Anda di halaman 1dari 3

Nama : Lilian Putri Sagia

NIM : 1810111078

Kelas : Hukum Lingkungan Internasional

Kasus Corfu Channel

Kasus Corfu Channel terjadi antara Inggris Vs Albania, dimana iring-iringan kapal perang
Inggris termasuk kapal penyapu ranjau laut H.M.S. Maurilius, Saumarez, Leader dan H.M.S.
Volage pada 22 Oktober melakukan pelayaran damai (innocent passage) di Selat Corfu yang
berdasarkan pemberitahuan Pemerintah Albania yang tertuang dalam the Medri Charts, selat
tersebut bebas dari ranjau laut dan aman untuk dilayari.

Namun pada jam 14.45 H.M.S. Saumarez menabrak ranjau laut yang dipasang di lajur pelayaran
bagian Utara Selat Corfu. Lalu H.M.S Volage diperintahkan menarik Saumarez untuk
penyelematan namun Volage juga menabrak ranjau laut lain. Akibatnya dua kapal tersebut rusak
dan tidak ada tawaran bantuan dari Albania, 45 orang personel di atas kapal meninggal dan 42
orang terluka.

Alasan Inggris menuntut Albania :

1. Albania melanggar asas Good Neighborliness (sic utere tuo ut alienum non lades).
Dibuktikan dengan tidak adanya niat Albania untuk memberitahukan bahwa di laut
teritorialnya masih ada ranjau sedangkan ia punya kemampuan untuk melakukan itu.
2. Albania lalai melakukan perlindungan terhadap orang asing (alien) di perairannya. Oleh
karena itu kerugian Inggris merupakan tanggung jawab Pemerintah Albania (state
responsibility).

Pembelaan dari Pemerintah Albania :


1. Inggris telah melanggar kedaulatan Albania karena menurut Albania iring-irigan kapal
perang Inggris yang melewati Laut teritorialnya bukanlah merupakan pelayaran damai
(innocent passage)
2. Selat Corfu sudah dibersihkan dari ranjau dan aman untuk dilayari. Oleh karena itu
kejadian ini disimpulkan Albania sebagai kecelakaan bukan disengaja.

Inggris mengajukan tiga tuntutan :


1. Albania harus minta maaf kepada Inggris
2. Albania harus melakukan remedy terhadap kerugian Inggris
3. Albania harus membayar ganti rugi
Putusan dan hukuman :
ICJ melalui voting 11:5 memutuskan bahwa Albania bersalah dan bertanggungjawab secara
internasional atas peledakan yang terjadi pada tanggal 22 Oktober 1946 di Perairan Albania dan
bertanggung jawab atas kerugian materiil dan hilangnya jiwa manusia. Albania diperintahkan
membayar ganti rugi kepada Inggris atas kejadian tersebut sebesar 844.000 Euro.

A. SOFT LAW
Soft law atau hukum lunak adalah satu bentuk hukum internasional yang tidak secara
langsung mengikat negara tetapi dia harus dipedomani untuk membentuk hukum masa
datang (future law). Soft law dianggap hanya mengikat secara moral karena tidak
meletakkan kewajiban dan wewenang bagi para pihak yang terkait dalam perjanjian
internasional. Soft law biasanya dirancang sebagai titik singgah untuk menuju legislasi
yang lebih tegas.

Contoh soft law yaitu deklarasi. Ada empat deklarasi utama yang merupakan soft law
bagi hukum lingkungan internasional yaitu : Deklarasi Stockholm 1972, Deklarasi
Nairobi 1982, Deklarasi Rio 1992 dan World Summit on Suistainable Development
(WSSD) 2002.

Suatu negara yang melanggar soft law menurut saya tetap bisa dihukum namun jika
terjadi pelanggaran maka biaya yang ditimbulkan biasanya tidak sebesar pelanggaran
yang dijatuhkan seperti pelanggaran hard law.

B. HARD LAW
Hard law adalah satu bentuk hukum internasional yang mempunyai kekuatan mengikat
(binding power) terhadap negara peserta (contracting parties) secara langsung sesuai
dengan asas pacta sunt servanda. Hard law menghasilkan suatu “compliance pull” yaitu
kekuatan atau tekanan untuk patuh yang lebih besar, sehingga negara-negara lebih
ditekan untuk mematuhi hard law.

Suatu negara yang melanggar hard law dapat dihukum karena hard law sudah jelas
mengikat para pihak, dimana terdapat kewajiban yang telah dirumuskan secara jelas dan
mengikat secara hukum, dalam hal ini dibuat secara saksama melalui ajudikasi atau
penerbitan peraturan terperinci dan mendelegasikan kewenangan untuk menafsirkan dan
mengimplementasikan perjanjian tersebut.
Sehingga hard law menghasilkan compliance pull yaitu kekuatan atau tekanan untuk
patuh yang lebih besar, sehingga negara lebih ditekan untuk mematuhi hard law. Dan
apabila terjadi pelanggaran hard law, maka biaya yang ditimbulkan akan lebih besar
dibanding soft law.

Hard law dapat berupa treaty, convention, agreement, protocol, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai