1
Sri Setianingsih Suwardi, “Perjanjian Internasional yang Dibuat oleh Organisasi Internasional,” Indonesian Journal of
International Law Vol. 3 No. 4 (2006): 498.
2
L. Oppenheim, Oppenheim’s International Law: 9th Edition, diedit oleh R. Y. Jennings dan Arthur Watts (London: Longman,
1992).
3
Ian Brownlie, Principles of Public International Law: 7th Edition (Oxford: Oxford University Press, 2008).
4
Janne Elisabeth Nijman, “The Concept of International Legal Personality: An Inquiry into the History and Theory of International
Law,” Netherlands International Law Review Vol. 55 (2008).
1
Selain negara dan organisasi internasional yang memiliki kepribadian hukum atas pemberian
negara tersebut, terdapat beberapa kategori entitas lain yang memiliki status yang lebih terbatas dalam
hukum internasional. Brownlie menuliskan bahwa entitas-entitas tersebut antara lain wilayah yang di-
internasionalisasi-kan (internationalized territories, secara historis Danzig dan Memel), badan yang
didirikan antar-negara (seperti sebuah tribunal arbitrase), badan dari organisasi internasional (seperti
WHO, badan dari PBB), kepribadian-kepribadian khusus lain, masyarakat yang tidak memerintah
dirinya sendiri (non-self-governing peoples), negara yang baru berdiri maupun mati (emergent and
defunct states), dan komunitas belligerent maupun insurgent. Dengan beberapa maksud dan tujuan,
khususnya dalam hal kejahatan internasional dan hak petisi di bawah instrumen-instrumen hak asasi
manusia, status dari seorang individu juga diakui dalam hukum internasional.5
Hal senada disampaikan oleh Mosler yang menyatakan bahwa organisasi internasional sampai
dengan individu pun dapat menjadi subjek dari hukum internasional.6 Jumlah dan variasi dari subjek
hukum internasional sendiri sebenarnya mengalami peningkatan sejak abad ke-18, khususnya sejak
tahun 1945.7 Penggunaan frasa “international law” itu sendiri pun sebenarnya dianggap oleh beberapa
ahli sebagai kontroversial, karena aktor-aktor non-negara, non-nation pun juga menjadi bagian dari
pembentukan sistem hukum internasional itu sendiri. 8 Pendapat-pendapat yang disampaikan
sebelumnya disetujui oleh Krylov yang menyatakan bahwa subjek dalam hukum internasional bukanlah
hanya negara sebagai sebagai subjek tunggal, hukum internasional juga memberi pengakuan kepada
individu dengan ekstensi hak-hak kepada individu oleh hukum internasional atas dasar traktat-traktat
atau sumber hukum lainnya, walaupun memang individu tidak menjadi subjek langsung dari hukum
internasional.9
Kemudian, beberapa penulis lain telah berusaha untuk menjauh dari dikotomi subjek/objek
tradisional yang mereka anggap sebagai “kekangan intelektual yang dibuat oleh kita sendiri,” salah
satunya adalah Higgins. Higgins berargumen bahwa hukum internasional adalah sebuah proses
pembuatan keputusan yang diikuti oleh banyak aktor. Selain itu, Higgins menyatakan bahwa
sebagaimana dunia kita diatur pada saat ini, adalah negara yang memiliki kepentingan dalam perihal
seperti wilayah laut, perbatasan, dan perjanjian, maka dai itu negara yang saling mengajukan klaim
mengenai hal-hal tersebut. Namun, kepentingan dari seorang individu terletak pada area lain, seperti
standar minimal perlakuan orang asing, prasyarat dilakukannya peperangan, dan hak asasi manusia.
Maka dari itu, hal-hal tersebut bukanlah semata-mata menjadi pengecualian yang diizinkan oleh negara
dalam sebuah sistem peraturan yang berlaku antar negara, melainkan hal-hal tersebut adalah
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hukum internasional yang mewakili klaim yang
secara alamiah dibuat oleh para partisipan individual yang berbeda dari partisipan negara.10
Kepentingan Indonesia dalam hal ini adalah bahwa Indonesia sebagai negara berarti bahwa
Indonesia adalah merupakan subjek dari hukum internasional. Mengenai negara sebagai subjek hukum
internasional, setidaknya tidak mengalami perdebatan. Penyematan status subjek hukum internasional
pada Indonesia berarti bahwa Indonesia memiliki hak dan kewajiban dalam hukum internasional. Hak
dan kewajiban dari sebuah negara dalam hukum internasional telah diatur dalam hukum kebiasaan
internasional dan dikodifikasi dalam Konvensi Montevideo 1933 tentang Hak dan Kewajiban dari
Negara-negara. Antara lain, konvensi tersebut mengatur bahwa sebuah negara yang telah berdiri
sebagai legal person memiliki hak atas populasi, wilayah, pemerintahan, dan kapasitas untuk
mengadakan hubungan dengan negara lain; untuk mempertahankan diri; dan lain sebagainya; serta
bahwa negara memiliki kewajiban antara lain untuk mempertahankan perdamaian dan untuk tidak
mengakuisisi wilayah dengan kekerasan.11
Kesimpulannya, organisasi internasional dapat dikatakan sebagai salah satu subjek dari
hukum internasional. Namun, statusnya sebagai sebuah subjek hukum internasional didapatkan
sebagai hasil perdebatan mengenai subjek-subjek dari hukum internasional itu sendiri, yang membuat
perdebatan tersebut menjadi relevan dalam diskusi. Indonesia memiliki kepentingan dalam hal tersebut
dikarenakan Indonesia adalah sebuah negara, yang berarti bahwa Indonesia memiliki hak-hak beserta
kewajiban-kewajiban tertentu yang diperoleh dari statusnya sebagai sebuah subjek hukum
internasional.
5
Ian Brownlie, Op Cit.
6
Hermann Mosler, The International Society as a Legal Community, (Amsterdam: Springer Netherlands, 1980).
7
Robert Kolb, Theory of International Law (Portland: Hart Publishing, 2016).
8
Mark Weston Janis, “International Law?” Harvard Journal of International Law Vol. 32 (1991).
9
Serge B. Krylov, “Les Notions Principales dua Droit des Gens,” Hague Rec Vol. 70 (1947).
10
Rosalyn Higgins, Problems and Process: International Law and How We Use It (London: Clarendon Press, 1994).
11
Organization of American States, “Montevideo Convention on the Rights and Duties of States” (Dokumen, Montevideo, 1933).
2
Referensi
Brownlie, Ian. Principles of Public International Law: 7th Edition. Oxford: Oxford University Press, 2008.
Higgins, Rosalyn. Problems and Process: International Law and How We Use It. London: Clarendon
Press, 1994.
Janis, Mark Weston. “International Law?” Harvard Journal of International Law Vol. 32 (1991).
Krylov, Serge B. “Les Notions Principales dua Droit des Gens,” Hague Rec Vol. 70 (1947).
Mosler, Hermann. The International Society as a Legal Community. Amsterdam: Springer Netherlands,
1980.
Nijman, Janne Elisabeth. “The Concept of International Legal Personality: An Inquiry into the History
and Theory of International Law,” Netherlands International Law Review Vol. 55 (2008).
Oppenheim, L. Oppenheim’s International Law: 9th Edition, diedit oleh R. Y. Jennings dan Arthur Watts
(London: Longman, 1992).
Organization of American States, “Montevideo Convention on the Rights and Duties of States”
(Dokumen, Montevideo, 1933).
Suwardi, Sri Setianingsih. “Perjanjian Internasional yang Dibuat oleh Organisasi Internasional,”
Indonesian Journal of International Law Vol. 3 No. 4 (2006): 494-514.