A. Pendahuluan
Pertentangan antar setiap manusia merupakan hal yang umum terjadi di dalam
menyebabkan kekacauan didalamnya.1 Hal itu dapat terjadi apabila dalam keadaan
tersebut hukum atau tata tertib tidak dilaksanakan dengan baik. Usaha-usaha untuk
perdamaian oleh golongan yang berkepentingan dengan cara membentuk norma yang
berisi hukum, kebiasaan, adat istiadat, agama, dan kesusilaan. 2 Hukum yang dimaksud
adalah petunjuk hidup yang mengatur tata tertib dalam masyarakat dan harus ditaati
oleh seluruh anggota masyarakat. Adapun dalam kaidah hukum meliputi asas-asas
hukum yang dapat menjadi pedoman dalam menentukan hukum yang berlaku pada
suatu kasus tertentu. Tujuan di bentuknya hukum guna mengatur pergaulan hidup
1
E. Utrecht. 1962. Pengantar dalam Hukum Indonesia. Jakarta: Penerbit Balai Buku Ichtiar. Hal. 5
2
Sudikno Mertokusumo. 2001. Penemuan Hukum Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Hal.
4
1
Perdamaian antara manusia di pertahankan dengan adanya hukum dengan cara
Mahkamah Internasional. Para pihak yang besengketa dapat mengajukan kasus mereka
Internasional terdiri atas 15 orang hakim yang bertugas untuk menyelesaikan tuntutan
atas dasar hukum internasional dan mengeluarkan keputusan mutlak yang tidak dapat
diajukan banding serta mengikat para pihak yang bersengketa. International Court of
Dalam kasus Selat Corfu yang melibatkan pertikaian antara negara Albania dan
Inggris pada tahun 1946, diawali dengan rusaknya kapal Inggris yang dikarenakan
3
Sumaryo Suryokusumo. 2007. Studi Kasus Hukum Internasional. Jakarta: Penerbit Tatanusa. Hal. 222
2
terkena ranjau saat melewati Selat Corfu Utara. Selat yang dilewati negara Inggris
berada di perairan Albania yang dinyatakan sebagai status aman. Peristiwa lain juga
terjadi saat Albania menembakkan ke arah dua cruisers Inggris. Pemerintah Inggris
memprotes dan menyatakan bahwa hak tersebut terjadi karena Albania memiliki hak
kapal perang asing dan kapal dagang dilarang masuk ke dalam laut teritorial Albania
tanpa izin telebih dahulu. Hal tersebut diikuti oleh pernyataan Inggris yang mengatakan
bahwa Inggris akan membalas tembakan tersebut apabila kejadian tersebut terulang
kembali.
Chennel. Adapun jawaban dari Albania adalah ijin tidak dapat diberikan kecuali untuk
melakukan operasi penyapuan ranjau yang berada di luar wilayah laut teritorial Albania,
Laut Inggris terjadi pada tanggal 12-13 November 1946, yang masuk di laut teritorial
Albania dan berada dalam jarak yang sebelumnya telah dilakukan penyapuan, 22 ranjau
telah dijinakkan, serta ranjau-ranjau tersebut adalah tipe ranjau GY yang dibuat oleh
Jerman.
Dengan adanya kejadian ini maka Inggris menuntut ganti rugi atas kerusakan
kapal-kapalnya dan korban-korban yang telah meninggal. Akan tetapi Albania menolak
3
Peristiwa ini menimbulkan perdebatan antara Inggris dan Albania. Pemerintah
Albania menyatakan bahwa ranjau yang ditemukan pada tanggal 13 November, telah
dialami oleh kepal-kapal perang tersebut tidak mungkin disebabkan oleh apa yang
terdapat di daerah tersebut. Namun, ahli-ahli Malta telah berpendapat bahwa kerusakan-
kerusakan kapal milik Inggris disebabkan oleh ranjau yang telah identik dengan ranjau
Inggris kemudian menuntut bahwa ladang ranjau tersebut telah diadakan oleh
Albania dengan adanya persetujuan dan sepengetahuan dari Albania sendiri, atau
sebagai alternatif dari pemerintah Albania yang telah mengelabui mengenai ladang
ranjau yang telah berada di dalam perairan teritorialnya. Hal ini merupakan pelanggaran
terhadap Konvensi Den Haag yang ke delapan pada tahun 1907 dan telah gagal dalam
kapal Angkatan Laut Inggris dan telah gagal memberi peringatan tentang adanya ranjau,
pelanggaran dari hak lintas damai oleh kapal-kapal asing melalui perairan Internasional
seperti Selat Corfu ini. Inggris dengan kejadian ini menuntut ganti rugi sebesar 825.000
poundsterling yang digunakan untuk perbaikan kerusakan kepada kedua kapalnya dan
50.000 poundsterling untuk dana pensiun dan pengeluaran lain-lain yang diperuntukan
bagi awak kapal yang telah meninggal dan awak kapal yang mengalami luka-luka.
yang diajukan oleh Inggris mengenai ranjau-ranjau yang merusak kapal-kapal Inggris.
4
Negara-negara pantai memiliki hak dalam hal-hal luar biasa, melakukan pengaturan lalu
lintas kapal asing yang melalui wilayah perairan teritorialnya, dan pengaturan ini telah
diterapkan pada Selat Corfu. Bahwa keadaan luar biasa tersebut terdapat pada waktu
kejadian terjadi, sehingga kapal-kapal asing yang akan melaluinya harus memperoleh
izin terlebih dahulu untuk melewati perairan teritorial wilayah teritorial Albania.
Perlintasan kapal-kapal yang terjadi pada tanggal 22 Oktober 1946 yang tidak memiliki
dilalui kapal-kapal Inggris bukan merupakan wilayah lintas damai, dan pembersihan
ranjau pada tanggal 12-13 November 1946 belum memperoleh izin di perairan Albania
memiliki pendirian tidak perlu melakukan pembayaran ganti rugi kepada Inggris, justru
sebaliknya Inggris yang harus memberikan ganti rugi kepada pemerintah Albania atas
B. Pembahasan
5
Di dalam Hukum Internasional, terdapat beberapa asas yang mengatur hubungan
a. Asas Teritorial
Berdasarkan asas ini, negara menerapkan hukum bagi semua orang dan benda
b. Asas Kebangsaan
Asas ini menyebutkan bahwa setiap warga negara tetap akan mendapatkan
dan peristiwa yang berkaitan dengan kepentingan umum dan tidak berkaitan
Asas ini menyebutkan bahwa perjanjian yang telah dibuat berlaku secara
Asas yang mengatur para pihak yang saling mengadakan hubungan dan
f. Asas Reciprositas
terhadap negara lain, baik tindakan yang bersifat negatif ataupun positif.
g. Asas Courtesy
6
Asas ini menjelaskan keharusan untuk saling menghormati dan menjaga
kehormatan negara.
Asas yang dapat digunakan terhadap perubahan mendasar atas keadaan yang
j. Asas Keterbukaan
masing negara untuk memberikan informasi secara jujur dan dilandasi rasa
keadilan.
Asas ini menyebutkan bahwa tidak ada seorangpun yang diadili sehubung
dibebaskan. Asas ini juga menjelaskan bahwa tidak seorangpun dapat diadili di
pengadilan lain untuk kejahatan dimana orang tersebut telah dihukum atau
dibebaskan oleh pengadilan pidana Internasional. Adapun tidak seorang pun yang
telah diadili oleh suatu pengadilan di suatu negara mengenai perbuatan yang
dilarang.
7
Asas ini menjelaskan bahwa perjanjian Internasional dapat batal demi hukum
ditangkap atau ditahan oleh alat perlengkapan negara penerima dan sebaliknya
2. Analisis Kasus
antara Albania dengan Inggris menggunakan asas reciprositas, asas courtesy, dan asas
keterbukaan. Dalam kasus tersebut, digunakan asas repositas dimana asas tersebut
menjelaskan mengenai pembalasan setimpal yang akan dilakukan oleh suatu negara
terhadap negara lain, dalam hal ini Inggris berjanji akan membalas perbuatan Albania
apabila negara tersebut tetap berusaha menyerang Inggris. Adapun asas selanjutnya
yang digunakan yaitu asas courtesy yang menyebutkan bahwa setiap negara harus
menghormati negara lainnya, hal tersebut harus diterapkan oleh negara Inggris terkait
kedaulatan wilayah perairan negara Albania dan keharusan negara Inggris dalam
meminta izin masuk sebelumnya. Asas yang dapat digunakan selanjutnya adalah asas
keterbukaan yang menyebutkan suatu negara harus memberikan informasi yang jujur
dan akurat demi keadilan semua negara, dalam hal ini Albania harus memberikan
8
Perjanjian perdamaian tidak bisa dianggap absah apabila di dalamnya
mengandung maksud yang tersembunyi untuk mempersiapkan perang dimasa yang akan
datang. Apabila hal itu terjadi, maka perjanjian tersebut tidak lain merupakan bagian
dari gencatan senjata, penangguhan sikap sementara dari permusuhan bukan perdamaian
fungsi yang pada hakikatnya untuk melengkapi ketentuan-ketentuan dari hukum tertulis
(rechtsvinding).
Dengan kata lain hakim atau pengadilan memiliki fungsi untuk membuat hukum
yang baru (creation of new law). Dalam melaksanakan fungsinya membentuk hukum
yang dilakukan pengadilan atau hakim harus dapat mengisi kekosongan dalam hukum
dan dapat mencegah tidak ditanganinya suatu perkara karena adanya hukum yang tidak
4
Immanuel Kant. 2005. Menuju Perdamaian Abadi. Sebuah Konsep Filosofis. Penerjemah Arpani Harun
dan Hendarto Setiadi. Bandung: Penerbit Mizan. Hal. 35
5
Y Gunawan, 2012, Penegakan Hukum Terhadap Pembajakan di Laut Melalui Yurisdiksi Mahkamah
Pidana Internasional, Jurnal Media Hukum, Vol 25, No 1 (2018), Yogyakarta, FH UMY. Diakses juga
pada laman http://journal.umy.ac.id/index.php/jmh/article/view/1978/1959 pada tanggal 30 Desember
2018 pukul 07.52 WIB
9
jelas atau tidak ada. Fungsi yang sangat pentig dari pengadilan atau hakim ini dilakukan
kasus antar negara. Beberapa keputusan atau opini timbul berdasarkan sengketa-
yang kurang lebih sama, jurisdiksi yang dimiliki juga hampir sama, yang menjadi
Kasus antara Albania dan Inggris dalam kasus Corfu Channel ini terdapat pihak
yang tidak hadir di Mahkamah, dimana pihak tersebut adalah Albania. Negara
bersengekta yang tidak hadir tidak akan menghalangi Mahkamah dalam mengambil
keputusan dengan syarat sesuai dengan pasal 53 ayat (2) Statuta, dalam menjatuhkan
keputusan untuk pihak yang tidak hadir sebelumnya Mahkamah harus meyakinkan
bahwa tidak hanya memiliki wewenang, akan tetapi juga keputusannya yang betul-betul
harus didasarkan pada fakta dan hukum yang ada. Dengan demikian maka pihak yang
6
Mochtar Kusumaatmadja dan B. Arief Sidharta. 2000. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung: Penerbit
Alumni. Hal. 99
7
J.G. Starke. 2007. Pengantar Hukum Internasional Edisi ke Sepuluh bag 2, Penerjemah Bambang Iriana
Djajaatmadja. Jakarta: Penerbit Sinar Grafika. Hal. 670
8
Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar. 2006. Hukum Internasional Kontemporer. Bandung: Penerbit
Refika Aditama. Hal. 240
10
dihukum meskipun tidak hadir pada prinsipnya tidak memilik hak untuk menolak
Fakta pertama berkaitan mengenai perilaku dari pemerintah Albania sebelum dan
sesudah bencana. Bahwa peletakan ranjau terjadi didalam periode dimana terdapat
niatan Albania untuk mengawasi laut teritorialnya. Terlebih pemerintah Albania secara
sepenuhnya telah sadar akan keberadaan ladang ranjau, secara tegas pemerintah Albania
memprotes aktivitas dari kapal Inggris, tidak memprotes mengenai peletakan ranjau
yang dilakukannya. Tindakan tersebut apabila dilakukan tanpa persetujuan dari Albania
keberadaan ranjau sesuai dalam hukum Internasional, Albania juga tidak melakukan
Tindakan seperti ini hanya dapat dijelaskan apabila pihak dari Pemerintah Albania
dari pantai Albania, dimana secara geografis selat tersebut dapat dilihat secara mudah,
pantai ini didominasi oleh ketinggian yang meawarkan titik-titik untuk observasi dan
berhadapan langsung dengan pantai, yang mana ranjau terdekat terletak dalam radius
500 meter lepas dari pantai. Peletakkan ranjau yang ada secara metodikal dan telah
9
Boer Mauna. Hukum Internasional Pengertian Peranan Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global,
Op.cit. Hal. 247
11
Pada dasarnya tugas Albania untuk membeitahukan kapal-kapal dan khususnya
untuk memberikan peringatan kepada kapal-kapal yang melewati selat tersebut pada 22
Oktober mengenai bahaya yang akan dihadapi. Pada faktanya tidak ada hal apapun yang
dilakukan Albania untuk mencegah terjadinya bencana, dan kelalaian berat ini
telah dilampirkan dalam satu deklarasi dan dissenting opinioins dari Alvarez, Winiarski,
Zoricic, Badawi Pasha, Krylov and Azevedo, dan juga Dr Ecer Hkim ad hoc.10
10
Mohamad Mova Al’Afghani. 2005. Konsep Kealpaan Dalam Hukum Pertanggungjawaban Negara.
Depok: Fakultas Hukum UI. Hal. 98.
12
C. Penutup
1. Simpulan
antara Albania dengan Inggris menggunakan asas reciprositas dan asas courtesy.
perbuatan Albania apabila negara tersebut tetap berusaha menyerang Inggris. Adapun
asas selanjutnya yang digunakan yaitu asas courtesy (penghormatan) yang harus
diterapkan oleh negara Inggris terkait kedaulatan wilayah perairan negara Albania dan
bahwa Albania dinyatakan bersalah karena tindakan Albania telah bertentangan dengan
hukum Internasional karena sepenuhnya sadar dengan keberadaan ranjau yang ada di
adalah tidak memantau ranjau yang diletakannya, padahal hal tersebut dapat berdampak
buruk bagi keselamatan setiap kapal yang melintasinya. Oleh karena itu, dapat
di wilayah perairannya.
2. Saran
Saran yang dapat diberikan kepada pemerintah Albania maupun negara-negara
lainnya sehubungan dengan kasus ini adalah mematuhi asas-asas hukum Internasional
sehingga setiap negara memiliki hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan. Negara
tersebut merupakan asas dominan yang dapat berpengaruh pada penerapan asas-asas
13
lainnya. Adapun asas yang harus diterapkan oleh setiap negara yaitu asas courtesy yang
menekankan bahwa setiap negara harus menghormati negara lainnya guna menciptakan
14
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Yordan. 2018. Penegakan Hukum Terhadap Pembajakan di Laut Melalui
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmh/article/view/1978/1959. 30 Desember
Muhammadiyah Yogyakarta.
Mauna, Boer. Hukum Internasional Pengertian Peranan Dan Fungsi Dalam Era
Dinamika
Penerbit Liberty
Starke, J.G. 2007. Pengantar Hukum Internasional Edisi ke Sepuluh bag 2, Penerjemah
Tatanusa
Utrecht, E. 1962. Pengantar dalam Hukum Indonesia. Jakarta: Penerbit Balai Buku
Ichtiar
15
Lembar Penilaian Sejawat
Bekerja
(0-100)
16