DIKTAT
PERENCANAAN PELAYARAN
TINGKAT/SEMESTER
II/IV
DISUSUN :
Arham Rumpa, S.St.Pi.,M.Si
PROGRAM STUDI
PERIKANAN TANGKAP
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Diktat ini disusun dalam rangka mendukung kegiatan belajar mengajar mata kuliah
Perencanaan Pelayaran pada Program Studi Perikanan Tangkap di Politeknik Kelautan dan
Perikanan berdasarkan Silabus Poltek 2015.
Penulis telah berusaha menyusun Diktat Perencanaan Pelayaran, berdasarkan silabus dengan
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah sehingga Taruna mampu memahami dan mampu
membuat rencana alur pelayaran yang efektip dan efisien dengan benar, baik dengan kinerja
individu maupun secara berkelompok dalam kerjasama tim, dengan 4 Capaian Pembelajaran
Mata kuliah yang harus dikuasai oleh Taruna yang terdiri dari :
Materi tersebut di atas, diperlukan untuk memenuhi standar kompetensi keahlian pelaut kapal
penangkap ikan tingkat I, sebagaimana ketentuan dalam STCW-F 1985 dan Keputusan
Menteri Perhubungan . No. 9 tahun 2005. Adapun di dalam penyusunannya, ruang lingkup
dan keluwesan materi disesuaikan dengan kemampuan berpikir Taruna Politeknik Kelautan
dan Perikanan Bone.
Selain itu, buku ini dapat juga digunakan sebagai bahan ajar pada kegiatan pendidikan dan
pelatihan guna persiapan mengikuti ujian Ahli Nautika Perikanan Laut Tingkat I.
Dengan penjelasan yang singkat dan operasional serta dilengkapi dengan gambar proses
kegiatan diharapkan pelajaran dalam buku ini mudah dipahami dan dipraktekkan di lapangan.
Namun demikian, kami menyadari bahwa di dalam penyusunan masih terdapat berbagai
kekurangan, untuk itu diharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan buku diktat ini.
Penulis,
Halaman
Peta laut ialah peta yang dibuat sedemikian agar dapat dipakai untuk merencanakan atau
mengikuti suatu pelayaran dilaut lepas, perairan pedalaman seperti danau, sungai, terusan
dll. Dengan demikian peta laut itu dipakai untuk pedoman berlalu lintas diatas air.
Keterangan :
1. Kapal Tenggelam Tampak Tiang
2. Kedalaman
3. Pelampung Kardinal
4. Tempat Berlabuh Jangkar
5. Bangkai Kapal Membahayakan Navigasi
6. Karang
7. Buoy untuk Mooring (tempat tambat kapal)
8. Pipa Bawah Air
9. Pelampung Latera
Pada gambar dibawah ini Mawar Pedoman jika garis U – S dan garis T – B ditarik
tegal lurus melalui titik pusat mawar, maka akan membagi mawar menjadi 4 (empat )
kuadran. Tiap kuadran dibagi 8 surat, kemudian dalam surat dibagi dalam ½ surat dan ¼
surat .
Jadi : 1 Surat = 11¼o , 8 Surat =90o , 16 Surat = 180o , 32 Surat = 360o
Surat Induk = U, S, T, Dan B
Surat Antara Induk = Tl, M, Bd, Dan Bl
Surat Antara = Utl, Ttl, Tm, Sm, Dan Seterusnya
Surat Tambahan = U Dikiri Jarum Pendek Tl Dikanan Jarum Pendek Dan
seterusnya
Cara perhitungan ini tidak ada pengaruh arus dan angin. Maka Jauh atau jarak yang
harus ditempuh oleh kapal dalam suatu haluan tertentu dan kecepatan adalah jauh yang
ditempuh oleh kapal dalam waktu 1 jam.
Ada beberapa rumus yang sederhana seperti dibawah ini :
1. Jika ingin menghitung jauh yang telah ditempuh kapal dalam waktu tertentu ialah
dengan rumus = W x K
60
2. Jika menghitung lamanya waktu untuk menempuh suatu jarak tertentu ialah dengan
rumus = D x 60
K
3. Jika menghitung kecepatan kapal untuk menempuh waktu tertentu ialah dengan rumus
= D x 60
W
Keterangan : W : Waktu dalam menit
K : Kecepatan dalam detik lintang (busur)
D : Jauh dalam detik lintang (busur)
Contoh Soal.
Soal. 1.
a. Kapal berlayar dengan Kecepatan 12,8 knots, kemudian telah berlayar 49 menit.
Berapa jauh kapal melayarinya.
Penyelesaian :
Latihan I
A. Perlengkapan yang harus dipersiapkan
(1). Katalog peta Indonesia.
(2). Peta laut no. 138 – Sulawesi Pantai Selatan (alur pelayaran dan tempat berlabuh)
(3). Peta Laut no 362 – Sulawesi Pantai Timur (teluk bone, laut banda dan laut Maluku)
(4). Peta Laut n0 307 – Sulawesi Pantai timur (teluk tomini)
(5). Mistar jajar atau sepasang segitiga.
(6). Pensil 2B.
(7). Peruncing pensil.
(8). Penghapus pensil halus.
(9). Jangka semat dan potlot
Misalnya didalam terusan, timbullah gejala-gejala pada gerakan kapal sebagai berikut
1). Ombak haluan di muka kapal
2). Arus yang menuju kebelakang, bersama dengan penurunan permukaan air pada kedua
belah sisi kapal
3). Ombak buritan dibelakang kapal
4). Arus yang menuju kebelakang ialah pada perpanjangan garis lunas dan sepanjang tepi
dibelakang kapal mengalir pula arus yang menuju kemuka, semakin besar laju kapal
semakin jelaslah gejala-gejala tersebut nampak
Selama kapal berada pada poros perairan, kekuatan arus dan penurunan permukaan air
pada kedua belah sisi kapal adalah sama besarnya (tetap dalam keadaan seimbang), kecuali
Gambar 6. Berlayar perairan dangkal mengiikuti garis haluan dan rambu-rambu di peta
Karang
Karang
Gambar 10. IALA Maritime Bouyency System (Lateral Marks Region B).
Agar suatu rencana pelayaran dapat berjalan dengan lancar aman terkendali
artinya sukses sesuai dengan yang direncanakan, maka seorang navigator membuat
suatu perencanaan pelayaran yang teliti. Untuk maksud itu maka seorang navigator
perlu dibekali dengan pengetahuan mengenai publikasi Navigasi.
Publikasi Navigasi adalah buku-buku dan bahan-bahan penting yang
diterbitkan dan disiarkan untuk membantu seorang navigator dalam melayarkan
kapalnya dengan sebaik-baiknya. Buku-buku dan bahan-bahan tersebut antara lain :
a. Peta-peta laut dan yang erat hubungannya dengan peta laut ialah katalog peta
dan folio peta
b. Almanak Nautika
c. Buku Kepanduan Bahari (pilot books atau sailing directions)
d. Buku-buku Navigasi
e. Daftar Suar, Daftar Pasang Surut, Daftar Ilmu Pelayaran, Daftar Pelampung-
pelampung dan Rambu-rambu, Daftar Isyarat Radio, Daftar Jarak
f. Peta-peta khusus seperti Peta Pandu, Peta Cuaca, Peta Arus, Peta Angin
g. Berita Pelaut (BPI atau Notice to Mariners)
h. Berita Peringatan Navigasi (navigational warning)
Gambar: 12. Suar Pulau Damar Besar (visualisasi, peta dan identitas suar)
Mercu suar dipasang ditepi pantai dimana perairannya dapat dilayari. Tujuan
utama mercu suar :
memberi penerangan dari suatu tempat yg tinggi dan memberi peringatan kepada
navigator akan bahaya navigasi yg tersembunyi.
Bangunan mercu suar biasanya dilengkapi dgn tempat tinggal, isyarat kabut
serta rambu radio. Kapal suar biasanya ditempatkan dimana meru suar ditempatkan.
Tetapi kebanyakan kapal suar ditempatkan : pintu2 masuk pelabuhan penting,
menandakan daerah bahaya/ramai serta sebagai tanda pemisah daerah lalulintas
samudera dan pedalaman/pelabuhan
Suar2 yg berada di Kep. Indonesia ditebitkan Daftar Suar Indonesia (D.S.I)
yg terdiri dari 10 kolom :
1. Nomor suar
2. Nama suar dan tahun didirikannya
3. Posisi suar (lintang dan bujur)
4. Nomor, warna, kekuatan cahaya dlm 1.000 lilin dan sumber cahaya dari suar
5. Sifat dan periode suar
6. Tinggi suar dlm meter diatas permukaan laut rata2
7. Jarak tampak dlm mil laut pada cuaca terang
Pengenalan Suar :
a. Warna penerangan : warna penerangan yg biasanya dipakai adalah Putih,
Merah dan Hijau.
b. Sifat penerangan :
1. F (Fixed light) : Penyinaran tetap
2. F1 (Flashing light) : Suar cerlang
3. Qk. F1 (Quik Flashing) : Cerlang yg cepat
4. Occ (Occulting light) : Penyinaran tetap yg diselingi
penggelapan2
5. F. F1 (Fixed Flashing) : Cerlang tetap
6. F. & Gp. F1 (Fixed Group Flashing) : Kelompok cerlang tetap
7. Gp. F1. (Group Flashing) : Kelompok cerlang
8. I. Qk F1. (Interrupted quik Flashing) : Cerlang cepat terputus2
9. S-L f1. (Short-Long flashing) : Cerlang pendek – panjang
10. Gp. Occ. (Group Occulting) : Kelompok nyala tetap yg diselingi
penggelapan
11. Alt. F1. R. G. (Alternating Flashing Red and Green): Cerlang bergantian
merah dan hijau
Sektor Suar :
Sektor suar adalah sektor lingkaran dari mana kapal2 dapat melihat suar
tersebut.
Pelampung Suar
Pelampung suar merupakan markah yang berfungsi untuk menuntun alur pelayaran
yang terdiri dari dua warna (merah dan hijau) dan mempunyai nomor genap dan
ganjil. Pemberian warna dan nomor bertujuan agar para navigator dapat mencocokan
pelampung suar dengan posisi di peta. Peletakan pelampung suar dilakukan dengan
ketentuan bahwa pelampung yang bernomor ganjil (hijau) berada disebelah kanan
alur masuk pelayaran dan pelampung yang bernomor genap (merah) diletakan di
sebelah kiri alur masuk pelayaran
(2). Pasang harian tunggal (diurnal tide) hanya terdapat satu air pasang dan
satu air surut dalam sehari.
(3). Pasang campuran (mixed tide), terdapat kombinasi daripada sifat-sifat pasang
harian ganda dan pasang harian tunggal. Akibatnya maka dalam
sehari terdapatlah beberapa air pasang dan beberapa air surut yang
tidak beraturan.
Apabila bulan dan matahari berada pada satu garis lurus dengan bumi maka
akan terdapatlah dua pasang. Apabila bulan dan matahari berada pada satu sisi,
maka terjadilah pasang purnama dan apabila bulan berada di satu sisi
sedangkan matahari di sisi yang lain, maka terjadilah pasang perbani yang lata
airnya lebih kecil.
Gambar 15. Cara melihat angka-angka Daftar Pasang surut di Buku Pasut
1. Mengidentifikasi pada jam berapa pasang tertinggi dan terendah pada tanggal
10 oktober 2013 yang ada pada tabel pasang surut
2. Kapal saudara ukuran 30 GT dengan sarat (draft) 1,5 meter berada di
pelabuhan bajowe posisi 04°33‟000” LS - 120°24‟000” BT. Pada tanggal 20
oktober 2013 saat itu menunjukan Pkl 08.00 WIB. Apakah saudara bisa
memberankatkan kapal menuju Fishing Ground ,( seandainya bisa alasannya
kenapa..?, jika tidak bisa alasannya kenapa). Pkl berapa saudara bisa
memberankatkan kapal menuju Fishing Ground..?
3. Pada posisi 04°33‟500” LS - 120°27‟900” BT (Karang Amelia). Pada Pkl
10.00. Tgl 21 oktober 2013, kapal saudara mengalami karam/kandas.
Menurut perhitungan saudara pada Pkl berapa kapal saudara bisa lolos atau
bebas dari kandas (berikan alasanmu..?
1. Mengidentifikasi pada jam berapa arus cepat, sedang dan lemah pada tanggal
10 oktober 2013 yang ada pada tabel arus pasang surut
2. Posisi kapal saudara berada di Pelabuhan Waygai P. Sanana hendak menuju
Fishing Ground (rumpon) dengan posisi 01°00‟000” LS - 125°00‟000” BT,
rencana berangkat pada siang hari melalui selat capalulu. Kecepatan kapal 9
knot/jam. Pertannyaannya rencana pada Pkl berapa berlayar yang baik agar
kapal melewati selat Capalulu terdorong arus (tidak melawan arus), berikan
alasanmu..?