Anda di halaman 1dari 50

BADAN RISET DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA

MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN

POLITEKNIK KELAUTAN DAN


PERIKANAN BONE

DIKTAT
PELAYARAN DATAR
TINGKAT/SEMESTER
II/III

DISUSUN :
Arham Rumpa, S.St.Pi.,M.Si

PROGRAM STUDI
PERIKANAN TANGKAP
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Diktat ini disusun dalam rangka mendukung kegiatan belajar mengajar mata kuliah
Perencanaan Pelayaran pada Program Studi Perikanan Tangkap di Politeknik Kelautan dan
Perikanan berdasarkan Silabus Poltek 2015.

Penulis telah berusaha menyusun Diktat Perencanaan Pelayaran, berdasarkan silabus dengan
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah sehingga Taruna mampu memahami dan mampu
membuat rencana alur pelayaran yang efektip dan efisien dengan benar, baik dengan kinerja
individu maupun secara berkelompok dalam kerjasama tim, dengan 4 Capaian Pembelajaran
Mata kuliah yang harus dikuasai oleh Taruna yang terdiri dari :

- Penentuan Tempat di bumi


- Haluan dan Laju Kapal
- Perhitungan haluan dan jauh
- Navigasi Pantai
- Menentukan deviasi oleh benda-benda bumiawi

Materi tersebut di atas, diperlukan untuk memenuhi standar kompetensi keahlian pelaut kapal
penangkap ikan tingkat I, sebagaimana ketentuan dalam STCW-F 1985 dan Keputusan
Menteri Perhubungan . No. 9 tahun 2005. Adapun di dalam penyusunannya, ruang lingkup
dan keluwesan materi disesuaikan dengan kemampuan berpikir Taruna Politeknik Kelautan
dan Perikanan Bone.

Selain itu, buku ini dapat juga digunakan sebagai bahan ajar pada kegiatan pendidikan dan
pelatihan guna persiapan mengikuti ujian Ahli Nautika Perikanan Laut Tingkat I.
Dengan penjelasan yang singkat dan operasional serta dilengkapi dengan gambar proses
kegiatan diharapkan pelajaran dalam buku ini mudah dipahami dan dipraktekkan di lapangan.

Namun demikian, kami menyadari bahwa di dalam penyusunan masih terdapat berbagai
kekurangan, untuk itu diharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan buku diktat ini.

Bone, Pebruari 2019

Penulis,

Arham Rumpa – Perencanaan Pelayaran Page ii


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….............. i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….. ii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………….. iii

1. Penentuan Tempat di bumi................................................................................ 1


2. Haluan dan Laju Kapal...................................................................................... 9
3. Perhitungan haluan dan jauh.............................................................................
15
4. Navigasi Pantai ................................................................................................
30
5. Menentukan deviasi oleh benda-benda bumiawi ............................................. 30

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………….


44

Arham Rumpa – Perencanaan Pelayaran


ii
Page ii
BAB I

PENENTUAN TEMPAT DI BUMI

1. Maksud dan tujuan Ilmu Pelayaran.


1) Menentukan tempat, di mana kapal berada di bumi;
2) Mencari jalan mana kapal dapat tiba di tempat tujuan dengan aman.

2. Bentuk bumi; putaran poros; kutub-kutub.


Bentuk :
Bumi berbentuk mirip sebuah bola. Bukti-bukti antara lain sebagai berikut :
1) Jika sebuah kapal nampak mendatang, maka kita melihat pertama kali bagian-
bagian kapal yang paling atas, kemudian baru lambungnya.
2) Dari bumi kita dapat melihat sebagian dari padanya. Batas yang berbentuk
lingkaran dari bagian tsb. Disebut tepi langit. Semakin tinggi kita naik, semakin
luas kita dapat melihat bumi.
3) Peta-peta laut dibuat dengan anggapan bahwa bumi berbentuk bola. Segala
perhitungan didasarkan juga atas anggapan yang sama. Dengan pertolongan peta-
peta dan perhitungan-perhitungan tersebut hasilnya ternyata cocok dan benar.
Bola besar ini berputar setiap hari satu kali mengelilingi sebuah garis.
Poros bumi = garis keliling mana bumi perputar.
Kutub-kutub = titik-tik potong dari poros bumi dengan permukaan bumi. (Kutub Utara
dan Kutub Selatan.

3. Lingkaran-lingkaran di bumi; derajat; menit.


Di bumi kita dapat melukis dua jenis lingkaran, yaitu lingkaran besar dan lingkaran
kecil
Lingkaran besar = lingkaran yang membagi luas bumi dalam dua bagian yang sama.(
titik pusatnya selalu berimpit dengan titik pusat bumi).
Lingkaran kecil = lingkaran yang membagi luas bumi dalam dua bagian yang tidak
sama besarnya.
Semua lingkaran besar adalah sama besarnya; tetapi semua lingkaran kecil tidak
sama besarnya.

Halaman ke 1 dari 46
KU

E KU

Q
a
b
a
KS

Lingkaran itu biasanya dibagi dalam busur-busur yang lebih kecil dan sama besarnya.
Derajat = satu derajat (1 0 ) adalah 1 / 360 bagian dari lingkaran.
Menit = satu menit ( 1 „ ) adalah 1 / 60 bagian dari satu derajat.

3600 /
0000
0450
3150

2700 0900

2250 1350

1800

Katulistiwa (Equator) = lingkaran besar di bumi yang titik-tiknya terletak sama jauhnya
terhadap kutub Utara dan kutub Selatan. (bidang katulistiwa terletak
tegaklurus pada poros bumi).
Setengah bulatan = kedua setengah bagian permukaan bumi yang terbagi oleh
katulistiwa. (setengah bulatan bumi Utara dan setengah bulatan bumi
selatan).

Derajah (Meridian) = lingkaran besar di bumi yang berjalan dari kutub ke kutub.

Derajah Nol = derajah yang melalui Greenwich- (bagian kota London)


Disebut juga derajah Pertama.

Jajar (Paralel) = lingkaran kecil di bumi yang berjalan sejajar dengan katulistiwa

Halaman ke 2 dari 46
Apabila kita ingin menentukan letak suatau titik di bumi, maka kita tarik derajahnya
dan jajarnya melalui titik tersebut. Dengan demikian maka letak tempat tersebut dapat
ditunjukkan dengan lintangnya dan bujurnya.

KU

A
Gr.

E Q

O B

KS

Halaman ke 3 dari 46
Poros Bumi

Kutub Utara

Pusat Bumi

Lingkaran kecil

Derajah = Meridian

katulistiwa = lintang 00
Jajar

Lingkaran Besar

Kutub Selatan

Poros Bumi

4. Lintang suatu tempat di bumi.


Lintang = busur derajah yang melalui tempat tertentu, dihitung mulai dari katulistiwa
sampai jajarr tempat tersebut ( busur BA)

Tiap titik di katulistiwa mempunyai lintang = 00.


Kutub-kutub mempunyai lintang = 900

Kita mengenal pembedaan lintang Utara dan lintang Selatan (masing-masing dari 00 
900).
Semua titik pada suatu jajar mempunyai lintang yang sama, sebab semua titik tsb.
Terletak sama jauhnya dari katulistiwa.
Karena semua titik pada suatujajar mempunyai lintang yang sama, maka lintang suatu
titik di bumi dapat kit abaca pada tiap derajah yang lain, misalnya pada derajah nol.

Halaman ke 4 dari 46
Pengukuran ini harus selalu dimulai pada katulistiwa dan berakhir pada jajar tempat
tersebut.
Pada suatu derajah kita dapat juga mengukur perbedaah lintang dari dua tempat
tertentu.

Perbedaan lintang atau ∆ li = busur derajah, dihitung dari jajar titik yang satu sampai
jajar titik yang lain. Perbedaan lintang disebut juga perubahan lintang.

Lintang senama dan tidak senama :


Jika dua titik di bumi keduanya terletak di setengah bulatan Utara ataupun
keduanya terletak di setengah bulatan Selatan, maka lintangnya disebut senama.

Jika titik yang satu terletak di setengah bulatan Utara dan yang lain di setengah
bulatan Selatan, maka lintangnya disebut tidak senama.

Jika dua tempat di bumi mempunyai lintang yang senama, perbedaan lintangnya ( ∆ li )
kita peroleh dengan mengurangkan kedua lintangnya satu sama lain.
Jika mempunyai lintang yang tidak senama, maka untuk memperoleh ∆ li kita harus
menambahkan kedua lintangnya.

Contoh :

l 1 (A) = 030 15‟ U l 1 (A) = 030 15‟ U


0
l 2 (B) = 06 30‟ U l 2 (B) = 060 30‟ S
(-) (+)

∆ li = 030 15‟ ∆ li = 090 45‟

KU KU

delta li
l2
A C
l1
Q E l1 Q
E delta li
l2
D

KS KS

gambar ; 3

Halaman ke 5 dari 46
5. Bujur suatu tempat di bumi.
Bujur = busur terkecil pada katulistiwa, dihitung mulai dari derajah nol sampai derajah
yang melalui tempat itu

Dalam gambar; 2, OB adalah bujur tempat itu.


Semua titik pada derajah nol mempunyai bujur = 00.

Bujur Timur dan Bujur Barat.


Jika kita berdiri di titik potong dari katulistiwa dan derajah nol dengan
menghadap ke Utara, maka tempat-tempat di sebelah tangan kanan mempunyai
bujur Timur dan di sebelah tangan kiri mempunyai bujur Barat.

Semua titik pada derajah yang sama mempunyai bujur yang sama.
Tempat-tempat pada bujur 1800 T = bujur 1800 B.
Pada katulistiwa kita dapat juga mengukur perbedaan bujur dari dua tempat tertentu.

Perbedaan bujur atau ∆ Bu = busur terkecil pada katulistiwa, dihitung dari derajah titik
yang satu sampai derajah titik yang lain.
Perbedaan bujur disebut juga perubahan bujur.

Bujur senama dan bujur tidak senama :


1) Jika bujur kedua tempat adalah senama, perbedaan bujurnya ( ∆ Bu ), kita
peroleh dengan mengurangkan kedua bujurnya satu sama lain.

2) Jika bujurnya tidak senama di dekat derajah nol, maka untuk memperoleh ∆
Bu kita harus menambahkan keduabujurnya.

3) Jika bujurnya tidak senama di dekat bujur 1800 maka ∆ Bu-nya dapat
ditentukan dengan dua cara :

a. Jumlahkan kedua bujur tersebut dan kurangkan hasilnya dari 3600;


b. Kurangkan tiap bujur dari 1800, dan jumlahkan kedua hasilnya.

Contoh :

Halaman ke 6 dari 46
1).
KU

A
0 Gr.
Bu1 (A) = 057 30‟ T
Bu2 (B) = 0720 10‟ T B
(-) E Q
0
∆ Bu = 15 20‟ delta Bu
O

KS

2)

KU

A
Gr.

E B Q
delta Bu

Bu1 (A) = 070 40‟ T


Bu2 (B) = 020 10‟ B
(+)
0
∆ Bu= 9 50‟
KS

3).

Halaman ke 7 dari 46
KU

Bu1 (A) = 1770 40‟ T


Bu2 (B) = 1780 50‟ B
A
∆ Bu = 30 30‟ B
E Q
delta Bu

1800

KS

Pada contoh terakhir (c) kita hitung sbb :

Cara a) : 1770 40‟ + 1780 50‟ = 3560 30‟ ;


3600 - 3560 30‟ = 30 30‟

cara b) : 1800 – 1770 40‟ = 20 20‟


1800 – 1780 50‟ = 10 10‟
20 20‟ + 10 10‟ = 30 30‟

Pada penunjukan lintang dan bujur harus selalu diingat bahwa : Lintang dan
perbedaan lintang (∆ li ) dapat dibaca pada setiap derajah.
Tetapi bujur dan perbedaan bujur (∆ Bu ) dapat dibaca hanya pada katulistiwa
saja.

6. Jajar-jajar istimewa; daerah; iklim.


Beberapa jajar istimewa adalah sebagai berikut :

1) Lingkaran Balik Mengkara, ialah jajar pada 23,50 U.


2) Lingkaran Balik Jadayat, ialah jajar pada 23,50 S
3) Lingkaran Kuutub Utara, ialah jajar pada 66,50 U
4) Lingkaran Kutub Selatan, ialah jajar pada 66,50 S

(lihat gambar; 5)

Halaman ke 8 dari 46
Kutub Utara

Lingkaran Kutub Utara = Jajar 66,50 U


I

0
Lingkaran Balik Mengkara = Jajar 23,5 U
II

katulistiwa = lintang 00

III
Lingkaran Balik Jadayat = Jajar 23,50 S

II
Lingkaran Kutub Selatan = Jajar 66,50 S

Kutub Selatan

Lingkaran-lingkaran jajar tersebut membagi permukaan bumi menjadi 5 bagian yang


disebut daerah iklim.

I. Daerah iklim dingin : terletak pada tiap setengah bulatan bumi, pada sisi kutub dari
lingkaran kutub.
II. Daerah iklim sedang : terletak pada tiap setengah bulatan, (daerah iklim sub tropik)
antara lingkaran balik dan lingkaran kutub.
III. Daerah iklim panas (daerah iklim tropik) : terletak antara kedua lingkaran balik.

7. Pertanyaan Umum.
1) Apakah maksud dan tujuan dari Ilmu Pelayaran ?
2) Bagaimanakah bentuk bumi sebenarnya ? berikan beberapa buktinya.
3) Apakah yang dimaksud dengan tepi langit ?
4) Bagimanakah bumi itu berputar ?
5) Apakah poros bumi dan kutub-kutub itu ?
6) Apakah lingkaran besar dan lingkaran kecil di bumi itu ?
7) Apakah suatau derajat dan menit itu ?
8) Apakah katulistiwa (Equator ) itu ?

Halaman ke 9 dari 46
9) Apakah setengah bulatan itu dan bagaimanakah ini dapat dibedakan ?
10) Apakah derajah dan jajar itu ? apakah derajah nol itu ?
11) Di manakah letak-letak jajar terbesar dan di mana yang terkecil ?
12) Apakah lintang suatu tempat di bumi ? bagaimanakah ini dapat dibedakan ?
13) Berapakah lintang dari katulistiwa, kutub Utara, dan kutub Selatan ?
14) Di manakah letak semua tempat yang lintangnya sama ?
15) Apakah perbedaan lintang antara dua tempat ?
16) Apakah arti dari lintang yang senama dan lintang yang tidak senama ?
17) Bagaimanakah kita menghitung perbedaan lintang (∆ li ) antara dua tempat di
bumi ?
18) Apakah bujur suatu tempat di bumi ? Bagaimanakah ini dapat dibedakan ?
19) Dimanakah letak semua tempat dengan bujur yang sama ?
20) Apakah perbedaan bujur antara dua tempat ?
21) Apakah arti dari bujur yang senama dan bujur yang tidak senama ?
22) Bagaimanakh kita menghitung perbedaan bujur (∆ Bu ) antara dua tempat di
bumi ?
23) Berapakah besarnya lintang / bujur titik potong dari derajah nol dan katulistiwa ?
24) Jajar-jajar istimewa manakah yang kita kenal ? Di manakah letaknya masing-
masing ?
25) Apakah daerah-daerah iklim itu ? Sebutkan namanya dan dimana letaknya ?
=000=

Halaman ke 10 dari 46
BAB II
HALUAN DAN LAJU KAPAL

 Pembagian mawar pedoman; derajat-derajat; surat-surat.


Mawar-mawar dari semua pedoman tidak dibagi menurut cara yang sama :
1. Notasi Kuadran :
Kadang-kadang dalam derajat dari N dan S sampai E dan W, jadi selalu dari 0 0
sampai 900;
2. Notasi 3 bilangan :
Sekarang kebanyakan dalam derajat dari N melalui E sampai N, ialah 00 sampai
3600.
3. Notasi Mata Angin :
Di samping itu kita dapati suatu pembagian dalam surat-surat.

Dalam hal ini 3600 = 32 surat, jadi 1 surat = 11¼0.

Pertama kita dapati 4 surat induk.


Surat-surat induk = Utara, Selatan, Timur, dan Barat. Secara internasional disingkat N,
S, E, dan W.
Surat-surat antara = semua surat lainnya disebut surat antara.
Yang terpenting di antaranya adalah surat-surat antara induk.
Surat-surat antara induk = NE, SE, SW, dan NW.
Surat-surat antara lain = NNE, ENE, ESE, SSE, SSW, WSW, WNW dan NNW (lihat
gambar 6)
Akhirnya masih terdapat 16 surat, yang kesemuanya disebut dengan kata “by” menurut
surat induk dan surat antara induk di dekatnya.
Demikian kita dapati :
N by E dan N by W di dekat N;
NE by N dan NE by E di dekat NE;
E by N dan E by S di dekat E, dsbnya.

Halaman ke 11 dari 46
N

NE
NW

W E

SE
SW

Gambar 6:
Surat-surat tersebut terbagi lagi dalam setengah dan seperempat bagian.
Penyebutan arah-arah ini (dalam surat penuh – atau bagian surat) adalah selaras yang
ditunjukkan oleh panah-panah dalam gambar.

Halaman ke 12 dari 46
Contoh-contoh penyebutan arah :

S 450 T = 1350 = Tenggara ( M )


U 22½0 B = 337½0 = Utara-Barat-Laut ( UBL ).

 VARIASI; PETA LAUT; ISOGON; AGON.

Garis U – S sejati di suatu tempat tertentu di bumi adalah sebagian dari derajah di
tempat itu.

Arah Utara sejati = ujung garis U – S sejati yang mengarah ke sisi kutub Utara.

Apabila kita menaruh sebuah pedoman (kompas) di suatu tempat di bumi, maka titik
Utara mawar pedoman tersebut tidak tepat menunjuk ke arah Us.
Ini disebabkan oleh pengaruh magnetisme bumi.

Garis U – S magnet pada suatu tempat di bumi adalah garis kea rah mana jarum
pedoman itu menunjuk, hanya karena pengaruh magnetisme bumi saja.

Arah Utara Magnet (Um) = sisi ke arah mana kutub Utara dari jarum
magnet itu menunjuk.
Jadi pada umumnya arah Us dan arah Um itu membentuk suatu sudut. Besarnya sudut
ini tergantung dari letaknya di bumi.

Variasi = sudut antara arah Us dan arah Um, hanya karena pengaruh magnetisme
bumi saja.
Variasi disebut Timur (+), jika Um terletak di sebelah Timur dari Us.
Variasi disebut Barat (-), jika Um terletak di sebelah Barat dari Us.
Jadi variasi selalu kita hitung dari Us ke Um.
(lihat gambar : 7)

Halaman ke 13 dari 46
Us Um Um Us

Var Timur (+)

Var. Barat (-)


A
Us B
Um

E Q

Sm
Ss

Gambar 7

Nilai variasi dapat dicari di dalam peta laut pada lukisan mawar pedoman.
Juga di dalam peta variasi dan Buku Kepanduan Bahari.

Isogon = garis di peta laut yang berjalan melalui tempat-tempat yang sama variasinya.

Agon = garis di peta laut yang berjalan melalui tempat-tempat dengan variasi = nol.

Ternyata bahwa di suatu tempat tertentu variasi itu berubah. Perubahan ini juga
tercantum di peta laut pada lukisan mawar pedoman. Selain dari itu disebutkan juga
untuk tahun mana nilai variasi itu berlaku (penambahan atau pengurangan tiap tahun).

Halaman ke 14 dari 46
 Deviasi (salah pedoman); Daftar Kemudi.
Oleh pengaruh besi kapal, pedoman di kapal mengalami penyimpangan lagi. Hal ini
disebabkan karena besi menarik jarum pedoman seperti juga sebuah magnet menarik
besi. Akibatnya jarum pedoman mempunyai kedudukan yang berbeda dengan Um.

Garis U – S pedoman = garis dalam kedudukan mana jarum pedoman di kapal itu
terletak, oleh pengaruh magnetisme bumi bersama magnetisme
kapal.
Arah Utara pedoman (Up) = sisi kea rah mana kutub Utara dari jarum pedoman itu
menunjuk.

Jadi pada umumnya arah Utara Up dan arah Um membentuk pula suatu sudut yang
besarnya berlain-lainan.

Deviasi = sudut antara arah Um dan arah Up, sebagai akibat dari pengaruh magnetisme
kapal.

Deviasi disebut Timur (+), jika Up terletak di sebelah Timur dari Um;
Deviasi disebut Barat (-), jika Up terletak di sebelah Barat dari Um;

Jadi deviasi kita hitung dari Um ke Up (lihat gambar ; 8)


Nilai deviasi di kapal tergantung dari haluan yang sedang dikemudikan. Maka dari itu
kita dapati dalam sebuah tabel (daftar) dalam mana tercatat semua haluan dengan
deviasi-deviasi yang terkait.

Daftar Kemudi = daftar dalam mana tertulis nilai deviasi untuk semua haluan.

Um Up Up Um

Dev. Timur (+)

Dev. Barat ( - )
A
B

Gambar ; 8

Halaman ke 15 dari 46
 Sembir (Salah tunjuk).
Jika kita perbandingkan sekaligus arah Us dan arah Up, maka kita melihat bahwa
inipun tidak berimpit satu sama lain.

Sembir (salah tunjuk) = sudut antara arah Us dan arah Up.

Penyebabnya adalah pengaruh dari magnetisme kapal bersama-sama. Jadi sembir


diperoleh dengan memperhitungkan bersama-sama nilai variasi dan deviasi dari
pedoman.
Ini dinyatakan sebagai berikut :
Sembir pedoman adalah jumlah aljabar dari variasi dan deviasi pedoman.

Sembir disebut Timur (+), jika Up terletak di sebelah Timur dari Us.
Sembir disebut Barat (-), jika Up terletak di sebelah Barat dari Us.
Jadi sembir kita hitung dari Us ke Up. (lihat gambar ; 9)

Utara S Utara
M Up Um Us
Utara P

Sembir Timur (+)


Sembir Barat ( - )
Dev Var
var
Dev
A
B

Gambar; 9

Contoh secara aljabar : (halaman 15)

Var = + 50 - 50 + 50 - 50
Dev = + 30 - 30 - 30 + 20
------------ (+) -------------(+) -----------( + ) -------------(+)
semb = + 80 - 80 - 20 - 30

Halaman ke 16 dari 46
Up Um Us Us Up Um Um Up Us

Us Um Up

 Garis haluan; haluan.

Garis haluan = garis lurus di peta laut yang ditempuh oleh kapal (loksodrom).

Haluan = sudut antara garis haluan dan salahsatu dari ketiga arah Utara.

Jadi dalam keadaan tertentu hanya terdapat satu garis haluan, karena kapal hanya dapat
berlayar ke satu arah saja. Namun pada hakekatnya kita dapati tiga macam haluan,
karena adanya tiga arah tersebut :

Haluan Sejati (Hs) = sudut antara garis haluan dan arah Utara sejati.
Haluan magnet (Hm) = sudut antara garis haluan dan arah Utara magnet.
Haluan pedoman (Hp) = sudut antara garis haluan dan arah Utara pedoman.

Pada umumnya ketiga haluan tersebut adalah berbeda; ini adalah akibat dari adanya
variasi, deviasi dan sembir (lihat gambar ; 10)

Halaman ke 17 dari 46
S M P
Us Um Up

Halu
an K
apa
l
Perumusan :

Hs = Hm + var
= Hp + var + dev
= Hp + semb
Hm = Hp + dev

Us Um Up

Halu
an K
a pal

Gambar; 10

Halaman ke 18 dari 46
 Menjabarkan haluan-haluan; lukisan pedoman.
Ketiga haluan tersebut tidak terlepas satu sama lain, artinya dari haluan yang satu dapat
kita cari kedua haluan yang lainnya.

Menjabarkan haluan-haluan = menghitung dari haluan yang satu menjadi haluan yang
lain.

Ini dapat dikerjakan dengan pertolongan lukisan pedoman atau secara aljabar biasa.
Penjabaran tersebut dapat dibedakan sebagai berikut :
a) Dari Hp menjadi Hm
Dari Hm menjadi Hs
Dari Hp menjadi Hs
Hp + dev  Hm + var  Hs

Skema : Hp = ……………………
Dev = + / - ………………
---------------------------- ( + )
Hm = ……………………
Var = + / - ………………
--------------------------- ( + )
jadi Hs = …………………….
===============

b) Dari Hs menjadi Hm
Dari Hm menjadi Hp
Dari Hs menjadi Hp
Hs - var  Hm - dev  Hp

Skema : Hs = ……………………
Var = + / - ………………
---------------------------- ( - )
Hm = ……………………
Dev = + / - ………………
--------------------------- ( - )
jadi Hp = …………………….
===============

 Rimban (drift).
Dalam beberapa hal kapal dihanyutkan oleh angin dan ombak terhadap permukaan air,
kea rah lain dari haluan yang dikemudikan menurut garis lunas.
Disini disebut bahwa kapal itu mempunyai rimban (lihat Gambar; 11 ).

Rimban = sudut antara air lunas dan garis lunas tepat di belakang.
Rimban disebut (+) , jika kapal dihanyutkan ke kanan, dan rimban disebut ke (-) jika
kapal dihanyutkan ke kiri; dijabarkan pada Hs dengan tandanya.

Halaman ke 19 dari 46
angin Hs Yg
dikemudikan
Hs yg
diperoleh

Gambar ; 11

Rimban itu dijabarkan sama seperti halnya dengan variasi, deviasi dan sembir.
Besarnya rimban harus ditaksir sendiri.

Haluan sejati yang diperoleh = haluan yang diperoleh setelah penjabaran sembir dan
rimban pada haluan pedoman.

Hs yang diperoleh = Hp + semb + rimban


= Hs yang dikemudikan + rimban

Janganlah dikacaukan rimban dengan arus.


Oleh rimban, kapal dihanyutkan terhadap permukaan air.
Oleh arus, kapal dengan seluruh masa air dihanyutkan dan terbawa terhadap dasar laut.

 Soal-soal :

a) Menjabarkan Hp menjadi Hs dan sebaliknya.

No Hp dev var
1. 0630 -50 -120
2. 0030 +40 -160 Hitunglah :
3. 1430 +50 -180 Hs dan Hm
4. 1870 +60 -200
5. 3500 +50 +160

Halaman ke 20 dari 46
No Hs Var Dev
1. 0760 +170 +30
2. 0170 -120 +50 Hitunglah :
3. 1210 -60 +40 Hp dan Hm
4. 2670 -90 +30
5. 2720 +100 -40

b) Menjabarkan Hp menjadi Hs yang diperoleh :

No Hp Dev Var Rimb


1. 0790 +60 -120 100 kr
2. 2390 +30 +200 80 kn
3. 1000 -50 -170 120 kn
4. 0700 +80 -160 100 kn Hitunglah :
5. 0930 -50 +200 80 kr Hs yang diperoleh
6. 2080 +40 +170 100 kn
7. 3460 -60 -100 9 0 kn
8. 1900 -80 +100 90 kr

 Pembagian haluan.
1. Haluan siku-siku = haluan menurut surat induk ( U – S, T – B)
2. Haluan Utara / Selatan = perpindahan sepanjang derajah; hanya mengalami
perubahan lintang.
3. Haluan Timur / Barat = perpindahan sepanjang jajar; hanya mengalami
perubahan bujur.
Di sini, jauh sepanjang jajar itu disebut simpang.
4. Haluan serong = haluan menurut surat antara.

 Mil laut; jauh; laju.

Satuan panjang di laut adalah mil laut.

Mil Laut = menit dari lingkaran besar pada bumi yang berbentuk bola.

Keliling bumi adalah 40.000.000 meter.


Jadi satu mil laut = 40.000.000
------------- m = 1.852 m.
360 x 60
Jauh = jarak yang ditempuh oleh kapal dalam waktu tertentu sepanjang permukaan
bumi, dinyatakan dalam mil-mil laut.

Halaman ke 21 dari 46
Laju = banyaknya mil laut yang ditempuh oleh kapal tiap jam.

 Jaga laut.
Di kapal satu piantan (24 jam) dibagi dalam 6 penjagaan yang masing-masing 4 jam
lamanya :

00 - 04 : Jaga Larut Malam


04 - 08 : Jaga Dini Hari
08 - 12 : Jaga Pagi Hari
12 - 16 : Jaga Siang Hari
16 - 20 : Jaga Sore Hari
20 - 24 : Jaga Malam Hari.

 Pertanyaan Umum.

1) Apakah surat-surat induk, surat-surat antara induk dan surat-surat antara itu ?
2) Apakah garis U-S sejati dan arah Utara sejati (Us) itu ?
3) Apakah garis U-S magnet dan arah Utara magnet (Um) itu ?
4) Apakah variasi itu dan apakah penyebabnya ?
5) Bagaimana sebutan /tanda untuk variasi ?
6) Di manakah nilai variasi itu diberikan ?
7) Apakah yang dimaksud dengan isogon dan agon ?
8) Tergantung dari apakah besarnya variasi ? terhadap hal manakah kita harus ingat
?
9) Apakah garis U-S pedoman dan arah Utara pedoman (Up) itu ?
10) Apakah deviasi itu dan apakah penyebabnya ?
11) Bagaimana sebutan / tanda untuk deviasi ?
12) Tergantung dari apakah besarnya deviasi ?
13) Apakah yang dimaksud dengan daftar kemudi ?
14) Apakah sembir dari pedoman itu ?
15) Apakah garis haluan dan haluan kapal itu ?
16) Mengapa selalu kita dapati tiga buah haluan ? Berikan definisinya masing-
masing.
17) Apakah yang dimaksud dengan menjabarkan haluan-haluan ?
Bagaimanakah membuat :
Dari Hm menjadi Hs ?
Dari Hp menjadi Hm ?
Dari Hp menjadi Hs ?
18) Bagaimanakah peraturan untuk menjabarkan haluan ?
19) Apakah rimban itu dan bagaimanakah kita menentukan tandanya ( + / -) ?
20) Apakah yang dimaksud dengan “haluan sejati yang diperoleh” ?
21) Apakah haluan siku-siku dan haluan serong itu ?
22) Apakah mil laut itu dan berapa panjangnya ?
23) Apakah jauh dan laju kapal itu ?
24) Sebutkan jaga-jaga laut dan waktunya.
-000-

Halaman ke 22 dari 46
BAB III

PERHITUNGAN HALUAN DAN JAUH

 Maksud dan tujuan perhitungan haluan dan jauh.


Perhitungan ini digunakan untuk memecahkan dua jenis persoalan, ialah :

Soal I : Diketahui : Tempat tolak, haluan dan jauh.


Hitunglah : tempat tiba.

Soal II : Diketahui : Tempat tolak dan tempat tiba.


Hitunglah : Haluan dan jauh.

Tempat tolak = tempat dari mana kapal berlayar (lintang / bujur tolak).

Tempat tiba = tempat di mana kapal tiba – atau ke mana kita ingin pergi. (lintang /
bujur tiba).

 Haluan Utara dan Selatan.


Di sini kapal selalu berlayar sepanjang derajah yang sama; jadi bujurnya tidak berubah.
Tetapi hanya berubah dalam lintangnya.
Pada haluan U dan S :

∆ Bu = nol dan ∆ li = jauh

(lihat gambar 12)

Halaman ke 23 dari 46
Ku

l1 B
delta li

l0
A

E Q

CA = lintang tolak ( l0 )
CB = lintang tiba ( l 1 )
Jadi AB = ∆ li , tetapi AB adalah juga jauh yang ditempuh.
Jika haluannya U / S, maka ∆ li nya juga U / S. artinya; ∆ li adalah senama dengan
haluannya.
Contoh-contoh :
Soal jenis – I

Diketahui : tempat tolak (A) = 120 20‟ U – 1010 15‟ T.


Haluan = Utara dan j = 158 mil.
Hitunglah : tempat tiba (B)

Jawab : tolak (A) = 120 20‟ U – 1010 15‟ T.


H = U j = 158‟  ∆ li= 2038‟ U; ∆ Bu = 00 00‟
----------------------------------------------
jadi tiba (B) = 14 0 58‟ U - 101 0 15‟ T

========================

Soal Jenis – II

Diketahui : tempat tolak (A) = 13 0 18‟ U - 103 0 17‟ T


Tiba (B) = 12 0 06‟ U - 103 0 17‟ T
--------------------------------------------
 ∆ li= 1 0 12‟ S ∆ Bu = 00 00‟

Halaman ke 24 dari 46
jadi H = Selatan dan J = 72 mil
======================

 Haluan Timur dan Barat, simpang dan ∆ Bu; Daftar II dan Daftar III.

Pada haluan T dan B kapal nerlayar mengikuti suatu jajar. Karena jajar itu berjalan
sejajar dengan katulistiwa, maka disini lintangnya tidak berubah.
Jadi pada haluan T dan B :

∆ li = nol

Ku

F simp G

A simp B

E Q
delta Bu
D
C

jika kapal berlayar sepanjang jajar dari A ke B, maka AB adalah jauhnya dan di sini
jauh disebut SIMPANG.

Simpang (pada haluan T- B) = jauh sepanjang jajar.


Diberikan senama dengan haluannya.

Busur katulistiwa CD antara derajah A dan B disebut ∆ Bu antara A dan B.


Bujur antara dua tempat pada suatu jajar adalah selalu lebih besar dari pada simpang
yang berkaitan. (∆ Bu > simp ).

Hanya pada katulistiwa, kita dapati :

Halaman ke 25 dari 46
∆ Bu = simp

untuk mencari nilai ∆ Bu digunakan Daftar II (Daftar Ilmu Pelayaran) dengan argument
lintang dan simpang.
Jika simpangnya adalah Timur, maka ∆ Bu-nya juga disebut Timur. Jadi ∆ Bu disebut
juga senama dengan haluannya.
Jika diketahui tempat tolak dan tempat tiba (yang terletak pada jajar yang sama), maka
kita dapat langsung menentukan ∆ Bu-nya; sehingga untuk menentukan jauhnya kita
harus menghitung simpangnya. Ini dikerjakan dengan menggunakan DAFTAR III.

 Haluan Serong; Daftar I.


Pada haluan serong, kapal tidak lagi berlayar mengikuti derajah ataupun jajar. Dalam
hal ini maka lintang dan bujurnya mengalami perubahan dan kita sebut sekarang; kapal
berlayar mengikutiloksodrom.

Loksodrom = garis lurus di peta laut yang membentuk sudut-sudut yang sama dengan
semua derajah.

a) Guna menentukan tempat tiba, dipakai Daftar I (atau Daftar Haluan dan Jauh) dan
Daftar II. Ingatlah selalu bahwa :
∆ li, simp dan ∆ Bu adalah selalu senama dengan haluannya.
Tentang besarnya nilai ∆ lid an sim dapat dicatat hal-hal sebagai berikut :
Jika :
H < 450 maka simp < ∆ li
H = 45 0 maka simp = ∆ li
H > 450 maka simp > ∆ li

Gambar

Halaman ke 26 dari 46
1) 2)
simp
simp

3)
simp
delta li j
j
delta li
delta li j
H H
H=450
H>450
H

H<450

b) Guna menentukan haluan dan jauh, dipakai Daftar I dan Daftar II (mencari
simpang).

Tangens haluan (tg H) = hasil bagi dari : simp dibagi ∆ li

Kita tuliskan : tg H = simp


--------
∆ li
di dalam Daftar I pada tiap haluan diberikan nilai tangens dari haluan tersebut. Jika
diketahui haluannya (H), maka dapat diketahui pula nilai tangensnya. Jika diketahui
nilai tg-nya, maka dapat diketahui pula haluannya dalam derajat penuh.
Ingatlah selalu bahwa disini :
Pada H harus diberikan sebutan senama dengan ∆ li-nya dan ∆ Bu-nya.
Maka haluan yang didapat adalah haluan sejati (Hs).

Selama H < 45 0  nilai tg H < 1 (satu)


Selama H > 450  nilai tg H > 1 (satu)
Jadi sebaliknya :
Jika tg H < 1 maka  H < 450
Jika tg H > 1 maka  H > 450.

 Merangkai haluan-haluan.

Merangkai haluan-haluan = menentukan letak kapal oleh penggabungan ∆ lid an simp


dari bebrapa haluan dan jauh.
= menjabarkan berbagai haluan dan jauh serta menghitung tempat tiba
duga.

Halaman ke 27 dari 46
Gambar

a
e

b
c
d

Tolak

a) Tempat duga (G) = letak kapal yang diperoleh dari perhitungan haluan dan jauh
(pedoman dan topdal);
b) Tempat sejati (S) = letak kapal yang diperoleh dari baringan dan / atau
pengamatan benda angkasa.
c) Peroleh duga = haluan dan jauh langsung dari tempat tolak ke tempat duga.
d) Peroleh sejati = haluan dan jauh langsung dari tempat tolak ke tempat sejati.
e) Salah duga = haluan dan jauh dari tempat duga (G) ke tempat sejati (S).

Ini disebabkan terutama oleh pengaruh :


 Arus; selanjutnya oleh :
 Rimban;
 Kesalahan variasi;
 Kesalahan deviasi;
 Kesalahan penunjukan topdal;
 Mengemudi kurang saksama.

 Menandingkan arus.

Menandingkan arus = memperhitungkan arah dan kekuatan arus.


Arah arus = arah KE MANA bagian-bagian air itu bergerak.
Arus Timur, artinya arus ke Timur.

Halaman ke 28 dari 46
Kekuatan arus = kecepatan dalam mil / tiap jam.

Haluan di atas arus = haluan yang harus dikemudikan karena pengaruh arus, untuk
mencapai tempat tujuan.
Jauh di atas arus = jauh yang harus ditempuh karena pengaruh arus, untuk mencapai
tempat tujuan.
Haluan yang dikemudikan ini disebut haluan di atas arus oleh karena haluan ini
terhadap perjalanan yang ditempuh terletak pada sisi atas dari arus, ialah sisi dari mana
arus itu datang.

Diketahui : tempat tolak (A); tempat tiba (B), arah / kekuatan arus dan laju kapal.
Diminta : haluan di atas arus (= haluan yang harus dikemudikan) dan banyaknya mil
yang harus ditempuh untuk mencapai B.
Jawab : (secara konstruksi di peta)

 Pertanyaan Umum.
1) Berapakah besarnya ∆ Bu pada haluan-haluan U dan S ? jelaskan hal ini.
2) Berpakah besarnya ∆ li pada haluan-hal;uan U dan S ? jelaskan hal ini.
3) Berapakah besarnya ∆ li pada haluan-haluan T dan B ? jelaskan hal ini.
4) Apakah yang dimaksud dengan simpang itu ?
5) Mengapa ∆ Bu dan simpang pada haluan-haluan T dan B, kerapkali berbeda ?
Yang manakah darikeduanya yang terbesar ?
6) Dapatkah ∆ Bu = simp ?
7) Bilamanakah kita menggunakan Daftar II dan bilamana Daftar III ?
8) Pada haluan serong manakah yang lebih besar; ∆ li atau simp ?
9) Apakah yang dimaksud dengan tangens haluan (tg H) ?
10) Apakah yang kita ketahui tentang haluannya, jika tg H < 1 dan bagimana jika tg H
> 1.
11) Apakah yang dimaksud dengan merangkai haluan-haluan ?
12) Apakah tempat duga dan perolehan duga itu ?
13) Apakah salah duga itu dan apakh yang menjadi penyebabnya ?
14) Apakah yang dimaksud dengan tempat sejati dan perolehan sejati itu ?
15) Apakah haluan di atas arus itu ?
16) Apakah jauh di atas arus itu ?
17) Apakah yang dimaksud dengan menandingkan arus ?

--000--

Halaman ke 29 dari 46
BAB IV

NAVIGASI PANTAI

DEFINISI

 TITIK BARINGAN; SINAR BARINGAN; BARINGAN.

Navigasi pantai = penentuan tempat dengan pertolongan benda-benda darat, yang


dicantumkan dalam peta.

Membaring = menentukan arah dalam mana kita dari kapal melihat suatu benda.
Titik baringan = benda yang dibaring.
Sinar baringan = lingkaran besar antara titik baringan dan titik pusat mawar pedoman.
Baringan = sudut antara sinar baringan dan salah satu utara (Us; Um; Up.)
Baringan pedoman = sudut antara sinar baringan dan arah utara pedoman
Baringan magnet = sudut antara sinar baringan dan arah utara magnet.
Baringan sejati = sudut antara sinar baringan dan arah utara sejati.

Deviasi selalu dicari dengan haluan pedoman yang dikemudikan pada saat membaring.
Bs = Bp + var + dev.

 LENGKUNGAN BARINGAN
= tempat kedudukan semua titik, dalam mana titik baringan yang sama itu memberikan
baringan sejati yang sama.
Lengkungan baringan ini memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
Ia berjalan melalui titik yang dibaring;
Di titik ini ia membuat sudut dengan derajah. Sudut mana adalah sama dengan baringan
sejati yang diperoleh.
Sisi cembungnya menghadap ke katulistiwa.

Gambar

Halaman ke 30 dari 46
Ku

T T

C
E A B Q

D
C

Garis baringan = garis lurus di peta laut, yang ditarik dari titik baringan, berlawanan
dengan baringan sejati;
Ia menyinggung lengkungan di titik baringan (garis singgung yang bersifat loksodrom).
Pada bar. U – S, maka :
Lengkungan baringan = sinar baringan = garis baringan;
Juga di katulistiwa; pada baringan T – B.
Sampai jarak 60 mil, garis baringan boleh menggantikan lengkungan baringan.
Jadi baringan suatu benda yang nampak, pada umumnya akan memberikan suatu garis
lurus di peta, dalam mana si penilik berada.

MENENTUKAN JARAK KE SUATU BENDA.


(tinggi benda di atas permukaan air telah diketahui).

 PEMBAGIAN
Tinggi benda yang diambil dari peta atau daftar suar, harus dijabarkan lebih dahulu
hingga tinggi di atas permukaan air pada saat penilikan tersebut.
Kita bedakan tiga keadaan :
1. benda di muka tepi langit;
2. puncak benda pada tepi langit;
3. benda di belakang tepi langit (nampak sebagian).

 JARAK BENDA.
1. Benda di muka tepi langit :
kita mengukur sudut puncak – penilik – garis air.

Halaman ke 31 dari 46
Misalkan sudut yang diukur = α dan tinggi benda = H, (dalam meter), maka jarak
(dalam mil) = H Cotg α dibagi 1852

Gambar

H
h

Di sini kita abaikan :


1) Tinggi mata (jadi sipenilik harus menempatkan diri serendah mungkin);
2) Bahwa titik dari garis air untuk pengukuran adalah lebih dekat letaknya darai
pada titik dari garis air tegak lurus di bawah puncak benda;
3) Refraksi bumiawi;
4) Melengkungnya permukaan bumi.

Daftar 25 memberikan jarak dalam mil, untuk tinggi benda dalam meter dan sudut
yang diukur. Jarak maksimum 6 mil.

2. Puncak benda pada tepi langit :


jarak (dalam mil) si penilik  tepi langit = 2,08 ν h (h = tinggi mata dalam
meter).
Jarak (dalam mil) tepi langit  benda = 2,08 ν H
(H = tinggi benda dalam meter).
Jadi jarak (dalam mil) si penilik  benda = 2,08 (Vh + VH)

Gambar

h H
2,08 Vh 2,08 VH
= 2,08(Vh + VH)

Daftar 16 memberikan jarak pada saat puncak benda nampak di tepi langit, untuk
tinggi mata dan tinggi benda dalam meter.
Rumus Daftar 16 : Jarak = 2,08 ( Vh + VH)

Halaman ke 32 dari 46
3. Benda di belakang tepi langit (nampak sebagian)
Metode Hengeveld :
Ukurlah tinggi puncak benda di atas tepi langit dan kurangilah tinggi tersebut
dengan penundukan tepilangit maya dan refraksi bumiawi, sehingga mendapatkan
tinggi yang diperbaiki (α ).
Refraksi bumiawi dalam menit = 1/12 x jarak duga dalam mil.
Misalkan α = tinggi yang diperbaiki :
M = modulus.
h = tinggi mata; r = jari-jari bumi;
H = tinggi benda ; x = jarak busur.

Perumusan yang dipakai menjadi :

r / M log sec (α + x) = r / M log sec α + H – h


misalkan r / M log sec (α +x) = F (α), maka rumus menjadi
F (α + X) = F (α ) + H-h

Daftar 26A memberikan nilai r/M log sec suatu sudut, dengan r dalam meter, untuk
sudut-sudut dari 00 sampai 100.
Contoh :
Kita mengukur tinggi puncak gunung di atas tepi langit = 20 24‟. Tinggi gunung adalah
3820 meter. Tinggi mata = 10 meter. Menurut letak duga, jarak ke gunung tersebut
adalah ± 40 mil.
Diminta : jarak menurut pengukuran tersebut.

Jawab :
Tinggi yang diukur = 20 24‟, 0
Penundukan tepi langit maya =- 5‟, 6 (daftar 18)
Refraksi bumiawi (1/12 x jarak duga ) =- 5‟, 3
----------------------------------------------------------- (+)
tinggi yang diperbaiki (α) = 20 15‟, 1
daftar 26A untuk α = 20 15‟,1 : -( jumlahan salah kan ?)
F (α) = 4913
H–h = 3810
-------------------- (+)
F (α +x) = 8723

Dicari kembali daftar 26A : α + x = 30 00‟,0


α = 20 15‟, 1
----------------------------------- (-)
X = 00 44‟, 9

Jadi jarak = 44,9 mil


Gambar

Halaman ke 33 dari 46
cakrwl
h H

PENENTUAN TEMPAT OLEH BARINGAN-BARINGAN :

 IKHTISAR PEMBAGIAN BARINGAN


Berbagai kombinasi yang dapat terjadi :
I. satu benda dibaring satu kali :
1. baringan dengan jarak;
2. baringan dengan peruman;
3. baringan dengan garis tinggi.

II. satu benda dibaring dua kali :


1. baringan dengan geseran
2. baringan sudut berganda
3. baringan empat surat
4. baringan istimewa (= bar. 26½ 0 terhadap haluan).

III. dibaring dua benda


1. baringan silang;
2. baringan silang dengan geseran;
3. baringan dengan pengukuran sudut dalam bidang datar.
IV. dibaring tiga benda
1. baringan silang dengan baringan pemeriksa.

 Baringan dengan jarak


1) Baringlah benda tsb. Pada pedoman;
2) Jabarkanlah Bp menjadi Bs;
3) Tariklah di peta; garis lurus melalui benda yang dibaring, dalam arah berlawanan
dengan Bs;
4) Ambillah pada tepi tegak, pada lintang benda yang dibaring, banyaknya mil jarak di
dalam jangka; (Untuk memperoleh jarak; lihat Butir pelajaran tentang jarak yang
lalu).
5) Jangkalah bagian ini pada garis baringan tersebut, mulai dari benda yang dibaring.
Titik yang didapat, adalah posisi kapal (S)

Gambar

Halaman ke 34 dari 46
Us

S
Bs

 Baringan dengan peruman


1) Baringlah benda tsb. Pada pedoman;
2) Jabarkanlah Bp menjadi Bs;
3) Tariklah di peta; garis lurus melalui benda yang dibaring, dalam arah berlawanan
dengan Bs;
4) Tentukanlah kedalaman air oleh peruman, bersamaan dengan membaring benda
yang dikenal;
5) Jabarkanlah hasil peruman tersebut sampai muka surutan dari peta (lihat Daftar
Pasang Surut);
6) Carilah pada garis baringan suatu kedalaman yang sama dengan kedalaman yang
telah dijabarkan itu;
7) Jika ada satu titik yang demikian, maka itulah posisi kapal (S). Penting juga
mengetahui jenis dasar laut.

Gambar

Diperum =9m
Koreksi =2m
--------------- (-)
kedalaman di peta =7m
 baringan dengan garis tinggi
1) Baringlah benda tsb. Pada pedoman;

Halaman ke 35 dari 46
2) Jabarkanlah Bp menjadi Bs;
3) Tariklah di peta; garis lurus melalui benda yang dibaring, dalam arah berlawanan
dengan Bs;
4) Hitunglah letak dan arah garis tinggi berdasarkan pengukuran tinggi benda angkasa,
pada saat yang sama;
5) Tariklah garis tinggi tersebut di dalam peta;
6) Titik potong dari garis baringan dan garis tinggi adalah posisi kapal (S1).
Jika garis tinggi jatuh sama dengan derajah maka penetuan tempat ini disebut; baringan
pada bujur (S2). Jika garis tinggi jatuh sama dengan jajar, disebut; baringan pada
l;intang (S3).

Gambar

 Baringan dengan geseran


(=benda yang sama dibaring dua kali, dengan berubah tempat antara baringan-beringan
tersebut).
1) Baringlah benda tsb. Pada pedoman;
2) Jabarkanlah Bp menjadi Bs;
3) Tariklah di peta; garis lurus melalui benda yang dibaring, dalam arah berlawanan
dengan Bs;
4) Baringlah lagi (setelah selang waktu demikian, hingga bar-bar tsb berbeda paling
sedikit 300) benda yang sama pada pedoman ; setelah dijabarkan menjadi Bs,
tariklah garis bar ke II ini di peta dan catatlah waktunya.
5) Tentukanlah berdasarkan selisih waktu tersebut dan laju kapal, jauh yang ditempuh
dan jangkalah ini ke arah garis haluan.
6) Tariklah melalui titik yang di dapat ini, sebuah garis sejajar dengan bar. I;
7) Titik potong dari garis baringan I yang telah digeserkan, adalah posisi kapal (S).

Gambar
Laju kapal = 15‟ / jam
Geseran = 20 / 60 x 15‟ = 5‟

 Baringan sudut berganda


(= baringan dengan geseran, dalam mana bar II terhadap haluan adalah 2x bar I
terhadap haluan).
Jadi jarak ke benda yang dibaring pada bar II adalah sama dengan jauh yang digeserkan
antara kedua baringan tersebut.
1) Baringlah benda A pada pedoman, dan catatlah waktunya;
2) Bacalah haluan pedoman, dan tentukanlah sudut antara garis bar. Dan garis haluan,
misalnya 250 pada lambung kiri;

Halaman ke 36 dari 46
3) Baringlah lagi benda tsb pada pedoman, jika bar telah bertumbuh sampai 2 x 25 0 =
500 pada lambung kiri dan catatlah lagi waktunya;
4) Jabarkanlah baringan II menjadi bar sejati;
5) Tentukanlah dari selisih waktu tsb, jauh yang ditempuh (sesuai laju kapal); jauh ini
adalah sama dengan jarak dari kapal sampai benda yang dibaring pada bar II;
6) Tariklah di peta, mulai benda yang dibaring, sebuah garis lurus dalam arah
berlawanan dari bar II, selanjutnya jangkalah mulai dari benda yang dibaring pada
garis tsb, jauh yang ditempuh itu. Titik yang didapat (S), adalah posisi kapal pada
bar II.

Gambar
Cara melukisnya di peta, cukup hanya bar II saja, dan menjangka jarak AC yang sama
dengan jauh BC antara kedua bar tersebut.

 BARINGAN EMPAT SURAT


(=bar sudut berganda, dalam mana bar II dilakukan ketika benda itu melintang).

Di sini bar I adalah 450 (4 surat) terhadap haluan; jadi bar II harus tepat melintang (900
= 8 surat) terhadap haluan;
sekarang kita dapai jarak terpendek, dalam mana benda yang dibaring itu diliwati.
Konstruksi di peta adalah sama seperti halnya pada bar sudut berganda.

Gambar

 BARINGAN ISTIMEWA
(= bar 26½0 terhadap haluan).
(untuk dapat mengetahui pada jarak berapakah benda itu akan melintang).

1) Baringlah benda, apabila ini tiba pada 26½0 terhadap haluan, dan catatlah
waktunya;
2) Baringlah lagi benda tsb, apabila baringannya pada lambung yang sama menjadi
450 dan catatlah lagi waktunya;
3) Sekarang jika kapal dengan laju yang sama, masih terus berlayar dalam selang
waktu yang sama, jadi menempuh jarak yang sama, maka benda tsb. Akan
melintang pada lambung yang sama. Pada saat tersebut jarak dari kapal sampai
benda yang dibaring adalah sama dengan jauh antara dua bar yang pertama.

Halaman ke 37 dari 46
4) Jadi pada bar II kita sudah mengetahui dimana kapal akan tiba, jika benda yang
dibaring itu melintang dan karenanya dapat mengambil tindakan seperlunya
(misalnya tiba terlampau dekat pantai).

AD = BC ?
BD = AD cotg 26½0
CD = AD cotg 450
-------------------------- (-)
BC = AD (cotg 26½0 – cotg 450)
BC = AD (2-1)
BC = AD
Gambar

Untuk konstruksi di peta :


Jika benda A kita baring pada pukul 09.00 dalam arah yang membentuk sudut 26½ 0
dengan haluan, dan pada pukul 09.20 baringan tersebut membentuk 450 dengan garis
haluan, serta selama jangka waktu 20 menit itu jarak yang ditempuh, adalah misalnya 4
mil. Maka AD = CD = 4 mil.
Jadi benda A akan melintang pada pukul 0.9.40 dengan jarak 4 mil.

 BARINGAN SILANG
(= bar dari dua benda yang dikenal, tanpa perubahan tempat).
1) Baringlah benda-benda A dan B pada pedoman secara cepat dan berturutan;
2) Jabarkanlah bar-bar tsb. Menjadi bar sejati. (Bs);
3) Tariklah mulai dari A dan B, garis-garis lurus dalam arah berlawanan dengan Bs
masing-masing;
4) Titik potong dari kedua garis bar adalah posisi kapal (S).

Gambar

 BARINGAN SILANG DENGAN GESERAN.


(= bar dari dua benda yang dikenal, dalam mana antara penilikan-penilikan tersebut
diadakan geseran).

Halaman ke 38 dari 46
1) Baringlah benda A pada pedoman dan catatlah waktunya; serta jabarkanlah Bp
menjadi Bs;
2) Tariklah garis bar I dari A, berlawanan arah Bs I dan tentukanlah titik potong C
dengan garis haluan.
3) Baringlah benda yang kedua ; B setelah berselang beberapa waktu lamanya, dan
catatlah waktunya, serta jabarkanlah Bp menjadi Bs.
4) Tentukanlah jarak yang ditempuh dan jangkakan ini (CD) pada garis haluan, serta
tariklah garis bar I yang digeserkan, melalui D;

Gambar.

 BARINGAN DENGAN PENGUKURAN SUDUT DALAM BIDANG DATAR.


1) Baringlah pada pedoman, salah satu dari kedua benda, misalnya A, dan ukurlah
sekaligus sudut dalam mana A dan B terlihat dengan sekstan (α) ;
2) Jabarkanlah Bp menjadi Bs, dan tariklah dari A garis lurus dalam arah berlawanan
dengan baringan;
3) Lukislah di titik sembarang C pada garis ini, garis CD yang membentuk sudut
dengan AC, yang sama dengan sudut yang telah diukur (α);

Gambar

4) Tariklah dengan mistar jajar dari B garis lurus sejajar pada CD; titik potong S dari
garis ini dengan garis bar I adalah posisi kapal.

 BARINGAN TIGA BENDA.


Pada bar silang kita mengambil pula bar III sebagai bar pemeriksa. Apabila tidak ada
kesalahan-kesalahan maka garis-garis bar tersebut akan berjalan melalui satu titik.
Sebagai akibat adanya kesalahan bar, terjadilah apa yang disebut segitiga kesalahan, ( ∆
DEF) .
Misalkan kesalahan tersebut hanya terjadi karena pemakaian sembir (var + dev), maka
posisi kapal dapat ditentukan sebagai berikut :
a. dengan memutarkan ketiga garis-garis bar;
b. dengan station pointer.

 KONSTRUKSI DI PETA :
a. dengan memutarkan ketiga garis-garis bar.
Gambar
Ketiga garis baringan tersebut diputarkan sama banyaknya (∆ b) dalam arah yang
sama, sehingga ketiga garis tersebut berjalan melalui satu titik (S).

Halaman ke 39 dari 46
b. dengan station pointer.
1) Kaki-kaki (mistar-mistar) yang dapat bergerak, supaya membentuk sudut-sudt
dengan kaki yang tetap, sebesar sudut-sudut antara garis-garis baringan;
2) Station pointer ditaruh di atas peta sedemikian hingga sisi tajam dari mistar-
mistar itu jatuh berimpit melalui ketiga benda baringan.
3) Maka titik pusat pembagian lingkaran memberikan tempat sejati (S).

 SEGITIGA KESALAHAN.
Pada kesalahan baringan yang sama pada umumnya letak kapal ada di luar segitiga
kesalahan tersebut. Hanya apabila si penilik ada di dalam segitiga titik baringan , maka
letak kapal ada di dalam segitiga kesalahan tersebut.
Dengan kata lain :
Apabila ketiga titik baringan itu terletak pada busur cakrawala < 180 0, maka si penilik
ada di luar segitiga kesalahan. Apabila ketiga titik baringan itu terletak pada busur
cakrawala > 1800, maka si penilik ada di dalam segitiga kesalahan.

DEF = ∆ kesalahan.
ABC = ∆ titik baringan.

Gambar

 PENGARUH KESALAHAN BARINGAN


Kesalahan-kesalahan baringan dapat terjadi :
1) Oleh kesalahan penilikan;
2) Oleh nilai deviasi yang tidak benar;
3) Oleh nilai variasi yang tidak benar.

Kesalahan penilikan tersebut bahkan dalam keadaan yang baik, dapat mencapai 00,5.
Apabila kapal oleng ataupun mengangguk, sehingga mawar pedoman menjadi tidak
tenang, maka kesalahan tersebut dapat menjadi lebih besar. Ke arah mana dan berapa
besar kesalahan ini tidak dapat diketahui dengan pasti.
a) Misalkan ∆ b = kesalahan penilikan yang terbesar. Posisi kapal (S) terletak di
dalam segi empat kesalahan, ialah tempat kedua sektor baringan dari A dan B itu
saling memotong.

Gambar

b) Pada baringan silang, maka pengaruh kesalahan dalam baringan adalah terkecil, jika
sudut antara garis-garis baringan itu adalah ± 900.

Halaman ke 40 dari 46
Gambar

Kesimpulan :
Mengingat kesalahan dalam baringan, pilihlah selalu benda-benda yang dekat dan
sudut perpotongan garis-garis baringan ± 900.
c) Ditinjau dari urutannya membaring, baringlah lebih dahulu benda yang berubah
paling lambat, ialah benda yang terdekat pada haluan kapal.

Gambar

Jika A dibaring lebih dahulu : ∆ = S2K1


Jika B dibaring lebih dahulu ∆ = S2K2
Disini selalu S2K1 < S2K2

 PENGARUH ARUS PADA BARINGAN DENGAN GESERAN.


Untuk geseran kita ambil jauh terhadap air, sedangkan yang sebenarnya adalah jauh
terhadap dasar laut.
Sebaiknya sudut S = geseran = 900
Akan tetapi hal ini memerlukan jangka waktu yang lebih besar pula. Sebagai nilai
minimum geseran, ambillah 300.
Arus dari belakang letak kapal menjauhi daratan, arus dari muka letak kapal mendekati
daratan, terhadap posisi kapal yang ditunjukkan di peta.

Gambar

Dengan arus dari belakang :


BB‟ = haluan dan jauh yang diduga, antara kedua penilikan; sedangkan BB2 = H
dan J yang sebenarnya.
S = posisi kapal yang ditunjukkan di peta, dan
S‟ = posisi sejati (letak kapal yang sebenarnya).

Apabila waktu penggeseran itu arusnya tidak tepat datang dari belakang atau dari muka,
maka pengaruhnya adalah berlainan.
Lihat gambar di bawah ini :

Tanpa memperhitungkan arus, akan kita dapati bahwa garis bar I yang digeserkan
melalui titik C1 dan posisi kapal menjadi S1.

Halaman ke 41 dari 46
Jika arus diperhitungkan, yang arah dan kekuatannya ditunjukkan oleh garis panah,
maka garis bar yang diperoleh itu harus kita pindahkan ke arah arus tersebut, ialah ke
titik C2. garis bar 1 yang digeserkan menjadi C2S2 dan posisi kapal adalah S2.
Dalam kedua hal tersebut, maka garis baringan II adalah tetap sama.

 HAL-HAL YANG HARUS KITA PERHATIKAN PADA WAKTU MEMBARING.


1) Catatlah haluan yang dikemudikan sebab deviasi tergantung dari padanya.
2) Carilah nilai variasi di peta laut; ingatlah pada tahunnya dan perubahan tahunannya;
3) Jabarkanlah baringan pedoman Bp menjadi baringan sejati Bs;
4) Pilihlah benda-benda baringan sebaik-baiknya :
a) Benda benda yang terdekat;
b) Pada baringan silang, garis-garis baringan membentuk sudut ± 900;
c) Urutan membaring; benda I sebanyak mungkin di arah muka atau belakang, jadi
yang terdekat dengan garis haluan dan benda II sebanyak mungkin yang
melintang kapal;
5) Pada tiap baringan, catatlah penunjukan topdal dan juga waktunya;
 Dari pembacaan topdal, kita daparti jauh antara dua baringan ataupun jauh
antara dua baringan silang;
 Dari penunjukan waktu kita dapat mengetahui pengaruh arus di tempat itu..
6) periksalah sedapat mungkin nilai deviasi-deviasi di dalam daftar kemudi.

 BARINGAN UNTUK MENENTUKAN SALAH PEDOMAN (DEVIASI)


Selain untuk menentukan posisi kapal, baringan dapat pula digunakan untuk
menentukan deviasi pada haluan yang sedang dikemudikan.
Untuk menentukan hal ini, terdapat berbagai cara yang akan diuraikan dalam bab
berikut.-000-

Halaman ke 42 dari 46
BAB V

MENENTUKAN DEVIASI OLEH BENDA-BENDA DI BUMI

 Berbagai cara untuk menentukan deviasi.


Selain untuk menentukan posisikapal, baringan-baringan dapat juga kita gunakan untuk
menentukan atau memeriksa deviasi pada haluan yang sedang dikemudikan. Hal ini
akan diuraikan lebih lanjut berbagai cara untuk dilakukan dalam pelayaran.
 Dalam butir sebelumnya telah dianjurkan untuk secara teratur memeriksa nilai deviasi-
deviasi yang tercantum di dalam daftar kemudi, selama dalam pelayaran . terutama ini
perlu dilakukan apabila kita cukup lama mengemudikan haluan yang sama dan
kemudian merubah haluan.
 Deviasi pada haluan baru yang dikemudikan kerapkali akan menyimpang dari nilai
yang tercantum di dalam daftar kemudi untuk haluan ini. Hal ini disebabkan oleh
pengaruh magnetisme kapal terhadap kedudukan jarum pedoman.
 Jika dalam pelayaran itu kapal memuat atau membongkar, maka jenis barang yang
dibongkar atau dimuat dapat juga mempengaruhi nilai deviasi, sehingga nilai ini tidak
sama dengan nilai yang diberikan di dalam daftar kemudi pada haluan yang sedang
dikemudikan itu. Maka dari itu pemeriksaan terhadap deviasi selalu diperlukan,
terutama pada perubahan-perubahan haluan.
 Hasil penentuan tersebut harus dicatat dengan saksama di dalam jurnal pedoman.
 Deviasi dapat kita tentukan ialah sebagai berikut :
1) Dengan membaring dua benda yang terletak dalam satu garis lurus (=garis
merkah)
2) Dengan membaring suatu benda jauh;
3) Dengan baringan timbal-balik.
Untuk kepentingan ini, Bs dan Bm harus dihitung dalam derajat dari 00 sampai 3600;
terhitung dari U melalui T.
 Membaring garis merkah
(membaring dua titik berimpit).
Ini dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Baringlah dengan pedoman; arah kedua titik pada saat keduanya berimpit
(terlihat menjadi satu, dalam satu arah);
2) Carilah di peta laut; baringan sejati kedua titik itu pada saat berimpit.
3) Hitunglah dari kedua baringan tersebut : sembir dari pedoman (semb = Bs –
Bp);
4) Bacalah dari peta laut: variasinya;
5) Tentukan dari sembir dan variasi; nilai deviasinya ( dev = semb – var ).
Berdasarkan uraian di atas, perhitungannya dapat dilakukan menurut skema di bawah
ini.
Bs =
Bp =
---------------------------------- (-)
semb pedoman tolok =
var =
--------------------------------------- (-)

Halaman ke 43 dari 46
jadi dev pedoman tolok=

gambar

contoh:
diketahui : Bs dari dua titik berimpit adalah 1200. haluan yang dikemudikan ;
Timur Laut. Pada saat kedua benda itu menjadi satu arah, kita baring dengan pedoman
keduanya berimpit = 1280. menurut peta laut variasi = 30 Barat.
Hitunglah : deviasi pada haluan tsb.
Jawab :
Bs = 1200
Bp = 1280
----------------------------- (-)
semb = (-) 80
var = (-) 30
------------------------------(-)
dev = (-) 50
==================

deviasi yang diperoleh ini hanya berlaku untuk haluan pedoman yang sedang
dikemudikan (Timur-laut).
Selanjutnya dengan mengarahkan kapal menurut pedoman berturut-turut pada surat
induk dan surat-surat antara induk (8 arah mata angin), sambil menahan kedua titik
baringan tetap berimpit, akhirnya kita dapat memeriksa seluruh daftar kemudi.
Hal ini dapat kita lakukan pada masing-masing cara penentuan deviasi tersebut.

 Membaring benda jauh.


Untuk kepentingan ini, yang dimaksud dengan benda jauh adalah suatu titik baringan
yang jaraknya > 60 x jari-jari lingkaran putar kapal.
Di sisni nilai paralak pada saat membaring adalah < 10.
Gambar

Bm atau Bs benda jauh dapat ditentukan dari peta:


Di adalam bandar, amaka letak kapal adalah cukup saksama dikenal. (dekat pelampung
kepil atau dekat pintu masuk bandar, dsb).
1) Baringan timbal balik.
Di darat dengan sebuah pedoman yang ditempatkan bebas dari pengaruh besi-besi, kita
membaring pedoman yang ada di kapal dan sebaliknya dengan pedoman tolok kita baring
pedoman yang di darat, pada isyarat-isyarat yang telah ditentukan.
Kedua pengamat di dart dan di kapal, mencatat waktunya masing-masing pada saat
membaring itu. Maka di sini dev dapat ditentukan berdasarkan rumusan berikut :

Halaman ke 44 dari 46
Dev = ( Bm + 1800 ) – Bp
Dalam caera ini, nilai deviasi tidak tergantung dari variasi.

Gambar

Diketahui : di darat Bm = 0600


Di kapal Bp = 2420
Maka dev = (Bm + 1800) – Bp
= (0600 + 1800) – 2420
= 2400 – 2420
= (-) 20
==========
 Menyusun daftar kemudi (daftar deviasi) ;
diagram deviasi
daftar kemudi = ialah suatu tabel (daftar) dalam mana tercantum nilai-nilai deviasi pada
haluan-hal;uan pedoman yang berturutan.
Jadi guna menyusun daftar tsb, perlu diketahui nilai kesalahan untuk kesemua 32 surat
dari pedoman.
Dalam pelaksanaannya pada pengamatan langsung hanya diperlukan sebanyak 8 mata
angin, yaitu 4 surat induk dan 4 surat antara induk.
Untuk kepentingan penyusunan tersebut kita dapat menggunakan salah satu cara
penentuan deviasi yang telah dikemukakan dalam butir terakhir di bag. Akhir.
Kemudian deviasi pada haluan-haluan lainnya dapat dicari secara :
1) Interpolasi (sisipan) atau
2) Diagram lengkungan deviasi.

Contoh :
Diketahui : baringan magnet (Bm) dari benda jauh AA adalah = 1000.
Sambil kapal membuat lingkaran putar dengan tros muka pada pelampung kepildi
dalam bandar, benda jauh tersebut dibaring dengan pedoman tolok berturutan sebagai
berikut :
Hp (tolok) : Bp:
U 0980
TL 0960
T 0940
M 0960
S 0990
BD 1030
B 1060
BL 1040

Diminta : deviasi pada berbagai haluan dengan pertolongan diagram (lengkaungan )


deviasi.

Halaman ke 45 dari 46
Pustaka :
1. Garduer, A.C and Creelman, W.G., 1986. Navigation for School and College. Brown Son
and Ferguson Ltd. Nautical Publisher, 4 - 10 Darnley Street, 263 p.
2. Howekk, F.S. Capt, MBE. 1986. Navigation Primer for Fisherman. Fishing News Book
Ltd. England, 181 p.
3. Richard R. Hobbs, 1990. Marine Navigation. Naval Institute Press, Maryland, 703 p.
4. Simau, S, 2014, Buku Materi Pokok Ilmu Pelayaran Datar, Politeknik Kelautan dan
Perikanan Sorong, 108 hal
5. Soebekti S.H.R. Capt. 1993. Instisari Ilmu Pelayaran Datar (untuk MPB III). Yayasan
Djadajat Jakarta, 139 hal.
6. Swift A.J Capt. 2004, Bridge Team Management, a practical guide, second edition,
O’Sullivan Printing, England, 118 p.
7. Simau, S dan Basith A. 2013, Peraturan Internasional Mencegah Tubrukan di Laut, 1972,
STP Press Jakarta, 189 hal.
8. Soebekti S. H.R, Capt, 2003, Rencana Lintasan dan Manajemen Tim Anjungan , Yayasan
Djadajat Jakarta, 104 hal
9. Anonymous, 1979, Semboyan untuk Mualim Pelayaran Besar, Jakarta
10. IMO,2010, International Code of Signals 1969;IMO London
11. Milligan,J.E 1988 How To Learn International Code of Visual and Sound Signals, Brown Son
and Ferguson

Halaman ke 46 dari 46

Anda mungkin juga menyukai