Oleh:
MAHATVAVIRYA SHUKMA AJIE
111.220.217
PLUG 4
KELOMPOK 2
Disusun oleh:
Mba Jeki
LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYKARTA
2024
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
selalu menyertai dan membimbing serta memberi kesempatan kepada penulis
dalam menyelesaikan Laporan Geofisika Gravitasi ABS tahun ajaran tira/2024
dengan sebaik-baiknya. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada para
staf dan asisten Laboratorium Geofisika Gravitasi serta pihak-pihak lain yang telah
membantu penulis dalam pembelajaran sehingga apa yang disampaikan dapat
penulis berikan dalam penyusunan laporan ini.
Laporan Geofisika Gravitasi ABS tahun ajaran 2023/2024 disusun dengan
tujuan untuk melaporkan hasil kegiatan praktikum Laboratorium Geofisika
Gravitasi.
Penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna sehingga
penulis terbuka akan semua kritik dan saran yang membangun demi kedepannya
yang lebih baik lagi. Dengan disusunnya laporan ini penulis berharap dapat menjadi
bahan pembelajaran yang bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
iii
DAFTAR ISI
IV.4 Peta Anomali Bouguer Sederhana Parasnis vs Metode Bouguer 2,7 ......... 23
iv
V.2 Saran ............................................................................................................... 25
LAMPIRAN ......................................................................................................... 28
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kategori densitas batuan (Wahidah, 2021) ...................................... 10
Gambar 2. 2 Koreksi Pasang Surut (Reynolds, 1997) .......................................... 12
Gambar 2. 3 Koreksi Penyimpangan Alat (Reynolds, 1997) ................................ 13
Gambar 2. 4 Koreksi Lintang (Reynolds, 1997) ................................................... 13
Gambar 2. 5 Koreksi Udara Bebas (Telford et al1990) ........................................ 14
Gambar 2. 6 Koreksi Bouguer (Telford et al, 1990) ............................................. 14
Gambar 2. 7 Koreksi Medan (Reynold, 1997) ...................................................... 15
Gambar 2. 8 Metode Looping (After, 2018) ......................................................... 15
Gambar 3. 1 Diagram Alir Pengolahan Data ........................................................ 17
Gambar 4. 1 Peta ABS Parasnis ............................................................................ 21
Gambar 4. 2 Peta ABS 2.7 .................................................................................... 22
Gambar 4. 3 Peta ABS Parasnis vs ABS 2.7......................................................... 23
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Geofisika menurut ilmu etimologi terdiri dari kata geo dan fisika. Secara garis
besar geofisika adalah ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip fisika untuk
mengetahui dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan bumi, atau dapat
pula diartikan sebagai studi yang mempelajari bumi dengan menggunakan prinsip-
prinsip fisika (Wahidah, 2021). Dalam mempelajarinya, menggunakan medan
potensial bumi seperti medan magnet dan gravitasi. Prinsip-prinsip fisika yang
digunakan dibagi ke dalam beberapa metode, salah satunya metode gravitasi yang
didasarkan oleh teori gravitasi yang dikemukakan oleh Sir Isaac Newton (1685-
1687).
Secara khusus, perkembangan ilmu geofisika sebagian telah mengarah ke
teknologi. Pada awalnya hanya menyediakan teknik pengukuran dan perhitungan
hipotesis geologi, namun kemudian berkembang ke arah metode/teknik
pemanfaatan sumber daya. Ada beberapa metode geofisika yang sering digunakan
yaitu metode seismik, gayaberat, magnetik, geolistrik dan elektromagnetik
Dalam proses pengukurannya, tentunya digunakan alat-alat contohnya
Gravitimeter LaCoste Romberg, dengan skala pembacaan hingga 7000 mGal dan
ketelitian 0,01 mGal. Tetapi perlu juga dilakukan koreksi nilai akibat pengaruh
beberapa hal. Oleh sebab itu, dilakukan koreksi pembacaan gaya berat terhadap
tinggi alat, pasang surut, dan koreksi apungan.
Salah satu metode geofisika yang digunakan yaitu metode gravitasi, dimana
metode gravitasi itu sendiri merupakan salah satu metode geofisika yang mengukur
variasi medan gravitasi bumi akibat perbedaan nilai densitas dari material dibawah
permukaan. Tujuan utama dari penelitian menggunakan metode gaya berat ini yaitu
untuk memberikan gambaran lapisan bawah permukaan melalui pendekatan fisis.
(Aji Dharma, 2019)
Pada metode gravitasi terdapat suatu koreksi yang disebut sebagai anomali
bouguer sederhana (ABS). ABS itu sendiri merupakan suatu koreksi pada metode
gravitasi yang didapatkan dari hasil pengolahan data anomali udara bebas (FAA)
dan koreksi bouguer (BC). Untuk memperoleh nilai koreksi bouguer diperlukan
8
nilai estimasi densitas rata-rata yang dapat diperoleh dari metode parasnis (Hilmi
Zakariya, 2022)
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Metode Gravity
Metode gravitasi adalah salah satu metode geofisika yang
menggunakan sifat fisik batuan penyusun bumi yaitu densitasnya. Densitas
atau kerapatan, sering juga disebut dengan massa jenis, yaitu besaran fisika
yang menyatakan massa per satuan volum. (Muhammad Zuhdi, 2021)
Adanya perbedaan massa jenis batuan dari satu tempat dengan tempat
lain ini menimbulkan medan gaya berat yang tidak merata pula dan perbedaan
inilah yang terukur di permukaan bumi. Sehingga, posisi pengamatan juga
memiliki pengaruh terhadap pengukuran. Semua kondisi geologi, baik di
bawah permukaan maupun di permukaan bumi akan mempengaruhi medan
gravitasi bumi yang terukur. (Wahidah, 2021)
Batuan penyusun bumi secara garis besar dibagi menjadi 3 macam yaitu
batuan beku batuan metamorf dan batuan sedimen. Ketiga macam batuan ini
memiliki densitas yang berbeda-beda. Secara umum batuan beku memiliki
densitas paling tinggi sedangkan batuan sedimen memiliki densitas paling
rendah. Adapun batuan metamorf memiliki densitas di tengah-tengah antara
batuan beku dan batuan sedimen.
Batuan beku adalah batuan yang berasal dari Magma yang membeku.
Jika magma membeku di dalam permukaan bumi, maka batuan ini disebut
10
batuan beku plutonik. Lain halnya jika magma ini membeku setelah berada
di atas permukaan bumi, maka batuan ini disebut dengan batuan vulkanik
(gunung api). Densitas tinggi pada batuan beku disebabkan karena batuan ini
sangat kompak dan tidak memiliki ruang kosong antar partikelnya.
Batuan sedimen adalah batuan hasil lapukan yang mengalami
transportasi kemudian terendapkan dan mengalami kompaksi serta litifikasi.
Secara umum densitas batuan sedimen lebih rendah dari tipe batuan lain
dikarenakan adanyanya ruang kosong (celah) antar partikel penyusun batuan
tersebut. Celah diantara batuan ini disebut dengan pori. Perbandingan antara
ruang kosong atau pori-pori dengan volume total batuan disebut dengan
porositas. Semakin besar porositas maka densitas batuan semakin kecil,
sedangkan semakin kecil porositas maka densitas batuan semakin besar. 10
Batuan metamorf secara umum memiliki densitas menengah. Hal ini
disebabkan karena batuan metamorf merupakan batuan yang telah mengalami
pemanasan dan penekanan.
Sehingga kesimpulannya yaitu metode gravitasi merupakan salah satu
metode dalam geofisika yang menggunakan tenaga pasif yang berasal dari
bumi. Dalam penelitiannya, hal dipergunakan adalah nilai densitas batuan
akibat adanya perubahan yang terjadi atau dialami oleh batuan itu sendiri.
Salah satu metode yang termasuk dalam geofisika adalah metode
gravitasi. Metode gravitasi adalah salah satu metode geofisika yang
menggunakan sifat fisik batuan penyusun bumi yaitu densitasnya. Densitas
atau kerapatan, sering juga disebut dengan massa jenis, yaitu besaran fisika.
Didalam metdode gravitasi ini terdapat beberapa anomaly-anomali, salah
satunya adalah anomali bouguer
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh adanya massa
dari datum sampai ketinggian titik pengukuran. Koreksi Bouguer didasarkan
pada massa berbentuk lempeng (slab) horizontal dengan ketebalan sama
dengan tinggi titik amat dari spheroida yang luasnya tak hingga.
Anomali Bouguer Sederhana (ABS) didapatkan dari hasil pengolahan
data anomali udara bebas (FAA) dan koreksi bouguer (BC). Untuk
11
memperoleh nilai koreksi bouguer diperlukan nilai estimasi densitas rata-rata
yang dapat diperoleh dari metode Parasnis.
12
𝑔𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑔0
𝑑𝑟𝑖𝑓𝑡𝑛 = (𝑡 − 𝑡0 )
𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑡0 𝑛
13
Gambar 2. 5 Koreksi Udara Bebas (Telford et al1990)
14
2𝜋𝐺𝜌
𝑇𝐶 = (𝑟𝐿 − 𝑟𝐷 ) + (√𝑟𝐿2 − 𝑧 2 − (√𝑟𝐷2 − 𝑧 2 ) 𝑚𝐺𝑎𝑙)
𝑛
Keterangan:
r dan r = radius luar dan radius dalam kompartemen
L D
15
II.4 Anomali Bouguer Sederhana
Pada dasarnya anomali Bouguer adalah selisih antara nilai gaya berat
pengukuran yang telah direduksi kebidang referensi ukuran dengan nilai gaya
berat teoritis pada bidang referensi hitungan tertentu di suatu titik. Secara
matematis anomali Bouguer dihitung dengan menggunakan Persamaan
(Yeni, 2020).
Anomali Bouguer terbagi menjadi dua yaitu, anomali Bouguer
sederhana dan juga anomali Bouguer Lengkap. Anomali Bouguer lengkap
(ABL) merupakan peta anomali gaya berat yang sudah dilakukan berbagai
proses reduksi sehingga variasi nilai anomali percepatan gaya berat yang
dihasilkan hanya dipengaruhi oleh variasi rapat massa dari bantuan di bawah
permukaan.
Anomali Bouguer Sederhana (ABS) merupakan anomali gravitasi yang
belum tereduksi oleh efek topografi. Koreksi ini diterapkan sebagai akibat
dari pendekatan Bouguer terhadap slab horizontal tak berhingga, meskipun
pada kenyataannya permukaan bumi tidaklah datar melainkan berundulasi
pada topografinya. Pada ABS terlihat mulai hilangnya efek topografi, hal ini
terlihat dari nilai anomali gravitasi yang menunjukkan kecenderungan
memiliki nilai tinggi di daerah daratan rendah dan anomali yang rendah
didaerah daratan tinggi. Akan tetapi Anomali Bouguer Sederhana juga masih
dipengaruhi oleh medan yang ada di daerah penelitian, sehingga belum secara
signifikan menunjukkan lito-densitas untuk mendeliniasi sesar (Bayu Achil,
2022)
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
17
III.2 Penjelasan diagram alir pengolahan data
18
g. Data yang sudah lengkap digunakan untuk mencari anomali bouguer
parasnis
h. Lalu Kembali ke Microsoft excel untuk mencari TC/Rho menggunakan
rumus :
= 𝑇𝐶 ÷ 2,7
i. Setelah TC/Rho didapatkan, langkah selanjutnya adalah untuk mencari
Bouguer Correction, untuk mencari Bouguer Correction menggunakan
rumus :
= 𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 × 0.04193
j. Setelah TC/ Rho dan Bouguer Correction ditemukan dilanjutkan dengan
membuat diagram dengan menggunakan scatter diagram, dan pilih format
no 9.
k. Nilai yang didapat pada “y” adalah hasil dari parasnis
l. Lalu dilanjutkan dengan mencari bouguer parasnis, untuk mencari
bouguer parasnis dapat digunakan rumus :
= 𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 ÷ 𝐵𝑜𝑢𝑔𝑢𝑒𝑟 𝑐𝑜𝑟𝑟𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛
m. Setelah didapatkan Bouguer paras setelah Untuk mencari ABS parasnis
digunakan rumus :
= 𝐺𝑜𝑏𝑠 − 𝐺 𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 − 𝐹𝐴𝐶 − 𝐵𝑜𝑢𝑔𝑢𝑒𝑟 𝑃𝑎𝑟𝑎𝑠𝑛𝑖𝑠
n. Langkah selanjutnya adalah mencari bouguer 2.7, untuk itu digunakan
rumus :
= 0.04193 × 2.7 × 𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖
o. Untuk langkah terakhir mencari ABS 2.7 menggunakan rumus :
= 𝐺𝑜𝑏𝑠 − 𝐺 𝑙𝑖𝑚𝑡𝑎𝑛𝑔 − 𝐹𝐴𝐶 − 𝐵𝑜𝑢𝑔𝑢𝑒𝑟 2.7
p. Setelah semua data X, Y, Anomali bouguer parasnis dan 2.7 ditemukan,
data tersebut dimasukkkan ke dalam aplikasi geomontaj untuk
mendapatkan kedua peta anomaly tersebut
q. Setelah mendapatkan peta, melakukan pembahasan dengan data peta
yang sudah didapat
r. Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan dari pembahasan yang
sudah dilakukan
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Titik x y z G Obs Decimal G Lintang FAC FAA Bouguer Parasnis G.Teoritis ABS Koreksi Medan
Base 530540.9 9102453 685.0223 978246.1 -8.12026 978135.6 -211.398 321.8705 733.6712069 977924.2 #VALUE! 1.7081
GRA1 530540.9 9102453 685.0223 978249.7 -8.12026 978135.6 -211.398 325.4453 733.6712069 977924.2 -408.226 1.7081
GRA2 530588.3 9102609 681.0047 978250.4 -8.11885 978135.6 -210.158 324.9688 729.368285 977925.4 -404.4 1.5889
GRA3 530619.1 9102761 654.2949 978256.4 -8.11748 978135.5 -201.915 322.8117 700.7616087 977933.6 -377.95 1.4407
GRA4 530647.4 9102902 660.3481 978256.1 -8.1162 978135.5 -203.783 324.3208 707.2446948 977931.7 -382.924 1.4628
GRA5 530666.2 9103058 709.1601 978245.2 -8.11479 978135.5 -218.847 328.5264 759.5232249 977916.6 -430.997 1.8213
GRA6 530683.7 9103193 737.4304 978315.5 -8.11357 978135.5 -227.571 407.6556 789.8012248 977907.9 -382.146 2.149
GRA7 530699.9 9103341 752.7711 978311.9 -8.11223 978135.4 -232.305 408.7912 806.2313905 977903.1 -397.44 2.3936
GRA8 530742.8 9103495 746.0415 978314 -8.11084 978135.4 -230.228 408.8763 799.0238678 977905.2 -390.148 2.4379
GRA9 530764.1 9103645 735.3342 978316.2 -8.10948 978135.3 -226.924 407.8124 787.5561569 977908.4 -379.744 2.1407
GRA10 530796.7 9103798 730.1775 978317.4 -8.1081 978135.3 -225.333 407.3954 782.0332384 977910 -374.638 2.0573
GRA11 530830 9103922 726.5264 978318.2 -8.10697 978135.3 -224.206 407.1245 778.1228446 977911.1 -370.998 1.9703
GRA12 530852.1 9104088 751.785 978311.9 -8.10547 978135.2 -232.001 408.6886 805.1752596 977903.2 -396.487 2.2937
GRA13 530868 9104243 744.4649 978314.1 -8.10407 978135.2 -229.742 408.6246 797.3353008 977905.5 -388.711 2.5904
GRA14 530884.1 9104377 762.6634 978309.1 -8.10286 978135.2 -235.358 409.2821 816.8262217 977899.8 -407.544 2.9986
GRA15 530928.6 9104538 800.8508 978299.3 -8.1014 978135.1 -247.143 411.3011 857.7256141 977888 -446.425 3.944
Base 530540.9 9102453 685.0223 978246.1 -8.12026 978135.6 -211.398 321.8705 733.6712069 977924.2 -411.801 1.7081
20
IV.2 Peta Anomali Bouguer Sederhana Metode Parasnis
21
memiliki ketinggian nilai gravitasi yang beragam. Dapat dilihat bahwa
elevasi atau ketinggian suatu daerah juga dapat mempengaruhi ABS
parasnis.
Peta ABS 2.7 menggunakan data nilai X, Y, dan ABS 2.7 sebagai
fungsi Z. Pada peta ini memiliki nilai gravitasi tertinggi yaitu 355,2 Mgal
yang ditandai dengan warna merah muda dan nilai terendah yaitu -68 Mgal
dengan warna biru tua.
ABS dipengaruhi oleh massa yang ada batuan atau benda-benda lain
yang terdapat dilokasi pengambilan data tersebut. Berdasarkan peta ABS di
atas, daerah penelitian memiliki ketinggian nilai gravitasi yang beragam.
22
Dapat dilihat bahwa elevasi atau ketinggian suatu daerah juga dapat
mempengaruhi ABS 2.7.
23
Selanjutnya apa yang didapat pada ABS 2.7 memiliki perbandingan
Mgal yang besar yaitu berkisar dari 355,2 Mgal sampai dengan -68 Mgal,
hal ini disebabkan karena ABS 2.7 menggunakan satun tetap yaitu 2.7 dalam
perhitungannya.
Jadi hasil yang didapat adalah peta ABS parasnis dan ABS 2.7
memiliki hasil nilai Mgal yang berbeda dimana perbedaan yang didapat
cukup jauh perbedaannya namun secara penggambaran peta itu sendiri hasil
peta yang didapatkan relative sama dimana di beberapa bagian peta
menunjukan warna yang sama.
24
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data dan analisis peta, dapat disimpulkan
beberapa hal yaitu:
• Tahapan dalam membuat ABS parasnis dan ABS 2.7 memiliki
perbedaan penggunaan data terrain correction, dimana terrain
correction digunakan dalam mencari ABS parasnis, namun tidak
digunakan pada ABS 2.7.
• Penggunaan software Global Mapper, Geomontaj, dan Microsoft
excel memiliki peran penting dalam menganalisis ABS baik ABS
parasnis dan juga ABS 2.7 dalam proses mebuat peta
• Nilai ABS parasnis yang didapatkan memiliki nilai tertinggi -
369,7 Mgal yang ditandai dengan warna merah muda dan nilai
terendah yaitu -427,3 Mgal
• Pada ABS Bouguer 2.7 memiliki nilai tertinggi yaitu 355,2 mGal
dan nilai terendah yaitu -68 Mgal
• Hasil perbandingan gambar peta yang didapatkan menunjukan
gambar yang relatif sama dimana banyak tempat menunjukan
warna yang sama
• Hubungan yang didapat dari peta ABS parasnis dan ABS 2.7
yaitu dimana, peta yang dihasilkan memiliki perbandingan yang
hampir sama. Namun karena pengaruh terrain correction pada
ABS parasnis, menghasilkan Jumlah Mgal yang berbeda dengan
ABS 2.7.
V.2 Saran
Sebaiknya dalam mempelajari praktikum geofisika metode gravity
ini khusunya dalam mencari ABS diperlukan pemahaman-pemahaman yang
lebih detail lagi tentang software yang digunakan, karena dalam proses
25
pembuatan peta dalam beberapa langkah masih bingung. aplikasinya
seharusnya diajarkan dulu di kelas agar praktikan tidak bingung dan
hasilnya pun akan maksimal.
26
DAFTAR PUSTAKA
Liana, R., Yeni. (2020). Analisis Anomali Bouguer Data Gaya Berat Studi Kasus
di Kota Lama Semarang. Jurnal Riset Sains dan Teknologi. Vol 4. No 2.
Maulana, D., Aji. (2019). Analisa Matematis Pada Koreksi Bouguer Dan Koreksi
Medan Data Gravitasi Satelit Topex Dalam Penentuan Kondisi Geologi
Studi Kasus Sesar Palu Koro, Sulawesi Tengah. Jurnal Geosaintek. Vol 5
Pasaribu, H., After. (2018). Pemodlan Resevoar menggonakan Data Microgravity
Untuk Mengidentifikasi Aliran Fluida dan Perubahan Massa Akibat
Produksi dan Reinjeksi Lapangan Panas Bumi X. Skripsi. Bandung : Institut
Teknologi Bandung
Reynolds, J. M. (1997). An Introduction to Applied and Environmental
Geophysics. Chichester: John Wiley and Sons.
Sadjab, A., Bayu. (2022). Identifikasi Sebaran dan Jenis Sesar Berdasarkan Analisis
Data Anomali Gravitasi Topex Provinsi Maluku Utara Lembar Pulau
Halmahera Utara. Jurnal Fisika Flux. Vol 9. No 2.
Telford, W. M., dkk. 1990. Applied Geophysics Second Edition. Cambridge:
Cambridge University Press.
Wahidah, dkk. (2021). Pengantar Geofisika. Samarinda: Universitas Mulawarman
Zakariya, Hilmi. (2022). Identifikasi Anomali Gravitasi di Wilayah Sulawesi
Tenggara Berdasarkan Data Gravitasi GGMplus. Progress : Journal
Geofisika. Vol 1. No 1.
Zuhdi, M., dkk. (2021). Pengantar Geofisika. Lombok : Lembaga Einstein Collage
27
LAMPIRAN
28
LAMPIRAN B. TABEL DATA PENGOLAHAN KELOMPOK
29
LAMPIRAN C. TABEL DATA PENGOLAHAN KELOMPOK
30