Anda di halaman 1dari 10

Kelaiklautan kapal ; kapal yang memenuhi persyaratan untuk berlayar / melaut

Penjelasan Marpol berdasarkan Perundangan dan Konvensi

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Marine Pollution ( MARPOL ) adalah salah satu persyaratan Kelaiklautan Kapal seperti yang
diatur pada Pasal 1 ( 33 ) Undang Undang Pelayaran no.17 Tentang Pelayaran.
Untuk itu semua kapal Indonesia yang masuk dalam kriteria persyaratan perundangan tersebut
diatas harus memenuhi peraturan antara lain seperti yang dijelaskan berikut ini,
1. Annex I,pengaturan pencegahan pencemaran oleh minyak bumi.
2. Annex II,Pengaturan pencegahan Pencemaran muatan kimia cair berbahaya.
3. Annex III,pengaturan pencegahan pencemaran muatan kimia yang sudah dipacking
4.Annex IV,pengaturan pencegahan pencemaran kotoran manusia dan kotoran lainnya.
5.Annex V,pengaturan pencegahan pencemaran sampah
6.Annex VI,pengaturan pencegahan pencemaran oleh gas buang kapal.
Semua hal2 diatas untuk pengaturannya kapal mengikuti ketentuan pada Marpol 73/78 .
Ketentuan diatas diterapkan kepada kapal tangki ukuran 150 GT atau lebih dan kapal selain
dari kapal tangki dengan ukuran 400 GT atau lebih.

Untuk kapal yang diluar ukuran sesuai dengan typenya atau yang hanya berlayar diperairan
Indonesia saja akan mengikuti aturan KM 29 tahun 2014 tentang Pencegahan Pencemaran
L.M.
Kapal yg sudah memenuhi Annex I,diberikan International Oil Pollution Prevention Certificate,
Kapal yg sudah memenuhi Annex II, diberikan Noxius Liquid Substances In Bulk,NLS Certificate
Kapal yg memenuhi Annex IV diberikan International Sewage Pollution Prevention Certificate
Kapal yg memenuhi Annex VI diberikan International Air Pollution Prevention Certificate
Kapal yang disyaratkan memenuhi ketentuan Marpol 73/78 disamping dilengkapi dengan
Sertipikat juga diharuskan dilengkapi dengan buku :
Shipboard Oil Pollution Emergency Plan ( SOPEP ) Untuk kapal angkutan Annex I
Shipboard Marine Pollution Emergency Plan ( SMPEP ) Untuk kapal angkutan Annex II.

Perundangan yang diterapkan untuk mengatur dan mencegah terjadinya Pencemaran


lingkungan laut oleh kapal,Pemerintah Indonesia dilengkapi dengan:
I. Peraturan Menteri No.29 Tahun 2014 Tentang Pencegahan Pencemaran Lingkungan
Maritim.
Yaitu diterapkan kepada kapal berbendera Indonesia yang tidak disyaratkan
menggunakan aturan Internasional.
II. Peraturan Konvensi Marine Pollution 1973/1978 yang diterapkan kepada kapal
berbendera Indonesia yang berlayar keluar perairan Indonesia dan ukurannya sudah
termasuk dalam aturan tersebut diatas.
Pada umumnya baik peraturan Internasional maupun Aturan Nasional prinsif dasarnya adalah
tidak akan memberi ruang kepada setiap kapal untuk melakukan kegiatan yang dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran diperairan dimana kapal itu berada.
Hanya nanti akan dilihat dan dipertimbangkan terhadap kapal yang ukurannya tidak memungkin
pemasangan peralatan yang disyaratkan,akan dicari dengan kaidah kaidah tertentu persyaratan
peralatan yang dimaksut dapat diberikan alternatif lain namun tujuannya tetap sama yaitu tidak
akan menyebabkan terjadinya pencemaran dari jenis benda yang sudah ditetapkan pada aturan
terdahulu.Hal tersebut yang dinamakan dan digolongkan dalam aturan pengecualian pada
aturan.
Aturan Nasional terkait kepada pencemaran lingkungan laut banyak dikutip dari aturan
Internasional seperti golongan,kadar kandungan bahan dari jumlah yang dapat ditoleransi serta
aturan dasar penetapan besaran kapal yang akan dikenakan terhadap aturan tersebut.
Dari paparan berikut ini bisa kita liat antara lain yang diatur seperti:
1.Pengaturan Pencemaran oleh Minyak
2.Pengaturan Pencemaran oleh muatan cairan kimia berbaya.
3.Pengaturan Pencemaran oleh muatan kimia yang sudah di packing.
4.Pengaturan Pencemaran oleh kotoran manusia dan kotoran lainnya.
5.Pengaturan Pencemaran oleh Sampah.
6.Pengaturan Pencemaran oleh Gas Buang Kapal.

Penerapan:
1a.Kapal tangki minyak curah ukuran GT 150 atau lebih dan
Kapal selain dari kapal tangki Ukuran GT 400 atau lebih,
Yang berlayar diperairan Internasional wajib memenuhi ketentuan Annex I Konvensi Marpol.
b.Kapal tangki minyak curah ukuran GT 150 atau lebih dan
Kapal selain dari kapal tangki ukuran GT 400 atau lebih,
Yang berlayar hanya diperairan Indonesia tunduk kepada Peraturan Menteri.
2.Semua kapal tangki kimia curah cair beracun disyaratkan mengikuti aturan Annex II Konvensi
Marpol,IBC/BCH Code.
3.Kapal yang mengangkut bahan berbahaya dalam bentuk kemasan / di packing harus
memenuhi ketentuan Annex III Konvensi Marpol dan IMDG Code.
4a.Semua kapal ukuran GT 400 atau lebih dan atau kapal dengan ukuran kurang dari GT 400
namun mempunyai pelayar 15 Orang atau lebih yang berlayar diperairan Internasional wajib
memenuhi ketentuan Annex IV Konvensi Marpol.
b.Semua kapal ukuran GT 400 atau lebih dan atau kapal dengan ukuran kurang dari GT 400
namun mempunyai pelayar 15 orang atau lebih wajib memenuhi memenuhi Peraturan
Menteri.
5a.Semua kapal ukuran GT 100 atau lebih dan atau memuat 15 orang atau lebih pelayar yang
berlayar diperairan Internasional wajib memenuhi ketentuan Annex V Konvensi Marpol.
b.Semua kapal ukuran GT 100 atau lebih dan atau memuat 15 orang atau lebih pelayar yang
hanya berlayar diperairan Indonesia,dalam hal ini termasuk fasilitas pengeboran lepas pantai
atau anjungan lepas pantai lainnya wajib memenuhi persyaratan pencegahan pencemaran
sampah /garbage sesuai ketentuan Peraturan Menteri ini.
6a.Semua kapal ukuran GT 400 atau lebih dan semua kapal dengan mesin penggerak jenis
diesel dengan daya 130 KW atau lebih yang berlayar diperairan Internasional wajib memenuhi
persyaratan Annex VI Konvensi Marpol.
b.Semua kapal ukuran GT 400 atau lebih dan semua kapal yang diperlengkapi mesin peng-
gerak jenis diesel dengan daya 130 KW atau lebih dan berlayar hanya diperairan Indonesia
wajib memenuhi persyaratan pencegahan pencemaran udara oleh gas buang sesuai ke-
tentuan Peraturan Menteri ini.

Kapal yang masuk dalam aturan butir 1b(A) - 4b(B) - 5b(C) dan 6b(D). diatas,wajib memenuhi
persyaratan
pencemaran yang diatur dalam peraturan Menteri ini,antara lain seperti
A. 1.Dilengkapi dengan tanki penampung kotoran minyak ( Sludge Tank ) dengan kapasitas
tidak kurang dari : V= o,15 x C.
V= Kapasitas Tanki Sludge Minimum dlm M3 ; C= Pemakaian BBM kapal/hari dlm satuan
Ton

2.Dilengkapi dengan Sambungan pembuangan standard ( Standard Discharge Connection )


untuk pembuangan dari tanki tampung Sludge Tank kepenampungan diluar kapal.

3.Dilengkapi dengan peralatan OWS dengan kadar minyak dipembuangan 15 ppm atau
kurang.
Kapasitas OWS yang disyaratkan adalah,
a. 0,10 M3/jam untuk kapal dengan daya penggerak kurang dari 500 HP.
b. 0,25 M3/jam untuk kapal dengan daya penggerak lebih dari 500 HP.

4.Menyediakan pola penanggulangan darurat pencemaran oleh minyak ( SOPEP ) yang berisi.
a. Prosedure Laporan.
b. Langkah awal untuk mengatasi tumpahan minyak.
c. Prosedure koordinasi setingkat Nasional dan Daerah.
d. Daftar kontak pemilik kapal dengan Agent kapal.i
e. P&I Club Correspondents.
f. Gambar General Arrangement dan Fuel Oil Piping Diagram.
g. Daftar kontak Emergency Response yang ada dalam Sopep.

5.Menyediakan buku catatan minyak ( ORB ) bag I untuk semua jenis kapal untuk mencatat:
a. Pengisian air ballas dan pembersihan tanki bbm.
b. Pembuangan ballas kotor atau air bekas cucian tanki bbm.
c. Pengumpulan,pemindahan dan penanganan residu bbm.
d. Pembuangan,pemindahan ,penanganan air bilga di E/R.
e. Pencatatan kondisi peralatan OWS.
f. Pembuangan minyak secara tdk sengaja atau karena pengecualian lain
g. Pengisian dan pemindahan BBM atai LO dlm jumlah besar.

6.Menyediakan buku catatan minyak ( ORB ) bag II untuk ruang muatan Kapal tanki,mencatat:
a. Pemuatan dan pembongkaran muatan minyak
b. Pemindahan muatan minyak saat kapal berlayar
c. Pengisian dan pembuangan ballas pada tanki muat dan tanki ballas bersih
d. Pencucian tanki muat termasuk pencucian dgn menggunakan sistem COW.
e. Pembersihan tanki2 muat
f. Pembuangan air bilga keluar kapal melalui ODM
g. Penanganan sisa minyak dan campuran sisa minyak yg tidak melalui ODM.
h. Kondisi peralatan ODM.
i. Pembuangan minyak yg tidak sengaja atau karena pengecualian
j. Khusus kpl Tanki yg berlayar didaerah khusus ditambah dengan pencatatan pengisian
pemindahan dan pembuangan air ballas ke SF.

7.Kapal tanki minyak atau kapal yang difungsikan mengangkut minyak curah ukuran GT 100
sd
GT 149 dan kapal selain dari kapal tanki ukuran GT 100 sd GT 399 atau kapal yg ukurannya
kurang dari GT 100,dapat diberi pembebasan dari persyaratan konstruksi dan peralatan pen-
cegahan pencemaran seperti, OWS apabila memenuhi unsur:
a. Kapal Kayu yang dibangun secara tradisional
b. Tidak memiliki kamar mesin
c. Ruang kamar mesin tdk memadai untuk dipasangi peralatan OWS
d. HSC yang berlayar tidak lebih dari 24 jam,
e. Namun kapal yang dibebaskan diatas harus dilengkapi dengan,Pompa portable,Tanki
tampung dgn volume yang memadai,buku catatan minyak ,serta Campuran air dan
minyak wajib dibuang ke Fasilitas penampungan dipelabuhan dan pembebasan baru
dapat diberikan setelah dilakukan pemeriksaan oleh pejabat yg berwenang.

8.Pembebasan pemasangan ODM dan Slop Tank apabila


a. Kapal hanya berlayar tidak lebih dari 50 Mil.
b. Kapal hanya berlayar tidak lebih dari 72 Jam
c. Kapal adalah kapal tanki pengangkut Aspal.

B.Memenuhi persyaratan Pencegahan Kotoran antara lain sbb:


1.Memilki peralatan pengolahan kotoran ( Sewage Treatment Plan ).
2.Memiliki tangki penampung kotoran ( Sewage Holding Tank ) cukup untuk menampung
kotoran manusia sebanyak 0,06 M3/orang/hari.
3.Memiliki Sambungan Pembuangan Standar yang ukuran dimensinya sesuai dengan aturan.
sambuangan kotoran dari kapal kefasilitas penampungan didarat.
Dilarang melakukan pembuangan kotoran Sewage diperaiaran kecuali,
a.Pembuangan kotoran sewage yg sdh diproses terlebih dahulu dan pembuangan dilakukan
sejarak 3 Mil dari daratan terdekat,
b.Pembuangan kotoran sewage yang belum diolah yang bebas hama hanya dapat dibuang
keluar kapal sejarak 12 Mil dari daratan terdekat.
c.Pembuangan Sewage sepert ipada poin a dan b hanya dapat dilakukan pada saat kapal
sedang berlayar dengan kecepatan tidak kurang dari 4 Knots.
d.Terhadap kapal yang hanya berlayar sejarak dari daratan terdekat kurang dari 12 Mil,
pembuangan kotoran sewage hanya diijinkan ke fasilitas penampungan darat setiba kapal
dipelabuhan.

C.Memenuhi persyaratan pencegahan pencemaran oleh sampah sbb:


1.Memiliki perlengkapan pencemaran oleh sampah antara lain,
a.Poster atau pelakat petunjuk cara pembuangan sampah dan,
b.Tempat/sarana penampungan pembuangan sampah.
2.Dilarang membuang sampah dari kapal kelaut untuk jenis
a.Semua jenis plastik termasuk tali sintetis,alat tangkap ikan dan kantong plastik.
b.Sisa pembakaran yang mengandung racun atau logam termasuk abu dari tungku pem-
karan ( Incinerator ),bubuk semen hasil pemanasan(clinker ),dan
3.Bahan lain seperti minyak goreng,bahan kemasan pelindung muatan ( dunnage ),bahan
pengemasan dan pelapis ,kertas,kain,kaca,logam,botol,ceramik,dan sampah sejenis.
Pembuangan sampah selain dari yg disebut pada C.3 ,di ijinka apabila memenuhi ketentuan
sbb
1.Dari fasilitas pengeboran lepas pantai atau anjungan lepas pantai yang berlokasi lebih
dari
12 Mil dari daratan terdekat. Untuk kapal pada saat diposisi sejarak 500 meter dari
fasilitas pengeboran lepas pantai atau anjungan lepas pantai dilarang membuang semua
jenis sampah pada jarak kurang dari 3 Mil dari daratan terdekat kecuali sampah yang
dibuang telah dihaluskan dan digiling terlebih dahulu.
2.Sampah dilarang dibuang kelaut pada jarak kurang dari 3 Mil dari daratan terdekat,
kecuali setelah terlebih dahulu dihaluskan atau digiling.
3.Sampah yang tidak dihaluskan dan digiling dilarang dibuang kelaut pada jarak kurang dari
12 Mil dari daratan terdekat.
4.Sisa sisa muatan yang terisi dan tidak terkandung dalam air cucian dilarang dibuang
kelaut
pada jarak kurang dari 12 Mil dari daratan terdekat.
5.Bahan pembersih dan zat additive yang terkandung dalam air cucian ruang muatan diper-
bolehkan untuk dibuang kelaut.
6.Bahan pembersih dan zat additive digeladak kapal dan air cucian dipermukaan luar
geladak kapal diperbolehkan untuk dibuang kelaut.
7.Bangkai hewan yang telah dihancurkan atau dipastikan akan segera dapat tenggelam.

D.Persyaratan sistem pencegahan pencemaran udara,pada umumnya sama dengan sistem


pencemaran udara sesuai Marpol 73/78,yang akan dijelaskan pada pertemuan berikut.

Persyaratan untuk kapal sebagai mana disebut pada huruf B BUTIR ( 7 ).


1.Dilarang melakukan pembuangan minyak kotor diperairan.
2.Memiliki wadah penampung untuk minyak kotor.
3.Memiliki bahan penyerap sederhana untuk minyak kotor.
4.Memiliki tanki penampung untuk kotoran ( Sewage ).
5.Kapal yang tidak mungkin dilengkapi persyaratan sebagaimana diatas,dilarang melakukan
pembuangan kotoran sewage dari kapal keperairan.
6.Memiliki tempat penampungan sampah.
7.Pembatasan penggunaan bahan perusak lapisan Ozon ( Ozon Depleting Substances/ODS )
yang terdapat didalam sistem pendingin dan pemadam kebakaran ( Haloon dan Freon )
8.Pembatasan kandungan sulfur pada bahan bakar maksimal 0,5 %,
9.Kulitas minyak bahan bakar.
10.Dilarang melakukan pembakaran sampah dan minyak kotor diatas kapal.

E.Pengecualian untuk batasan NOx dan SOx.pada mesin Diesel,


1. Untuk mesin diesel Darurat.
2.Peralatan mesin untuk situasi darurat
3.Mesin diesel yang digunakan untuk mesin sekoci penolong yang penggunaannya hanya
dalam
dalam keadaan darurat.
4.Mesin Diesel yang digunakan khusus untuk ekplorasi dan ekploitasi sumberdaya mineral
didasar laut.

Kualitas bahan bakar minyak dikontrol antara lain dengan cara,


1.mengambil contoh minyak yang diterima kapal,ukuran 750 ml /botol contoh,
2 Menerima Bunker Delivery Receipt dari si pensupply minyak yang berisi Bunker Delivery
Note.
3.Minyak contoh dan Bunker Delivery Receipt harus disimpan dikapal selama 3x bunker dari
bunker terahir.

F.Condition Assesment Scheme ( CAS ).


Adalah penilaian kondisi kapal terutama ditujukan pada bagian konstruksi yang terkait kepada
kekuatan kapal yang dilakukan pada saat kapal melaksanakan pengeringan atau dry dock yang
meliputi
1.Ukuran ketebalan plat konstruksi sesuai dengan hasil pengukuran ketebalan plat kapal
( Ultrasonic Thickness ).
2.Batas maksimum lengkungan ( deformasi ) konstruksi.
3.Kekedapan pekerjaan las.
4 Penggunaan bahan dan/atau peralatan pencegahan/penghambat laju korosi dan,
5.Perhitungan kekuatan memanjang.

Diterapkan kepada:
Kapal tanki minyak yang beroperasi dengan konstruksi Dasar Tunggal ( Single Bottom )
dan/atau Konstruksi lambung tunggal ( Single Hull ) yang mengangkut muatan minyak curah
dengan bobot mati DWT 600 Ton atau lebih yang berumur 20 tahun atau lebih sejak tahun
penyerahan kapal wajib melaksanakan penilaian kondisi kapal ( Condition Assesment
Scheme )
CAS dilakukan pada saat dok besar/Renewal Certificate dan beroperasi tidak lebih dari tanggal
1 Juli 2026.

Negara pelabuhan yang sudah meratifikasi Marpol 73/78 juga harus menerapkan ketentuan itu
kepada kapal yang berbendera negara yang belum meratifikasi Marpol 73/78,untuk meyakinkan
bahwa tidak ada keringanan dari setiap peraturan ketentuan Marpol terhadap kapal dari negara
bendera yang belum meratifikasinya.
--------------------------------------------------$$$$$$$$$$$$$$$$--------------------------------------------------

Tugas Kelompok klas.


-----------------------------
1. Sebutkan Peraturan Menteri No.29 Tahun 2016 Tentang Pencemaran oleh Kapal akan
diterapkan kepada kapal apa saja.
Diterapkan kepada kapal berbendera Indonesia yang tidak disyaratkan
menggunakan aturan Internasional.

2. Sebutkan Aturan Marpol 73/78 Yang Mengatur Tentang Pencemaran Laut oleh Kapal
akan diterapkan kepada kapal apa saja.
Diterapkan kepada kapal tangki ukuran 150 GT atau lebih dan kapal selain dari
kapal tangki dengan ukuran 400 GT atau lebih.

3. Sebutkan hal hal apa saja yang diatur oleh kedua ketentuan diatas
1.Pengaturan Pencemaran oleh Minyak
2.Pengaturan Pencemaran oleh muatan cairan kimia berbaya.
3.Pengaturan Pencemaran oleh muatan kimia yang sudah di packing.
4.Pengaturan Pencemaran oleh kotoran manusia dan kotoran lainnya.
5.Pengaturan Pencemaran oleh Sampah.
6.Pengaturan Pencemaran oleh Gas Buang Kapal.

.
4. Sebutkan ukuran tangki kotoran minyak ( Sludge Tank ) pada kapal Indonesia yang
hanya berlayar diperairan Indonesia saja
Kapasitas tidak kurang dari : V= o,15 x C. (V= Kapasitas Tanki Sludge Minimum
dlm M3 ; C= Pemakaian BBM kapal/hari dlm satuan Ton)

5. Sebutkan kapasitas Oil Water Separator ( OWS ) untuk kapal yang diatur dalam
Peraturan Menteri No 29 Tahun 2016 itu.
Kapasitas OWS yang disyaratkan adalah,
a. 0,10 M3/jam untuk kapal dengan daya penggerak kurang dari 500 HP.
b. 0,25 M3/jam untuk kapal dengan daya penggerak lebih dari 500 HP.

6. Keluaran cairan bercampur minyak dari OWS kadarnya tidak boleh melebihi 15 ppm.
Jelaskan apa pengertian dari 15 ppm tersebut.
Minyak yang terkandung dalam cairan jumlahnya tidak lebih dari 15 dari 1 juta
bagian

7. Jelaskan apa Sopep dan Smpep itu dan jelaskan fungsi dari Sopep dan Smpep itu
SOPEP = Ship Oil Pollution Emergency Plan, merupakan rencana darurat
pencemaran minyak di laut dan sesuai MARPOL 73/78 persyaratan di bawah
Annex I
SMPEP = Shipboard Marine Pollution Emergency Plan, merupakan rencana
darurat pencemaran zat beracun di laut dan sesuai MARPOL 73/78 persyaratan di
bawah Annex II

8. Jelaskan secara umum apa Oil Record Book,dan sebutkan fungsi penggunaan ORB
bag.1 dan fungsi penggunaan ORB bag 2.
Oil Record Book adalah sebuah buku berwarna merah yang berada di kamar
mesin dan diisi setiap ada kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan minyak di
kapal
ORB Bagian 1 harus diselesaikan pada setiap kesempatan, berdasarkan isi tangki-
tangki setiap kali dilakukan hal-hal seperti : ballasting atau pembersihan tangki
bahan bakar, pembuangan balas kotor, pengumpulan dan pembuangan residu
minyak, dan bunker bahan bakar atau oli pelumas besar.
ORB Bagian 2 adalah catatan yang berkaitan dengan operasi tolak bara / muatan.
Berlaku bagi kapal tanker ukuran 150 GT atau lebih. Kegiatan yang harus dicatat
adalah : pencucian tangki muatan, pembuangan tolak bara kecuali dari SBT,
pembuangan air dari tangki Slop, Pembuangan residu/endapan dari tangki, dan
pembuangan resdiu yang tidak memenuhi persyaratan pada saat kondisi darurat.

9. Pada saat kapal melaksanakan Bunker BBM disyaratkan agar kapal mendapatkan
Contoh BBM yang diterima dikapal dan Bunker Delivery Receipt.
Jelaskan apa kegunaan dari masing masing hal yang disebut diatas.
 Kegunaan dari contoh BBM adalah sampel yang harus merepresentasi bunker kapal
yang dikirim dari setiap “grade of Marine Fuels”. Setidaknya 2(dua) sampel
merepresentasikan bunker yang dikirim ke kapal (satu sampel harus diberikan
kepada pemilik kapal atau perwakilannya dan satu sampel lagi untuk tujuan
kepatuhan terhadap MARPOL di kapal).

Kegunaan dari Bunker Delivery Receipt adalah sebagai bukti bahwa kapal telah
menerima bunker dari penyuplai sesuai dengan kesepakatan BDR “Bunker Delivery
Receipt digunakan sebagai sarana untuk mendokumentasikan jumlah bunker yang
disisikan ke kapal dari pemasok bunker ke pelanggan bunker (dalam hal ini adalah
pemilik kapal) dan memberikan bukti penerimaan produk bungker tertentu.
10. Sebutkan bagaimana kewajiban sebuah kapal yang ukurannya dibawah persyaratan
Marpol namun akan berlayar kepelabuhan negara yang sdh meratifikasi Marpol .
Negara pelabuhan yang sudah meratifikasi Marpol 73/78 juga harus menerapkan
ketentuan itu kepada kapal yang berbendera negara yang belum meratifikasi
Marpol 73/78,untuk meyakinkan bahwa tidak ada keringanan dari setiap peraturan
ketentuan Marpol terhadap kapal dari negara bendera yang belum meratifikasinya.

______________________Selamat belajar dan mengerjakan Tugas________________

Anda mungkin juga menyukai