Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PENGANTAR HUKUM

INDONESIA

Kelas A2

Gharsina R. Nabilla P. (031011037)


Hidayatika Gilang P. (031011050)
Daratya Visizulmanda (031011068)
Adellia Fauzia Rizqy (031011100)
Onni Dyah Prameswari (031011150)

Universitas Airlangga
SEJARAH CIVIL LAW SYSTEM
A. Kekaisaran Romawi 1

Pada zaman ini system yang dianut oleh Negara-negara Eropa


Kontinental yang didasarkan atas hukum romawi disebut sebagai
system civil law . Pada mulanya bersumber kepada karya Kaisar
Iustinianus Corpus Iuris Civilis yaitu penemuan Corpus Iuris
Civilis , yaitu :
1. Caudex : aturan-aturan dan putusan-putusan yang dibuat
oleh para kasiar sebelum iustinianus .
2. Novellae : aturan-aturan hukum yang diundangkan oleh
Kaisar Iustinianus sendiri .
3. Institutie : suatu buku ajar kecil yang dimakasudkan untuk
pengantar bagi mereka yang baru belajar hukum .
4. Digesta : sekumpulan besar pendapat para yuris romawi
mengenai ribuan proposisi hukum yang berkaitan dengan semua
hukum yang mengatur warga Negara Romawi .

Reviving of Codex Justinian 2

1. Munculnya negara-negara kota di Italia (abad pertengahan) .


2. Perubahan sistem politik dan berkembangnya perdagangan .
3. Muncul kebutuhan akan sistem hukum yg mengakomodir
kebutuhan dan perkembangan di atas .
4. Munculnya ” Glossator “dari (Universitas) Bologna .
5. Pengembangan dan penerimaan sistem hukum Romawi ke
beberapa negara di luar Italia seperti: Jerman, Perancis , Spanyol,
Swiss, dll .

1.
Pengantar Ilmu Hukum , Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki,
SH.,MS.,LL.M
2.
http://joeniarianto.files.wordpress.com/2008/07/microsoft-
powerpoint-indonesia-sebagai-bagian-dari-civil-law-system.pdf
B. Abad Pertengahan 2

Pada abad pertengahan dasar hukum Negara Eropa Modern ( dianut


oleh Prancis , Jerman , Spanyol , dll) yaitu , Ius Commune antara
lain :
1. Hukum Romawi à Corpus Iuris Civilis
2. Hukum Kanonik à Hukum acara yang telah ditetapkan oleh
gereja
3. Hukum kebiasaan dan hukum perdagangan

Jadi , didasarkan atas sistem hukum Romawi yang berdasar pada


Corpus Iuris Civilis (karya Kaisar Iustitianus) dipengaruhi pula
hukum Kanonik, hukum kebiasaan dan hukum lokal negara
setempat . 3

2
C. Masa Enlighment

• Semangat humanisme dan rasionalisme


• Mundurnya pengaruh gereja
• Munculnya konsep nation state
• Grotius / Huge de Groot (1583-1645): “rasionalisme hukum”
(pendekatan rasional dalam struktur hukum dan dalam
penyelesaian sengketa, serta mendorong penyusunan materi
hukum scr sistematis)
• Samuel Pufendorf dan Christopher Wolff (Jerman) : mencoba
membangun sebuah sistem hukum yg menyeluruh dan rasional
dengan menggunakan metode ilmiah (Galilean-Cartesian)
• Mulai munculnya semangat kodifikasi di berbagai Negara Eropa

Runtuhnya kekaisaran Roma tidak menyebabkan habisnya pengaruh


hukum Romawi terhadap Eropa, karena sistem ini dibawa bahkan
dikembangkan oleh kekaisaran Romawi Timur yang berpusat di
Konstantinopel
D. Era Revolusi Prancis

Semangat liberalisme yang berdasar pada rasionalisme . Revolusi


Perancis oleh Napoleon dan aneksasi negara – negara eropa lainnya
di bawah kekuasaan Perancis . Terbentuklah Pembentukan
kodifikasi hukum sipil dengan nama Code Napoleon atau disebut
juga Code Civil / Code de commerce , yang dibuat pada masa
Napoleon I th 1804 . Penerimaan civil law system , sekalipun
diterima secara luas, namun resepsi hukum romawi dalam hukum
positif tiap-tiap negara tidak pada level yang sama, mengingat
perbedaan sejarah dan evolusi tiap-tiap negara berbeda .
Indonesia dijajah oleh Belanda yang dimana Negara Beelanda
ter,asuk Negara bagian Eropa yang menganut Civil Law System ,
dan karena itu Belanda menggunakan Burgerlijk Wetboek yang
dimana peraturan tersebut Selesai dibuat 6 Juli 1829 dan
diberlakukan 1 Februari 1830 sempat ditunda dan diberlakukan
kembali 1 Oktober 1838 . Hingga sekarang system tersebut berlaku
di Indonesia yang dimana telah diajarkan kepada yuris di Indonesia .
4

3.
Power Point “SISTEM HUKUM” oleh Bu Aulia Chandra
4.
Power Point “Civil Law dan Common Law” oleh Bu Aktieva
Sejarah Civil Law System di Indonesia
Sistem hukum eropa kontinental adalah suatu sistem hukum dengan ciri-
ciri adanya berbagai ketentuan-ketentuan dikodifikasi (dihimpun) secara
sistematis yang akan ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam
penerapannya hampir 60% dari populasi dunia tinggal di negara yang
menganut sistem hukum ini. sistem hukum yang juga dikenal dengan nama
civil law ini berasal dari romawi perkembangan diawali dengan penduduk
romawi atas prancis pada masa itu sistem ini dipraktekan dalam interaksi
antara kedua bangsa untuk mengatur kepentingan mereka 1.

KARAKTERISTIK CIVIL LAW


Sistem Civil Law mempunyai tiga karakteristik, yaitu adanya
kodifikasi, hakim tidak terikat kepada preseden sehingga undang-undang
menjadi sumber hukum yang terutama, dan sistem peradilan bersifat
inkuisitorial :

1. Hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam


peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun
secara sistematik di dalam kodifikasi. Karakteristik dasar ini dianut
mengingat bahwa nilai utama yang merupakan tujuan hukum adalah
kepastian hukum. Kepastian hukum hanya dapat diwujudkan kala u
tindakan-tindakan hukum manusia dalam pergaulan hidup diatur
dengan peraturan-peraturan hukum tertulis. Dengan tujuan hukum itu
dan berdasarkan sistem hukum yang dianut, hakim tidak dapat
leluasa menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat
umum. Hakim hanya berfungsi menetapkan dan menafsirkan
peraturan-peraturan dalam batas-batas wewenangnya. Putusan
seorang hakim dalam suatu perkara hanya mengikat para pihak yang
berperkara saja ( Doktrins Res Ajudicata ).

5.
http://id.shvoong.com/law-and-politics/law/1955986-perbandingan-sistem-hukum-
civil-law/ sabtu, 26 Maret 2011 waktu 09.00
2. Sistem Civil Law tidak dapat dilepaskan dari ajaran pemisahan
kekusaan yang mengilhami terjadinya Revolusi Perancis. Menurut
Paul Scolten, bahwa maksud sesungguhnya pengorganisasian organ-
organ negara Belanda adalah adanya pemisahan antara kekuasaan
pembuatan undang-undang, kekuasaan peradilan, dan sistem kasasi
adalah tidak dimungkinkannya kekuasaan yang satu mencampuri
urusan kekuasaan lainnya. Penganut sistem Civil Law memberi
keleluasaan yang besar bagi hakim untuk memutus perkara tanpa
perlu meneladani putusan-putusan hakim terdahulu. Yang menjadi
pegangan hakim adalah aturan yang dibuat oleh parlemen, yaitu
undang-undang.

Apa yang oleh Lawrence Friedman disebut sebagai digunakannya


sistem Inkuisitorial dalam peradilan. Di dalam sistem itu, hakim
mempunyai peranan yang besar dalam mengarahkan dan
memutuskan perkara; hakim aktif dalam menemukan fakta dan
cermat dalam menilai alat bukti. Menurut pengamatan Friedman,
hakim di dalam sistem hukum Civil Law berusaha untuk
mendapatkan gambaran lengkap dari peristiwa yang dihadapinya
sejak awal. Sistem ini mengandalkan profesionalisme dan kejujuran
hakim 2.

2. http://muksalmina.wordpress.com/2011/01/11/sistem-hukum-civil-law-eropa-
kontinental/ Sabtu, 26 Maret 2011 waktu 09.00

REFLEKSI ATAS SEJARAH HUKUM


Di Indonesia terjadi perkembangan hukum nasionalnya sebagai
akibat serta respon yang ditimbulkan oleh sistem keluarga civil law
berdasarkan asas konkordansi Belanda (pengaruh kolonialisme). Dan
sampai sekarangpun, pemberlakuan hukum warisan Belanda ini tetap
diakui dan masih dipakai oleh sarjana-sarjana hukum kita di dalam
memberikan referensinya kepada dunia hukum pada umumnya. Dasar
hukumnya adalah Aturan Peralihan Pasal 1 UUD 1945 (Perubahan
keempat setelah amandemen UUD). Ketentuan inilah yang menyebabkan
Burgerlijk Wetboek atau lebih dikenal sebagai BW (Kitab Undang-undang
Hukum Perdata), KUHP atau Wetboek van Strafrecht (meskipun ada
perubahan-perubahan), HO (Hinder Ordonantie) dan aturan-aturan lainnya
masih berlaku sampai sekarang.

Belanda memang kita akui telah sedikit banyaknya turut memberikan


saham bagi bangsa kita khususnya dalam hal sistem pendidikan termasuk
pendidikan hukum dan sistem hukumnya. Hal ini menurut karena berkaca dari
sejarah bangsa ini bahwa pemerintah Belanda pada kala itu (saat menjajah
Indonesia selama 3,5 abad) membawa pengaruh sejarah yang besar sehingga
tidak bisa kita hindarkan begitu saja dalam mempelajari ilmu hukum sebagai
suatu ilmu pengetahuan. Proses hidup dan berkembangnya sejarah suatu
bangsa yakni suatu kesinambungan antara masa lalu, sekarang, dan masa yang
akan datang. Salah satunya adalah masa lalu. Masa lalu sebagai suatu cerminan
sejarah yang sekiranya bisa kita kaji secara bersama-sama untuk
mendeskripsikan secara jelas bahwa kehadiran negara satu dengan negara lain
seperti Belanda dalam kehidupan bangsa Indonesia sangat berpengaruh, baik
dalam konteks praksis maupun yang lebih bersifat substantive 3.

3. http://hendra04.blogdetik.com/2010/04/15/pengaruh-positif-belanda-dalam-
eksistensinya-terhadap-sejarah-hukum-termasuk-pendidikannya-di-indonesia/
Sabtu, 26 Mar. 11 waktu 09.00

PENGARUH CIVIL LAW DALAM NEGARA INDONESIA

Sistem hukum di Indonesia banyak dipengaruhi oleh Belanda yang telah


menancapkan pilar-pilar ketentuan yang mengikat antara masyarakat dengan
penguasa maupun masyarakat dengan masyarakat sendiri. Sistem hukum yang
dimaksud adalah sistem hukum Eropa atau disebut juga sistem hukum Romawi
Jerman. Adapun sumber dari sistem hukum Eropa atau Romawi Jerman ini
adalah hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa
Kontinental) oleh negara-negara seperti Prancis, Spanyol, Portugis dan lain-lain.
Berkembangnya sistem hukum Romawi Jerman adalah berkat usaha dari
Napoleon Bonaparte yang berusaha menyusun Code Civil atau Code Napoleon
dengan sumber berasal dari hukum Romawi. Sistem hukum ini pertama kali
berkembang dalam hukum perdatanya atau private law atau civil law yaitu
hukum yang mengatur hubungan sesama anggota masyarakat. Oleh karena itu,
sistem hukum Romawi Jerman ini lebih terkenal dengan nama sistem hukum
civil law 4.

Tata Hukum Indonesia di tetapkan oleh indonesia sendiri sejak


memproklamasikan kemerdekaannya tanggal 17 agustus 1945. Dengan
proklamasi, berarti menegarakan Indonesia menjadi suatu negara dan saat itu
pula tata negara indonesia berlaku 5. Proklamasi tidak dapat dicari dasar
hukumnya, dasar wewenangnya kepada aturan-aturan / ketentuan yang lain
secara konstitusionil tapi tidak berarti bahwa aturan-aturan dan ketentuan yang
ada pada masa sebelum Proklamasi dan masih berlaku sebagai bagian hukum
positif pada saat itu, semua tidak berlaku. Aturan hukum tersebut berlaku hanya
untuk menjaga agar jangan terjadi kekosongan hukum (vacuum of power)
dalam setiap bagian dari tata hukum yang baru, dengan catatan tidak
bertentangan dengan jiwa Proklamasi, sampai dirubah, dicabut / diganti yang
baru oleh tata hukum yang baru 6.

4. http://catatankecilandre.blogspot.com/2009/04/sejarah-sistem-hukum-
indonesia.html Sabtu, 26 Maret 2011 waktu 09.00

5. Pengantar Tata Hukum Indonesia, Hadisoeprapto Hartono, Hal 4-5


6. Pengantar Tata Hukum Indonesia, Hadisoeprapto Hartono, Hal 2-3

PENGARUH BELANDA SEBAGAI RESPON MODERNISASI


DAN PERUBAHAN ARAH PENDIDIKAN (HUKUM)
NASIONAL
Ragam pengaruh yang ditimbulkan secara langsung atau tidak sebagai
akibat dari eksistensinya Belanda selama berada di bumi pertiwi ini bisa
dikatakan mempunyai nilai positif dan negatifnya. Memang, di samping kita
harus mengakui bahwa pengaruh negatif selama 3,5 abad masa penjajahan
Belanda kerap menimbulkan kesengsaraan yang kompleks bagi rakyat
Indonesia. Namun di sisi lain, secara sadar dan manusiawi kita juga bisa belajar
dari negara tersebut dengan menyikapinya secara bijak dan positif.

Sebenarnya bisa melihatnya dari sisi positifnya, ada berbagai hal yang
menarik dan perlu dipahami karena selama ini kita mungkin tidak sadar bahwa
pengaruh kolonialisme yang dibawa Belanda pada saat itu memperanguhi
berbagai dimensi aspek termasuk aspek pendidikan dan hukum. Tidak selalu
dampak dari mereka (Belanda) yang kita lihat dari sisi negatifnya saja.
Contohnya, kalau kita coba merekonstruksi dalam konteks institusional
misalnya. Maksudnya adalah adanya institusi pendidikan, ormas-ormas baik
ormas politik maupun Islam serta gerakan kemahasiswaan kala itu.

Apapun institusi-insitusi tersebut tidak akan muncul dan bertransformasi


tanpa ada tantangan. Konsep nasionalisme ada karena merupakan hasil respon
terhadap kolonialisme itu. Karena singkatnya mereka (Belanda) mencoba
untuk mengatur daerah jajahan. Pertama dari aspek pendidikan dan yang kedua
dari aspek hukumnya. Pengaruh Belanda inilah menciptakan modernisasi
aspek-aspek tadi dalam negara Indonesia. Dalam aspek pendidikan misalnya.
Dulu sebelum kedatangan Belanda, model-model pembelajaran pada waktu itu
lebih bernuansa text-book dengan sarana untuk menghafal dan memorizing
menjadi kesehariannya. Nah, ketika Belanda datang, mulai dikenalnya sistem
kelas. Kemudian ada ujian, ijazah, dan seterusnya. Ada sisi peningkatan
antara satu dengan yang lainnya. Cara belajar pun sudah mulai berubah.

Model-model seperti tanya jawab atau diskusi menjadi nilai positif di


dalam perkembangan pendidikan. Itulah metode pedagogi yang sedikit
banyaknya terpengaruh oleh sistem pendidikan kolonial Belanda pada waktu
itu. Hal lainnya adalah kurikulum. Ada beberapa institusi pendidikan, semisal
fakultas hukum atau fakultas bahasa yang mencoba memperkenalkan bahasa
Belanda. Pengaruh bahasa Belanda apabila kita mengaitkan lebih luas lagi,
disadari atau tidak menjadi keseharian kita khususnya dalam lingkungan
akademik. Hal-hal sederhana bisa kita lihat dari serapan bahasanya semisal
dosen dari docent, dekan dari dekaan, tentamen dari tentament, atau rektor dari
rector. Partai politikpun sampai-sampai menggunakan nama Belanda,
misalnya Indische Partij (1912). Pada tahun 1848 adalah tahun yang penting
bagi sejarah hukum indonesia, yaitu saat diberlakukannya hukum bagi
masyarakat Eropa di Indonesia dengan asas konkordansi seperti yang telah
disinggung di awal pendapat saya mengenai sistem hukum di atas.

Pada masa itu terjadi kodifikasi (pengumpulan hukum-hukum yang


sejenis ke dalam satu kitab yang disusun secara sistematis dan lengkap) di
Hindia Belanda yang diketuai Scholten van Harlem. Pada waktu itulah, hukum
Belanda sudah terkodifikasi dengan baik. Tokoh-tokoh intelektual dan Islam di
Indonesia mencoba merespon dengan mengkodifikasi atau mengunifikasi juga
dalam hukum-hukum nasionalnya. Contohnya adalah UU Perkawinan (dulunya
masih mengikuti KUHPerdata) dan KHI (Kompilasi Hukum Islam) yang telah
menjadi respon tidak langsung dari kompilasi-kompilasi sejenis yang dilakukan
oleh Belanda sebelumnya 7.

PERBANDINGAN SISTEM HUKUM HINDIA-BELANDA


DENGAN INDONESIA

Salah satu contoh terkait perkembangan sistem hukum, yang bisa


dibandingkan adalah, pada masa sebelum Perang Dunia II di Hindia-Belanda
terdapat lima jenis peradilan. Kelima jenis peradilan tersebut adalah Peradilan
Gubernemen, Peradilan Pribumi, Peradilan daerah-daerah Swapraja, Peradilan
Agama, dan Peradilan Desa. Sementara setelah Indonesia merdeka, semua
peradilan disatukan di bawah Mahkamah Agung yang kemudian demi
efektivitas membagi kembali peradilan menjadi empat jenis, yaitu Peradilan
Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara.

7. http://hendra04.blogdetik.com/2010/04/15/pengaruh-positif-belanda-dalam-
eksistensinya-terhadap-sejarah-hukum-termasuk-pendidikannya-di-indonesia/
Sabtu, 26 Maret 2011 waktu 09.00

Beberapa dari (bentuk) peradilan yang ada di masa Hindia-Belanda masih


tetap diadopsi sampai saat ini. Namun beberapa jenis peradilan lain tidak
dipertahankan karena tidak sesuai dengan tata hukum sebuah negara kesatuan
yang merdeka. Selain peradilan, keterhubungan hukum antara masa sebelum
dan setelah Perang Dunia II meliputi juga peraturan perundang-undangan.
Dengan menguraikan ragam peraturan perundang-undangan era pendudukan
Belanda, Supomo mengajak pembaca untuk membandingkan dengan ragam
hukum saat ini.

Ternyata banyak peraturan perundang-undangan yang disebutkan


Supomo masih tetap dipakai saat negara Indonesia menyatakan
kemerdekaannya. Bahkan beberapa masih dipergunakan hingga lebih dari lima
puluh tahun setelahnya, antara lain saduran Burgerlijk Wetboek atau Kitab
Undang-undang Hukum Perdata; Wetboek van Strafrecht atau Kitab Undang-
undang Hukum Pidana; hukum acara; dan lain sebagainya.

Dari sisi sistematika pembahasan, Supomo membagi buku ini dalam lima
bab. Secara berurutan bab pertama yang berjudul “Rakjat Indonesia” membahas
mengenai kewarganegaraan Belanda yang mendasarkan pada UU 28 Juli 1850
Staatsblad No. 44 yang diubah dengan UU 3 Mei 1851 Staatsblad No. 46, dan
Pasal 5 Burgerlijk Wetboek Tahun 1838. Selain itu hal-hal yang berkaitan
dengan dikotomi penduduk negara dan bukan penduduk negara; serta
pembedaan rakyat atas tiga golongan: Eropah, Bumiputera, dan Timur Asing 8.

8. http://mardian.wordpress.com/2009/08/11/perbandingan-sistem-hukum-hindia
belanda-dengan-indonesia/ Sabtu, 26 Maret 2011 waktu 09.00

Bukti Indonesia menerapkan civil law


system sebagai sistem hukumnya
Hukum Romawi yang merupakan sumber dari sistem civil law telah
menempuh sejarah yang panjang untuk sampai kepada tingkat
perkembangan yang tinggi. Semua itu bermula dari
penemuan Corpus Iuris Civilis. Kodifikasi itu merupakan puncak
pemikiran hukum Romawi yang sudah ratusan tahun.

Indonesia termasuk negara yang menganut sistem hukum Civil Law


atau sistem hukum Eropa Kontinental, di dalam sistem hukum Civil
Law, sebagai buktinya adalah yang ditonjolkan adanya kepastian
hukum. Bila kepastian hukum sudah tercapai, maka selesailah
perkara, meskipun mungkin, bagi sebagian orang dinilai tidak adil.
sistem hukum civil law tetap memiliki beberapa aspek positif yang
harus dijaga. Sedangkan sistem hukum Common Law digunakan
oleh Inggris dengan negara bekas koloninya.

Karakteristik dari Sistem Hukum Civil Law adalah :


1. Adanya kodifikasi
2. Hakim tidak terikat kepada preseden sehingga undang-undang
menjadi sumber hukum yang terutama
3. Sistem peradilan bersifat inkuisitorial

Seperti yang berlaku di negara-negara Eropa yang lebih


mementingkan kodifikasi, ilmu hukum kontinental ini sangat
dipengaruhi oleh hukum Romawi. Sering dikenal juga sebagai sistem
hukum CIVIL LAW. Sebagian besar negara-negara Eropa daratan
dan daerah bekas jajahan / koloninya. Contohnya : Jerman, Belanda,
Perancis, Italia, negara-negara Amerika Latin dan Asia. Indonesia
juga menganut sistem hukum ini karena Indonesia pernah menjadi
negara jajahan dari negara-negara Eropa.

Kodifikasi hukum itu merupakan kumpulan dari berbagai kaidah


hukum yang ada sebelum masa Yustinianus yang disebut Corpus
Juris Civilis(hukum yang terkodifikasi). Corpus Juris
Civilis dijadikan prinsip dasar dalam perumusan dan kodifikasi
hukum di negara-negara Eropa daratan seperti Jerman, Belanda,
Prancis, Italia, Amerika Latin, Asia (termasuk Indonesia pada masa
penjajahan Belanda). Artinya adalah menurut sistem ini setiap hukum
harus dikodifikasikan sebagai dasar berlakunya hukum dalam suatu
negara.
Kepastian hukumlah yang menjadi tujuan hukum. Kepastian hukum
dapat terwujud apabila segala tingkah laku manusia dalam pergaulan
hidup diatur dengan peraturan tertulis, misalnya UU. Dalam sistem
hukum ini, terkenal suatu adagium yang berbunyi ”tidak ada hukum
selain undang-undang”. Hukum selalu diidentifikasikan dengan
undang-undang (hukum adalah undang-undang).

Peran Hakim :
Hakim dalam hal ini tidak bebas dalam menciptakan hukum baru,
karena hakim hanya berperan menetapkan dan menafsirkan
peraturan-peraturan yang ada berdasarkan wewenang yang ada
padanya.

Putusan Hakim :
Putusan hakim tidak mengikat umum tetapi hanya mengikat para
pihak yang berperkara saja (doktrins res ajudicata) sebagaimana
yurisprudensi sebagai sistem hukum Anglo Saxon
(Mazhab / Aliran Freie Rechtsbegung)

Sumber Hukum yang juga dianut oleh Indonesia :


1. Peraturan perundang-undangan dibentuk oleh legislatif
(Statutes)
mempunyai 2 karakteristik : berlaku numum dan isinya
mengikat keluar (ini yang membedakan peraturan
perundang-undangan dan penetapan)
2. Kebiasaan-kebiasaan (custom)
Kebiasaan tidak mempunyai kekuatan mengikat
3. Yurisprudensi
Yurisprudensi merupakan sumber hukum dalam arti
formal,tetapi posisi yurisprudensi sebagi sumber hukum di
dalam sistem civil law belum lama diterima.

Penggolongannya

Berdasarkan sumber hukum diatas maka sistem hukum Eropa


Kontinental penggolongannya ada dua yaitu :
A. Bidang hukum publik :
Hukum publik mencakup peraturan-peraturan hukum yang
mengatur kekuasaan dan wewenang penguasa/negara serta
hubungan-hubungan antara masyarakat dan negara. Termasuk
dalam hukum publik ini ialah :
1. Hukum Tata Negara
2. Hukum Administrasi Negara
3. Hukum Pidana
B. Bidang hukum privat :
Hukum privat mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur
tentang hubungan antara individu-individu dalam memenuhi
kebutuhan hidup demi hidupnya. Yang termasuk dalam hukum
privat adalah :
1. Hukum Sipil, dan
2. Hukum Dagang

Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia sekarang, batas-


batas yang jelas antara hukum publik dan hukum privat itu semakin
sulit ditentukan. Hal itu disebabkan faktor-faktor berikut :
1. Terjadinya sosialisasi di dalam hukum sebagai akibat dari makin
banyaknya bidang-bidang kehidupan masyarakat. Hal itu pada
dasarnya memperlihatkan adanya unsur ”kepentingan
umum/masyarakat” yang perlu dilindungi dan dijamin, misalnya
saja bidang hukum perburuhan dan hukum agraria.
2. Makin banyaknya ikut campur negara di dalam bidang kehidupan
yang sebelumnya hanya menyangkut hubungan perorangan,
misalnya saja bidang perdagangan, bidang perjanjian dan
sebagainya.

Sistem hukum Eropa Kontinental menganut mazhab


legisme dan positivisme :
Mazhab legisme
- Menganggap bahwa semua hukum terdapat dalam UU.
- Hukum identik dengan UU.
- Hakim dalam melakukan tugasnya terikat pada UU, sehingga
pekerjaannya hanya melakukan pelaksanaan UU
belaka (wetstoepassing).
- Menganggap kemampuan UU sebagai hukum, termasuk dalam
penyelesaian berbagai permasalahan sosial.
- Aliran ini berkeyakinan bahwa semua persoalan sosial akan
segera terselesaikan apabila telah dikeluarkan UU yang
mengaturnya.
Menurut aliran ini UU adalah obat segala-galanya sekalipun
dalam kenyataannya tidak demikian.

Mazhab Positivisme Hukum (Rechtspositivisme)


- Sering juga disebut dengan aliran legitimisme.
- Aliran ini sangat mengagungkan hukum tertulis.
- Tidak ada norma hukum diluar hukum positif.
- Semua persoalan masyarakat diatur dalam hukum tertulis.
- Sehingga terkesan hakikat dari aliran ini adalah penghargaan
yang berlebihan terhadap kekuasaan yang menciptakan hukum
tertulis ini sehingga dianggap kekuasaan itu adalah sumber
hukum dan kekuasaan adalah hukum.
Kebanyakan negara yang tidak menerapkan common law memiliki
sistem civil law. Civil law ditandai oleh kumpulan perundang-
undangan yang menyeluruh dan sistematis, yang dikenal sebagai
hukum yang mengatur hampir semua aspek kehidupan.
Teori mengatakan bahwa civil law berpusat pada undang-undang
dan peraturan. Undang-Undang menjadi pusat utama dari civil law,
atau dianggap sebagai jantung civil law . Namun dalam
perkembangannya civil law juga telah menjadikan putusan
pengadilan sebagai sumber hukum. Di banyak hukum dalam sistem
civil law tidak tersedia peraturan untuk menghitung kerugian karena
pelanggaran kontrak. Standar mengenai penghitungan kerugian ini
masih tetap belum jelas di banyak negara dengancivil law. Meskipun
demikian pengadilan di negara-negara ini cenderung memutuskan
untuk menghukum pihak yang salah tidak dengan uang, tetapi
dengan pelaksanaan tindakan kontrak tertentu.

Kesimpulannya, Indonesia termasuk negara yang menganut sistem


hukum Civil Law, didalam sistem hukum Civil Law, yang
ditonjolkan adalah adanya kepastian hukum. Selain itu, ciri-ciri atas
sistem hukum Civil Law ini juga terdapat di Indonesia, sehingga
jelas inilah bukti bahwasanya Indonesia menganut Civil Law
System.

1.
http://muksalmina.wordpress.com/2011/01/11/sistem-hukum-
civil-law-eropa-kontinental/
2.
http://donxsaturniev.blogspot.com/2010/07/sistem-hukum-4-
eropa-kontinental-civil.html
3.
Pengantar Ilmu Hukum , Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki,
SH.,MS.,LL.M
Prinsip utama atau prinsip dasar dari civil law
system
• Prinsip utama atau prinsip dasar sistem hukum Eropa Kontinental
ialah bahwa hukum itu memperoleh kekuasaan mengikat karena
berupa peraturan yang berbentuk undang-undang yang tersusun
secara sistematis dalam kodifikasi.
• Kepastian hukumlah yang menjadi tujuan hukum. Kepastian hukum
dapat terwujud apabila segala tingkah laku manusia dalam pergaulan
hidup diatur dengan peraturan tertulis, misalnya UU.
• Dalam sistem hukum ini, terkenal suatu adagium yang berbunyi
”tidak ada hukum selain undang-undang”.
• Dengan kata lain hukum selalu diidentifikasikan dengan undang-
undang (hukum adalah undang-undang).
Corpus Juris Civilis dijadikan prinsip dasar dalam perumusan dan
kodifikasi hukum di negara-negara Eropa daratan seperti Jerman, Belanda,
Prancis, Italia, Amerika Latin, Asia (termasuk Indonesia pada masa
penjajahan Belanda). Artinya adalah menurut sistem ini setiap hukum
harus dikodifikasikan sebagai daar berlakunya hukum dalam suatu
negara.1

Kelemahan sistem civil law

• Mengorbankan keadilan hukum


• Hakim tidak bisa membuat hukum sendiri
• Bersifat statis dan mengenyampingkan hukum – hukum yang besifat
tidak tertulis
• Sistemnya terlalu kaku, tidak bisa mengikuti perkembangan zaman
karena hakim harus tunduk terhadap perundang-undang yang sudah
berlaku (hukum positif). Padahal untuk mencapai keadilan
masyarakat hukum harus dinamis.2
EROPA KONTINENTAL / CIVIL LAW

Awalnya diterapkan pada masa Romawi, kemudian dimasukkan ke dalam sistem hukum
di negara-negar Eropa Barat, seperti Jerman, Perancis dan di negara-negara jajahannya
seperti Belanda, Belgia dan sebagainya.

Ciri-cirinya :

1. Membedakan secara tajam antara hukum perdata dan hukum publik


2. Membedakan antara hak kebendaan dan perorangan
3. Menggunakan kodifikasi
4. Keputusan hakim terdahulu tidak mengikat

Seperti yang berlaku di negara-negara Eropa yang lebih mementingkan kodifikasi, ilmu
hukum kontinental ini sangat dipengaruhi oleh hukum Romawi. Sering dikenal juga
sebagai sistem hukum CIVIL LAW.

Sebagian besar negara-negara Eropa daratan dan daerah bekas jajahan / koloninya; ex:
Jerman, Belanda, Perancis, Italia, negara2 Amerika Latin dan Asia.

Berkembang di negara-negara Eropa (istilah lain Civil Law = hukum Romawi).

Dikatakan hukum Romawi karena sistem hukum ini berasal dari kodifikasi hukum yang
berlaku di kekaisaran Romawi pada masa Pemerintahan Kaisar Yustinianus abad 5
(527-565 M).

Kodifikasi hukum itu merupakan kumpulan dari berbagai kaidah hukum yang ada
sebelum masa Yustinianus yang disebut Corpus Juris Civilis (hukum yang
terkodifikasi).

Corpus Juris Civilis dijadikan prinsip dasar dalam perumusan dan kodifikasi hukum di
negara-negara Eropa daratan seperti Jerman, Belanda, Prancis, Italia, Amerika Latin,
Asia (termasuk Indonesia pada masa penjajahan Belanda). Artinya adalah menurut
sistem ini setiap hukum harus dikodifikasikan sebagai daar berlakunya hukum dalam
suatu negara.

Prinsip utama atau prinsip dasa


Prinsip utama atau prinsip dasar sistem hukum Eropa Kontinental ialah bahwa hukum
itu memperoleh kekuasaan mengikat karena berupa peraturan yang berbentuk
undang-undang yang tersusun secara sistematis dalam kodifikasi.

Kepastian hukumlah yang menjadi tujuan hukum. Kepastian hukum dapat terwujud
apabila segala tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup diatur dengan peraturan
tertulis, misalnya UU.

Dalam sistem hukum ini, terkenal suatu adagium yang berbunyi ”tidak ada hukum
selain undang-undang”. Hukum selalu diidentifikasikan dengan undang-undang
(hukum adalah undang-undang).

Peran Hakim
Hakim dalam hal ini tidak bebas dalam menciptakan hukum baru, karena hakim hanya
berperan menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan yang ada berdasarkan
wewenang yang ada padanya.

Putusan Hakim

Putusan hakim tidak mengikat umum tetapi hanya mengikat para pihak yang berperkara
saja (doktrins res ajudicata) sebagaimana yurisprudensi sebagai sistem hukum
Anglo Saxon (Mazhab / Aliran Freie Rechtsbegung)

Sumber Hukum

1) Undang-undang dibentuk oleh legislatif (Statutes).


2) Peraturan-peraturan hukum (Regulation = administrasi negara= PP, dll), dan
3) Kebiasaan-kebiasaan (custom) yang hidup dan diterima sebagai hukum oleh
masyarakat selama tidak bertentangan dengan undang-undang.

Penggolongannya

Berdasarkan sumber hukum diatas maka sistem hukum Eropa Kontinental


penggolongannya ada dua yaitu :

Bidang hukum publik

Hukum publik mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur kekuasaan dan


wewenang penguasa/negara serta hubungan-hubungan antara masyarakat dan negara.
Termasuk dalam hukum publik ini ialah :
1) Hukum Tata Negara
2) Hukum Administrasi Negara
3) Hukum Pidana

Bidang hukum privat.

Hukum privat mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang hubungan


antara individu-individu dalam memenuhi kebutuhan hidup demi hidupnya. Yang
termasuk dalam hukum privat adalah :
1) Hukum Sipil, dan
2) Hukum Dagang

Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia sekarang, batas-batas yang jelas


antara hukum publik dan hukum privat itu semakin sulit ditentukan. Hal itu disebabkan
faktor-faktor berikut :
1) Terjadinya sosialisasi di dalam hukum sebagai akibat dari makin banyaknya bidang-
bidang kehidupan masyarakat. Hal itu pada dasarnya memperlihatkan adanya unsur
”kepentingan umum/masyarakat” yang perlu dilindungi dan dijamin, misalnya saja
bidang hukum perburuhan dan hukum agraria.
2) Makin banyaknya ikut campur negara di dalam bidang kehidupan yang sebelumnya
hanya menyangkut hubungan perorangan, misalnya saja bidang perdagangan, bidang
perjanjian dan sebagainya.

Sistem hukum eropa Kontinental menganut mazhab legisme dan positivisme.

Mazhab legisme

- Menganggap bahwa semua hukum terdapat dalam UU.


- Hukum identik dengan UU.
- Hakim dalam melakukan tugasnya terikat pada UU, sehingga pekerjaannya hanya
melakukan pelaksanaan UU belaka (wetstoepassing) .
- Menganggap kemampuan UU sebagai hukum, termasuk dalam penyelesaian berbagai
permasalahan sosial.
- Aliran ini berkeyakinan bahwa semua persoalan sosial akan segera terselesaikan
apabila telah dikeluarkan UU yang mengaturnya.
Menurut aliran ini UU adalah obat segala-galanya sekalipun dalam kenyataannya tidak
demikian.

Mazhab Positivisme Hukum (Rechtspositivisme)

- Sering juga disebut dengan aliran legitimisme.


- Aliran ini sangat mengagungkan hukum tertulis.
- Tidak ada norma hukum diluar hukum positif.
- Semua persoalan masyarakat diatur dalam hukum tertulis.
- Sehingga terkesan hakikat dari aliran ini adalah penghargaan yang berlebihan terhadap
kekuasaan yang menciptakan hukum tertulis ini sehingga dianggap kekuasaan itu adalah
sumber hukum dan kekuasaan adalah hukum.

Aliran ini dianut oleh John Austin (1790 – 1861, Inggris) menyatakan bahwa satu-
satunya hukum adalah kekuasaan yang tertinggi dalam suatu negara. Sedangkan
sumber-sumber lain hanyalah sebagai sumber yang lebih rendah. Sumber hukum itu
adalah pembuatnya langsung yaitu pihak yang berdaulat atau badan perundang-
undangan yang tertinggi dan semua hukum dialirkan dari sumber yang sama itu. Hukum
yang bersumber dari situ harus ditaati tanpa syarat, sekalipun terang dirasakan tidak
adil.

Menurut Austin hukum terlepas dari soal keadilan dan dari soal buruk-baik. Karena itu
ilmu hukum tugasnya adalah menganalisis unsur-unsur yang secara nyata ada dalam
sistem hukum modern. Ilmu hukum hanya berurusan dengan hukum positif yaitu hukum
yang diterima tanpa memperhatikan kebaikan dan keburukannya. Hukum adalah
perintah dari kekuasaan politik yang berdaulat dalam suatu negara.

Aliran positivisme hukum ini memperkuat aliran legisme yaitu suatu aliran tidak ada
hukum diluar undang-undang. Undang menjadi sumber hukum satu-satunya. Undang-
undang dan hukum diidentikkan.

Namun demikian aliran positivisme bukanlah aliran legisme.


- Perbedaannya terletak pada bahwa menurut aliran legisme hanya menganggap
undang-undang sebagai sumber hukum.
- Sedangkan aliran positivisme bukan undang-undang saja sumber hukum tetapi juga
kebiasaan, adat istiadat yang baik dan pendapat masyarakat.
- Para ahli positivisme hukum berpendapat bahwa karya-karya ilmiah para hukum tidak
hanya mengenai hukum positif (hukum yang berlaku) tetapi boleh berorientasi pada
hukum kodrat atau hukum yang lebih tinggi seperti yang dilakukan penganut hukum
alam.

1. http://tiarramon.wordpress.com
2. Pengantar Hukum Indonesia , Umar Said,SH.,MS.,

Anda mungkin juga menyukai