegakkan

bingkai aturan yang telah disepakati

hukumnya?

bersama. Oleh karena itu, penegakan


hukum

dapat

semata-mata

dianggap sebagai proses menerapkan

TUJUAN PENULISAN
Penulisan

tidak

kepentingan-

ini

hukum sebagaimana pendapat kaum

mengetahui

legalistik. Namun proses penegakan

pembentukan budaya hukum atas

hukum mempunyai dimensi yang

keadilan untuk menjaminkepastian

lebih

hukum pada masarakat.

tersebut, karena dalam penegakan

bertujuan

makalah

untuk

luas

daripada

pendapat

hukum akan melibatkan dimensi


perilaku

METODE PENULISAN
Metode
menggunakan

manusia.

Dengan

penulisan

pemahaman tersebut maka kita dapat

library

mengetahui bahwa problem-problem

metode

research (penelitian kepustakaan)

hukum yang akan selalu menonjol


adalah problema law in action

TINJAUAN

TEORITIS

DAN

bukan pada law in the books.


Sehingga pengadilan yang

PEMBAHASAN

merupakan representasi utama dari

1. Hukum dan Keadilan


Perlunya

rasa

keadilan

wajah penegakan hukum dituntut

masyarakat dalam penegakan hukum

untuk

tidak

terlihat dari apa yang diungkapkan

melahirkan

oleh Zudan Arif Fakrullah, bahwa

melainkan

Penegakan hukum merupakan pusat

kemanfaatan

hanya

mampu

kepastian

hukum,

pula
sosial

keadilan,
dan

pemberdayaan

sosial

melalui

bukan hanya proses menerapkan

putusan-putusan hakimnya. Karena

pasal-pasal

dengan adanya kegagalan lembaga

undang,

peradilan dalam mewujudkan tujuan

melibatkan

hukum

mendorong

masyarakat dan berlangsung dalam

ketidakpercayaan

struktur sosial tertentu. Penelitian

masyarakat terhadap pranata hukum

yang telah dilakukan oleh Marc

dan lembaga-lembaga hukum.

Galanter di Amerika Serikat dapat

diatas

telah

meningkatnya

Dalam pikiran para yuris,


proses

peradilan

sering

hanya

dan

bunyi

melainkan

undang-

proses

yang

perilaku-perilaku

menunjukkan bahwa suatu putusan


hakim

ibaratnya

hanyalah

diterjemahkan sebagai suatu proses

pengesahan saja dari kesepakatan

memeriksa dan mengadili secara

yang telah dicapai oleh para pihak.

penuh dengan berdasarkan hukum

Dalam

perspektif

sosiologis,

positif semata-mata. Pandangan yang

lembaga

pengadilan

merupakan

formal-legalistik ini mendominasi

lembaga

yang

pemikiran para penegak hukum,

merupakan tempat untuk record

sehingga apa yang menjadi bunyi

keeping, site of administrative

undang-undang, itulah yang akan

processing, ceremonial changes of

menjadi

status,

utama

hukumnya.

Kelemahan

pandangan

ini

adalah

terjadinya penegakan hukum yang


kaku,

tidak

ada

diskresi

settlement

(Ing:

Hampir setiap saat kita dapat

dalam arti kebebasan mengambil

laporan

keputusan

berhubungan

setiap

negotiation,

warfare.

menemukan

dalam

dan

mediations and arbitration, dan

discretion, kebebasan bertindak,

sendiri

multifungsi

berita,
atau

informasi,

ulasan
dengan

yang
lembaga-

situasi yang dihadapi) dan cenderung

lembaga hukum kita. Salah satu

mengabaikan

rasa

permasalahan yang perlu mendapat

masyarakat

karena

mengutamakan

kepastian

hukum.

merosotnya rasa hormat masyarakat

dalam

terhadap wibawa hukum.i Ungkapan-

kenyataannya bukanlah proses

ungkapan ini merupakan reaksi dari

yuridis semata. Proses peradilan

rasa

Proses

mengadili

keadilan
lebih

perhatian

kita

keadilan

semua

masyarakat

adalah

yang

terkoyak karena bekerjanya lembaga-

mendekatkan

lembaga

sebagai pengayom masyarakat.

hukum

profesional

yang

maupun

hakim/putusan

hanya

pada

yuridis.

pengadilan

putusan

Hakim atau aparat penegak

yang

hukum seringkali bermain dengan

berlandaskan

peraturan dan prosedur. Hukum

Berlakunya

bukan dijalankan demi mencapai

pengadilan

semata-mata
aspek

tidak

cita-cita

hukum di tengah-tengah masyarakat,

kesejahteraan

mengemban

tujuan

untuk

melainkan demi mencapai keadilan

mewujudkan

keadilan,

kepastian

hukum

dan

yang

diinginkan

keadilan,

oleh

penegak

kemanfaatan

dan

hukum itu sendiri dan terdakwa di

sosial

bagi

atas dalih hukum tertulis.

pemberdayaan

masyarakatnya. Untuk menuju pada


cita-cita

dan

pengadilan

sebagai

pengayoman

masyarakat,

pengadilan

harus

maka

senantiasa

Mengutip pendapat Satjipto


Rahardjo (2003), bukanlah proyek
dokumen

kertas,

kultural

dan

tetapi

antropologis

proyek
yang

mengedepankan empat tujuan hukum

memiliki ruh keadilan. Karena itu,

di atas dalam setiap putusan yang

membaca dan memahaminya sebagai

dibuatnya. Hal ini sejalan dengan apa

kalimat-kalimat yang kering, linear,

yang

dan

menjadi

dasar

yaitu

hukum

berpijaknya

hukum

untuk

kesejahteraan masyarakat.
Dengan
akhirnya

tidak

demikian,
hanya

bisa

membawa

malapetaka. Logika keadilan tidak


segera

pada

masial

bisa

membaca

ditemukan
peraturan,

dengan
tetapi

dikatakan

dibutuhkan suatu perenungan dan

sebagai Law and Order (Hukum dan

pemahaman lebih dalam terhadap

Ketertiban)

apa yang tertulis. Sebab, di balik

tetapi

telah

berubah

menjadi Law, Order dan Justice

hitam-putihnya

(Hukum,

adalah semangat ruh -, yaitu

dan

Ketertiban/ketenteraman,

Keadilan).

Adanya

peraturan

hukum

dimensi

keadilan yang menjadi misi utama

keadilan dan ketenteraman yang

hukum, yang disebut sebagai nurani

merupakan manifestasi bekerjanya

hukum.

lembaga pengadilan, akan semakin

Putusan-putusan hukum yang

masyarakat manusia yang teratur,

hanya bertolak dari apa yang tertera

disamping tercapainya keadilan yang

dalam peraturan tertulis, umumnya

berbeda-beda isi dan ukurannya,

menghasilkan putusan yang kering,

menurut masyarakat dari zamannya.

kurang bernurani dan tidak bernilai

Untuk mencapai ketertiban dalam

moral. Sehingga, hasilnya kerap

masyarakat ini diperlukan adanya

mengecewakan banyak pihak.

kepastian

Menurut pendapat Satjipto

dalam

pergaulan

antarmanusia dalam masyarakat.

Rahardjo, keadilan pun tidak lagi

Menurut Soejono Soekamto,

mirip orang buta yang selalu terantuk

Penegakan hukum adalah kegiatan

pada bebalnya sistem kekuasaan

menyerasikan hubungan nilai-nilai

serta bobroknya mental kalangan

yang terjabarkan dalam

aparatur negara dan penegak hukum.

kaedah, pandangan-pandangan yang

Artinya,

mantap dan mengejawantahkannya

sistem

dan

perangkat

pendukungnya telah lapuk untuk

dalam

peduli pada nurani apabila membela

serangkaian penjabaran nilai tahap

kepentingan

akhir untuk menciptakan kedamaian

rakyat.

Negara

dan

sikap,

tindak

kaedah-

aparaturnya pun tidak seperti yang

pergaulan

dikatakan

Nietzsche,

tegaknya hukum dapat ditandai oleh

ibarat monster yang paling dingin

beberapa faktor yang saling terkait

dari yang terdingin karena beroperasi

sangat erat yaitu: Pertama, Hukum

dengan

dan

oleh

mencuri

filsuf

harta

kekayaan

penduduk dengan bermacam alasan.

hidup.

sebagai

aturannya

Karena

sendiri,

itu

sehingga

diperlukan adanya keserasian antara


peraturan perundang-undangan yang

2. Budaya Hukum atas Keadilan

ada. Kedua, fasilitas pelaksanaan

Kaitan antara manusia dan

hukumnya yang memadai, sebab

hukum, sebagaimana dikemukakan

sering kali hukum sulit ditegakkan

oleh

bahkan tak tertangani karena fasilitas

Mochtar

Kusumaatmadja,

bahwa tujuan pokok dan pertama

untuk

menegakkannya

tidak

dari hukum adalah ketertiban, karena

memadai ataupun tidak tersedia.

ketertiban merupakan syarat pokok

Ketiga, Kesadaran dan kepastian

(fundamental) bagi adanya suatu

hukum serta perilaku masyarakat itu

sendiri. Keempat, Mental

aparat

laksana hukum (structure of law) dan

penegak hukum. Dalam hal ini

budaya hukum (culture of law).

adalah

secara

Sehingga, penegakan hukum tidak

jaksa,

saja dilakukan melalui perundang-

pengacara, hakim, petugas lembaga

undangan, namun juga bagaimana

pemasyarakatan

memberdayakan aparat dan fasilitas

pelaku

langsung

hukum

seperti

polisi,

dan

sebagainya

karena pada dasarnya penegakan

hukum.

hukum

pentingnya

sangat

tergantung

pada

Juga,

yang

tak

adalah

kalah

bagaimana

mentalitas para aparatur penegak

menciptakan

hukumnya.

masyarakat yang kondusif untuk

Pada akhirnya kembali pada

menentukan

corak

yang

sebenarnya; in the last analysis it is

hukum

penegakan hukum.

unsur manusianya (budaya) juga


yang

budaya

Sehingga ketika masyarakat


sudah

pada

ketidakpercayaan

titik

nadir

pada

struktur

counts.ii

hukum dan substansi hukum yang

Sehingga adanya hukum yang baik

ada di negeri ini, maka penegakan

dan benar tidak otomatis menjamin

hukum dalam perspektif keadilan

kehidupan masyarakat yang baik dan

menurut hukum kodrat merupakan

benar. Adanya polisi, jaksa, hakim,

salah satu alternatif untuk itu. Dalam

pengacara sebagai penegak hukum

hal ini Thomas mengklaim bahwa

langsung

dan

hukum positif yang adil memiliki

menjamin

tegaknya

the

human

being

that

formal

belumlah

hukum

dan

daya ikat melalui hati nurani subjek

berlakunya rule of law. Adanya

hukum. Hukum positif akan disebut

parlemen sekalipun dipilih lewat

adil

pemilu dengan ongkos besar belum

sebagai berikut:

otomatis demokrasi tumbuh.

jika

memenuhi

persyaratan

1. Diperintahkan

atau

Sejalan dengan hal ini dalam upaya

diundangkan demi kebaikan

penegakan

umum;

hukum,

adalah

sebagaimana yang diungkapkan oleh

2. Ditetapkan

oleh

legislator

Lawrence M. Friedman,iii dimana

yang tidak menyalahgunakan

hukum harus diartikan sebagai suatu

kewenangan

isi hukum (content of law), tata

dan

legislatifnya;

3. Hukum positif memberikan

dalam

kondisi

kebaikan

hidup

beban yang setimpal demi

manusia yang tertib.

kepentingan kebaikan umum.

Dalam analisisnya mengenai hukum

Relevansi

kodrat

kodrat, Columba Ryan menyatakan

untuk situasi dan kondisi tertentu

bahwa jika kita membicarakan teori

dalam kehidupan sosial manusia,

hukum

tampak pada perubahan gagasan

memandang hukum kodrat bukan

dasar tentang peranan hukum sebagai

sebagai yang mendasari semua

ius quia iussum (keberlakuan hukum

hukum yang lain, melainkan justeru

karena dipaksakan) menjadi ius quia

sebagai inti semua hukum yang lain

iustum (keberlakuan hukum karena

itu,

sifat adil), atau perubahan dari

posibilitasnya. Meskipun demikian,

pemahaman

hukum

teori hukum kodrat lebih mengarah

didasarkan

atas

hukum

yang

hanya

bentuknya

ke

kodrat,

serta

kita

yang

harus

menetapkan

pada analisis etika atau moralitas.

pemahaman hukum atas dasar makna

Hukum

kodrat

isi yang terkandung di dalamnya. Isi

merupakan konsep filosofis yang

hukum ditekankan karena memuat

menjawab persoalan tentang asas

nilai-nilai etika dan moral. Hukum

yang mendasari keberlakuan hukum.

kodrat adalah keterangan tentang

Hukum kodrat adalah dasar ontologis

sifat rasional dari setiap perbuatan

yang

manusia, serta menjadi jembatan

manusia, yang menjabarkan terutama

penghubung antara moralitas dan

posibilitas teori moral dan penegakan

legalitas. Hukum tidak lain adalah

hukum.

terdapat

pada

di

dalam

dasarnya

kodrat

perintah akal budi yang dinyatakan

Dari perspektif inilah, maka

oleh para penguasa untuk mengatur

hukum sebagai pengatur kehidupan

atau

menyelenggarakan

manusia melibatkan peranan setiap

pemerintahan bagi semua warga

orang dan segala sesuatu yang tekait

negaranya. Sebagai konsekuensinya,

dengan

mereka yang tidak tertib menaati

Perhubungan hukum tidak hanya

perintah akal budi dinilai tidak

meliputi hubungan antara subjek

melakukan tindak kebajikan, sebab

hukum, melainkan juga antara subjek

perilaku kebajikan hanya terdapat di

hukum dengan objek hukum. Dasar

peranan

tersebut.

perhubungan ini adalah asas-asas

dengan rasa keadilan. Hal ini sejalan

keadilan dalam hidup bermasyarakat.

dengan salah satu dari tujuan teori

Sehingga

keadilan John Rawls.

ketika

masyarakat
hukum

pemahaman
bahwa

Di dalam A Theory of

merupakan

Justice (1971) Rawls mengatakan,

memandang
positif

representasi

atas

rasa

keadilan

untuk mengartikulasikan

konsep

masyarakat, maka kesadaran hukum

keadilan adalah dilakukan dengan

masyarakat akan membentuk budaya

cara

hukum yang patuh dan taat pada

moral

hukum positif yang berlaku.

hukum, kebijaksanaan, dan tindakan

Ada yang sangat menarik


untuk

disimak

memasukkan
dalam

pertimbangan

membuat

sesuatu

pelaksanaan pencapaian keadilan.

pada

konstitusi

lain,

dimana

bermuatan moral ini terasa tidak

dasarnya

terbantah dan tidak boleh diabaikan

berpedoman pada pola pikir hukum

demi tegaknya hukum. Mengapa

yang bermuatan moral. Hal itu

tidak, oleh karena sudah sejak lama

menunjukkan budaya hukum (legal

dikenal oleh kerajaan-kerajaan masa

culture) yang dianut tidak hanya

lalu, pada masa kekaisaran Roma

memandang hukum an sich atau

telah terdapat pepatah Quid leges

hukum adalah hukum. Pandangan

sine moribus? Apa artinya undang-

hukum an sich ini dalam konteks

undang,

pranata hukum yang didasarkan pada

moralitas? Berdasarkan pepatah ini

teori hukum itu untuk mencari pola

atau tidak, Konstitusi Jepang yang

pranata hukum

dan

diperlakukan pertama kali abad ke-7

efektif. Jadi maksudnya adalah untuk

oleh Ratu Shotoko telah sarat muatan

mencari sintesis antara pola pikir

moral,

hukum dan pranata hukum lainnya.

menyebutkan,

Seperti

kebanggaan

negara-negara
pengaturan

hukum

pranata

yang tepat

hukum

yang

Pandangan

kalau

Pasal

hukum

tidak

disertai

Konstitusi
diatas

apapun,

dahulu

yang

ini

segala
lakukanlah

mengandung moral, agar hukum

lebih

kewajiban

untuk

yang menanggulangi masalah hukum

menghindarkan

menjadi bermakna. Karena hukum

Walaupun pada permulaan Restorasi

yang bermuatan moral ini sesuai

Meiji tahun 1868 pada saat Jepang

ketidakbanggaan.

berhubungan dengan Barat, secara

Dalam

dunia

akademisi

efektif telah memakai sistem hukum

pandangan hukum yang berkaitan

barat dan hukum Tokugawa secara

dengan moral ini juga telah lama

formal

menjadi pembicaraan. H.L.A. Hart

dihapuskan.

Namun

pengelolaan hukumnya tetap saja

dengan

berdasarkan nilai-nilai kebiasaannya

menyebutkan,

dengan penekanan pada keindahan

mengandung aspek internal yang

dalam kehidupan, memelihara teguh

terdiri dari moral dan ketentuan

struktur sosialnya, penyerapan nilai-

sosial.

nilai

moral

manusia

menghormati

dan

sangat

Filsafat

simpatik

hukum

hukum

harus

yang

kebijaksanaan

memandang keterkaitan hukum dan

seseorang yang sudah matang. Pasca

moral serta komentar tuntutan moral

Restorasi Meiji, sejak tahun 1895

dalam memperlakukan hukum sangat

Jepang telah menjadi negara modern

terasa kebenarannya. Karena hukum

dan hukumnya berjalan dengan baik,

yang

suara-suara

moral

yang

muncul

pada

jalannya hukum bermakna positif.


Sekarang

sangat

pertimbangan

relevan

untuk

menjawab tuntutan masuknya moral

melalui

dalam hukum dan kondisi hukum

kekalahan pada Perang Dunia II

yang memrihatinkan sekarang ini,

mereka telah masuk pada tahap

maka

negara

internalisasi moral dalam hukum ke

tahap

setelah

mengandung

kesejahteraan.
negara

Tentunya

kesejahteaan

ini

merupakan jaminan jalannya hukum


seperti

yang

masyarakatnya.

diinginkan

mengangkat

topik

permukaan.
Artinya ide-ide tentang baik
dan buruk dan moralitas penting

oleh

dipakai untuk menjelaskan tingkah

karena etika masyarakat Jepang tetap

laku manusia, khususnya tingkah

mendorong penegakan hukum dan

laku pejabat publik. Untuk keperluan

suara

mereka

ini pengamatan harus tertuju pada

masih memancarkan moral yang

filsafat hukum yang memandang

memberi penekanan bahwa masuk ke

adanya hubungan yang sangat kuat

pengadilan dianggap suatu hal yang

antara hukum dan moral. Hal ini

memalukan.

dapat dimulai dari pendapat Hart

hati

Wajarlah,

perlu

(consciences)

yang memandang moral sebagai

kelakuan

nature

seterusnya

penegakan hukum dapat dilakukan

menjadi aspek internal dari suatu

dalam kerangka untuk mencapai

ketentuan, seperti yang dikatakannya

keseimbangan hidup antara manusia,

bahwa

sehingga

of

rule,

suatu

hukum

harus

manusia,

maka

tercipta

upaya

keadilan,

mengandung unsur eksternal dan

kedamaian, ketertiban, dan kebaikan

internal, aspek internalnya adalah

umum dalam masyarakat. Dengan

moral dan ketentuan sosial.

perkataan lain, kesadaran hukum

Cara

internalisasi

prinsip-

masyarakat untuk patuh dan taat

prinsip moral dalam hukum dapat

pada hukum yang berlaku akan

dilakukan

membentuk budaya hukum yang

pada

saat

pembuatan

hukum. Di sini hukum diberikan

tinggi

masukan, seperti ide-ide baik dan

masyarakat pada hukum itu sendiri

buruk, atau moralitas, dan legitimasi,

(substansi) dan aparat hukumnya

yaitu

(struktur). Akhirnya dengan budaya

upaya

untuk

menjelaskan

pula,

karena

yang

kepercayaan

tingkah laku manusia, khususnya

hukum

terbentuk

tersebut,

tingkah laku pejabat publik.

terjadi perubahan yang fundamental


mengenai keberlakuan hukum dalam
masyarakat kita, yaitu perubahan dari
keberlakuan

Penutup
Upaya

penegakan

hukum

yang dilakukan dengan mendasarkan

hukum

karena

dipaksakan menjadi keberlakuan


hukum karena kualitas adil.

kepada pembentukan budaya hukum


atas

dasar

dikedepankan
marut

di

hukum

keadilan

harus

tengah

carut-

di

negeri

ini.

Daftar Pustaka

Fakrulloh Zudan Arif. Penegakan

Penegakan hukum sebagai upaya

Hukum

menegakan

Menciptakan

keadilan

dapat

pula

Sebagai

Peluang
Keadilan,

menjadi sarana kritik atau koreksi

Jurisprudence, Vol. 2, No. 1,

atas hukum

Maret 2005: 22 34.

positif.

Jika aspek

keadilan merupakan landasan utama


aturan hukum positif dan ukuran

Galanter Marc, 1981, Justice in

Hart, H.L.A. 1988. The Concept of

Many Rooms.

Law. :The Clarendon Press,


Oxford.

Salman Otje dan Eddy Damian (ed),


2002. Konsep-konsep Hukum
dalam

Pembangunan.
i

Kumpulan Karya Tulis Prof.


Dr. Mochtar Kusumaatmadja.
Alumni, Bandung.

Soerjono Soekanto, 1983

Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi


Penegakkan Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.

Muhammad

Natsir,

1987.

Demokrasi di Bawah Hukum.


Media Dakwah, Jakarta.

Friedman

Lawrence

American

M.,

1984.

Law:

An

Introduction. W. W. Norton
& Company, New York.

Sumaryono, E. 2002. Etika dan


Hukum,

Relevansi

Hukum

Kodrat

Aquinas,
Yogyakarta.

Teori
Thomas

Kanisius,

op.cit.

ii

Prof. Zudan Arif Fakrulloh, SH, MH,

Natsir, Muhammad, Demokrasi di Bawah


Hukum, Media Dakwah, Jakarta: 1987.
iii
Lawrence M. Friedman, American Law:
An Introduction, (New York: W. W. Norton &
Company, 1984), hal. 5.

Anda mungkin juga menyukai