Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM PERPETAAN TOPOGRAFI

DESAIN SURVEI
AKUISISI DATA SEISMIK REFLEKSI

Oleh :

AGTIAN GUNAWAN WIBISONO


115.210.072
KELOMPOK 02

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
DESAIN SURVEI
AKUISISI DATA GEOMAGNET
Laporan ini disusun sebagai syarat mengikuti acara Praktikum Perpetaan
Topografi selanjutnya, tahun ajaran 2022/2023, Program Studi Teknik Geofisika,
Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.

Disusun Oleh :

AGTIAN GUNAWAN WIBISONO


115.210.072

ACC 1 ACC 2

xx xx

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

ii
Puja dan puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT
dikarenakan dengan rahmat, berkah karunia serta hidayah-Nya penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Perpetaan dengan judul “Desain Survei
Akuisisi Data Geomagnet” sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan.
Laporan praktikum perpetaan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Praktikum Perpetaan Topografi pada Program Studi Geofisika, Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
tahun ajaran 2022/2023. Penulis berterimakasih banyak kepada banyak pihak
yang memberikan banyak bantuan dan masukan - masukan.
Penulis sangat terbuka dan berharap adanya kritik, saran, dan masukan
terhadap laporan praktikum ini dikarenakan penulis sadar terdapat banyak
kekurangan-kekurangan pada laporan. Siapapun yang membaca laporan ini
semoga dapat mepahami dan mendapat ilmu atau manfaat yang berguna serta
barokah. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Yogyakarta, 23 September 2022

AGTIAN GUNAWAN WIBISONO

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………..………………………………….. i


HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan.......................................................................................2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Geologi Regional...........................................................................................4
2.1.1. Formasi Wungkal - Gamping.................................................................4
2.1.2. Formasi Kebo - Butak.............................................................................4
2.1.3. Formasi Semilir......................................................................................4
2.1.4. Formasi Nglanggeran..............................................................................5
2.1.5. Formasi Sambipitu..................................................................................5
2.1.6. Formasi Oyo...........................................................................................5
2.1.7. Formasi Wonosari...................................................................................5
2.1.8. Formasi Kepek........................................................................................6
2.1.9. Endapan Permukaan...............................................................................6
2.2. Geologi Lokal................................................................................................6
2.3. Penelitian Terdahulu......................................................................................7

BAB III. DASAR TEORI


3.1. Pengertian Peta..............................................................................................8
3.2. Jenis – Jenis Peta...........................................................................................9
3.3. Peta Topografi.............................................................................................11
3.4. Sayatan dan Penampang..............................................................................12
3.5. Software Pengolahan Topografi..................................................................13
3.5.1. Surfer....................................................................................................13

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN


4.1. Diagram Alir Pengolahan Data...................................................................15
4.2. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data..............................................16

iv
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Langkah – Langkah Pembuatan Peta Topografi dan Sayatan.....................18
5.1.1. Peta Topografi Manual.........................................................................18
5.1.2 Peta Topografi Digital...........................................................................19
5.2. Peta Topografi Sayatan Software................................................................22
5.3. Peta Poligon Manual...................................................................................23
5.4. Peta Topografi Manual................................................................................24

BAB VI. PENUTUP


6.1. Kesimpulan..................................................................................................26
6.2. Saran............................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
LAMPIRAN
LAMPIRAN A. Peta Topografi dan Sayatatan
LAMPIRAN B. Peta Poligon Manual
LAMPIRAN C. Peta Topografi Manual
LAMPIRAN D. Lembar konsul 1&2
LAMPIRAN E. Lembar Penilaian

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Gambaran peta umum (Waluya, 2015)..............................................9


Gambar 3.2. Gambaran Peta Geologi (Waluya, 2015).........................................10
Gambar 3.3. Gambaran Peta Topografi (Waluya, 2015)......................................11

v
Gambar 3.4. Garis Kontur (Rostianingsih, dkk., 2004)........................................12

Gambar 5.1. Halaman awal software surfer ……………………………………19


Gambar 5.2. Plotting titik detil x, y, dan z pada worksheet.................................19
Gambar 5.3. Menyimpan data plotting.................................................................20
Gambar 5.4. Membuka document baru................................................................20
Gambar 5.5. Tampilan dialog box grid data – select data....................................20
Gambar 5.6. Membuat sayatan penampang.........................................................21
Gambar 5.7. Sayatan penampang dan grafik sayatan penampang.......................21
Gambar 5.8. Penamaan judul penampang topografi............................................21
Gambar 5.9. Merapihkan penampang topografi...................................................22
Gambar 5.10. Peta topografi.................................................................................22

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Geofisika merupakan bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi
menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Penelitian geofisika diperlukan
untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan pendataan di
atas permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di
dalam bumi. Dari pendataan ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi
di bawah permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun horizontal (Bahri dan
Madlazim, 2012).
Dalam melakukan eksplorasi geofisika pada suatu daerah, dibutuhkan data
geologi setempat ataupun pemetaan pada kawasan tersebut. Suatu pengukuran
atau pemetaan dapat menghasilkan suatu output berupa peta. Peta merupakan
gambaran konvesional dari permukaan bumi baik sebagian atau seluruhnya pada
bidang datar atau bidang yang bisa didatarkan dengan dibubuhi skala atau simbol
(Tim penyusun geografi PP – PAUD Dikmas Jawa Barat, 2017). Dari suatu peta,
kita dapat mengetahui suatu keadaan permukaan bumi dengan jelas dan mudah.
Karena, peta memuat kenampakan – kenampakan yang ada di bumi.
Salah satu jenis peta yang kita ketahui ialah peta topografi. Peta topografi
merupakan suatu peta yang menyajikan objek - objek dipermukaan bumi dengan
ketinggian yang dihitung dari permukaan air laut dan digambarkan dalam bentuk
garis-garis kontur, dengan setiap satu garis kontur mewakili satu ketinggian
(Afani, I, Y, N., Yuwono, B, D., & Bashit, N. 2019).
Dalam melakukan eksplorasi geofisika juga diperlukan adanya desain survey
pada daerah yang akan di teliti. Desain survei adalah rencana dan struktural
penelitian yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam
menjawab pertanyaan penelitian dengan mengefisiensikan waktu, dana, tenaga,
dan kemampuan yang dimilikinya selama melakukan kegiatan penelitian (Hadjar,
1999).
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, tentunya manusia menginginkan
segalanya serba instan. Mereka ingin mengefisienkan waktu dan tenaga yang

1
mereka keluarkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Salah satunya dalam proses
pembuatan peta topografi dan desain survei. Karena proses pembuatannya yang
cukup sulit dan membutuhkan waktu yang cukup lama, maka dibutuhkan suatu
inovasi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dengan adanya software
pengolahan, permasalahan tersebut dapat diminimalisir. Software yang digunakan
antara lain glonal mapper, surfer, dan google earth.
Dari kemudahan pembuatan peta topografi dan desain survey menggunakan
software , maka dapat dilakukan penelitian pada keadaan nyata. Salah satu
wilayah yang diteliti ialah di daerah Ampah, Kabupaten Barito, Provinsi
Kalimantan Selatan. Kegiatan survey seismik refleksi di daerah Ampah dilakukan
untuk melengkapi data bawah permukaan yang dibutuhkan untuk pengembangan
potensi batubara bawah permukaan di daerah setempat.

Seismik refleksi adalah salah satu metode geofisika yang mempergunakan


prinsip seismologi untuk memperkirakan kondisi bawah permukaan bumi. Secara
umum kegiatan akuisisi data seismik dimulai dengan membuat sumber getar
buatan, seperti vibroseis atau dinamit, kemudian mendeteksi dan merekamnya ke
suatu alat penerima, seperti geofon atau hidrofon. Getaran hasil ledakan akan
menembus ke dalam permukaan bumi dimana sebagian dari sinyal tersebut akan
diteruskan dan sebagian akan dipantulkan kembali oleh reflektor. Sinyal yang
dipantulkan kembali tersebut akan direkam oleh alat perekam di permukaan.
Sedangkan sinyal yang menembus permukaan bumi akan dipantulkan kembali
oleh bidang refleksi dimana kemudian sinyalnya diterima kembali oleh alat
perekam dan seterusnya hingga ke alat perekam yang terakhir. Alat perekam akan
menghasilkan data berupa trace seismik. Setelah akuisisi data seismik, tahap
berikutnya adalah pengolahan data seismik. Dari hasil pengolahan data seismik
tersebut, ahli geofisika dapat merekonstruksi dan mendeteksi keadaan bawah
permukaan bumi.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari percobaan ini ialah agar peneliti memahami dan mengetahui cara
menggunakan alat yang berkaitan dengan metode seismik refleksi. Peneliti juga

2
diharapkan dapat memahami proses pembuatan peta topografi secara digital
melalui suatu software pengolahan topografi yaitu software surfer, global mapper,
dan google earth yang sudah sering digunakan dalam era globalisasi seperti
sekarang ini, serta dapat mencari target pengukuran yang telah dibuat modelnya.
Tujuan dari percobaan ini ialah agar peneliti dapat membuat suatu peta
topografi. Peneliti juga diharapkan mampu membuat dan mengolah suatu peta
topografi dalam sebuah software yaitu surfer, global mapper, dan google earth
untuk menghasilkan suatu peta topografi digital, sehingga waktu yang digunakan
dalam pembuatan peta topografi ini dapat lebih singkat. Output yang dihasilkan
dari penelitian ini ialah suatu peta topografi dan desain survey yang dibuat melalui
software.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geologi Regional


Cekungan Barito merupakan cekungan berumur Tersier yang terletak di
bagian tenggara Schwaner Shield di daerah Kalimantan Selatan. Cekungan ini
dibatasi Pegunungan Meratus pada bagian timur dan pada bagian utaranya
berbatasan dengan Cekungan Kutai. Cekungan Barito pada bagian selatan dibatasi
Laut Jawa dan bagian barat dibatasi oleh Paparan Sunda (Kusuma dan Nafi,
1986).

Cekungan Barito termasuk didalamnya Meratus Range yang dicirikan dengan


endapan berumur Paleogen yang terdiri dari batupasir kuarsa, konglomerat,
serpih, batulempung, lapisan batubara dan pada bagian atasnya berupa napal dan
batugamping yang telah mengalami perlipatan dan pensesaran secara intensif pada
akhir zaman Tersier (Van Bemmelen, 1949).

Stratigrafi Cekungan Barito


Secara umum sedimentasi di Cekungan Barito merupakan suatu daur lengkap
sedimentasi yang terdiri dari seri transgresi dan regresi. Fase transgresi terjadi
pada kala Eosen – Miosen Awal dan disertai dengan pengendapan Formasi
Tanjung dan Berai, sedangkan fase regresi berlangsung pada kala Miosen Tengah
hingga Pliosen bersamaan dengan diendapkannya Formasi Warukin dan Dahor
( Kusuma dan Nafi, 1986). Menurut Sikumbang dan Heryanto (1987), urutan
stratigrafi Cekungan Barito dari tua ke muda adalah sebagai berikut :
Batuan Alas
Batuan alas ini berumur pra - Tersier dan merupakan batuan dasar dari
batuan-batuan Tersier. Komposisinya terdiri dari beberapa batuan, yaitu lava
andesit, batugamping klastik dan konglomerat polimik.

Formasi Tanjung
Formasi Tanjung diendapkan secara tidak selaras di atas batuan pra–Tersier.
Formasi ini dibagi menjadi dua anggota, dari tua ke muda yaitu:
-Tanjung Bawah, terdiri dari konglomerat, batupasir, batubara sebagai hasil
endapan pantai–paralik.
-Tanjung Atas, terdiri dari batulempung, napal, dan batugamping fosilan yang
merupakan endapan laut dangkal.

Formasi Tanjung berumur Eosen. Formasi Tanjung mempunyai ketebalan 1300 m


dengan lingkungan pengendapan paralik – delta – laut dangkal. Formasi Tanjung

4
pertama kali ditemukan di kampung Tanjung, penyebarannya meliputi daerah
Kambitu, Tanjung, Panaan dan Manunggal di daerah Tanjung Raya. Fosil
penunjuk Formasi Tanjung adalah Discocyclina sp, Nummulites djogjakartae,
Nummulites pengaronensis dan Sigmoilina personata.

Formasi Warukin
Formasi Warukin terletak selaras di atas Formasi Berai. Formasi Warukin
terdiri dari tiga anggota, dari tua ke muda yaitu:
- Warukin Bawah, merupakan selang-seling napal, batugamping, serpih, dan
serpih gampingan. 
-Warukin Tengah, terdiri dari napal, lanau, lempung dan lapisan pasir tipis
dengan sisipan batubara. 
-Warukin Atas, terdiri dari batubara dengan sisipan lempung karbonat dan
batupasir. 

Formasi Warukin berumur Miosen Awal – Miosen Akhir. Formasi ini mempunyai
ketebalan 300 – 500 m dengan lingkungan pengendapan paralik - delta. Formasi
Warukin pertama kali ditemukan di desa Warukin, Tanjung Raya Kalimantan
Selatan. Penyebaran formasi ini meliputi seluruh Cekungan Barito. Fosil penunjuk
Heterosgina sp, Lepidocyclina sp dan Spyroclypeus leupoldi.

Formasi Dahor
Formasi Dahor diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Warukin.
Formasi ini tersusun oleh batupasir kuarsa putih kurang padat, sebagian berupa
pasir lepas, bersisipan lempung, lanau abu-abu, lignit dan limonit. Di beberapa
lokasi ditemukan sisipan kerakal kuarsa, kerakal batuan beku bersifat granitis dan
batuan metasedimen. Formasi ini diperkirakan berumur Miosen Akhir sampai
Pliosen dengan lingkungan pengendapan paralik. Formasi ini mempunyai
ketebalan 300 m. Formasi Dahor pertama kali ditemukan di kampung Dahor dan
penyebarannya ke arah timur dan barat. Susunan stratigrafi Cekungan Barito
secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar dibawah (kanan).

5
Gambar 2.1 1 Kolom Stratigrafi Cekungan Barito (Kusuma dan Nafi, 1986)

2.2. Geologi Lokal


Daerah penyelidikan merupakan bagian dari cekungan Barito. Geologi
daerah penyelidikan termasuk Lembar Geologi daerah Buntok (Sutrisno dkk.,
1994). Berdasarkan peta geologi daerah Buntok, fomasi pembawa batubara di
daerah penyelidikan berada pada 3 formasi, yaitu Formasi Dahor, Warukin
dan Tanjung. Formasi Warukin. Formasi Dahor tersusun oleh batupasir kuarsa
putih kurang padat, sebagian berupa pasir lepas, bersisipan lempung, lanau
abu-abu, lignit dan limonit. Formasi Warukin tersusun oleh selang-seling
napal, batugamping, serpih, dan serpih gampingan. batubara dengan sisipan
lempung karbonat dan batupasir. 

lokasi penelitian berada pada 5 formasi, yaitu Formasi Wonosari, Formasi Kepek,
Formasi Sambipitu, Formasi Nganggran dan Formasi Semilir. Formasi Wonosari
tersusun dari batugamping berlapis, batugamping masif, dan batugamping
terumbu. Batuan penyusun Formasi Kepek tersusun atas napal dan batugamping
berlapis. Formasi Sambipitu memiliki batuan penyusun tuf, serpih, batu lanau,
batupasir dan konglomerat. Batuan penyusun Formasi Nglanggran terdiri atas
breksi gunungapi, breksi aliran, aglomerat, lava dan tuf. Formasi semilir tersusun
atas perselingan antara breksi dan tuf, breksi batu apung, tuf dasit dan tuf andesit
serta batulempung tufan.

6
2.3. Penelitian Terdahulu
Judul : Pemodelan 2D dan 3D Metode Geomagnet untuk Interpretasi Litologi dan
Analisis Patahan di Jalur Sesar Oyo
Tahun : 2018
Penulis : Heningtyas, Nugroho Budi Wibowo, Denny Darmawan
Jurnal : JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

Paper ini membahas mengenai pemodelan pola sebaran anomaly


geomagnetic untuk mengetahui keberadaan jalur sesar oyo, dapat mengetahui
susunan formasi sesar oyo berbasis pemodelan geomagnetic. Gempa susulan
setelah gempabumi Yogyakarta Tahun 2006 memiliki hiposenter bukan di
sepanjang Sesar Opak tapi cenderung di sekitar unidentified fault yang berjarak 10
– 15 km sebelah timur pegunungan Gunung Kidul. Unidentified fault tersebut
berkorelasi dengan keberadaan jalur Sesar Oyo.
Untuk metode penelitian pada penelitian yang dilakukan di Pulau Jawa,
Kecamatan Imogiri dan Kecamatan Dlingo di Kabupaten Bantul, serta Kecamatan
Panggang dan Kecamatan Paliyan di Kabupaten Gunungkidul., Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Penilitian dilakukan pada tanggal 14-15 Maret 2016.
Kegiatan pengambilan data geomagnet dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur besar medan magnet total di titik-titik yang telah ditentukan pada
kawasan penelitian menggunakan Proton Precession Magnetometer.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini ialah pemodelan 2D dan 3D untuk
menginterpetasi litologi serta analisis patahan dari Sesar Oyo menggunakan
Metode Magnetik. Dimana pada pemodelan ini dapat menyampaikan informasi
mengenai karakteristik sesar tersebut.
Kesimpulan dari penelitian ini Dugaan jalur Sesar Oyo berdasarkan hasil
pemodelan diidentifikasi sebagai sesar geser, tebagi menjadi dua segmen yaitu :
segmen pertama memanjang dari arah tenggara melewati Formasi Wonosari dan
Formasi Sambipitu sepanjang 5,8 km dengan arah N120°E dan segmen kedua
memanjang dari ujung segmen pertama sepanjang 2,5 km dengan arah N160°E.
Dugaan jalur sesar Oyo terdapat pada perbatasan tumpukan selaras dari Formasi
Wonosari dengan Formasi Sambipitu.

7
BAB III
DASAR TEORI

3.1. Pengertian Peta


Pengertian peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi yang
digambar pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi
simbol sebagai penjelas. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda,
mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di
layar komputer. Istilah peta berasal dari bahasa Yunani mappa yang berarti taplak
atau kain penutup meja. Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari suatu
ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi.
Banyak peta mempunyai skala, yang menentukan seberapa besar objek pada peta
dalam keadaan yang sebenarnya. Kumpulan dari beberapa peta disebut atlas
(Utama, 2014)
Syarat - syarat peta :

8
● Conform, yaitu bentuk dari sebuah peta yang digambar serta harus
sebangun dengan keadaan asli atau sebenarnya di wilayah asal atau di
lapangan.
● Equidistance, yaitu jarak di peta jika dikalikan dengan skala yang telah di
tentukan sesuai dengan jarak di lapangan.
● Equivalent, yaitu daerah atau bidang yang digambar di peta setelah
dihitung dengan skalanya, akan sama dengan keadaan yang ada di
lapangan.
Peta yang terdiri dari berbagai macam skala, pada setiap skalanya tentunya
memberikan informasi yang berbeda - beda. Hal ini berkaitan dengan proses
pemilihan unsur yang digambarkan dengan menggunakan metode generalisasi.
Setiap peta dilakukan proses generalisasi untuk membuat peta menjadi mudah
dibaca dan dipahami informasinya. Pemilihan informasi yang disajikan pada peta
skala besar tentunya lebih detail daripada peta dengan skala yang kecil
(Setyaningsih & Rahardjo, 2014)

Peta diklasifikasikan kedalam beberapa jenis, yaitu :


a. Berdasarkan isinya
1. Peta umum
Peta umum adalah peta yang menggambarkan seluruh penampakan
yang ada di permukaan bumi. Penampakan tersebut dapat bersifat alamiah
misalnya sungai, maupun yang bersifat budaya atau buatan manusia,
misalnya jalan raya. Termasuk ke dalam jenis peta umum adalah :
● Peta Dunia, menyajikan informasi tentang bentuk dan letak
wilayah setiap negara di dunia.
● Peta Korografi, menggambarkan sebagian atau seluruh permukaan
bumi yang bercorak umum dan berskala kecil, seperti atlas.
● Peta Topografi, menyajikan informasi tentang permukaan bumi
dan reliefnya, ditambah penampakan lain seperti pengairan, fisik
dan budaya untuk melengkapinya.

9
Gambar 3.1. Gambaran peta umum (Waluya, 2015)

2. Peta khusus
Peta khusus atau peta tematik yaitu peta yang menggambarkan atau
menyajikan informasi penampakan tertentu (spesifik) di permukaan bumi.
Pada peta ini, penggunaan simbol merupakan ciri yang ditonjolkan sesuai
tema yang dinyatakan pada judul peta. Termasuk pada jenis peta tematik,
antara lain :
● Peta Iklim, menyajikan tema iklim dengan menggunakan simbol
warna.
● Peta Sumberdaya Alam di Indonesia, menyajikan tema potensi
sumberdaya alam yang ada di Indonesia dengan menggunakan
simbol - simbol yang menggambarkan jenis - jenis sumberdaya
alam.
● Peta Tata Guna Lahan, menyajikan tema pola pegunungan lahan
suatu wilayah dengan menggunakan simbol - simbol yang
menggambarkan lahan pertanian, kawasan industri, pemukiman,
dan lain - lain.
● Peta Persebaran Penduduk Dunia, menyajikan tema perbedaan
kepadatan penduduk di dunia dengan menggunakan simbol titik
atau lingkaran (makin banyak dan padat jumlah titik di suatu
wilayah maka makin padat penduduknya).
● Peta Geologi, menyajikan tema jenis-jenis batuan dengan
menggunakan simbol-simbol warna, dimana setiap warna
menunjukkan jenis batuan tertentu.

10
Gambar 3.2. Gambaran Peta Geologi (Waluya, 2015)

b. Menurut skala peta


Skala peta juga dibuat bermacam-macam tergantung pada tujuan dan
kebutuhannya. Berdasarkan skalanya peta dikelompokkan menjadi:
● Peta Kadaster, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 100
sampai dengan 1 : 5.000. Contoh : Peta Hak Milik Tanah.
● Peta skala Besar, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 5.000
sampai dengan 1: 250.000. Contoh : Peta Topografi
● Peta Skala Sedang, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 :
250.000 sampai dengan 1 : 500.000. Contoh : Peta Kabupaten Per
provinsi.
● Peta Skala Kecil, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 500.000
sampai dengan 1 : 1.000.000. Contoh : Peta Provinsi di Indonesia.
● Peta Geografi, yaitu peta yang memiliki skala lebih kecil dari 1 :
1.000.000. Contoh : Peta Indonesia dan Peta Dunia.
c. Berdasarkan Obyeknya :
● Peta dinamik yaitu peta yang menggambarkan keadaan yang
sifatnya tidak tetap atau labil. Misal : Peta penduduk, Peta
Pemukiman, Peta Transmigrasi.
● Peta Stationer yaitu peta yang menampilkan data yang tetap
sifatnya atau stabil. Misal : Peta Wilayah, Peta Tanah, Peta
Geologi.

3.2. Metode Geomagnetik


Metode geomagnetik adalah salah satu metode geofisika yang digunakan
untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat
kemagnetan bahan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan. Alat

11
yang digunakan dalam metode geomagnetik adalah magnetometer. Metoda
geomagnet merupakan metode pengolahan data potensial untuk memperoleh
gambaran bawah permukaan bumi yang berdasarkan karakteristik magnetiknya.
Metode goemagnet memanfaatkan sifat kemagnetan bumi sehingga didapat kontur
yang menggambarkan distribusi suseptibiliti batuan di bawah permukaan pada
arah horizontal (Rusita dkk, 2016).
Nilai anomali medan magnet dalam nT sebagai ˂˂ ITI dan arah sama
dengan arah F, maka dapat dituliskan (Blakely, 1996):
ΔT = ITI - IFI ........................................................................................................
(1)
Untuk mendapatkan nilai anomali medan magnet persamaannya dapat dituliskan
menjadi:
ΔT = T – ΔF - F...................................................................................... (2)
dengan adalah nilai medan magnet total dalam nT, adalah nilai variasi harian
dalam nT, adalah nilai IGRF dalam nT.

3.3. Desain Survei Geofisika


Survei pendahuluan/reconaissance dilakukan untuk mengetahui dan
mengkaji wilayah yang telah dipilih sehingga bisa diimplementasikan di lapangan.
Pengecekan lapangan dilakukan dengan menggunakan alat bantu GPS navigasi
dan kompas untuk mengetahui posisi (koordinat X dan Y) dilapangan,
clinometer/helingmeter untuk mengetahui kemiringan rencana trase, serta formulir
survey untuk mencatat posisi dan mencatat apakah trase yang dilalui masih
memenuhi persyaratan landai kritis maksimum dari yang dipersyaratkan. Alat
bantu GPS navigasi dalam survei ini sangat membantu dalam mengetahui posisi
secara tepat setiap saat di lapangan, terutama untuk survei pendahuluan pada
perencanaan jalan baru maupun perencanaan jalan yang dekat dengan perbatasan
wilayah/negara lain. Tahapan survei umum lokasi penelitian, bertujuan untuk
mengetahui secara langsung daerah penelitan baik dari segi kepadatan 4
penduduk, lingkungan sekitar juga kondisi topografi.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain


penelitian survei. Desain penelitian survei yaitu prosedur penelitian kuantitatif

12
yang dilakukan untuk memperoleh mendeskripsikan sikap, perilaku, dan
karakteritik dari populasi yang diperoleh melalui sampel dalam populasi. Jenis
survei yang digunakan adalah cross sectional survey design yaitu desain penelitian
yang mengumpulkan data pada satu waktu kepada sampel (Creswell, 2012).
Pembuatan desain survei lokasi bertujuan supaya dapat mewakili setiap formasi
geologi yang ada di lokasi penelitian

3.4. Software Global Mapper


Global Mapper adalah salah satu perangkat lunak yang cukup populer
sering digunakan oleh kalangan praktisi GIS (geographics information system)
atau orang-orang yang berkecimpung di bidang pemetaan.

Keuntungan Global Mapper:

1. Melakukan perhitungan jarak dan luas dengan akurat, pembauran arsir dan
penyesuaian kontras, melihat elevasi, dan perhitungan garis pandang untuk
memaksimalkan presisi.

2. Secara rutin menghemat waktu yang dihabiskan untuk melakukan tugas


berulang dengan menggunakan fungsi bahasa script yang built-in dan
konversi batch secara menyeluruh.

3. Dengan cepat mendigitalkan fitur vektor baru, mengedit fitur yang sudah
ada, dan dengan mudah menyimpannya ke format ekspor yang didukung.

4. Dengan mudah melacak setiap perangkat GPS yang kompatibel yang


terhubung ke port serial komputer Anda melalui data apa pun yang di-
upload, menandai waypoint tanpa sambungan, serta merekam log
pelacakan.

5. Dalam sekejap menetapkan interval kontur untuk setiap kombinasi data


elevasi dengan fitur pembuat kontur tingkat lanjut.

6. Secara otomatis melakukan triangulasi dan grid kumpulan data titik 3D


untuk mengkonversi contoh kumpulan elevasi menjadi kumpulan data yang
sepenuhnya di-grid.

13
7. Dengan cepat menyimpan isi layar menjadi file BMP, JPG, PNG, atau
(Geo) TIFF, yang dapat Anda rektifikasi secara intuitif dan disimpan dalam
citra baru yang sepenuhnya dapat dijadikan georeferensi.

8. Dengan segera melakukan dekompresi setiap transfer file SDTS ke


direktori yang terpisah, menghemat waktu yang berharga.

9. Segera menampilkan file DRG terdekat melalui kliping otomatis file collar
USGS DRG

3.5. Software ArcGIS


ArcGIS adalah salah satu perangkat lunak SIG yang memiliki versi desktop.
Perangkat lunak ini memiliki banyak fungsional, exstension yang sudah
terintegrasi, dan juga mengimplementasikan konsep basis data spasial;
khususnya geodatabase (baik personal maupun multi-user). ArcGIS dibuat untuk
performance GIS yang tinggi contoh untuk Web GIS, Server GIS, Database GIS
yang besar, dsb. Kelemahan ArcGIS adalah programnya relatif besar (1,5
gigabyte), dan membutuhkan spesifikasi komputer yang tinggi RAM minimal
256 mega, VGA 128 Mega, processor Pentium IV dan sekelasnya hardisk 40
GB. (Prahasta, Eddy. 2009).

1. ArcReader, yang memungkinkan seseorang untuk melihat peta dan query


yang dibuat dengan produk Arc lainnya;

2. ArcView, yang memungkinkan seseorang untuk melihat data spasial,


membuat berlapis peta, dan melakukan dasar analisis spasial;

3. ArcEditor, yang disamping fungsi ArcView, termasuk alat yang lebih canggih
ntuk manipulasi shapefile dan geodatabases;

4. ArcInfo, ang mencakup kemampuan untuk manipulasi data, mengedit, dan


analisis.

5. Ada juga berbasis server ArcGIS produk, serta produk ArcGIS untuk PDA.
Ekstensi dapat dibeli secara terpisah untuk meningkatkan fungsi ArcGIS.

14
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Diagram Alir Pengolahan Data

Mulai

Persiapan
Studi
Peta Dasar
Literatur

Digitasi Peta

Overlay Peta

Menentukan Titik
Pengukuran

15
Peta Desain Peta Desain Peta Desain
Survei
Survei Survei Alterasi
Geologi

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai
4.2. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data
Langkah – langkah yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah :
1. Memulai penelitian dengan menyiapkan alat dan bahan seperti alat tulis,
kalkir, rotring, penggaris, dan lain – lain.
2. Total station merekam data awal yang didapat yaitu berupa data Ha
(Horizontal azimuth), Va (Vertical angle), dan SD (Slope distance).
Namun, data yang diolah kali ini ialah data sekunder yang didapat dari
penelitian sebelumnya.
3. Setelah didapatkan ketiga data tersebut, maka data tersebut diolah
menggunakan Microsoft excel untuk mendapatkan nilai data poligon.
Penggunaan rumus – rumus dalam Microsoft excel ini dilakukan untuk
mempermudah dan mempercepat proses pengolahan data.
4. Setelah data poligon diolah, akan didapat nilai koreksi sudut dalam,
koreksi poligon, dan koreksi beda tinggi. Ketiga nilai yang telah diolah ini
mencakup nilai – nilai lainnya yang dapat membantu dalam proses
pembuatan peta poligon. Nilai – nilai tersebut dapat menentukan letak titik
BM (Bench mark) pada poligon tertutup yang akan dibuat pada peta
poligon.
5. Proses akhir pengolahan data poligon ini menghasilkan data akhir berupa
nilai titik koordinat x, y, dan z. pada peta poligon sistem koordinat, titik –
titik ini dapat menentukan titik BM pada poligon yang akan terbentuk.

16
Pembuatan poligon menggunakan titik x, y, dan z ini menggunakan garis
bantu berupa garis kartesius atau sumbu x dan sumbu y untuk
mempermudah pemlottingan titik.
6. Dari hasil pemlottingan tersebut, dapat dibuat suatu peta poligon sistem
koordinat yang menggunakan koordinat titik x, y, dan z pada BM nya.
7. Selain itu, juga didapat hasil peta poligon sistem azimuth yang
menggunakan nilai sudut dalam terkoreksi, koreksi Ha, dan D terkoreksi
untuk menentukan letak titik BM nya.
8. Dari titik koordinat x, y, dan z yang telah didapat, kemudian diinput ke
dalam perhitungan data detil menggunakan excel sehingga nantinya
didapat nilai titik x, y, dan z pada perhitungan detil. Pada pembuatan peta
topografi, nilai koordinat yang digunakan ialah nilai detil pada titik z
karena nilai titik z ini menandakan nilai ketinggian pada suatu wilayah.
Nilai detil pada titik z ini nantinya akan diplot pada suatu media berupa
kertas kalkir. Dari titik – titik detil yang telah diplot dapat dilakukan
proses triangulasi yaitu proses menghubungkan titik – titik dengan jarak
terdekat menggunakan garis. Setelah itu, ada proses perhitungan
interpolasi untuk menghitung dan menentukan garis penggal untuk
mengetahui nilai ketinggian suatu titik. Tahap terakhir ialah pembuatan
garis kontur dengan menghubungkan nilai ketinggian yang sama.
9. Nilai koordinat x, y, dan z yang didapat dari perhitungan detil dapat
dimasukkan pada software surfer untuk dapat mengolah suatu peta
topografi digital. Nilai koordinat x, y, dan z ini di input kedalam
worksheet pada software surfer. Pemanfaatan software pengolahan
topografi dapat mempermudah proses pembuatan peta topografi.
10. Setelah dilakukan proses pada nomor (8) dan nomor (9) akan dihasilkan
suatu peta topografi, berupa peta topografi manual dan peta topografi
digital.
11. Output – output yang telah didapat berupa peta poligon sistem koordinat,
peta poligon sistem azimuth, dan peta topografi perlu dilakukan
pembahasan dengan mengacu pada studi literatur yang telah ada.

17
Pembahasan ini membahas mengenai pengolahan data pada proses
penelitian ini.
12. Setelah didapat pembahasan, selanjutnya adalah membuat kesimpulan.
Kesimpulan ini mencakup proses penelitian dari awal hingga akhir serta
hasil penelitian yang didapat.
13. Menyelesaikan penelitian setelah didapatkan suatu kesimpulan.

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Langkah – Langkah Pembuatan Peta Topografi dan Sayatan


5.1.1. Peta Topografi Manual
5.1.2 Peta Topografi Digital

5.2. Peta Topografi Sayatan Software

5.3. Peta Poligon Manual

5.4. Peta Topografi Manual

18
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
6.2. Saran

19
DAFTAR PUSTAKA

Afani, I, Y, N., Yuwono, B, D., & Bashit, N. (2019). Optimalisasi Pembuatan


Peta Kontur Skala Besar Menggunakan Kombinasi Data Pengukuran
Terestris dan Foto Udara Format Kecil. Jurnal Geodesi UNDIP, Vol 8 (1),
180 – 189
Ahmad, F., Handayani, I. D., & Margiantono, A. (2018). Analisis Tingkat
Kebisingan di Universitas Semarang dengan Peta Kontur Menggunakan
Software Golden 1. Elektrika, 10 (2), 22-27.
Anonim. (2017, Mei). Geologi Regional Pegunungan Selatan. Diakses dari
https://sm-iagi.ft.ugm.ac.id/geologi-regional-pegunungan-selatan/
Ardiananda, C, R., Virgianti, I., Qamil, I, M., & Juwitaningsih, D. (2017).
Geografi: Pengetahuan Dasar Perpetaan dan Penginderaan Jauh. (Modul
2). Tim Penyusun geografi. Jawa Barat, Indonesia: PP – PAUD dan
Dikmas Jawa Barat
Bronto, S., Hartono, G., dan Astuti, B., 2004. Hubungan genesa antara batuan
beku intrusi dan ekstrusi di Perbukitan Jiwo, Kecamatan Bayat, Klaten,
Jawa Tengah. Majalah Geologi Indonesia, 19 (3), h.147-163.
David Buisseret, ed., Monarchs, Ministers and Maps: The Emergence of
Cartography as a Tool of Government in Early Modern Europe. Chicago:
University of Chicago Press, 1992, ISBN 0-226-07987-2
Isnaini, N. (2018). Komparasi Penggunaan Media Google Earth dengan Peta
Digital pada Materi Persebaran Fauna Kelas XI IPS di SMA Negeri 1
Semarang. Jurnal Geografi: Media Informasi Pengembangan Dan Profesi
Kegeografian, 12(1), 52-61.
Kepala PUSDIKLAT Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah. (2017). Perencanaan Geometrik Jalan Tingkat
Dasar: Dasar - Dasar Pengukuran Topografi Untuk Pekerjaan Jalan.
(Modul 2). Bandung, Indonesia: Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Mandala Adi, 2012. Belajar Surfer dan Peta Kontur. Surabaya. Graha Ilmu.
Rostianingsih, S., Handoyo, I., & Gunadi, K. (2004). Pemodelan peta topografi ke
objek tiga dimensi. Jurnal Informatika, 5(1), 14-21.
Samsarmin. (2016). Geologi Dinamik "Peta Topografi & Peta Geologi".
Makassar: Universitas Pejuang Republik Indonesia
Setyaningsih, U. H., & Rahardjo, N. (2019). Evaluasi Penyajian Informasi Pada
Berbagai Jenis Peta Aeronautika. Jurnal Bumi Indonesia, 8(4).
Utama, M. R. (2014). Pembangunan Peta Kampus 3D Universitas Komputer
Indonesia Berbasis WebGL. Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika, 1.

20
Waluya, B. (2015). Peta, Globe, dan Atlas. Direktorat UPI.

21

Anda mungkin juga menyukai