LAPORAN GEOLOGI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam mata kuliah Teknik Komunikasi
Geologi pada Program Studi Teknik Geologi
i
RINGKASAN
ii
PRAKATA
Puji syukur atas segala rahmat dan berkah-Nya, atas kesehatan akal pikiran
dan jasmani yang dilimpahkan untuk penulis, hingga penulis dapat menyelesaikan
laporan geologi sumatera barat. Serta tidak lupa pula mencurahkan shalawat dan
salam kepada nabi besar Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada keluarga
geologi 2017 yang telah mensuport dalam pembuatan laporan geologi sumatera
barat.
Penulis menyadari betul bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun akan
selalu diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Naufal Abdullah
NIM. F1D217023
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
2.1.1Kerangka Tektonik.............................................................................................. 1
2.2 Fisiografi.................................................................................................................. 1
2.3 Stratigrafi................................................................................................................. 1
2.3.5. Tektonik........................................................................................................... 1
2.2.1 Petrologi............................................................................................................ 1
2.2.3 Geomorfologi...................................................................................................... 1
iv
BAB III METODE....................................................................................................... 1
3.2 Tahapan................................................................................................................... 1
BAB IV...................................................................................................................... 1
4.1 Hasil........................................................................................................................ 1
4.2 Pembahasan............................................................................................................ 1
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 1
5.2 Saran....................................................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 1
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1..................................................................................1
Gambar 1.2..................................................................................2
Gambar 2.1..................................................................................4
Gambar 2.2..................................................................................5
Gambar 2.3..................................................................................6
Gambar 2.4 ...………………………………………………………………..13
Gambar 2.5 ………………………………………………………………….14
Gambar 2.6 ………………………………………………………………….15
Gambar 2.7 ………………………………………………………………….16
Gambar 2.8 ………………………………………………………………….18
Gambar 2.9 ………………………………………………………………….19
Gambar 2.10 ………………………………………………………………...20
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Peneliti Terdahulu............................................................................ 7
2. dst................................................................................................... 15
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
viii
BAB I
PENDAHULUAN
10
11
Keterangan :
Sudah diteliti
Akan diteliti
7
8
2.1.1Kerangka Tektonik
Daratan Sunda
Pulau Sumatra merupakan bagian dari Daratan Sunda (Sundaland),
Simandjuntak (1986). Sundaland terdiri dari Semenanjung Melayu, Sumatra,
Jawa, Kalimantan dan Palawan yang semuanya berada di laut dangkal
Paparan Sunda yang telah tersingkap di permukaan pada Pleistosen
(Metcalfe, 2011). Secara geografis, Sundaland adalah hot spot dengan batas
tenggaranya yang ditandai oleh Garis Wallace. Secara historis, Sundaland
membentang/membujur tanjung tenggara dari lempeng Eurasia meliputi
Burma, Thailand, Indochina (Laos, Kamboja, Vietnam), Semenanjung
Malaysia, Sumatra, Jawa, Borneo dan Paparan Sunda, dan terletak di zona
konvergensi antara Lempeng India-Australia, Filipina dan Eurasia, Metcalfe
(2011) dan (Metcalfe, 2013) (Gambar 2.1).
Gambar 2.1. Tektonik Daratan Sunda (Sundaland) yang dipengaruhi oleh Lempeng India- Australia,
Lempeng Eurasia (Sundaland Block) dan Lempeng Pasifik, Metcalfe (2013)
Kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur dari Daratan Sunda terdiri dari
kompleks Indochina- Blok Malaya Timur, Blok Sibumasu, Blok Burma Barat-
Sumatra Barat dan Blok Baratdaya Borneo. Blok Sumatra Barat terbentukl dari
kerangka Blok Sibumasu yang berada di bagian baratdaya Sumatra, Barber dkk
(2005) dan Metcalfe (2013). Jajaran busur vulkanik benua, berada di antara
jalur sempit Sibumasu dan Indochina-Malaya Timur, (Metcalfe, 2011).
Rangkaian Daratan Sunda di Pulau Sumatra dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu Blok Sibumasu (Sumatra Timur), Blok Cathaiyan (Sumatra barat), Blok
Woyala, dan Blok Indochine yang merupakan blok terluar dari darat Pulau
Sumatra. Blok ini merupakan bagian dari pemisahan Gondwana yang
beriringan dengan tektonik aktif menyebabkan terjadinya akresi di antara blok-
blok tersebut, Metcalfe (2011) dan barber dkk (2005), Tjia (2001), Simoes dkk
(2004) pada batas blok-blok tersebut membentuk batas tektonik ataupun
suture (Gambar 3.2).
Blok terluar yaitu Blok China Selatan, Indochina dan Malaya Timur
diinterpretasikan telah membentuk bagian dari tepian aktif dari Lempeng India-
Australia dari Gondwana di Awal Palaeozoikum yang kemudian mengalami
pemekaran dari fasa tektonik aktif Paleo-Mesozoikum, sehingga menyisakan
samudra ataupun laut tua yang terbentuk di antara Gondwana dan Leurasia
(Mesozoikum) yang dikenal dengan Meso-Tethys (Metcalfe, 2011, 2013).
11
Blok Sumatra Barat diusulkan oleh Hutchison, 1994 dan Barber and
Crow, 2003 yang dijelaskan oleh Metcalfe (2011) merupakan kemenerusan dari
Blok Burma Barat "Mount Victoria Land Block" sebagai cikal bakal dari
pembentukan Blok Sumatra Barat (Metcalfe (2013). Blok Sumatra Barat secara
keseluruhan melingkupi area Kuliah Lapangan 1 (Lihat Gambar 2.2 dan
Gambar 3.2).
Gambar 2.2. Blok Sibumasu, Blok Sumatra Barat dan Blok Woyla merupakan bagian dari Daratan
Sunda. Area Kuliah Lapangan 1 termasuk kedalam Blok Sumatra Barat, Metcalfe (2011)
2.2 Fisiografi
Fisiografi Pulau Sumatera di bagi menjadi beberapa zona fisiografi, di
antaranya Zona Perbukitan Barisan, Zona Sesar Semangko (Sumatera), Zona
Perbukitan Rendah dan Dataran Bergelombang, Zona Bukit Tigapuluh, Zona
Busur Luar, dan Zona Paparan Sunda, Tobler (1913) dan Van Bemmelen (1939)
dalam Van Bemmelen (1949).
12
Gambar 2.3. Zona fisiografi area Kuliah Lapangan 1, mencakup Zona Fiografi Perbukitan Barisan
(ZPB), Zona Sesar Sumatra (ZSS), dan zona terluar dari lintasan stasiun pengamatan Zona
Perbukitan Rendah dan Dataran Bergelombang (ZPRDDB), mereferensi pada Van Bemmelen
(1939) dan Tobler (1913), Huchson dkk (1984), Juanda dkk (2015)
13
2.3 Stratigrafi
Secara regional stratigrafi daerah Bukttinggi dan sekitarnya yang
melingkupi dari area Kuliah Lapangan yang merupakan bagian dari peta geologi
regional lembar Padang oleh Kastowo dkk (1996) dan lembar Solok oleh
14
2.3.5. Tektonik
1. Ultra Basa (Kub)A
Batuhijau (Serpentin), Diabas-Basal
18
Sistem Sesar Sumatera, dapat kita jumpai di bagian utara baratlaut Danau
Maninjau, mengacu pada pembahasan regional menurut Kastowo dkk (1996).
Struktur sesar di antara Baso dengan Gunung Kapanasan merupakan
struktur sesar dengan orientasi yang saling memotong, indikasi keberadaan
sesar ini dibuktikan dengan adanya formasi dari batugamping, batuan
metamorf, dan produk dari Maninjau Muda, mengacu pada pembahasan
regional menurut Kastowo dkk (1996). Struktur sesar di sekitar Harau dengan
orientasi berarah timurlaut – baratdaya yang tegak lurus terhadap Sistem Sesar
Sumatera (SSS). Sesar ini membatasi antara produk batuan Tersier dan Pra-
Tersier, mengacu pada pembahasan regional menurut Silitonga dan Kastowo
(1995). Struktur geologi memperlihatkan begitu kompleksnya kontrol struktur
terhadap kondisi geologi di Area Kuliah lapangan 1. Keberadaan gunung api,
cekungan dari danau vulkano-tektonik, dan cekungan sedimentasi sudah
cukup mengantarkan kita pada penedekatan teori tektonik-struktur geologi,
bahwa adanya asosiasi di antara sesar, gunung api, cekungan, dan graben dari
danau.
2.2.1 Petrologi
Batuan Beku
Batuan beku atau yang disebut sebagai batuan igneus merupakan jenis
batuan dimana proses pembentukannya terjadi dari magma yang telah
mengalami pembekuan atau pendinginan. Batuan ini biasanya ada di dalam
mantel atau kerak bumi. Batuan beku dibagi menjadi beberapa jenis
berdasarkan klasifikasinya.
20
Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik klastik yang dihasilkan oleh
serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung api.
21
transportasi dilakukan oleh media air dan angin. Proses deposisi dapat terjadi
jika energi transport sudah tidak mampu mengangkut partikel tersebut.
1. Struktur foliasi
24
2. Struktur nonfoliasi
Struktur nonfoliasi adalah struktur yang dibentuk oleh mineral-mineral
yang equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-butiran granular.
Strktur ini seringkali terjadi pada metamorfosa termal. Beberapa struktur
nonfoliasi yang umum ditemukan, yaitu: Granulase, Hornfelsik, Cataclastic,
Mylonitic, dan Phylonitic.
1. Kekar (Fractures)
Kekar merupakan struktur rekahan/retakan yang terbentuk pada suatu
batuan akibat gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami
pergeseran. Secara umum kekar dicirikan oleh pemotongan perlapisan hidang
batuan, biasanya terisi oleh mineral lain, dan kenampakan breksiasi. Kekar
yang umum dijumpai pada batuan adalah :
Shear Joint : rekahan yang membentuk pola saling berpotongan
membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama.
Tension Joint : rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya utama,
umumnya rekahan bersifat terbuka.
Extension Joint : rekahan yang berpola tegak lurus dengan arah gaya utama
dan bentuk rekahan umumnya terbuka.
2. Lipatan (Folds)
Lipatan adalah deformasi batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan
sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan.
Berdasarkan bentuk lengkungannya, lipatan dibagi dua, yaitu :
3. Patahan / sesar
Patahan/sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami
pergeseran. Patahan/sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis , yaitu :
Sesar normal : patahan yang terjadi akibat gaya tegasan
tensional horisontal dimana hangingwal block mengalami
pergeseran relatif kearah bagian bawah terhadap footwall block.
Sesar naik : adalah patahan hasil dari gaya tegasan kompresional
horisontal pada batuan dimana hangingwall block berpindah
relatif kearah atas terhadap footwall block.
Pada Pure shear terjadi sesar yang bersilangan dan berpasangan akibat
dari tegasan utama yang arahnya utara-selatan dan adanya ekstension yang
arahnya barat-timur yang mengakibatkan elipsoid berbentuk demikian. Pada
Simple shear terjadi 2 tegasan utama yang paralel yang mengakibatkan
terpecahnya tegasan tersebut menjadi 2 arah yaitu ekstension dan compression.
Ekstension yang mengarah ke timur laut-barat daya sehingga membuat elipsoid
berbentuk lonjong. Dan Compression yang mengarah ke tenggara-barat laut
mengakibatkan adanya sesar yang berpasangan.
2.2.3 Geomorfologi
Geomorfologi merupakan ilmu pengetahuan tentang bentuk lahan
pembentuk muka bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan air laut, dan
menekankan pada asal mula dan perkembangan di masa mendatang serta
konteksnya dengan lingkungan.
KIasifikasi Bentuk Lahan geomorfologi adalah sebagai berikut :
5. Bentuk: lahan asal struktural: pengaruh struktur geologis
6. Contoh: pegunungan lipatan - oleh struktur lipatan
7. pegunungan patahan - oleh struktur patahan
8. pegunungan kubah - oleh struktur lengkungan
9. Bentuk lahan asal volkanik : akibat aktivitas volkanis
10. Contoh: kerucut gunung api, kawah, kaldera dan medan lava.
11. Bentuk lahan asal denudasi: oleh proses digradasi, seperti; erosi, lonsor,
pelapukan
12. Contoh : bukit sisa (momad nock, inselbing), peneplain dan lahan rusak.
13. Bentuk lahan asal fluvial: akibat aktivitas aliran air.
27
14. Contoh : dataran banjir, tanggal alam, teras sungai, kipas aluvial
15. Catatan: gabungan proses fluvial dan marine (di muara sungai) disebut
fluvio-marine.
16. Contoh: delta dan ekstuari
17. Bentuk lahan asal marine: oleh proses laut, seperti gelombang, pasang
arus.
18. Contoh: gisik pantai (beach ridge), laguna, bura (spit) dan tombolo.
19. Bentuk lahan asal glasial: akibat aktivitas gletser.
20. Contoh: lembah bergantung (hanging vallev), cirque, morena, drumlin.
21. Bentuk lahan asal aeolian: oleh proses angin.
22. Contoh: loess, gumuk pasir, barchan, parabolik, longitudinal dan
tranversal.
23. Bentuk lahan asal solusional: oleh pelarutan batuan.
24. Contoh: doline, kubah karts, gua karst, Bentuk lahan asal organik: oleh
aktivitas organisme (terumbu karang) dan pantai bakau.
25. Bentuk lahan asal antropogenik: oleh aktivitas manusia.
26. Contoh: waduk dan pelabuhan.
28
Alat
1. Kompas geologi, digunakan untuk mengetahui arah mata angin, mengukur
slope, mengukur strike dan dip
2. Kamera, digunakan untuk mengumpulkan foto-foto sebagai data
pendukung.
3. Alat tulis, digunakan untuk mencatat semua data yang telah didapatkan.
4. Helm safety, safety shoes dan safety vest, yang digunakan untuk
melindungi dari bahaya.
5. Palu Geologi, digunakan untuk pengambilan sampel
29
1. HCL
Pendahuluan
Pengambilan Data
Pengamatan Geomorfologi Pengamatan Singkapan
Stratigrafi Terukur
Analisis Litologi
Skripsi
34
Satuan Bentuklahan…..
DIJELASKAN
DIJELASKAN
4.3 Geologi Daerah Penelitian
DIJELASKAN
4.4 Struktur Geologi Daerah Penelitian
DIJELASKAN
36
V. KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
Barber A.J, Crow M.J, Wilson J.S. 2005. Sumatera : Geology, Resources and
Tectonic Evolution. The Geological Society. London. 290 hal
Barber A.J. 2000. The origin of the Woyla Terranes in Sumatra and the Late
Mesozoic evolution of the Sundaland margin. University of London.
Egham. Hal 713-738.
Hasan M.M dan Santosa B.J. 2014. Analisa Pola Bidang Sesar Pada Zona
Subduksi di Wilayah Sumatera Barat dari Event Gempa Pada Tahun 2013.
Jurnal Sains Dan Seni Pomits. Surabaya. Vol 3. Nomor 1. Hal 11-14.
Natawidjaja D.H. 2017. Updating active fault maps and sliprates along the
Sumatran Fault Zone, Indonesia. IOP Conf. Series: Earth and
Environmental Science 118. Hal 1-11.
Simandjuntak T.O dan Barber A.J. 1996. Contrasting tectonic styles in the
Neogene orogenic belts of Indonesia. University of London. Egham. Hal
185-201.