Dosen Pengampu :
Arief Laila Nugraha, S.T., M.Eng,
NIP. 198105302006041001
Disusun oleh:
Arthur Atharik Nur Habib Agusti
NIM. 21110120130128
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim, dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas limpahan rahmat, taufik, hidayah dan juga inayah-Nya, penyusun dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Survey Hidrogradi I ini. Tidak lupa pula penyusun
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah terlibat pada penyusunan
laporan Praktikum Survey Hidrografi I antara lain:
1. Dr. Yudo Prasetyo, ST., MT, selaku ketua DepartemenTeknik Geodesi Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.
2. Arief Laila Nugraha, ST., M.Eng., selaku dosen pengampu mata kuliah Survey
Hidrografi I.
3. Seluruh pihak yang telah membantu penyusun dalam menyusun Makalah tentang
Survey Hidrografi I.
Penyusun sangat menyadari akan susunan Makalah yang penyusun susun masih
jauh dari kata sempurna, Oleh karena itu penyusun mengharapkan masukan dan juga
kritikan yang bersifat membangun sebagai acuan untuk menjadi lebih baik lagi. Terima
kasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau, 13.466
pulau bernama dan 4.038 pulau belum bernama (Wikipedia). Indonesia juga
merupakan negara kepulauan dengan luas lautan yang mencapai 2/3 luas
kedaulatannya dan juga negara dengan garis pantai terpanjang keempat di dunia.
(Situmorang, 2012)
Negara Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia. Memiliki wilayah
yang didominasi oleh perairan berupa ocean (laut), jangkauan wilayah pesisir
Indonesia yang luas tentu memiliki tantangan tersendiri dalam pembangunandan
pertahanan. Dibutuhkan waktu yang tidak singkat dan tenaga yang tidak sedikit untuk
mengtahui potensi yang ada didalamnya.
Dengan adanya peta laut (nautical chart) akan membantu dalam pembangunan
dan pertahanan terutama di daerah pesisir maupun daerah laut di Indonesia. Peta laut
merupakan peta yang dirancang secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan navigasi
laut. Di Indonesia, lembaga yang berhak untuk menerbitkan peta laut yaitu Pusat Hidro
dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) dan mengacu pada ketentuan Peta
No. 1. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat mengambil manfaat untuk
memahami tentang peta laut (nautical chart)
I.2 Rumusan Masalah
Berikut merupakan rumusan masalah dari makalah ini:
1. Apa definisi dari peta laut?
2. Apa fungsi dan informasi dari peta laut?
3. Apa saja jenis – jenis peta laut?
4. Bagaimana Kartografi dari Peta laut?
I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini:
I-6
2. Untuk memahami fungsi dan informasi dari peta laut.
3. Untuk memahami dan mengetahui jenis-jenis peta laut.
4. Untuk memahami dan mengetahui bagaimana kartografi dari peta laut.
I-7
BAB II
DASAR TEORI
II.1 Definisi Peta Laut
Peta laut merupakan peta khusus yang dirancang untuk memenuhi persyaratan
navigasi laut, memberikan informasi seperti kedalaman laut, jenis dasar laut,
konfigurasi dan karakteristik pantai, bahaya, dan sarana bantu untuk navigasi (IHO,
2006). Peta laut adalah representasi grafis dari permukaan bumi yang menggunakan
simbol, skala, dan sistem proyeksi tertentu yang mengandung informasi serta
menampilkan fitur-fitur alam dan buatan manusia yang disajikan secara dua dimensi
maupun tiga dimensi dalam suatu media penyampaian, baik cetak maupun digital. Peta
laut atau dikenal dengan istilah Nautical Chart merupakan peta yang dirancang secara
spesifik untuk memenuhi kebutuhan navigasi laut dengan menampilkan: (Haas, 1986)
1. Kedalaman laut dan fisiografi dasar laut khususnya memperhatikan bahaya-
bahaya navigasi.
2. Bentuk dasar dan tingkatan dari bentuk pantai serta bentuk dasar laut.
3. Variasi bentuk keselamatan navigasi.
4. Fitur-fitur laut dan beberapa detail topografi yang bermanfaat untuk navigasi
laut
II.2 Fungsi dan Informasi Peta Laut
Fungsi utama dari peta laut adalah menyampaikan informasi terkait wilayah laut
dan pesisir serta perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya untuk kebutuhan:
Secara khusus untuk peta navigasi laut, informasi utama yang harus
dikomunikasikan terdiri atas (Poerbandoro, 1998):
II-8
1. Kedalaman perairan dengan pokok perhatian pada bahaya navigasi
(kedangkalan, bangkai kapal tenggelam, daerah latihan militer, dan
sebagainya).
2. Sifat dan jenis garis pantai serta sifat material dasar laut dibawahnya.
3. Posisi, jenis, dan karakter sarana bantu navigasi pelayaran.
4. Bentuk atau unsur topografi khusus yang dapat dipakai untuk sarana bantu
navigasi. Selain itu, terdapat beberapa data.
Selain itu, terdapat beberapa data dan informasi peta lainnya, yaitu:
1. Bentuk garis pantai/kontur.
2. Kedalamam air laut
3. Muka surutan
4. Suar, pelampung, dan suar penuntun.
5. Jenis dasar laut
6. Alur pelayaran, tempat berlabuh, pintu dam pelabuhan
7. Daratan
8. Informasi peta (nomor peta, judul peta, skala peta, koreksi peta, proyeksi peta,
peneliti peta, peringatan, edisi peta, satuan kedalaman laut)
9. Bahaya navigasi (Kerangka kapal, karang, gosong, ranjau, kabel bawah laut,
pipa bawah laut)
II.3 Jenis-Jenis Peta Laut
Secara umum peta laut yang digunakan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu peta
navigasi laut, peta batas laut, dan peta kerekayasaan kelautan. Untuk pemanfaatan
dalam bidang navigasi dan skalanya, peta laut dikelompokkan lagi ke dalam empat
jenis peta dengan skala yang berbeda, yaitu (Poerbandono & Djunasrah, 1989):
1. Peta Pelabuhan
Peta pelabuhan memiliki skala lebih dari 1:50.000 (>1:50.000). Peta ini
digunakan untuk keperluan navigasi dalam pelabuhan dengan alur pelayaran
sempit dan untuk tempat berlabuh
2. Peta pantai
II-9
Peta Pantai memiliki skala antara 1:50.000 hingga 1:100.000 (1:50.000-
1:100.000). Peta ini digunakan untuk keperluan navigasi di dekat pantai (agar
kapal dapat berlayar melalui karang atau daerah dangkal), memasuki teluk dan
pelabuhan yang cukup besar, serta bernavigasi di alur pedalaman.
3. Peta umum
Peta umum memiliki skala antara 1:100.000 hingga 1:600.000 (1:100.000-
1:600.000). Peta ini digunakan untuk navigasi pada saat kapal berada cukup
jauh dari daratan, tetapi posisi kapal masih dapat ditentukan relatif terhadap
tanda-tanda di darat, lampu-lampu suar, dan pelampung-pelampung.
4. Peta Haluan
Peta haluan memiliki skala lebih dari 1:600.000 (>1:600.000). Peta ini
digunakan untuk navigasi antar pelabuhan yang jauh dan untuk pengeplotan
posisi kapal pada saat daratan belum tampak.
5. Peta Ikhtisar
Peta ihctisar adalah peta-peta yang menggambarkan daerah-daerah yang luas
pada skala kecil, terutama untuk memberikan variasi arus, angin dan lain-lain.
Skala untuk peta ini adalah 1: 3.000.000.
6. Peta Penjelas
Peta penjelas adalah peta-peta bagi navigasi di air pelayaran yang sulit antara
skala 1: 25.000 sampai dengan 1: 100.000.
7. Peta Rencana
Peta rencana adalah peta-peta untuk menyinggahi bandar-bandar, pelabuhan-
pelabuhan dalam skala 1: 10.000 sampai dengan 1:25.000.
II.4 Bagaimana Kartografi Peta Laut
Seperti halnya kartografi pada umumnya, kartografi kelautan juga memiliki
definisi yang sama. Namun berbeda pada produk peta yang dihasilkannya, kartografi
kelautan menghasilkan peta laut atau dikenal dengan Nautical Chart (Anggaramurti,
2009).
kartografi terdiri dari lima proses yaitu (Pridianto, 1989):
1. Seleksi data (objek/unsur) untuk pemetaan.
II-10
2. Manipulasi dan generalisasi unsur.
3. Pekerjaan desain (simbol-simbol), dan konstruksi peta (proyeksi peta).
4. Teknik reproduksi peta.
5. Revisi peta.
Kartografi kelautan juga memiliki beberapa aspek, yaitu proyeksi peta, system
koordinat geodetik, datum geodetik, datum horizontal, datum vertikal, registrasi,
kompilasi, dan symbol peta laut:
Didalam proyeksi pet aini terdapat Proyeksi Mercator yang dimana Proyeksi
Mercator sendiri ini adalah sistem proyeksi silinder normal konform, artinya bidang
proyeksi berupa bidang silinder yang mempunyai kedudukan normal, berhimpit
dengan garis putas bumi dengan sifat distorsi konform. Kedudukan bidang silinder
terhadap bidang ellipsoid adalah bersinggungan sehingga dengan demikian lingkaran
ekuator akan diproyeksikan secara ekuidistan (Karima, 2016).
II-11
Gambar II-1 Sistem Proyeksi Mercator
II-12
Gambar II-3 Permukaan Bumi, Geoid dan Ellipsoid
Terdapat beberapa datum geodetik dalam peta laut seperti dibawah ini:
1.Datum Vertikal Sebagai referensi posisi vertikal pada peta laut, umumnya digunakan
suatu bidang air rendah (Chart Datum). Chart Datum dapat didefinisikan sebagai
kedudukan rata-rata air rendah tertentu yang diperoleh dari suatu periode pengamatan
pasang surut selama 18.6 tahun. Berbagai jenis bidang vertikal yang digunakan
sebagai chart datum adalah sebagai berikut:
a. MHHW (Mean Higher High Water).
b. MHW (Mean High Water).
c. MLW (Mean Low Water).
d. MLLW (Mean Lower Low Water)
2.Datum horizontal merupakan titik kontrol horizontal pada ellipsoid referensi WGS
’84 dalam sistem gratikul (jaring garis proyeksi lintang dan bujur) pada interval 10 –
20 cm di peta dengan graduation frame (skala pembagi gratikul) di tepi batas muka
peta. Koordinat horizontal (lintang dan bujur) serta tinggi geodetik dapat dikonversi
ke sistem koordinat kartesian (x, y, z) yang mengacu pada sumbu ellipsoid
II.4.4 Registrasi
Peta dasar yang digunakan sebagai sumber dalam pemetaan yang berupa
gambar citra atau peta hasil scanning belum memiliki sistem referensi geografi. Tujuan
dari registrasi peta adalah untuk memposisikan peta atau citra sesuai dengan posisi di
bumi, sehingga dapat digunakan dalam suatu proses analisis. Sistem referensi suatu
peta dapat dibedakan atas beberapa karakteristik yaitu: Georeferencing, Koreksi
geometrik dan Rektifikasi (Purwanto, 2017).
II-13
II.4.5 Kompilasi
Kompilasi adalah salah satu tahapan dalam proses penggambaran peta laut. Proses
kompilasi meliputi penambahan informasi baru dari Berita Pelaut Indonesia terbaru,
pemilihan angka kedalaman (Sounding Selection). Sebagai referensi yang digunakan
dalam proses kompilasi peta laut adalah katalog peta dan Berita Pelaut Indonesia. Pada
katalog peta laut memuat area peta yang saling bertampalan. Berita Pelaut Indonesia
memuat berita terbaru tentang data Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP), dan
bahaya pelayaran baru yang bertujuan untuk memberikan informasi baru pada peta
(Yosidian, 2016).
II.4.6 Simbol Peta Laut
Simbol peta laut adalah suatu bentuk penyerderhanaan penyampaian informasi
geografis pada peta laut dalam bentuk titik, garis dan area/poligon. Jenis simbol peta
(Peta Laut No.1) sebagai berikut:
II-14
7) Koordinat pojok.
8) Judul peta.
9) Catatan yang menjelaskan pembuatan peta.
10) Logo IHO dan nasional (PUSHIDROSAL).
11) Skala peta.
12) Skala linier pada skala besar.
13) Batas garis skala.
14) Sumber diagram data kompilasi.
15) Referensi untuk peta yang skalanya besar.
16) Referensi peta yang betampalan dengan skala.
17) Instruksi untuk melengkapi publikasi nautika.
18) Catatan percetakan.
19) Nomor peta dalam seri internasional.
II-15
BAB III
PENUTUPAN
III.1 Simpulan
1. Peta laut merupakan peta khusus yang dirancang untuk memenuhi persyaratan
navigasi laut, memberikan informasi seperti kedalaman laut, jenis dasar laut,
konfigurasi dan karakteristik pantai, bahaya, dan sarana bantu untuk navigas.
2. Fungsi utama dari peta laut adalah menyampaikan informasi terkait wilayah
laut dan pesisir serta perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya untuk
kebutuhan. Dan memiliki informasi untuk mendukung kebutuhan navigasi.
3. Jenis jenis peta laut terdiri atas berberapa peta yang dikelompokkan menjadi
Peta Haluan, Peta Pantai, Peta Pelabuhan dan Peta Pantai dengan besar skalanya
masing-masing.
4. Terdapat pula aspek-aspek dari kartografi kelautan yaitu, proyeksi peta, system
koordinat, datum, system satuan serta symbol.
III.2 Saran
Saran dari penulis kita sebagai Mahasiswa Tenik Geodesi hendaknya memahami
perana geodes dari pengimplementasikan ilmu survey hidrografi dan terutama
memahami tentang peta laut (Nautical char).
III-16
DAFTAR PUSTAKA
Djunarsih. (2004). Aspek Teknik Hukum Laut. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
IHO. (2006). A Manual on Technical Aspects of The United Natios Convention on The
Law of The Sea. Moncao: IHO Publication C-51.
Karima. (2016). Pembuatan Peta Laut Navigasi Elektronik Untuk Alur Masuk
Pelabuhan Tanjungbara. Yogyakarta: Program Studi Teknik Geodesi,
Universitas Gadjah Mada.
Poerbandono, & Djunasrah. (1989). Survei Hidrografi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Situmorang. (2012). Skala Priortias untuk pemutakhiran Peta Laut Secara Periodik .
Bandung: Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika Fakultas Ilmu Bumi
dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung.
Yosidian. (2016). Pembuatan Peta Laut Kertas Menggunakan Perangkat Lunak Caris
GIS 4.5. Jakarta: Direktorat Pembinaan Diploma , Program Studi DIploma III
Teknik HidroOseanografi.
xvii
xviii