INDONESIA
Kelas A2
Universitas Airlangga
SEJARAH CIVIL LAW SYSTEM
A. Kekaisaran Romawi 1
1.
Pengantar Ilmu Hukum , Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki,
SH.,MS.,LL.M
2.
http://joeniarianto.files.wordpress.com/2008/07/microsoft-
powerpoint-indonesia-sebagai-bagian-dari-civil-law-system.pdf
B. Abad Pertengahan 2
2
C. Masa Enlighment
3.
Power Point “SISTEM HUKUM” oleh Bu Aulia Chandra
4.
Power Point “Civil Law dan Common Law” oleh Bu Aktieva
Sejarah Civil Law System di Indonesia
Sistem hukum eropa kontinental adalah suatu sistem hukum dengan ciri-
ciri adanya berbagai ketentuan-ketentuan dikodifikasi (dihimpun) secara
sistematis yang akan ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam
penerapannya hampir 60% dari populasi dunia tinggal di negara yang
menganut sistem hukum ini. sistem hukum yang juga dikenal dengan nama
civil law ini berasal dari romawi perkembangan diawali dengan penduduk
romawi atas prancis pada masa itu sistem ini dipraktekan dalam interaksi
antara kedua bangsa untuk mengatur kepentingan mereka 1.
5.
http://id.shvoong.com/law-and-politics/law/1955986-perbandingan-sistem-hukum-
civil-law/ sabtu, 26 Maret 2011 waktu 09.00
2. Sistem Civil Law tidak dapat dilepaskan dari ajaran pemisahan
kekusaan yang mengilhami terjadinya Revolusi Perancis. Menurut
Paul Scolten, bahwa maksud sesungguhnya pengorganisasian organ-
organ negara Belanda adalah adanya pemisahan antara kekuasaan
pembuatan undang-undang, kekuasaan peradilan, dan sistem kasasi
adalah tidak dimungkinkannya kekuasaan yang satu mencampuri
urusan kekuasaan lainnya. Penganut sistem Civil Law memberi
keleluasaan yang besar bagi hakim untuk memutus perkara tanpa
perlu meneladani putusan-putusan hakim terdahulu. Yang menjadi
pegangan hakim adalah aturan yang dibuat oleh parlemen, yaitu
undang-undang.
2. http://muksalmina.wordpress.com/2011/01/11/sistem-hukum-civil-law-eropa-
kontinental/ Sabtu, 26 Maret 2011 waktu 09.00
3. http://hendra04.blogdetik.com/2010/04/15/pengaruh-positif-belanda-dalam-
eksistensinya-terhadap-sejarah-hukum-termasuk-pendidikannya-di-indonesia/
Sabtu, 26 Mar. 11 waktu 09.00
4. http://catatankecilandre.blogspot.com/2009/04/sejarah-sistem-hukum-
indonesia.html Sabtu, 26 Maret 2011 waktu 09.00
Sebenarnya bisa melihatnya dari sisi positifnya, ada berbagai hal yang
menarik dan perlu dipahami karena selama ini kita mungkin tidak sadar bahwa
pengaruh kolonialisme yang dibawa Belanda pada saat itu memperanguhi
berbagai dimensi aspek termasuk aspek pendidikan dan hukum. Tidak selalu
dampak dari mereka (Belanda) yang kita lihat dari sisi negatifnya saja.
Contohnya, kalau kita coba merekonstruksi dalam konteks institusional
misalnya. Maksudnya adalah adanya institusi pendidikan, ormas-ormas baik
ormas politik maupun Islam serta gerakan kemahasiswaan kala itu.
7. http://hendra04.blogdetik.com/2010/04/15/pengaruh-positif-belanda-dalam-
eksistensinya-terhadap-sejarah-hukum-termasuk-pendidikannya-di-indonesia/
Sabtu, 26 Maret 2011 waktu 09.00
Dari sisi sistematika pembahasan, Supomo membagi buku ini dalam lima
bab. Secara berurutan bab pertama yang berjudul “Rakjat Indonesia” membahas
mengenai kewarganegaraan Belanda yang mendasarkan pada UU 28 Juli 1850
Staatsblad No. 44 yang diubah dengan UU 3 Mei 1851 Staatsblad No. 46, dan
Pasal 5 Burgerlijk Wetboek Tahun 1838. Selain itu hal-hal yang berkaitan
dengan dikotomi penduduk negara dan bukan penduduk negara; serta
pembedaan rakyat atas tiga golongan: Eropah, Bumiputera, dan Timur Asing 8.
8. http://mardian.wordpress.com/2009/08/11/perbandingan-sistem-hukum-hindia
belanda-dengan-indonesia/ Sabtu, 26 Maret 2011 waktu 09.00
Peran Hakim :
Hakim dalam hal ini tidak bebas dalam menciptakan hukum baru,
karena hakim hanya berperan menetapkan dan menafsirkan
peraturan-peraturan yang ada berdasarkan wewenang yang ada
padanya.
Putusan Hakim :
Putusan hakim tidak mengikat umum tetapi hanya mengikat para
pihak yang berperkara saja (doktrins res ajudicata) sebagaimana
yurisprudensi sebagai sistem hukum Anglo Saxon
(Mazhab / Aliran Freie Rechtsbegung)
Penggolongannya
1.
http://muksalmina.wordpress.com/2011/01/11/sistem-hukum-
civil-law-eropa-kontinental/
2.
http://donxsaturniev.blogspot.com/2010/07/sistem-hukum-4-
eropa-kontinental-civil.html
3.
Pengantar Ilmu Hukum , Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki,
SH.,MS.,LL.M
Prinsip utama atau prinsip dasar dari civil law
system
• Prinsip utama atau prinsip dasar sistem hukum Eropa Kontinental
ialah bahwa hukum itu memperoleh kekuasaan mengikat karena
berupa peraturan yang berbentuk undang-undang yang tersusun
secara sistematis dalam kodifikasi.
• Kepastian hukumlah yang menjadi tujuan hukum. Kepastian hukum
dapat terwujud apabila segala tingkah laku manusia dalam pergaulan
hidup diatur dengan peraturan tertulis, misalnya UU.
• Dalam sistem hukum ini, terkenal suatu adagium yang berbunyi
”tidak ada hukum selain undang-undang”.
• Dengan kata lain hukum selalu diidentifikasikan dengan undang-
undang (hukum adalah undang-undang).
Corpus Juris Civilis dijadikan prinsip dasar dalam perumusan dan
kodifikasi hukum di negara-negara Eropa daratan seperti Jerman, Belanda,
Prancis, Italia, Amerika Latin, Asia (termasuk Indonesia pada masa
penjajahan Belanda). Artinya adalah menurut sistem ini setiap hukum
harus dikodifikasikan sebagai daar berlakunya hukum dalam suatu
negara.1
Awalnya diterapkan pada masa Romawi, kemudian dimasukkan ke dalam sistem hukum
di negara-negar Eropa Barat, seperti Jerman, Perancis dan di negara-negara jajahannya
seperti Belanda, Belgia dan sebagainya.
Ciri-cirinya :
Seperti yang berlaku di negara-negara Eropa yang lebih mementingkan kodifikasi, ilmu
hukum kontinental ini sangat dipengaruhi oleh hukum Romawi. Sering dikenal juga
sebagai sistem hukum CIVIL LAW.
Sebagian besar negara-negara Eropa daratan dan daerah bekas jajahan / koloninya; ex:
Jerman, Belanda, Perancis, Italia, negara2 Amerika Latin dan Asia.
Dikatakan hukum Romawi karena sistem hukum ini berasal dari kodifikasi hukum yang
berlaku di kekaisaran Romawi pada masa Pemerintahan Kaisar Yustinianus abad 5
(527-565 M).
Kodifikasi hukum itu merupakan kumpulan dari berbagai kaidah hukum yang ada
sebelum masa Yustinianus yang disebut Corpus Juris Civilis (hukum yang
terkodifikasi).
Corpus Juris Civilis dijadikan prinsip dasar dalam perumusan dan kodifikasi hukum di
negara-negara Eropa daratan seperti Jerman, Belanda, Prancis, Italia, Amerika Latin,
Asia (termasuk Indonesia pada masa penjajahan Belanda). Artinya adalah menurut
sistem ini setiap hukum harus dikodifikasikan sebagai daar berlakunya hukum dalam
suatu negara.
Kepastian hukumlah yang menjadi tujuan hukum. Kepastian hukum dapat terwujud
apabila segala tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup diatur dengan peraturan
tertulis, misalnya UU.
Dalam sistem hukum ini, terkenal suatu adagium yang berbunyi ”tidak ada hukum
selain undang-undang”. Hukum selalu diidentifikasikan dengan undang-undang
(hukum adalah undang-undang).
Peran Hakim
Hakim dalam hal ini tidak bebas dalam menciptakan hukum baru, karena hakim hanya
berperan menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan yang ada berdasarkan
wewenang yang ada padanya.
Putusan Hakim
Putusan hakim tidak mengikat umum tetapi hanya mengikat para pihak yang berperkara
saja (doktrins res ajudicata) sebagaimana yurisprudensi sebagai sistem hukum
Anglo Saxon (Mazhab / Aliran Freie Rechtsbegung)
Sumber Hukum
Penggolongannya
Mazhab legisme
Aliran ini dianut oleh John Austin (1790 – 1861, Inggris) menyatakan bahwa satu-
satunya hukum adalah kekuasaan yang tertinggi dalam suatu negara. Sedangkan
sumber-sumber lain hanyalah sebagai sumber yang lebih rendah. Sumber hukum itu
adalah pembuatnya langsung yaitu pihak yang berdaulat atau badan perundang-
undangan yang tertinggi dan semua hukum dialirkan dari sumber yang sama itu. Hukum
yang bersumber dari situ harus ditaati tanpa syarat, sekalipun terang dirasakan tidak
adil.
Menurut Austin hukum terlepas dari soal keadilan dan dari soal buruk-baik. Karena itu
ilmu hukum tugasnya adalah menganalisis unsur-unsur yang secara nyata ada dalam
sistem hukum modern. Ilmu hukum hanya berurusan dengan hukum positif yaitu hukum
yang diterima tanpa memperhatikan kebaikan dan keburukannya. Hukum adalah
perintah dari kekuasaan politik yang berdaulat dalam suatu negara.
Aliran positivisme hukum ini memperkuat aliran legisme yaitu suatu aliran tidak ada
hukum diluar undang-undang. Undang menjadi sumber hukum satu-satunya. Undang-
undang dan hukum diidentikkan.
1. http://tiarramon.wordpress.com
2. Pengantar Hukum Indonesia , Umar Said,SH.,MS.,