DESAIN SURVEI
AKUISISI DATA SEISMIK REFLEKSI
Oleh :
Disusun Oleh :
ACC 1 ACC 2
xx xx
ii
Puja dan puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT
dikarenakan dengan rahmat, berkah karunia serta hidayah-Nya penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Perpetaan dengan judul “Desain Survei
Akuisisi Data Geomagnet” sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan.
Laporan praktikum perpetaan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Praktikum Perpetaan Topografi pada Program Studi Geofisika, Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
tahun ajaran 2022/2023. Penulis berterimakasih banyak kepada banyak pihak
yang memberikan banyak bantuan dan masukan - masukan.
Penulis sangat terbuka dan berharap adanya kritik, saran, dan masukan
terhadap laporan praktikum ini dikarenakan penulis sadar terdapat banyak
kekurangan-kekurangan pada laporan. Siapapun yang membaca laporan ini
semoga dapat mepahami dan mendapat ilmu atau manfaat yang berguna serta
barokah. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan.......................................................................................2
iv
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Langkah – Langkah Pembuatan Peta Topografi dan Sayatan.....................18
5.1.1. Peta Topografi Manual.........................................................................18
5.1.2 Peta Topografi Digital...........................................................................19
5.2. Peta Topografi Sayatan Software................................................................22
5.3. Peta Poligon Manual...................................................................................23
5.4. Peta Topografi Manual................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
LAMPIRAN
LAMPIRAN A. Peta Topografi dan Sayatatan
LAMPIRAN B. Peta Poligon Manual
LAMPIRAN C. Peta Topografi Manual
LAMPIRAN D. Lembar konsul 1&2
LAMPIRAN E. Lembar Penilaian
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 3.4. Garis Kontur (Rostianingsih, dkk., 2004)........................................12
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
mereka keluarkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Salah satunya dalam proses
pembuatan peta topografi dan desain survei. Karena proses pembuatannya yang
cukup sulit dan membutuhkan waktu yang cukup lama, maka dibutuhkan suatu
inovasi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dengan adanya software
pengolahan, permasalahan tersebut dapat diminimalisir. Software yang digunakan
antara lain glonal mapper, surfer, dan google earth.
Dari kemudahan pembuatan peta topografi dan desain survey menggunakan
software , maka dapat dilakukan penelitian pada keadaan nyata. Salah satu
wilayah yang diteliti ialah di daerah Ampah, Kabupaten Barito, Provinsi
Kalimantan Selatan. Kegiatan survey seismik refleksi di daerah Ampah dilakukan
untuk melengkapi data bawah permukaan yang dibutuhkan untuk pengembangan
potensi batubara bawah permukaan di daerah setempat.
2
diharapkan dapat memahami proses pembuatan peta topografi secara digital
melalui suatu software pengolahan topografi yaitu software surfer, global mapper,
dan google earth yang sudah sering digunakan dalam era globalisasi seperti
sekarang ini, serta dapat mencari target pengukuran yang telah dibuat modelnya.
Tujuan dari percobaan ini ialah agar peneliti dapat membuat suatu peta
topografi. Peneliti juga diharapkan mampu membuat dan mengolah suatu peta
topografi dalam sebuah software yaitu surfer, global mapper, dan google earth
untuk menghasilkan suatu peta topografi digital, sehingga waktu yang digunakan
dalam pembuatan peta topografi ini dapat lebih singkat. Output yang dihasilkan
dari penelitian ini ialah suatu peta topografi dan desain survey yang dibuat melalui
software.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Formasi Tanjung
Formasi Tanjung diendapkan secara tidak selaras di atas batuan pra–Tersier.
Formasi ini dibagi menjadi dua anggota, dari tua ke muda yaitu:
-Tanjung Bawah, terdiri dari konglomerat, batupasir, batubara sebagai hasil
endapan pantai–paralik.
-Tanjung Atas, terdiri dari batulempung, napal, dan batugamping fosilan yang
merupakan endapan laut dangkal.
4
pertama kali ditemukan di kampung Tanjung, penyebarannya meliputi daerah
Kambitu, Tanjung, Panaan dan Manunggal di daerah Tanjung Raya. Fosil
penunjuk Formasi Tanjung adalah Discocyclina sp, Nummulites djogjakartae,
Nummulites pengaronensis dan Sigmoilina personata.
Formasi Warukin
Formasi Warukin terletak selaras di atas Formasi Berai. Formasi Warukin
terdiri dari tiga anggota, dari tua ke muda yaitu:
- Warukin Bawah, merupakan selang-seling napal, batugamping, serpih, dan
serpih gampingan.
-Warukin Tengah, terdiri dari napal, lanau, lempung dan lapisan pasir tipis
dengan sisipan batubara.
-Warukin Atas, terdiri dari batubara dengan sisipan lempung karbonat dan
batupasir.
Formasi Warukin berumur Miosen Awal – Miosen Akhir. Formasi ini mempunyai
ketebalan 300 – 500 m dengan lingkungan pengendapan paralik - delta. Formasi
Warukin pertama kali ditemukan di desa Warukin, Tanjung Raya Kalimantan
Selatan. Penyebaran formasi ini meliputi seluruh Cekungan Barito. Fosil penunjuk
Heterosgina sp, Lepidocyclina sp dan Spyroclypeus leupoldi.
Formasi Dahor
Formasi Dahor diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Warukin.
Formasi ini tersusun oleh batupasir kuarsa putih kurang padat, sebagian berupa
pasir lepas, bersisipan lempung, lanau abu-abu, lignit dan limonit. Di beberapa
lokasi ditemukan sisipan kerakal kuarsa, kerakal batuan beku bersifat granitis dan
batuan metasedimen. Formasi ini diperkirakan berumur Miosen Akhir sampai
Pliosen dengan lingkungan pengendapan paralik. Formasi ini mempunyai
ketebalan 300 m. Formasi Dahor pertama kali ditemukan di kampung Dahor dan
penyebarannya ke arah timur dan barat. Susunan stratigrafi Cekungan Barito
secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar dibawah (kanan).
5
Gambar 2.1 1 Kolom Stratigrafi Cekungan Barito (Kusuma dan Nafi, 1986)
lokasi penelitian berada pada 5 formasi, yaitu Formasi Wonosari, Formasi Kepek,
Formasi Sambipitu, Formasi Nganggran dan Formasi Semilir. Formasi Wonosari
tersusun dari batugamping berlapis, batugamping masif, dan batugamping
terumbu. Batuan penyusun Formasi Kepek tersusun atas napal dan batugamping
berlapis. Formasi Sambipitu memiliki batuan penyusun tuf, serpih, batu lanau,
batupasir dan konglomerat. Batuan penyusun Formasi Nglanggran terdiri atas
breksi gunungapi, breksi aliran, aglomerat, lava dan tuf. Formasi semilir tersusun
atas perselingan antara breksi dan tuf, breksi batu apung, tuf dasit dan tuf andesit
serta batulempung tufan.
6
2.3. Penelitian Terdahulu
Judul : Pemodelan 2D dan 3D Metode Geomagnet untuk Interpretasi Litologi dan
Analisis Patahan di Jalur Sesar Oyo
Tahun : 2018
Penulis : Heningtyas, Nugroho Budi Wibowo, Denny Darmawan
Jurnal : JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI
7
BAB III
DASAR TEORI
8
● Conform, yaitu bentuk dari sebuah peta yang digambar serta harus
sebangun dengan keadaan asli atau sebenarnya di wilayah asal atau di
lapangan.
● Equidistance, yaitu jarak di peta jika dikalikan dengan skala yang telah di
tentukan sesuai dengan jarak di lapangan.
● Equivalent, yaitu daerah atau bidang yang digambar di peta setelah
dihitung dengan skalanya, akan sama dengan keadaan yang ada di
lapangan.
Peta yang terdiri dari berbagai macam skala, pada setiap skalanya tentunya
memberikan informasi yang berbeda - beda. Hal ini berkaitan dengan proses
pemilihan unsur yang digambarkan dengan menggunakan metode generalisasi.
Setiap peta dilakukan proses generalisasi untuk membuat peta menjadi mudah
dibaca dan dipahami informasinya. Pemilihan informasi yang disajikan pada peta
skala besar tentunya lebih detail daripada peta dengan skala yang kecil
(Setyaningsih & Rahardjo, 2014)
9
Gambar 3.1. Gambaran peta umum (Waluya, 2015)
2. Peta khusus
Peta khusus atau peta tematik yaitu peta yang menggambarkan atau
menyajikan informasi penampakan tertentu (spesifik) di permukaan bumi.
Pada peta ini, penggunaan simbol merupakan ciri yang ditonjolkan sesuai
tema yang dinyatakan pada judul peta. Termasuk pada jenis peta tematik,
antara lain :
● Peta Iklim, menyajikan tema iklim dengan menggunakan simbol
warna.
● Peta Sumberdaya Alam di Indonesia, menyajikan tema potensi
sumberdaya alam yang ada di Indonesia dengan menggunakan
simbol - simbol yang menggambarkan jenis - jenis sumberdaya
alam.
● Peta Tata Guna Lahan, menyajikan tema pola pegunungan lahan
suatu wilayah dengan menggunakan simbol - simbol yang
menggambarkan lahan pertanian, kawasan industri, pemukiman,
dan lain - lain.
● Peta Persebaran Penduduk Dunia, menyajikan tema perbedaan
kepadatan penduduk di dunia dengan menggunakan simbol titik
atau lingkaran (makin banyak dan padat jumlah titik di suatu
wilayah maka makin padat penduduknya).
● Peta Geologi, menyajikan tema jenis-jenis batuan dengan
menggunakan simbol-simbol warna, dimana setiap warna
menunjukkan jenis batuan tertentu.
10
Gambar 3.2. Gambaran Peta Geologi (Waluya, 2015)
11
yang digunakan dalam metode geomagnetik adalah magnetometer. Metoda
geomagnet merupakan metode pengolahan data potensial untuk memperoleh
gambaran bawah permukaan bumi yang berdasarkan karakteristik magnetiknya.
Metode goemagnet memanfaatkan sifat kemagnetan bumi sehingga didapat kontur
yang menggambarkan distribusi suseptibiliti batuan di bawah permukaan pada
arah horizontal (Rusita dkk, 2016).
Nilai anomali medan magnet dalam nT sebagai ˂˂ ITI dan arah sama
dengan arah F, maka dapat dituliskan (Blakely, 1996):
ΔT = ITI - IFI ........................................................................................................
(1)
Untuk mendapatkan nilai anomali medan magnet persamaannya dapat dituliskan
menjadi:
ΔT = T – ΔF - F...................................................................................... (2)
dengan adalah nilai medan magnet total dalam nT, adalah nilai variasi harian
dalam nT, adalah nilai IGRF dalam nT.
12
yang dilakukan untuk memperoleh mendeskripsikan sikap, perilaku, dan
karakteritik dari populasi yang diperoleh melalui sampel dalam populasi. Jenis
survei yang digunakan adalah cross sectional survey design yaitu desain penelitian
yang mengumpulkan data pada satu waktu kepada sampel (Creswell, 2012).
Pembuatan desain survei lokasi bertujuan supaya dapat mewakili setiap formasi
geologi yang ada di lokasi penelitian
1. Melakukan perhitungan jarak dan luas dengan akurat, pembauran arsir dan
penyesuaian kontras, melihat elevasi, dan perhitungan garis pandang untuk
memaksimalkan presisi.
3. Dengan cepat mendigitalkan fitur vektor baru, mengedit fitur yang sudah
ada, dan dengan mudah menyimpannya ke format ekspor yang didukung.
13
7. Dengan cepat menyimpan isi layar menjadi file BMP, JPG, PNG, atau
(Geo) TIFF, yang dapat Anda rektifikasi secara intuitif dan disimpan dalam
citra baru yang sepenuhnya dapat dijadikan georeferensi.
9. Segera menampilkan file DRG terdekat melalui kliping otomatis file collar
USGS DRG
3. ArcEditor, yang disamping fungsi ArcView, termasuk alat yang lebih canggih
ntuk manipulasi shapefile dan geodatabases;
5. Ada juga berbasis server ArcGIS produk, serta produk ArcGIS untuk PDA.
Ekstensi dapat dibeli secara terpisah untuk meningkatkan fungsi ArcGIS.
14
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Persiapan
Studi
Peta Dasar
Literatur
Digitasi Peta
Overlay Peta
Menentukan Titik
Pengukuran
15
Peta Desain Peta Desain Peta Desain
Survei
Survei Survei Alterasi
Geologi
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
4.2. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data
Langkah – langkah yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah :
1. Memulai penelitian dengan menyiapkan alat dan bahan seperti alat tulis,
kalkir, rotring, penggaris, dan lain – lain.
2. Total station merekam data awal yang didapat yaitu berupa data Ha
(Horizontal azimuth), Va (Vertical angle), dan SD (Slope distance).
Namun, data yang diolah kali ini ialah data sekunder yang didapat dari
penelitian sebelumnya.
3. Setelah didapatkan ketiga data tersebut, maka data tersebut diolah
menggunakan Microsoft excel untuk mendapatkan nilai data poligon.
Penggunaan rumus – rumus dalam Microsoft excel ini dilakukan untuk
mempermudah dan mempercepat proses pengolahan data.
4. Setelah data poligon diolah, akan didapat nilai koreksi sudut dalam,
koreksi poligon, dan koreksi beda tinggi. Ketiga nilai yang telah diolah ini
mencakup nilai – nilai lainnya yang dapat membantu dalam proses
pembuatan peta poligon. Nilai – nilai tersebut dapat menentukan letak titik
BM (Bench mark) pada poligon tertutup yang akan dibuat pada peta
poligon.
5. Proses akhir pengolahan data poligon ini menghasilkan data akhir berupa
nilai titik koordinat x, y, dan z. pada peta poligon sistem koordinat, titik –
titik ini dapat menentukan titik BM pada poligon yang akan terbentuk.
16
Pembuatan poligon menggunakan titik x, y, dan z ini menggunakan garis
bantu berupa garis kartesius atau sumbu x dan sumbu y untuk
mempermudah pemlottingan titik.
6. Dari hasil pemlottingan tersebut, dapat dibuat suatu peta poligon sistem
koordinat yang menggunakan koordinat titik x, y, dan z pada BM nya.
7. Selain itu, juga didapat hasil peta poligon sistem azimuth yang
menggunakan nilai sudut dalam terkoreksi, koreksi Ha, dan D terkoreksi
untuk menentukan letak titik BM nya.
8. Dari titik koordinat x, y, dan z yang telah didapat, kemudian diinput ke
dalam perhitungan data detil menggunakan excel sehingga nantinya
didapat nilai titik x, y, dan z pada perhitungan detil. Pada pembuatan peta
topografi, nilai koordinat yang digunakan ialah nilai detil pada titik z
karena nilai titik z ini menandakan nilai ketinggian pada suatu wilayah.
Nilai detil pada titik z ini nantinya akan diplot pada suatu media berupa
kertas kalkir. Dari titik – titik detil yang telah diplot dapat dilakukan
proses triangulasi yaitu proses menghubungkan titik – titik dengan jarak
terdekat menggunakan garis. Setelah itu, ada proses perhitungan
interpolasi untuk menghitung dan menentukan garis penggal untuk
mengetahui nilai ketinggian suatu titik. Tahap terakhir ialah pembuatan
garis kontur dengan menghubungkan nilai ketinggian yang sama.
9. Nilai koordinat x, y, dan z yang didapat dari perhitungan detil dapat
dimasukkan pada software surfer untuk dapat mengolah suatu peta
topografi digital. Nilai koordinat x, y, dan z ini di input kedalam
worksheet pada software surfer. Pemanfaatan software pengolahan
topografi dapat mempermudah proses pembuatan peta topografi.
10. Setelah dilakukan proses pada nomor (8) dan nomor (9) akan dihasilkan
suatu peta topografi, berupa peta topografi manual dan peta topografi
digital.
11. Output – output yang telah didapat berupa peta poligon sistem koordinat,
peta poligon sistem azimuth, dan peta topografi perlu dilakukan
pembahasan dengan mengacu pada studi literatur yang telah ada.
17
Pembahasan ini membahas mengenai pengolahan data pada proses
penelitian ini.
12. Setelah didapat pembahasan, selanjutnya adalah membuat kesimpulan.
Kesimpulan ini mencakup proses penelitian dari awal hingga akhir serta
hasil penelitian yang didapat.
13. Menyelesaikan penelitian setelah didapatkan suatu kesimpulan.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
18
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Waluya, B. (2015). Peta, Globe, dan Atlas. Direktorat UPI.
21