Anda di halaman 1dari 76

HU K U M M A R I T I M

ANT III

CAPT.M U D A H I R MM
HUKUM MARITIM
Pengertian hukum:
Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan
yang bersifat memaksa yang mengurus
tata tertib suatu lingkungan masyarakat.
Sumber hukum:
1. Perundang- undangan dalam arti yang
luas meliputi setiap keputusan Pemerintah
yang merupakan ketentuan yang
mengikat.
2. Kebiasaan.Apabila suatu kebiasaan
tertentu diterime oleh masayarakat maka
dengan demikian timbullah suatu
kebiasaan hukum yang oleh pergaulan
hidup dipandang sebagai hukum.Dalam
KUHPER pasal 1339 disebutkan
“persetujuan-persetujuan tidak hanya
mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas
dinyatakan didalamnya tetapi juga untuk
segala sesuatu yang menurut sifat
persetujuannya diharuskan oleh
kepatutan,kebiasaan atau undang-undang.
3 Yurisprudensi.Apabila undang-
undang yang mengatur belum ada
yang dapat dipakai untuk
menyelesaikan perkara maka
putusan hakim dari pengadilan
terdahulu dapat dipakai sebagai
sumber hukum.
4 Ilmu pengetahuan
Sebelum memutuskan suatu
keputusan para hakim mengkaji
tentang apa yang ditulis dalam
buku-buku dan penerbitan
penerbitan ilmiah mengenai suatu
persoalan atau apa yang
dibicarakan dalam pertemuan
ilmiah.
5 Perjanjian. Apabiala dua atau lebih
pihak mengadakan perjanjian maka
pihak-pihak yang bersangkutan
akan terikat pada isi perjanjian yang
mereka adakan tersebut.
PEMBIDANGAN HUKUM
1. Menurut hirarki (kekuatan) bekerjanya:
a) Undang-undang dasar.
b) Ketetapan MPR
c) Undang-undang
d) Peraturan Pemerintah
e) Keputusan/Peraturan Presiden.
f) Keputusan/Peraturan Menteri.
g) Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

2. Menurut isinya:
a) Hukum privat (sipil),hukum yang mengatur
hubungan-hubungan antara orang yang satu
dengan yang lain atau perusahaan dengan
perusahaan dengan menitik beratkan
kepentingan perseorangan.Contoh
KUHPER,KUHD.
b) Hukum Publik (Negara),hukum yang mengatur
hubungan antara Negara dengan alat
peerlengkapannya,Negara dengan
perseorangan dan Negara dengan Negara.
Contoh:Hukum Tata Negara,Hukum
Pidana,Hukum Internasional misalnya SOLAS
MARPOL,STCW,COLREG,Load Line UNCLOS
dll..
3. Menurut cara
mempertahankannya:
a) Hukum Materiil,hukum yang
memuat peraturan-peraturan yang
mengatur kepentingan
kepentingan dan hubungan yang
berwujud perintah-perintah dan
larangan-larangan.Contoh:Hukum
Pidana,Hukum Perdata,Hukum
Dagang dll.
b) Hukm Formil,hukum yang memuat
peraturan-peraturan yang
mengatur bagaimana cara-cara
melaksanakan dan
mempertahankan Hukum Materiil.
Contoh:Hukum Acara
Pidana ,Hukum Acara Perdata.
4. Menurut Sifatnya:
a) Hukum yang Memaksa
b) Hukum yang Mengatur
Sumber hukum Maritim Nasional

Yang termasuk hukum Privat


• Kitab Undang-undang Hukum Perdata
• Kitab Undang-u8ndang Hukum Dagang

Yang termasuk Hukum Publik


• Undang-undang No.17 thn 2008 tentang
Pelayaran
• Peraturan Pemerintah No.1 tahun 1998 ttg
Kecelakaan Kapal
• Peraturan Pemerintah No.7 tahun 2000 ttg
Kepelautan
• Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2002
tentang Perkapalan
• Undang-undang No.6 tahun 1996 ttg
Perairan Indonesia
Sumber-sumber Hukum Maritim
Internasional
• Yang termasuk Hukum Publik
1. Konvensi Internasional ttg Keselamatan
Kapal : SOLAS 1974
2. Konvensi Internasional ttg
Pencemaran :Marpol 73/78
3. Konvensi Internasional ttg Diklat sertifikasi
dan jaga laut :STCW
4. Konvensi Internasional ttg Garis Muat :
Load Line 1966
5. Konvensi Internasional ttg Pencegahan
Tubrukan di Laut :COLREG 1972
6. Konvensi Internasional ttg Pengukuran
Kapal : TMS 1969
7. Hukum Laut Internasional (UNCLOS 1982)
Ditambah dengan Code-Code yang
termasuk Konvensi tsb.diatas seperti IMDG
Code.ISM Code,ISPS Code,HSC Code.BCH
Code,INF Code,STCW Code d.l.l
• Yang termasuk Hukum Privat

1. Konvensi Internasiona ttg Pembatasan


tanggung jawab dari Pemilik kapal 1996
2. Konvensi Internasional ttg Salvage di Laut
1986
3. Konvensi Inernasional ttg Bills of Lading
(Hague /Visby Rules)1924/1968
4. Konvensi Internasional ttg Liens dan
Mortgage 1967
5. Konvensi Internasional ttg Tubrukan
6. Konvensi Internasional ttg civil Liability for
Oil Pollution Damage (CLC) 1969
Amendment 1992 dan 2000
7. Konvensi Internasional ttg International
Fund for Oil Pollution Damage 1971
Amndment 1992 dan 2000
8. Konvensi Internasional ttg Penahanan
Kapal 1999
• Hukum Maritim adalah hukum yang
mengatur pelayaran dalam arti
pengangkutan barang dan orang melalui
laut ,kegiatan kenavigasian dan perkapalan
sebagai sarana/moda transportasi laut
termasuk aspek keselamatan maupun
kegiatan-kegiatan yang terkait langsung
dengan perdagangan melalui laut yang
diatur dalam hulum perdata/dagang
maupun hukum publik,kegiatan perikanan
dan exploitasi sumber alam di laut.

• Hukum laut ialah hukum yang mengatur


laut sebagai objek dengan
mempertimbangkan seluruh aspek
kehidupan dan kepentingan seluruh Negara
termasuk yang tidak berpantai guna
pemanfaatan laut dengan seluruh potensi
yang terkandung didalamnya bagi umat
manusia sebagaimana tercantum dalam
UNCLOS 1982 beserta konvensi-konvensi
internasional yang terkait dengannya.
HUKUM LAUT PUBLIK

• Kedaulatan teritorial pada umumnya


Salah satu sarat suatu Negara adalah
mempunyai Wilayah dimana kekuasaan dan
hukum Negara tersebut dapat diterapkan.
Wilayah ini terdiri dari daratan dan lautan yang
sudah tertentu batas-batasnya.Untuk wilayah
daratan batas-batas tersebut lebih jelas kelihtan
baik berupa sungai-sungai ,pegunungan atau
dibuat pagar yang memisahkan suatu Negara
dengan negara lain.Wilayah lautan batas-
batasnya biasanya ditentukan dengan koordinat-
koordinat atau berdasarkan jarak dari daratan
atau dari garis pangkal (base line).Kedaulatan
suatu negara diwilayahnya adalah mutlak meliputi
tanah dan udara diatasnya,namun untuk wilayah
lautan sesuai ketentuan Internasional suatu
Negara harus memberikan hak lintas damai bagi
kapal-kapal asing yang melintasi laut wilayahnya
makanya disebut kedaulatannya mutlak terbatas.
Lebarnya laut teritorial yang dapat
dikuasai atau yang dapat dimanfaatkan
oleh suatu Negara telah mengalami
perubahan-perubahan sesuai dengan
perkembangan zaman.
Hal ini tidak terlepas dari perkembangan
kepentingan –kepentingan terhadap
penggunaan laut,Laut tidak hanya
digunakan untuk mencari hasil yang
berupa sumber hayati tetapi juga untuk
kepentingan
transportasi,pertahanan ,pertambangan
dll
Perkembangan laut wilayah Indonesia
tak terlepas dari perkembangan hukum
laut Internasional
SEJARAH RINGKAS :

1. Zaman Romawi

2. Masa abad pertengahan

3. Pendapat para ahli

4. Lebar laut teritoruial

5. Kodifikasi Den Haag


1930

6. Masa sesudah perang dunia II

7. Konferensi hukum laut Jenewa


1958

8. Konferensi hukum laut Jamaika 1982


(UNCLOS)
1.Zaman Romawi
• Perdagangan ke Timur pada waktu itu kebanyakan
melalui Laut Tengah (Mediteranian Sea )
• Seluruh Laut Tenmgah berada dibawah Kekaisaran
Romawi
• Pemikiran hukum bangsa Romawi laut merupakan
hak bersama umat manusia (res communis
omnium)

2.Masa abad pertengahan


Kerajaan Romawi Runtuh
Timbul Negara-Negara kecil ,Venetia mengklaim Lut
adriatik,Genoa mengklaim Laut Liguria,Pysa
mengklaim Laut Thyrheni .Tuntutan dengan
alasan,karantina.bea cukai dan pertahanan.
Tahun 1453 jatuh ketangan Turki,bangsa Eropah
mencari jalan lain ke Timur (India),Spanyol berlayar
kearah barat dan Portugis ke Timur.Dengan Piagam
Inter Caetera pada tahun 1493 Paus Alexander XII
membagi lautan menjadi dua.Sebelah dari garis
meridian yang terletak 400 mil dari kepulauan
Azores dinyatakan milik Spanyol sebelah Timur
milik Portugis.
3.Pendapat Para Ahli
Bartolous membagi Laut :yang berada dibawah
kedaulatan Negar Pantai dan Laut bebas
Baldus mengeluarkan konsepsi yang agak
berbeda :Laut dibagi dalm 3
konspsi: 1)pemilikan laut 2).pemakaian laut
3).yurisdiksi atas laut
Hugo Grotius dengan bukunya Mare Liberium
menyatakan azas kebebasan Laut (freedom of the
seas) untuk menentang dikuasainya laut oleh Negara-
negara kuat.
Selden berpendapat Laut dekat pantai suatu Negara
dapat dapat dimiliki oleh Negara Tsb utk kepentingan
rakyatnya

4.Lebar Laut teritorial.Teori tembakan meriam,teori


pndangan mata dan teori marine league

5.Kodifikasi Den Hague.tahun 1930 Liga Bangsa Bangsa


Konfrensi yang dikenal dengan Kodifikasi Den Hague
yang membahas 3 masalah :1)
Kewarganegaraan,2)perairan teritorial 3)tanggung
jawab negara utk kerugian yang ditimbulkan dlm
wilayahnya thd pribadi atau kekayaan orang asing
• 6.Perkembangan sesudah Perang
Dunia II
• Bertambahnya Negara yang Merdeka
• Proklamasi Presiden Truman ttg Continental
Shelf Amerika Serikat
• Proklamasi Presiden Truman ttg Perikanan
• Sengketa perikanan antara Inggeris dan
Norwegia tahun 1951
• Klaaim 200mil oleh Chili Ecuador dan Peru

• 7. Konprensi Hukum Laut Jenewa 1958


menghasilkan 3 konvensi:
• 1) Konvensi mengenai Laut Teritorial dan
Jalur Tambahan
• 2)Konvensi mengenai Laut Lepas
• 3) Perlindungan perikanan dan kekayaan
hayati di Laut Lepas
• Konsep Negara Kepulauan belum diakui
lebar laut Teritorial 3 mil.

• 8. Konprtenmsi Hukum Laut di Jamaika 1982


Konsep negara Kepulauan diakui dan lebar
laut teritorial menjadi 12 mil.
UNCLOS 1982
Pendahuluan
Arti Istilah :

1. Kawasan berarti dasar laut dan dasar samudera serta


tanah dibawahnya diluar batas – batas yurisdiksi
nasional.
2. Otorita berarti otorita dasar laut internasional.
3. Kegiatan – kegiatan di kawasan berarti segala
kegiatan eksplorasi untuk dan eksploitasi kekayaan
kawasan.
4. Pencemaran lingkungan laut berarti dimasukannya
oleh manusia, secara langsung atau tidak langsung,
bahan atau energi ke dalam lingkungan laut,termasuk
kuala, yang mengakibatkan atau mungkin membawa
akibat buruk sedemikian rupa seperti kerusakan pada
kekayaan hayati laut dan kehidupan dilaut, bahaya
bagi kesehatan manusia, gangguab terhadap kegiatan
– kegiatan dilaut termasuk penangkapan ikan dan
penggunaan laut yang sah lainnya, penurunan kualitas
kegunaan air laut dan pengurangan kenyamanan.
5. Dumping berarti setiap pembuangan dengan sengaja
limbah atau benda lainnya dari kendaraan air, pesawat
udara, pelataran (platform)atau bangunan buatan
lainnya.
Laut Teritorial dan Zona Tambahan
Laut Teritorial

Adalah suatu jalur laut yang berbatasan dengan suatu


negara yang lebarnya 12 mil laut diukur dari garis
pangkal.
Kedaulatan suatu negara dilaut teritorial meliputi
ruang udara diatas laut teritorial serta dasar laut dan
tanah dibawahnya.

Garis Pangkal Biasa

Adalah garis air rendah sepanjang pantai sebagaimana


terlihat pada peta skala besar yang diakui resmi oleh
negara tersebut.
Garis Pangkal Lurus

Ditempat – tempat dimana garis pantai menjorok jauh


ke dalam dan menikung atau jika terdapat suatu
deretan pulau sepanjang pantai didekatnya, cara
penarikan garis pangkal lurus yang menghubungkan
titik – titik yang tepat dapat digunakan dalam menarik
garis pangkal dari mana lebar laut teritorial diukur.
Perairan Pedalaman

Adalah perairan pada sisi darat garis pangkal laut


teritorial merupakan bagian perairan pedalaman
negara tersebut.
Mulut Sungai

Apabila suatu sungai mengalir langsung kelaut, garis


pangkal adalah suatu garis lurus melintasi mulut
sungai antara titik – titik pada garis air rendah kedua
tepi sungai.
Teluk

Jika jarak antara titik – titik grs air rendah pada pintu
masuk alamiah suatu teluk tidak melebihi 24 mil laut,
maka garis penutup dapat ditarik antara kedua garis
air rendah tersebut dan perairan yang tertutup
karenanya dianggap sebagai perairan pedalaman.
Apabila jarak antara titik – titik garis air rendah pada
pintu masuk alamiah suatu teluk melebihi 24 mil laut,
maka suatu garis pangkal lurus yang panjangnya 24
mil laut ditarik dalam teluk tersebut sedemikian rupa,
sehingga menutup suatu daerah perairan yang
maksimum yang mungkin dicapai oleh grs sepanjang
Tempat
itu. Pelabuhan di tengah Laut

Tempat pelabuhan di tengah laut yang biasanya


dipakai untuk memuat, membongkar dan menambat
kapal, dan yang terletak seluruhnya atau sebagian
diluar batas luar laut teritorial, termasuk dalam laut
Hak Lintas Damai

Dengan tunduk pada ketentuan konvensi ini, kapal


semua negara berpantai ataupun negara tidak
berpantai, menikmati hak lintas damai melalui laut
teritorial.
Pengertian Lintas

1. lintas berarti navigasi melalui laut teritorial untuk


keperluan :
a. melintasi laut tanpa memasuki perairan
pedalaman atau singgah ditempat berlabuh di
tengah laut (roadstead) atau fasilitas
pelabuhan diluar perairan pedalaman; atau
b. berlalu ke atau dari perairan pedalaman atau
singgah di tempat berlabuh ditengah laut
(roadstead)
2. lintas atau fasilitas
harus terus menerus,pelabuhan tersebut.
langsung serta
secepat mungkin. Namun demikian, lintas
mencakup berhenti dan buang jangkar, tetapi
hanya sepanjang hal tersebut berkaitan dengan
navigasi yang lazim atau perlu dilakukan karena
force majeure atau mengalami kesulitan atau
memberikan pertolongan kepada orang, kapal atau
pesawat udara yang dalam bahaya atau kesulitan.
Lintas Damai
1. lintas damai adalah sepanjang tidak merugikan bagi
kedamaian, ketertiban atau keamanan negara pantai.
Lintas tersebut harus dilakukan sesuai dengan
ketentuan konvensi ini dan peraturan hukum
internasional lainnya.
2. lintas suatu kapal asing harus dianggap membahayakan
kedamaian, ketertiban dan keamanan negara pantai,
apabila kapal tersebut dilaut teritorial melakukan salah
satu kegiatan sebagai berikut :

a. setiap ancaman atau penggunaan kekerasan


terhadap kedaulatan keutuhan wilayah atau
kemerdekaan politik negara pantai, atau dengan
cara lain apapun yang merupakan pelanggaran
asa hukum internasional sebagaimana
tercantum dalam Piagam Perserikatan Bangsa
Bangsa.
b. Setiap latihan atau praktek dengan senjata macam
apapun;
c. Setiap perbuatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang merugikan bagi
pertahanan atau keamanan negara pantai.
d. Setiap perbuatan propaganda yang bertujuan
mempengaruhi pertahanan atau keamanan negara
pantai;
e. Peluncuran, pendaratan atau penerimaan setiap
pesawat udara diatas kapal;
f. Peluncuran, pendaratan atau penerimaan setiap
peralatan dan perlengkapan militer;
g. Bongkar atau muat setiap komoditi, mata uang
atau orang secara bertentangan dengan peraturan
perundang undangan bea cukai, fiskal, imigrasi
atau saniter negara pantai;
h. Setiap perbuatan pencemaran dengan sengaja dan
parah yang bertentangan dengan ketentuan
dengan konvensi ini;
i. setiap kegiatan perikanan;
j. kegiatan riset atau survey;
k. setiap perbuatan yang bertujuan mengganggu
setiap sistem komunikasi atau setiap fasilitas atau
instalasi lainnya negara pantai.
l. Setiap kegiatan lainnya yang tidak berhubungan
langsung dengan lintas.
Kapal Selam dan Kendaraan Bawah Air Lainnya

Di laut teritorial, kapal selam dan kendaraan bawah air


lainnya diharuskan melakukan navigasi diatas
permukaan air dan menunjukkan benderanya.
Peraturan Perundangan – undangan Negara Pantai Bertalian
dengan Lintas Damai

Negara pantai dapat membuat peraturan perundang –


undangan sesuai dengan ketentuan konvensi ini dan
peraturan hukum internasional lainnya yang bertalian
dengan lintas damai melalui laut teritorial, mengenai
semua atau setiap hal berikut :
a. Keselamatan navigasi dan peraturan lalu lintas
maritim;
b. Perlindungan alat – alat pembantu dan fasilitas
navigasi serta fasilitas atau instansi lainnya;
c. Perlindungan kabel pipa laut;

d. Konservasi kekayaan hayati laut


e. Pencegahan pelanggaran perundang – undangan,
perikanan negara pantai;
f. Pelestarian lingkungan negara pantai dan
pencegahan, pengurangan dan pengendalian
pencemarannya.
g. Penelitian ilmiah kelautan dan survey hidrografi;
h. Pencegahan pelanggaran peraturan perundang –
undangan bea cukai, fiskal, imigrasi atau saniter
negara pantai.
Alur Laut dan Skema Pemisah Lalu Lintas di Laut Teritorial

1. Negara pantai dimana perlu dengan


memperhatikan keselamatan navigasi, dapat
mewajibkan kapal asing yang melaksanakan hak
lintas damai melalui laut teritorialnya untuk
mempergunakan alur laut dan skema pemisah lalu
lintas sebagaimana yang dapat ditetapkan dan
yang harus diikuti untuk pengaturan lintas kapal.
2. Khususnya kapal tanki, kapal bertenaga nuklir dan
kapal yang mengangkut nuklir atau barang atau
bahan lain yang karena sifatnya berbahaya atau
beracun dapat diharuskan untuk membatasi
lintasnya pada alur laut demikian.
3. Dalam penetapan air laut dan penentuan skema
pemisah lalu lintas menurut pasal ini, negara
pantai harus memperhatikan :
a. Rekomendasi organisasi internasional yang
kompeten;
b. Setiap alur yang biasanya digunakan untuk
navigasi internasional;
c. Sifat – sifat khusus kapal dan alur tertentu; dan
d. Kepadatan lalu lintas.
4. Negara pantai harus mencantumkan secara jelas
alur laut dan skema pemisah lalu lintas demikian
pada peta yang harus diumumkan sebagaimana
mestinya.
Kapal Asing Bertenaga Nuklir dan Kapal yang Mengankut
Nuklir atau Bahan Lain yang Karena Sifatnya Berbahaya atau
Beracun
Kapal asing bertenaga nuklir dan kapal yang mengankut
 
nuklir atau bahan lain yang karena sifatnya berbahay atau
beracun, apabila melaksanakan hak lintas damai melalui laut
teritorial, harus membawa dokumen dan mematuhi tindakan
pencegahan khusus yang ditetapkan oleh perjanjian
internasional bagi kapal – kapal demikian.

Kewajiban Negara Pantai


 1. Negara pantai tidak boleh menghalangi lintas damai
kapal asing melalui laut teritorial kecuali sesuai dengan
ketentuan konvensi ini. Dalam penerapan konvensi ini
atau setiap peraturan perundang undangan yang dibuat
sesuai dengan konvensi ini, negara pantai khususnya
tidak akan :
a. Menetapkan persyaratan atas kapal asing yang
secara praktis berakibat penolakan atau
pengurangan hak lintas damai; atau
b. Mengadakan diskriminasi formil atau diskriminasi
nyata terhadap kapal negara manapun atau terhadap
kapal yang mengangkut muatan ke, dari atau atas
nama negara manapun.
2) Negara pantai harus mengumumkan secara tepat bahaya
apapun bagi navigasi dalam laut teritorialnya yang
diketahuinya.
 
Pungutan yang Dapat Dibebankan Pada Kapal
Asing
1. tidak ada pungutan yang dapat dibebankan pada kapal
asing hanya karena melintasi laut teritorial.
2. pungutan dapat dibebankan pada kapal asing yang
melintasi laut teritorial hanya sebagai pembayaran bagi
pelayanan khusus yang diberikan kepada kapal tersebut.
Pungutan ini harus dibebankan tanpa diskriminasi.

Yurisdiksi Kriminil di Atas Kapal Asing


Yurisdiksi Kriminil negara pantai tidak dapat dilaksanakan
diatas kapal asing yang sedang melintas laut teritorial untuk
menangkap siapapun atau untuk mengadakan penyidikan
yang bertalian dengan kejahatan apapun yang dilakukan
diatas kapal selama lintas demikian, kecuali dalam hal yang
berikut :
a. apabila akibat kejahatan itu dirasakan di negara pantai;
b. apabila kejahatan itu termasuk jenis yang mengganggu
kedamaian negara tersebut atau ketertiban laut wilayah;
c. apabila telah diminta bantuan penguasa setempat oleh
nakhoda kapal atau oleh wakil diplomatik atau pejabat
konsuler negara bendera; atau
d. apabila tindakan demikian diperlukan untuk menumpas
perdagangan gelap narkotika atau bahan psychotropis.
Yurisdiksi Perdata Bertalian dengan Kapal Asing

1. Negara pantai seharusnya tidak menghentikan


atau merobah haluan kapal asing yang melintasi
laut teritorialnya untuk tujuan melaksanakan
yurisdiksi perdata bertalian dengan seseorang
yang berada di atas kapal itu.
2. Negara pantai tidak dapat melaksanakan eksekusi
terhadap atau menahan kapal untuk keperluan
proses perdata apapun, kecuali hanya apabila
berkenaan dengan kewajiban atau tanggung jawab
ganti rugi yang diterima atau yang dipikul oleh
kapal itu sendiri dalam melakukan atau untuk
bermaksud perjalanannya melalui perairan negara
pantai.
Tidak Ditaatinya Peraturan Perundang – Undangan Negara
Pantai oleh Kapal Perang Asing

Apabila sesuatu kapal perang tidak mentaati peraturan


perundang – undangan yang dikeluarkan oleh negara
pantai mengenai lintas melalui laut teritorial dan tidak
mengindahkan permintaan untuk mentaati peraturan
perundang – undangan tersebut yang disampaikan
kepadanya, maka negara pantai dapat menuntut kapal
perang itu segera meninggalkan laut teritorialnya.
Zona Tambahan
1. Dalam suatu zona yang berbatasan dengan laut
teritorialnya, yang dinamakan zona tambahan, negara
pantai dapat melaksanakan pengawasan yang
diperlukan untuk :

a. Mencegah pelanggaran peraturan perundang –


undangan bea cukai, fiskal, imigrasi atau saniter di
dalam wilayah atau laut teritorialnya;
b. Menghukum pelanggaran peraturan perundang –
undangan tersebut diatas yang dilakukan di dalam
wilayah atau laut teritorialnya.

2. Zona tambahan tidak dapat melebihi lebih 24 mil laut dari


garis pangkal dari mana lebar laut teritorial diukur.
Hak Lintas Transit
Dalam selat, semua kapal dan pesawat udara mempunyai hak
lintas transit, yang tidak boleh dihalangi; kecuali bahwa,
apabila selat itu berada antara suatu pulau dan daratan
utama negara yang berbatasan dengan selat, lintas transit
tidak berlaku apabila ada sisi kearah laut pulau itu terdapat
suatu rute melalui laut lepas atau melalui suatu zona
ekonomi eksklusif yang sama fungsinya bertalian dengan
sifat – sifat navigasi dan hidrografis.
Kewajiban Kapal dan Pesawat Udara Sewaktu Lintas Transit

1. Kapal dan pesawat udara, sewaktu melaksanakan hak


lintas transit harus :
a. Lewat dengan cepat melalui atau diatas selat;
b. Menghindarkan diri dari ancaman atau penggunaan
kekerasan apapun terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah
atau kemerdekaan politik negara yang berbatasan dengan
selat, atau dengan cara lain apapun yang melanggar asas –
asas hukum internasional yang tercantum dalam Piagam
Perserikatan Bangsa – Bangsa.
c. Menghindarkan diri dari kegiatan apapun selain transit
secara terus menerus langsung dan secepat mungkin
dalam cara normal kecuali diperlukan karena force majeure
atau karena kesulitan;
d. Memenuhi ketentuan lain bab ini yang relevan.

2. Kapal dalam lintas transit harus :

a. Memenuhi peraturan hukum internasional yang


diterima secara umum, prosedur dan praktek
tentang keselamatan dilaut termasuk peraturan
Internasional tentang Pencegahan Tubrukan di Laut;
b. diterima secara umum, prosedur dan praktek
tentang pencegahan, pengurangan dan
pengenMemenuhi peraturan internasional yang
dalian pencemaran yang berasal dari kapal.
 
Negara Kepulauan
Arti Istilah
a. Negara kepulauan berarti suatu negara yg
seluruhnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan
dan dapat mencakup pulau – pulau lain.
b. Kepualauan berarti suatu gugusan pulau,
termasuk bagian pulau, perairan diantaranya dan
lain – lain wujud alamiah yang hubungannya
satu sama lainnya demikian eratnya sehingga
pulau – pulau, perairan dan wujud alamiah
lainnya itu merupakan suatu kesatuan geografi,
ekonomi dan politik yang hakiki atau yang
secara historis dianggap sebagai demikian.

Garis Pangkal Kepulauan


1. Suatu negara kepulauan dapat menarik garis pangkal
lurus kepulauan yang menghubungkan titik – titik
terluar pulau – pulau dan karang kering terluar
kepulauan itu dengan ketentuan bahwa di dalam garis
pangkal demikian termasuk pulau – pulau utama dan
suatu daerah dimana perbandingan antara daerah
perairan dan daerah daratan termasuk atol, adalah
antara satu berbanding satu dan sembilan berbanding
satu.
2. Panjang garis pangkal demikian tidak boleh melebihi 100
mil laut kecuali bahwa hingga 3% dari jumlah seluruh garis
pangkal yang mengelilingi setiap kepulauan dapat melebihi
kepanjangan tersebut hingga pada suatu kepanjangan
maksimum 125 mil laut.

3. Penarikan garis pangkal demikian tidak boleh


menyimpang terlalu jauh dari konfigurasi umum
kepulauan tersebut.

4. Garis pangkal demikian tidak boleh ditarik ke dan atau dari


elevasi surut kecuali apabila diatasnya telah dibangun
mercu suar atau instalasi serupa yang secara permanen
berada diatas permukaan laut atau apabila elevasi surut
tersebut terletak seluruhnya atau sebagian pada suatu
jarak yang tidak melebihi lebar laut teritorial dari pulau
yang terdekat.
5. Sistem garis pangkal demikian tidak boleh memotong laut
teritorial Negara lain dari laut lepas atau zona ekonomi
eksklusif.

6. Apabila suatu bagian peraiaran kepulauan suatu negara


kepulauan terletak diantara dua bagian suatu negara
tetangga yang langsung berdampingan, hak – hak yang
ada dan kepentingan – kepentingan sah lainnya yang
dilaksanakan secara tradisional oleh negara tersebut
terakhir di perairan demikian, serta segala hak yang
ditetapkan dalam perjanjian antara negara – negara
tersebut akan tetap berlaku dan harus dihormati.
7. Garis pangkal yang ditarik sesuai dengan ketentuan
pasal ini harus dicantumkan pada peta dengan skala
yang memadai untuk menegaskan posisinya.
Sebagai gantinya dapat dibuat daftar koordinat
geografis titik – titik yang secara jelas merinci datum
geodetik.
8. Negara kepulauan harus mengumumkan peta atau
daftar koordinat geografis demikian dan
melaporkan pada sekertaris jendral Perserikatan
Bangsa Bangsa.

Hak Lintas Alur Laut Kepulauan


1. Suatu negara kepulauan dapat menentukan alur
laut dan rute penerbangan diatasnya yang cocok
digunakan untuk lintas kapal dan pesawat udara
asing yang terus menerus dan langsung serta
secepat mungkin melalui atau diatas perairan
kepulauannya dan laut teritorial yang
berdampingan dengannya.
2. Lintas alur laut kepulauan berarti hak pelayaran
dan penerbangan dalam cara normal semata –
mata untuk melakukan transit yang terus –
menerus, langsung dan secepat mungkin serta
tidak terhalang antara satu bagian laut lepas atau
zona ekonomi eksklusif dan bagian laut lepas atau
zona ekonomi eksklusif lainnya.
3. Alur laut dan rute penerbangan demikian harus ditentukan
dengan suatu rangkaian garis sumbu yang bersambungan
mulai dari tempat masuk rute lintas hingga tempat
keluar.Kapal dan pesawat udara yang melakukan lintas
melalui alur laut kepulauan tidak boleh menyimpang lebih
dari 25 mil laut ke dua sisi garis sumbu demikian dengan
ketentuan bahwa kapal dan pesawat udara tidak boleh
berlayar atau terbang dekat ke pantai kurang dari 10%
jarak antara titik-titik yang terdekat pada pulau-pulau yang
berbatasan dengan alur laut tersebut .

ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

Zona ekonomi eksklusif adalah suatu daerah


diluar dan berdampingan dengan laut teritorial
yang lebarnya tidak boleh melebhi 200 mi laut
dari garis pangkal dari mana laut teritorial
diukur.
Dalam zona eknomi eksklusif Negara pantai
mempunyai:
a. Hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi dan
eksploitasi. konservasi dan pengelolaan sumber
kekayaan alam, baik hayati maupun non hayati,
dari perairan diatas dasar laut dan dari dasar laut
dan tanah dibawahnya dan berkenaan dengan
kegiatan lain untuk keperluan eksplorasi dan
eksploitasi ekonomi zona tersebut, seperti
produksi energi dan air, arus dan angin;
b. Yurisdiksi sebagaimana ditentukan dalam
ketentuan yang relevan berkenaan dengan :
1. Pembuatan dan pemakaian pulau buatan,
instalasi dan bangunan.
2. Riset ilmiah kelautan.
3. Perlindungan dan pelestarian lingkungan laut.
c. Hak dan kewajiban lain sebagaimana
ditentukan dalam konvensi ini.
d. Negara pantai harus menentukan jumlah
tangkapan sumber kekayaan hayati yang
dapat diperbolehkan dalam zona ekonomi
eksklusifnya
Landas Kontinen

1. Landas kontinen suatu Negara pantai meliputi


dasar laut dan tanah dibawahnya dari daerah
dibawah permukaan laut yang terletak diluar
laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah
wilayah daratannya hingga pinggiran luar tepi
kontinen atau hingga suatu jarak 200 mil laut
dari garis pangkal dari mana lebar laut
teritorial diukur dalam hal pinggiran luar tepi
kontinen tidak mencapai jarak tersebut.
2. Negara pantai dapat menetapkan pinggiran luar tepi
kontinen dalam hal tepian kontinen tersebut lebih
lebar dari 200 mil laut dari garis pangkal atau dengan
suatu garis yang ditarik dengan menunjuk pada titik –
titik tetap yang terletak tidak lebih dari 60 mil laut dari
kaki lereng kontinen.
3. Titik – titik tetap yang merupakan garis batas luar
landas kontinen pada dasar laut, tidak akan boleh
melebihi 350 mil laut dari garis pangkal atau tidak
boleh melebihi 100 mil laut dari garis batas
kedalaman 2500 meter.
Hak Negara Pantai Atas Landas Kontinen
1. Negara pantai menjalankan hak berdaulat dilandas
kontinen untuk tujuan mengeksplorasi dan
mengeksploitasi kekayaan alamnya.
2. Hak tersebut adalah eksklusif dalam arti bahwa
apabila negara pantai tidak mengeksplorasi atau
mengeksploitasi sumber kekayaan alamnya tidak
seorang pun dapat melakukan kegiatan itu tanpa
persetujuan tegas negara pantai.

3. Sumber kekayaan alam tersebut terdiri dari sumber


kekayaan mineral dan sumber kekayaan non hayati
lainnya pada dasar laut dan tanah dibawahnya
bersama dengan organisme hidup yang tergolong
jenis sedenter yaitu organisme yang pada tingkat
yang sudah dapat dipanen dengan tidak bergerak
berada pada atau dibawah dasar laut.
Laut Lepas

Laut lepas terbuka untuk semua negara baik


negara pantai atau tidak berpantai. Kebebasan
laut lepas meliputi :
1.Kebebasan berlayar.
2.Kebebasan penerbangan.
3.Kebebasan untuk memasang kabel dan pipa
bawah laut.
4.Kebebasan untuk membangun pulau buatan
dan instalasi lainnya yang diperbolehkan
berdasarkan hukum internasional.
5.Kebebasan menangkap ikan.
6.Kebebasan riset ilmiah.
Status Kapal

Kapal harus berlayar dibawah bendera suatu


negara saja, harus tunduk kepada yurisdiksi
eksklusif negara itu di laut lepas. Suatu kapal
tidak boleh merubah bendera kebangsaanya
sewaktu dalam pelayaran atau sewaktu berada di
suatu pelabuhan yang disinggahinya, kecuali
adanya suatu perpindahan pemilikan yang nyata
atau perubahan pendaftaran.
Kewajiban Negara Bendera

1. Setiap negara harus melaksanakan secara


efektif yurisdiksi dan pengawasannya dalam
bidang administratif, teknis dan sosial atas
kapal yang mengibarkan benderanya.
2. Khususnya setiap negara harus :
a. Memelihara suatu daftar (register) kapal –
kapal yang memuat nama dan keterangan –
keterangan lainnya tentang kapal.
b. Menjalankan yurisdiksi dibawah perundang –
undangan nasionalnya atas setiap kapal yang
mengibarkan benderanya dan nakhoda,
perwira serta awak kapalnya bertalian dengan
masalah administratif, teknis dan sosial
mengenai kapal itu.

3. setiap negara harus mengambil tindakan yang


diperlukan bagi kapal yang memakai
benderanya untuk menjamin keselamatan di
laut dengan :
a. Konstruksi, peralatan dan kelayakan laut
kapal.
b. Pengawakan kapal, persyaratan perburuhan
dan latihan awak kapal dengan
memperhatikan ketentuan internasional yang
berlaku.
c. Pemakaian tanda – tanda, memelihara
komunikasi dan pencegahan tubrukan.
3. Tindakan demikian harus meliputi tindakan yang
diperlukan untuk menjamin :
a. Bahwa setiap kapal sebelum pendaftaran dan
sesudahnya pada jangka waktu tertentu diperiksa
oleh seorang surveyor kapal yang berwenang dan
bahwa diatas kapal tersedia peta, penerbitan
pelayaran dan peralatan navigasi dan alat – alat
lainnya yang diperlukan untuk navigasi yang aman
kapal itu.
b. Setiap kapal ada dalam pengendalian nakhoda dan
perwira – perwira yang memiliki persyaratan
khususnya mengenai seamanship, navigasi,
komunikasi dan permesinan kapal dan bahwa awak
kapal itu memenuhi syarat dalam kualifikasi dan
jumlahnya untuk jenis, ukuran, mesin dan peralatan
kapal itu.
c. Bahwa nakhoda, perwira dan awak kapal mengenal
dan diharuskan untuk mematuhi peraturan –
peraturan internasional yang berlaku tentang
keselamatan jiwa dilaut, pencegahan tubrukan dan
pencegahan pengendalian pencemaran laut seta
pemeliharaan komunikasi melalui radio.
Perkembangan Hukum Laut
di Indonesia
I. Semenjak 1939 berlaku ordonansi laut
territorial dan lingkungan maritim 1939
( Teritoriale Zee En Maritieme Kringen
Ordonantie 1939 ( TZMKO 1939) ). Yang
mulai berlaku sejak 25 September 1939
yang diumumkan dalam Sb 1939 no.442.
Dalam ordonansi ini yang dimaksud
dengan :
1. Laut Teritorial Indonesia adalah daerah
laut yang membentang kearah laut dan
garis air surut pulau-pulau atau bagian
pulau yang termasuk wilayah Indonesia,
dengan pengertian bahwa :
a. Ditempat teluk, muara sungai atau
terusan, jika mulut teluk tidak lebih dari
10 Mil dapat ditutup dengan garis lurus,
apabila lebih dari 10 mil ditarik garis
lurus yang sejajar dengan mulut teluk
yang panjangnya 10 mil.
b. Ditempat kelompok yang terdiri dari
dua atau lebih pulau-pulau jarak 3 mil
diukur dari garis lurus yang
menghubungakan titik-titik terjauh garis
air surut dari pulau-pulau pada bagian
luar kelompok pulau-pulau itu, ditempat
mana jarak antara pulau-pulau itu tidak
melebihi 6mil.
2. Perairan Pedalaman Indonesia adalah
semua perairan yang terletak pada
bagian sisi darat dari laut teritorial
Indonesia termasuk sungai-sungai,
terusan, danau-danau dan rawa-rawa.
3. Perairan Indonesia adalah perairan
teritorial dan perairan pedalaman.
4. Lingkungan Maritim adalah bagian-
bagian dari daerah perairan Indonesia
yang ditunjuk oleh kepala negara
sebagai demikian.

II. Deklarasi Djuanda tanggal 13


Desember 1957 menetapkan :
1. Bentuk geografi Indonesia sebagai
suatu negara kepulauan yang terdiri
dari beribu-ribu pulau mempunyai sifat
dan corak tersendiri.
2. Bagi keutuhan teritorial dan untuk
melindungi kekayaan negara Indonesia
semua kepulauan serta laut yang
terletak diantaranya harus dianggap
sebagai suatu kesatuan yang bulat.
1. Perairan Indonesia adalah laut wilayah dan perairan
pedalaman Indonesia.
2. Laut wilayah adalah lajur laut selebar 12mil laut
diukur tegak lurus atas garis dasar atau titik pada
garis dasar yang terdiri dari garis-garis lurus yang
menghubungkan titik-titik terluar pada garis air
rendah dari pulau-pulau yang terluar Indonesia
dengan ketentuan bila ada selat yang lebarnya tidak
melebihi 24mil laut dan Indonesia tidak merupakan
satu-satunya negara tepi, maka garis batas laut
Indonesia ditarik pada tengah selat.
3. 3. Perairan pedalaman Indonesia ialah semua
perairan yang terletak pada sisi dalam garis dasar.

4. IV. U U no.72 tahun 1971 tentang Pengesahan


perjanjian antara republik Indonesia dan Malaysia
tentang penetapan garis batas laut wilayah kedua
negara diselat Malaka.

5. V. UU No.I tahun 1973 tentang Landas


Kontinen Indonesia.
6. 1. Landas Kontinen Indonesia adalah dasar
laut dan tanah dibawahnya diluar perairan Indonesia
sebagaimana diatur dalam UU no.4 Prp tahun 1960
sampai kedalaman 200meter atau lebih dimana masih
mungkin diselenggarakan ekplorasi dan ekploitasi
kekayaan alam.
7. 2. Kekayaan alam adalah mineral dan sumber
yang tak bernyawa lainnya didasar laut dan / atau
didalam lapisan tanah dibawahnya bersama-sama
dengan organismme hidup yang termasuk dalam
jenis sedenter yaitu organisme yang pada
perkembangannya tidak nergerak baik diatas maupun
dibawah dasar laut atau tidak dapat bergerak kecuali
dengan cara selalu menempel pada dasar laut atau
lapisan tanah dibawahnya.
8.
VI. UU No.6 tahun 1973 tentang Perjanjian antara
Indonesia dan Australia mengenai garis-garis
batas tertentu antara Indonesia dan Papua New
Guinea.
VII. Keppres No.89 tahun 1969 tentang Pengesahan
persetujuan antara Republik Indonesia dan
Pemerintah Malaysia tentang penetapan garis-
garis batas landas Kontinen antara kedua negara
diselat Malaka dan Laut Cina Selatan.
VIII. Keppres No.42 tahun 1973 tentang pengesahan
persetujuan antara Indonesia dan Australia
tentang penetapan batas-batas dasar laut tertentu
sebagai hasil perundingan kedua negara.

IX. Keppres no.20 tahun 1972 tentang Pengesahan


persetujuan antara Indonesia, Thailan dan
Malaysia tentang Penetapan garis-garis batas
landas kontinen dibagian utara Selat Malaka
X. Keppres No.21 tahun 1972 tentang Pengesahan
persetujuan antara Indonesia dan Thailan tentang
Penetapan garis batas landas Kontinen dibagian
utara Selat Malaka dan laut Antaman.
XI. Keppres No.66 tahun 1972 tentang Pengesahan
persetujuan antara Indonesia dan Australia
tentang penetapan batas dasar laut tertentu dilaut
Timor dan laut Arapura sebagai tambahan pada
persetujuan tangal 18 Mei 1972
XII. UU No.7 tahun 1973 tentang perjanjian antara
Indonesia dan Singapura mengenai penetapan
garis batas laut wilayah kedua negara di selat
Singapura ( 8 Mei 1973 )
XIII. Keppres No.51 tahun 1974 tentang pengesahan
persetujuan antara Indonesia dan India tentang
garis batas laut dan landas kontinen antara kedua
negara antara pulau Sumatera dan Nikobar Besar.
XIV. Keppres No.26 thn 1977 tentang
pengesahan persetuju8an antara
Indonesia dan india mengenai batas laut
di Laut Andaman dan Samudera Hindia.
XV. Tanggal 21 Maret 1980 Pemerintah RI
mengeluarkan Pengumuman Pemerintah
tentang ZEE yang kemudian dikukuhkan
dengan UU No.5 tahu 1983 tentang ZEE
Indonesia.
XVI. PP No.15 tahun 1984 tentqng
pengelolaan sumber daya hayati di ZEE.
XVII. UU.No.9 tahun 1985 tentang Perikanan.
XVIII. UU,No.17 tahun 1985tentang
pengesahan UNCLOS 1982.
XIX. UU.No.6 tahun1996 tentang perairan
Indonesia sebagai pengganti UU No.
4/Prp tahun 1960.Ketentuan dalam UU
N0.6 thn 1996 sudah didasarkan pada
ketentuan dalam UNCLOS 1982
KAPAL,PENDAFTARAN DAN KEBANGSAAN

Definisi.
• Kapal adalah semua alat berlayar,apapun namanya
dan sifatnya. (KUHD ps.309)
• Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan
jenis apapun yang digerakkan dengan tenaga
mekanik,tenaga angin atau ditunda,termasuk
kendaraan yang berdaya dukung
dinamis,kendaraan dibawah permukaan air,serta
alat apung dan bangunan terapung yang tidak
berpindah-pindah.(UU No.17 Tahun 2008
ttg.Pelayaran)
• Pendaftaran Kapal
Menurut UNCLOS 1982 ps.92:
Kapal-kapal harus berlayar hanya dibawah bendera
dari suatu Negara. Untuk mendapatkan
kebangsaan kapal harus didaftarkan.Didunia
dikenal 2 sistim pendaftaran.

1.Sistim Tertutup (closed system) dimana yang


boleh didaftarkan untuk mendapatkan kebangsaan
Negara itu hanya kapal-kapal milik warga negara
atau badan hukum yang didirikan berdarkan
undang-undang negara tersebut.Contoh Indonesia.

2.Sistim terbuka (opened system),kapal yang


didaftarkan tidak harus milik warga negara atau
badan hukum negara tersebut.Contoh
Panama,Liberia ,Belize Cyprus d.l.l
Indonesia menganut sistim tertutup dimana yang boleh
didaftarkan menjadi kapal Indonesia hanya kapal-kapal
milik WNI atau perusahan berbadan hukum Indonesia.
Menurut KUHD ps.314 kapal –kapal Indonesia yang
berukuran paling sedikit 20 meter kubik(GT 7) dapat
didaftarkan didalam suatu register kapal.Kapal yang
sudah didaftarkan statusnya disamakan dengan benda tak
bergerak .Terhadap benda tak bergerak dapat dibebankan
hypotik sedang terhadap bergerak hanya boleh
digadaikan.
Kapal yang sudah didaftarkan diberi Surat
Kebangsaan.Dikapal berbendera Indonesia dikenal
beberapa jenis Surat Kebangsaan.
1.Surat Laut untuk kapal ukuran GT 175 atau lebih.
2.Pas Tahunan untuk kapal ukuran antara GT 7 dan
GT 175
3. Pas Kecil untuk kapal ukuran kurang dari GT 7
4. Surat ijin Sementara untuk kapal yang proses
pendaftarannya belum selesai (hanya utk berlayar dalam
negeri)
Persyaratan pendaftaran:)
a). Bukti kepemilikan
b) Bukti kewarga negaraan.
c) Surat ukur
d) Surat permohonan untuk didaftarkan sebagai kapal
Indonesia.
e) Kalau dibeli dari Luar Negeri harus dilampirkan bukti
pencoretan dari pendaftaran Negara terdahulu.(Deletion
Certificate)
Pendaftaran kapal dicatat dalam :
• Daftar harian
• Daftar induk
• Daftar pusat

Kapal yang sudah didaftarkan diberikan Groose Akte


Yang berisi:
• Nomor dan tanggal akte
• Nama dan tempat kedudukan Pejabat pendaftaran
kapal
• Nama dan domosili pemilik
• Data kapal ,dan
• Uraian singkat kepemilikan kapal

Kapal dicoret dari daftar apabila:


• Ada parmintaan tertulis dari pemilik dengan alasan
sebagai berikut:
1)Kapal tenggelam
2)kapal dirampas bajak laut
3)Kapal hilang
4)Kapal discrap
5)kapal beralih kepemilikan kepada WNA.
Pemilik mengajukan permohonan pencoretan
kepada Pejabat Pendaftaran
. Pecoretan dilakukan oleh pejabat Pendaftaran.
KELAIK LAUTAN KAPAL
• Menurut Undang-Undang No.17 tahun 2008 kelaik
lautan kapal adalah keadaan kapal yang
memenuhi persyaratan:
a. Keselamatan kapal.
b. Pencegahan pencemaran perairan dari kapal
c. Pengawakan,
d. pemuatan
e. Kesehatan dan kesejahteraan awak kapal serta
penumpang.
f. Status hukum kapal untuk berlayar di perairan
tertentu.
g. Manajemen keselamatan dan pencegahan polusi
dari kapal
h. Manajemen keamanan kapal utk berlayar
didaerah tertentu.

A Keselamatam kapal..
Keselamatan kapal adalah keadaan kapal yang
memenuhi persyaratan
material,konstruksi,bangunan,permesinan dan
pelistrikan,stabilitas,tata susunan serta
perlengkapan termasuk radio dan eletronika
kapal.
Persyaratan keselamatan kapal diatur
berdasarkan SOLAS 1974
• Untuk kapal-kapal yang dikecualikan dari SOLAS
seperti:
a. Kapal yang dibangun secara tradisional
b. Kapal barang dengan tonase kurang dari GT 500
c. Kapal penangkap ikan
d. Kapal yang tidak memiliki tenaga penggerak sendiri
dan tidak berawak
e. Kapal pesiar yang tidak digunakan untuk kegiatan
niaga
f. Kapal perang dan kapal Pemerintah
Persyaratan keselamatannya diatur dengan PP 51 dan
Peraturan Menteri.
SOLAS 1974. SOLAS 1974 terdiri dari 12 Bab.
1. Bab I Aturan umum
2. Bab II Konstruksi permesinan ,stabilitas dan pemadam
kebakaran.
3. Bab III Alat-alat penolong
4. Bab IV Komunikasi radio,
5. Bab V Keselamatan Navigasi
6. Bab VI Pengangkutan muatan
7. Bab VII Pengangkutan barang berbahaya.
8. Bab VIII Kapal-kapal nuklir
9. Bab IX Manajemen untuk keselamatan operasi.
10. Bab X Tindakan keselamatan untuk kapal cepat
11. Bab XI-1 Tindakan khusus utk meningkatkan
keselamatan maritim
12. Bab XI-2 Tindakan khusus untuk meningkatkan
keamanan maritim
13. Bab XII Tindakan keselamatan tambahan untuk kapal
curah
B.Pencegahan pencemaran dari kapal

• Pencegahan pencemaran dari kapal diatur dalam


MARPOL 73/78.Setiap kapal harus memiliki
paralatan pencegahan pencemaran dari kapal
dan memiliki sertifikat yang diharuskan oleh tiap-
tiap Annex.

C. Pengawakan kapal
Setiap kapal wajib diawaki dengan Awak Kapal
yang memenuhi persyratan kwalifikasi dan
kompetensi sesuai dengan ketentuan nasional
dan internasional.Jumlah Awak Kapal harus
sesuai dengan Safe Manning
Certificate.Mengenai jumlah crew minimum diatur
sesuai SOLAS 74 dan Sertifikat Kompetensinya
diatur berdasarkan STCW

D. Pemuatan
Pemuatan harus memenuhi persyaratan
keselamatan dan stabilitas kapal serta tidak boleh
dimuati melampaui garismuat sesuai dengan
zona dan musim yg diatur dlm Load Line
Convention 1966
E.Kesejahteraan awak kapal
• Setiap kapal harus memenuhi persyaratan
kesejahteraan awak kapal dan kesehatan
penumpang.Akomodasi ,WC ,ruang makan ,
dapur dan ruang rekreasi harus sesuai
persaratan yang berlaku.Persaratan mengenai
kesejahteraan awak kapal diatur dalam Konvensi
ILO 147 dan PP No7 tahun 2000
• F. Status hukum kapal
• Setiap kapal harus berlayar hanya satu
kebangsaan kapal yang dibuktikan dengan Surat
tanda Kebangsaan (nationality Certificate)

• G.Manajemen Keselamatan dan


Pencegahan Pencemaran dari kapal.
Setiap kapal harus memenuhi petrsaratan
manajemen Keselamatan dan pencegahan
pencemaran dari kapal yang diatur sesuai ISM
Code
H. Manajemen keamanan Kapal.
Setiap kapal harus mempunyai Sertifikat
Manajemen Keamanan Kpl yang diatur dalam
ISPS Code
• BIRO KLASIFIKASI
Tujuan dari Biro Klasifikasi adalah untuk
mengsurvei dan mengklaskan kapal
berdasarkan suatu pembakuan
persyaratan bangunan maupun
permesinan kapal-tugas mana dijadikan
jaminan bagi pihak-pihak tertentu yang
mempunyai kepentingan (pemilik
muatan,asuransi).Pemerintah dapat
memenfaatkat Biro Klasifikasi untuk
memeriksa dan menerbitkan Sertifikat
atas nama Pemerintah yang memberikan
kewenwngan.Sertifikat-sertifikat yang
dikeluarkan Biro Klasifikasi (class
certificate)tidak mengikat Pemerintah.
Biro-biro Klasssifikasi yang terkenal:
1. Lloyds Register of Shipping (LR) London
2. Bureau Veritas (BV) Paris
3. Det Norske Veritas (NV) Oslo
4. Germanische Lloyd (GL) Berlin
5. Registro Italiano Navale (RI) Roma
6. The American Bureau of Shipping (AB)
New York
7. Nippon Keiji Kyokai (NK) Tokyo
8. Biro Klasifikasi Indonesoia (KI) Jakarta.
Pengawasan mengenai kelaik lautan kapal
• Sebelum berlakunya SOLAS 1974 pengawasan
terhadap kelaik lautan kapal perupakan tanggung
jawab dari Negara Bendera (Flag State).Dalam
perkembangannya banyak ditemui kapal-kapal
yang kurang terawat dan kelaiklautannya
diragukan yang pada waktu itu diistilahkan kapal-
kapal yang sub standard,terutama kapal-kapal
yang menggunakan bendera kemudahan (Flag of
Conveniance)
• Maka dalam SOLAS 1974 Negara Pelabuhan
(Port State) diberi kewenangan untuk memeriksa
kapal –kapal yang memasuki pelabuhannya
apakah memenuhi ketentuan-ketentuan dari
Convensi Internasional yang berlaku seperti
Solas ,Marpol, Load Line, Colreg ,STCW serta
Code-code yang diwajibkan bagi kapal tersebut.
• Maka mulai saat itu diangkatlah Port State
Control Officer (PSCO) ditiap Negara yang
bertugas melakukan pemeriksaan terhadap
kapal-kapal asing yang masuk ke pelabuhan
mereka.
• Pemeriksaan Sebab-sebab kecelakaan
Sesuai SOLAS 1974 Bab I pasal 21 setiap Negara
harus mengadakan penyelidikan terhadap sebab-
sebab kecelakaan yang menimpa kapal-kapal mereka
dan melaporkan hasilnya kepada Sekjen IMO.Di
Indonesia sebab-sebab kecelakaan dilakukan
pemeriksaan oleh Syahbandar untuk membuat Berita
Acara Pemeriksaan Pendahuluan.BAPP tersebut
dikirimkan ke Direktur Jenderal Perhubungan
Laut.Dirjen Perhubungan Laut memimnta Mahkamah
Pelayaran untuk mengadakan pemeriksaan
lanjutan.Mahkamah Pelayaran adalah suatu instansi
yang berada dibawah Menteri Perhubungan yang
fungsinya untuk mngetahui sebab-sebab kecelakaan
serta menjatuhkan sanksi Administratif berupa
pencabutan kewenangan untuk jabatan tertentu
maksimim 2 tahun di kapal-kapal berbendera
Indonesia.Apabila dalam suatu kecelakaan terdapat
korban jiwa maka petugas kepolisian ikut
mengadakan pemeriksaan untuk menyelidiki kalau
terjadi tindak pidana dalam kecelakaan
tersebut.Pemeriksaan dari Kepolisian disampaikan
kepada Kejaksaan untuk diteruskan ke Pengadilan
Negeri.Pengadilan Negeri dapat menjatuhkan sanksi
berupa hukuman kurungan dan/atau denda.
PERUSAHAAN PELAYARAN
• Pengusaha kapal adalah seseorang yang
memakai sebuah kapal untuk pelayaran dilaut
baik dikemudikan sendiri atau oleh seorang
Nakhoda yang bekerja padanya. (KUHD
ps.320)
• Perusahaan Angkutan Laut Nasional adalah
perusahaan angkutan Laut berbadan hukum
Indonesia yang melakukan kegiatan angkutan
laut di dalam wilayah perairan Indonesia dan
atau dari dan ke pelabuhan luar negeri.(PP 82
1999 ttg Angkutan di perairan.)
• Perusahaan Angkutan Laut Asing adalah
perusahaan angkutan laut berbadan hukum
asing (foreign shipping company) yang kapal-
kapalnya melakukan kegiatan angkutan laut
ke dan dari pelabuhan Indonesia
..Perusahaan Pelayaran Rakyat adalah
perusahaan angkutan laut berbadan hukum
Indonesia yang dalam melakukan kegiatan
usahanya dengan menggunakan kapal
layar,kapal layar motor tradisioanal dan atau
kapal motor dengan ukuran tertentu.
• Penyelenggaraan angkutan laut dalam
negeri dilakukan:
a. Oleh perusahaan angkutan laut nasional
b. Dengan menggunakan kapal berbendera
Indonesia
c. Untuk menghubungkan pelabuhan laut
antar pulau atau angkutan laut lepas
pantai di wilayah perairan aaindonesia.

Persyaratan mendirikan Perusahaan


Pelayaran.
a. Memiliki akte pendirian perusahaan
b. Memiliki kapal berbendera Indonesia
dengan ukuran GT 175 atau lebih atau
kapal tunda 150 TK dan tongkang ukuran
GT 175 atau lebih.
c. Kapal berbendera Indonesia yang
berstatus leasing,disewa dari periusahaan
leasing dan adanya pernyataan dari
pemilik kapal bahwa tidak berkeberatan
kapalnya digunakan sebagai persyaratan
izin usaha.
d. Memiliki tenaga ahli setingkat Diploma III
dibidang ketatalaksanaan pelayaran
niaga,dan atau ijazah nautika dan/atau
tehnika pelayaran niaga.
e. Memiliki penanggung lawab perusahaan.
f. Memiliki NPWP.
AWAK KAPAL
• Definisi-definisi:
1. Awak Kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan
diatas kapal oleh pemili,atau operator kapal untuk
melakukan tugas diatas kapal sesuai dengan jabatannya
yang tercantum dalam buku sijil(UU No.17 tahun 2008)
2. Nakhoda adalah seorang dari awak kapal yang menjadi
pimpinan umum diatas kapal serta mempunyai wewenang
dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan peraturan
perundang undangan yang berlaku(UU No.17 tahun 2008)
3. Nakhoda adalah orang yang memimpin kapal (KUHD ps
341)
4. Pemimpin kapal dalah seorang dari awak kapal yang
menjadi pimpinan umum diatas kapal untuk jenis dan
ukuran tertentu serta mempunyai wewenang dan tanggung
jawab tertentu berbeda dengan yang dimiliki Nakhoda.(UU
No.21)
5. Anak Kapal adalah mereka yang namanya tercantum dalam
daftar anak kapal.(KUHD)
6. Anak Buah Kapal adalah awak kapal selain Nakhoda atau
pemimpin kapal.(UU No.17 tahun 2008):
7. Pelayar :Semua orang yang ada dikapal (UU No.21)
Semua orang yang ada dikapal selain Naakoda
(KUHD)
8. Perwira adalah mereka yang dalam daftar anak kapal
diberikan pangkat sebagai Perwira(KUHD)
9. Pelaut adalah setiap orang yang mempunyai kualifikasi
keahlian atau ketrampilan sebagai awak kapal(PP 7/2000)
• Hak-hak Awak Kapal:(UU No.17/2008)
• Setiap awak kapal berhak mendapatkan
kesejahteraan yg meliputi:
a. Gaji
b. Jam kerja dan jam istirahat.
c. Jaminan pemberangkatan ketempat tujuan
dan pengembalian ke tempet asal.
d. Kompensasi apalbila kapal tidak dapat
beroperasi karena menga;lami kecelakaan.
e. Kesempatan mengembangkan karier.
f. Pemberian akomodasi,fasilitas
rekreasi,makanan atau minuman dan
g. Pemeliharaan dan perawatan kesehatan
serta pemberian asuransi kecelakaan kerja.
Kewajiban Awak Kapal
a. Mentaati peritah Perusahaan
b. Bekerja sesuai dengan jangka waktu
perjannjian
c. Melaksanakan tugas sesuai jam kerja yang
ditetapkan
Hak perusahaan adalah mrmpekerjakan
pelaut sesuai perjanjian.
Kewajiban Perusahaan:
Memenuhi semua hak pelaut sesuai
perjanjian
Nakhoda
• Secara umum tugas Nakhoda:
1. Pemimpin Kapal
2. Pemegang kewibawaan umum diatas kapal
3. Pegawai kepolisian
4. Pagawai pencatatan sipil
5. Notaris.
Sebagai pemimpin kapal:
a) Mampu membawa kapal dengan selamat ke
pelabuhan tujuan.
b) Mampu mengurus kapal,penumpang dan
muatan.
c) Mampu memelihara kapal agar tetap laik laut.
d) Mampu mengelola tertib administrasi kapal..
Sebagai pemegang kewibawaan umum berarti:
a) Berwibawa terhadap semua orang diatas kapal
demi keselamatan kapal.
b) Berwibawa menegakkan disiplin diatas kapal..
Sebagai pegawai kepolisian diatas kapal:
a) Mengumpulkan bahan-bahan untuk proses
verbal.
b) Menyita barang-barang bukti.
c) Mendengar dari tertuduh dan saksi serta dicatat
dalam Beruta Acara.
d) Mengamankan tertuduh.
e) Menyerahkan berkas pemeriksaan ,barang bukti
dan tertuduh kepada polisi setibanya kapal di
pelabuhan.
4 Selaku pejabat pencatatan sipil diatas kapal:
a) Membuat akte kelahiran dan mencatat dalam
buku harian kapal. Dalam waktu 24 jam dengan
2 orang saksi’
b) Membuat akte kematian dalam jangka waktu 24
jam bila ada yang meninggal dikapal.
5. Selaku Notaris dikapal:
a) Membuat akte wasiat seseorang diatas kapal
dengan disaksikan 2 orang saksi.Surat wasiat
tsb hanya berlaku selama 6 bulan.
b) Membuat akte perjanjian antara pelayar yang
berada dikapal. Juga dengan 2 orang saksi.
Kewajiban-kewajiban Nakhoda.
1. Kewajiban sebelum berlayar.Nakhoda harus
meyakinkan bahwa kapal berada dalam
keadaan laik laut. Nakhoda yg melayarkan
kapalnya sedangkan ia mengetahui tdk laik
laut diancam hukuman penjara 3 th. atau
denda 400 juta rph.
2. Kewajiban umum.Nakhoda wajib mentaati
peraturan-peraturan.
3. Kewajiban selama pelayaran.Nakhoda harus
selalu berada diatas kapal selama pelayaran.
4. Kewajiban memberi bantuan terhadap orang
orang yang dalam bahaya dilaut.
5. Kewajiban mengikuti haluan.
6. Kewajiban menyimpan surat-surat kapal.
7. Kewajiban menyelenggarakan buku harian
kapal.
8. Kewajiban memperhatikan kepentingan pihak-
pihak yang berhak atas kapal.Nakhoda
bertanggung jawab atas
keselamatan ,keamanan ,ketertiban
kapal.ABK ,penumpang dan muatan,
9. Kewajiban mentaati perintah pengusaha.
10. Kewajiban melaksanakan register hukuman.
Beberapa aturan Nakhoda dalam UU
No.17 tahun 2008
• Menurut UU No 17 thn 2008 ttg Pelayaran Nakhoda
kapal motor ukuran GT 35 atau lebih mempunyai
wewenang penegakan hukum serta bertanggung
jawab atas keselamatan,keamanan dan ketertiban
kapal,pelayar dan barang muatan. Senagkan
Nakhoda kapal motor kurang dari GT 35 dan kapal
tradisional kurang dari GT 105 tidak mempunyai
kewenangan hukum tetapi mempunyai tanggung
jawab sama dengan kapal diatas GT 35.
• Nakhoda tidak bertanggung jawab terhadap
keabsahan atau kebenaran materiil dokumen
muatan kapal,tetapi Nakhoda wajib menolak dan
memberitahukan kepada instansi yang berwenang
apabila mengetahuimutn yng dingkut tidk sesuai
dengan dokumen muatan.
• Nakhoda kapal motor ukuran GT 35 atau lebih
diberi tugas dan kewengan khusus yaitu :
a.Membuat catatan setiap kelahiran
b.membuat catatan setiap kematian
c.menyaksikan dan mencatat surat wasiat

Nakoda wajib berada di kapal selama pelayaran.


• Sebelum berlayar Nakhoda wajib memastikan
bahwa kapalnya bahwa kapalnya telah
memenuhi persyratan kelaik lautan kapal dan
melaporkan kepada Syahbandar.Nakhoda
berhak menolak apabila mengetahui kapalnya
tidak laik laut dan perusahaan harus
memberikan keleluasaan kepada Nakhoda
untuk melaksanakan kewajibannya sesuai
dengan peraturan perundang
undangan.Nakhoda yang melayarkan
kapalnya sedangkan dia mebgetahui bahwa
kapal tersebut tidak laik laut diancam
hukuman pidana penjara paling lama 3(tiga)
tahun atau denda paling banyak 300 juta
rupiah
• Untuk tindakan penyelamatan nakhoda berhak
menyimpang dari rute yang telah ditetapkan
• Nakhoda untuk kapal motor ukuran GT 35 atau
lebih wajib menyelenggarakan Buku Harian
Kapal.
• Anak Buah Kapal wajib mentaati perintah
Nakhoda secara tepat dan cermat dan dilarang
meninggalkan kapal tanpa seijin
Nakhoda.Dalam hal ABK mengetahui bahwa
perintah yang diterimanya tidak sesuai
dengan ketentuan maka ybs berhak
mengadukan kepada pejabat pemerintah yang
berwenang
• Nakhoda berhak memberikan tindakan disiplin atas
pelanggaran yang dilakukan setiap ABK yg
a. Maninggalkan kapal tanpa izin Nakhoda
b.Tidak kembali kekapal pada waktunya
c.Tidak melaksanakan tugas dengan baik
d.Menolak perintah penugasan
e.Berperilaku tidak tertib dan/atau
f.Berprilaku tidak layak
Selama pelayaran Nakhoda dapat mengambil
tindakan terhadap orang yang secara tidak sah
berada dikapal.
Nakhoda dapat mengambil tindakan apabila orang
yang berada dikapal membahayakan keselamatan
kapal dan awak kapal
Dalam hal Nakhoda sedang berlayar untuk
sementara atau untuk seterusnya tidak mampu
melaksanakan tugas Mualim I menggantikannya
dan pada pelabuhan berikut diadakan penggantian
Nakhoda.Apabila Mualim I juga tidak mampu
mualim lainnya yang tertinggi dalam jabatan yang
menggantikan.Apabila seluruh mualim tidak
mampu maka pengganti ditunjuk oleh dewan
kapal.Dalam hal penggantian sementara tsb, tidak
mengalihkan tanggung jawab dan wewenang
Nakhoda kepada pengganti tetapi untuk
penggantian tetap tanggung jawab dan
kewenangan berpindah kepada penggantinya.
• Kewenagan lain dari Nakhoda:
1. Dalam keadaan darurat berhak memakai
bahan makanan milik pelayar.
2. Ditempat tidak ada perwakilan dapat
mengadakan perlengkapan kapal.
3. Dalam keadaan mendesak diluar wilayah
Indonesia berwenang menjual kapal
4. Mempekerjakan atau menurunkan
penumpang gelap.
5. Apabila dalam musyawarah dengan
perwira dimintakan sumbangan pikiran
Nakhoda bebas untuk menerima atau
mengabaikan saran tersebut.
6. Ditempat yang tidak ada perwakilan
perusahaan nakhoda berhak menanda
tangani konosemen..
7. Menjatuhkan hukuman disipliner
terhadap ABK berupa peringatan sampai
pemotongan upah maksimum 10 hari
kerja.
8. Sebagai wakil dari pengusaha kapal
Perjanjian Kerja Laut
• Definisi:
• Perjanjian Kerja Laut (PKL) adalah perjanjian yang
dibuat antara seorang pengusaha kapal disatu
pihak dengan seorang buruh dipihak lain,dengan
mana pihak tersebut terakhir menyanggupi untuk
dibawah perintah pengusaha itu melakukan
pekerjaan dengan mendapat upah baik sebagai
nakhoda atau anak kapal.(KUHD ps 395).
• Perjanjian Kerja Laut (PKL) adalah perjanjian kerja
perorangan yang ditanda tangani oleh pelaut
Indonesia dengan pengusaha angkutan di
perairan (PP 7 thn.2000)
• Menurut KUHD PKL antara pengusaha kapal
harus dibuat tertulis tetapi tidak harus dihadapan
pejabat Pemerintah ,tetapi PKL untuk anak kapal
harus tertulis dan dibuat dihadapan pejabat
Pemerintah.
• Tetapi sesuai Peraturan Pemerintah No.7 tahun
2000 semua PKL harus diketahui oleh Pejabat
Pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri.
• Selain dari PKL kita mengenal Perjanjian Kerja
Kolektif (PKK) atau disebut juga Kesepakatan
Kerja Bersama (KKB) yaitu perjanjian antara satu
atau beberapa pengusaha kapal dengan satu atau
beberapa organisasi perburuhan.
• Keuntungan dari KKB adalah:
a. Persyaratan kerja sudah ditentukan.
b. Belaku secara luas dan dalam waktu
tertentu.
c. Pelaut tdk harus bernegosiasi setiap
pembuatan PKL karena PKL tidak boleh
bertentangan dengan KKB.

Isi PKL sukurang-kurangnya:


a. Nama dari Pengusaha dan pelaut.
b. Tanggal pembuatan
c. Jenis PKL
d. Hak-hak pelaut termasuk upah.
e. Kewajiban Pelaut
f. Hak pengusaha
g. Kewajiban pengusaha
h. Jabatan dikapal.

Jenis-jenis PKL:
a. Untuk waktu tertentu
b. Untuk satu perjalanan atau lebih
c. Untuk waktu tak tertentu
Pengakhiran hubungan kerja
• Pengakhiran ikatan kerja dapat dilakukan
dengan secara sah dan tidak sah.
• Pengakhiran secara sah.
a. Kedua belah pihak menyetujui.
b. PKL sudah berakhir.
c. Salah satu pihak membayar kompensasi
d. Pelaut meninggal dunia
e. Alasan mendesak
f. Alasan penting.

Alasan mendesak bagi majikan ialah


tindakan ,sifat atau prilaku pihak buruh
yang mengakibatkan bahwa dari pihak
majikan secara wajar tidak dapat
dibenarkan (tolerir) untuk melanjutkan
hubungan kerja.Misalnya:
a. Pelaut menipu waktu pembuatan PKL
b. Tidak cakap untuk melakukan tugasnya.
c. Suka mabuk,madat dan perbuatan buruk
lainnya
d. Mencuri atau melakukan penggelapan
e. Menganiaya,menghina majikan atau teman
sekerja.
f. Menolak perintah majikan /atasan.
g. Dicabut kewenangan untuk bekerja dikapal
h. Membawa barang selundupan
• Alasan mendesak dari pihak buruh adalah
keadaan yang mengakibatkan pihak buruh
secara wajar tidak dapat ditolerir untuk
melenjutkan hubungan kerja,misalnya:
a. Majikan menganiaya,mengancam atau
menghina secara kasar.
b. Membujuk untuk berbuat hal-hal yang
bertentangan dengan undang-undang.
c. Tidak membayar upah pada waktunya.
d. Melalaikan kewajiban yang dibebankan
dalam PKL.
e. Bila kapal dioperasikan untuk
penyelundupan
f. Bila makanan tidak layak.
g. Bila tempat tinggal dikapal jelek sehingga
mempengaruhi kesehatan
Bila PKL ingin diputuskan dengan alasan
mendesak maka harus disampaikan
secepat mungkin kepada pihak
lain.Apabila tidak disampaikan secepat
mungkin maka alasan mendesak berubah
menjadi alasan penting.Untuk pemutusan
denga alasan penting harus diajukan
melalui Pengadilan Negeri atau kalau
diluar Negeri melalui Perwakilan R.I
• Penyijilan
Setiap orang orang yang akan bekerja dikapal
dalam jabatan apapun harus disijil
Pesyaratan untuk disijil:
a. Usia minimum 18 tahun.
b. Sehat jasmani dan riohani sesuai keterangan
rumah sakit yang ditunjuk
c.Memiliki sertifiikat keahlian dan/atau kecakapan.
d,Memiliki Endorsement (pengukuhan)
e.Memiliki PKL
f. Memiliki Buku Pelaut

Sertifikat ANT III mempunyai kewenangan jabatan:


a.Mualim jaga dikapal semua ukuran pada daerah
pelayaran semua lautan.
b.Mualim I dikapal GT 500 sampai GT 3000 pada
daerah NCV dan mengikuti diklat khusus.
c.Nakhoda dikapal GT 500 sampai GT 3000 pada
daerah NCV setelah memiliki masa layar 36 bulan
sebagai mualim jaga dikapal ukuran lebih dari GT
500 dan mengikuti Diklat khusus.atau memiliki
masa layar 24 bulan sebagai mualim jaga dikapal
GT 500 sampai GT 3000 daerah pelayaran NCV 12
bulan diantaranya sebagai mualim I dan mengikuti
diklat khusus
• Buku Pelaut.
• Buku Pelaut adalah merupakan
identitas bagi pelaut dan berlaku
sebagai dokumen perjalanan bagi
pelaut yang akan naik kapal di luar
negeri atau menuju Indonesia
setelah turundari kapal di luar
negeri.Buku pelaut berisi data-data
dari pelaut separti :nama,tempat
dan tanggal lahir,kebangsaan
ijazah yang dimiliki serta
pengalaman berlayar (naik turun
dari kapal ).
• Pesyaratan untuk bekerja di kapal :
a. Berumur sekurang-kurangnya 18
tahun
b. Sehat jasmani dan rohani
berdasarkan hasil pemeriksaan
dari rumah sakit yang ditunjuk
pemerintah.
c. Memiliki sertifikat Keahlian Pelaut
dan/atau Sertifikat Ketrampilan
Pelaut
d. Disijil.
Pengukuran Kapal
• Setiap kapal yang digunakan untuk berlayar
wajib diukur.Pengukuran dapat dilakukan
menurut tiga metode:
a. Pengukuran dalam Negeri yang digunakan
untuk pengukuran dan penentuan tonase kapal
yang panjangnya kurang dari 24 meter.
b. Pengukuran Internasional yang digunakan
untuk pengukuran dan penentuan tonase kapal
yang panjangnya 24 meter atau lebih
c. Pengukuran khusus digunakan untuk
pengukuran dan penentuan tonase kapal yang
akan melewati terusan tertentu
Atas permintaan pemilik kapal yang
panjangnya kurangn dari 24 meter dapat
dilakukan pengukuran menggunakan metode
Internasional.Kapal yang telah diukur dengan
menggunakan metode pengukuran
Intrenasional tiak dibenarkan diukur denag
mtode pengukuran dalam negeri.
Hasil pengukuran kapal disusun dalam daftar
ukur untuk menetapkan ukuran dan tonase
kapal. Terhadap kapal yang berdasarkan
perhitungan diperoleh isi kotor 20 meter kubik
yang setara dengan GT 7 atau lebih diterbitkan
Surat Ukur.
• Surat ukur berlaku untuk jangka waktu tidak
terbatas.
• Surat ukur tidak berlaku apabila kapal tidak
digunakan lagi antara lain karena:
a. Kapal discrap (ditutuh)
b. Kapal tenggelam
c. Kapal musnah
d. Kapal terbakar
e. Kapal dinyatakan hilang.
Surat Ukur dinyatakan batal apabila:
1. Pengukuran dilakukan tidak sesuai
ketentuan
2. Diperoleh secara tidak syah atau digunakan
tidak sesuai untuk peruntukannya.
Surat ukur baru sebagai pengganti surat
ukur lama dapat diterbitkan apabila:
a. Nama kapal dirubah
b. Surat ukur rusak,hilang atau musnah.
c. Kapal diukur ulang karena surat ukur
dinyatakan batal
d. Kapal diukur ulang karena adanya
perubahan bangunan yang menyebabkan
berubahnya rincian yang dicantumkan dalam
surat ukur.
e. Apabila kapal diberikan surat ukur
sementara dan masa berlakunya telah habis.
• Kapal yang telah diukur dipasang
tanda selar yang biasanya
dipasang pada dinding depan
anjungan.pe milik atau operator
kapal wajib melaporkan kepada
pemerintah apabila terjadi
perombakan terhadap bangunan
kapal yang menyebabkan
berubahnya ukuran kapal.
• Isi dari Surat Ukur:
a. Panjang kapal
b. Lebar kapal
c. Dalam (depth)
d. Isi kotor
e. Isi bersih.
Buku Harian Kapal
• Menurut KUHD pasal 348 Nakhoda harus
menyelenggarakan Buku Harian
Kapal.Nakhoda boleh mengerjakan
sendiri atau menugaskan salah seorang
Perwira (biasanya Mualim I).Tetapi
Nakhoda harus mengawasi agar Buku
Harian diisi dengan benar.Nakhoda yang
tidak menyelenggarakan Buku Harian
secara benar atau tidak memperlihatkan
Buku Harian pada waktunya dianggap
melakukan pelanggaran sesuai KUHD
ps.562.Sedangkan perbuatan tidak
menyelenggarakan Buku Harian Kapal
menurut peraturan dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau menutupi perbuatan tsb
dianggap melakukan kejahatan dengan
ancaman hukuman tujuh tahun penjara
( KUHD ps.466)
• Fungsi Buku Harian :
a. Bahan pembuktian.
b. Sumber data bagi hakim jika terjadi
sengketa.
c. Sebagai bahan pengawsan oleh
Pemerintah
• Kapal –kapal yang diwajibkan
menyelenggarakan Buku Harian adala kapal
yang berukurab 500 meter kubuk atau lebih
(KUHD) sedangkan menurut UU No.17 tahun
2008 kapal ukuran Gt 35 atau lebih harus
menyelenggarakan Buku Harian sedangkan
kapal dengan tenaga penggerak utama 200
TK atau lebih harus menyelenggarakan Buku
Harian Mesin.Kapal-kapal yang mempunyai
perangkat radio harus menyelenggaraka
Buku Harian Radio.
• Buku harian harus terbuat dari bahan yang
baik dijilid dan dengan baik, kolom-kolom
yang tersedia untuk mencatat kejadian-
kejadian dikapal.Tiap halaman harus diberi
nomor halaman.Dibagian muka Buku Harian
Kapal harus terdapat petunjuk halaman yang
menyebutkan keterangan mengenai:
- kelahiran dan kematian dikapal.
- mutasi diantara awak kapal
- kecelakaan/kerusakan yang dialami
- pengedokan,perbaikan
- penutupan/pembukaan pintu-pintu kedap air.
- latihan-latihan berkala.
- perangkat telegrap radio
- pemuatan barang-barang berbahaya.
• Hal-hal yang dilarang dalam
penyelenggaraan Buku Harian karena akan
mengurangi kekuatan pembuktiannya
adalah:
a. Penyobekan halaman
b. Penambahan halaman
c. Pengosongan halaman.
d. Perobahan,penambahan.
e. Penghapusan (kalau ada kesalahan tidak
boleh dihapus /tip-ex tapi dicoret dan
diparaf.
Sebelum digunakan buku harian harus
dilegalisir oleh pejabat pemerintah yang
ditunjuk dimana setiap halaman diparaf.dan
sebulan sekali buku harian harus
diekshibitum (diperlihatkan keda pejabat
pemerintah yang ditunjuk)

Kisah kapal
Kisah kapal adalah suatu akte otentik yang
dibuat dihadapan Syahbandar atau Notaris
mengenai kejadian-kejadian selama
pelayaran yang digunakansebagai bahan
pembuktian pada kejadioan-kejadian penting
yang mungkin menimbulkan kerusakan
kapal.Kadang-kadang kisah kapal disebut
juga Marine Note of Protest.Kekuatan
pembuktiannya sama dengan Buku Harian
Kapal.Kisah kapal memuat keterangan lebih
rinci yang tidak dapat ditulis dalam buku
harian karena keterbatasan tempat
• Kisah kapal harus dibuat dalam
waktu 3 kali 24 jam setibanya kapal di
pelabuhan.,setidak-tidaknya kisah
kapal sementara yang harus disusul
dengan yang lengkap dalam waktu 30
hari.Pembuatan kisah kapal
sementara biasanya kalau ada
kerusakan dibawah air yang belum
kelihatan sebelum kapal naik
dok.Selain Nakhoda awak kapal
yang mengetahui kejadian itu juga
ikut menanda tangani kisah kapal.Isi
dari kisah kapal antara lain kapal
mengalami cuaca buruk sehingga
dikhawatirkan akan menimbulkan
kerusakan terhadap kapal atau
muatan,kecelakan-kecelakaan yang
terjadi serta tindakan yang diambil
oleh Nakhoda untuk mencegah atau
mengurangi kerusakan.Kisah kapal
merupakan suatu perikatan sepihak
dan karenanya siapa yang membuat
kisah kapal hanya akan mengikat
dirinya sendiri.
• SOLAS BAB I s/d XII

• STCW

• RADIO REGULATION

• PAL TMS 1969

Anda mungkin juga menyukai