Oleh:
AGUNG FIKRI NAJATULLAH
115.210.022
KELOMPOK 8
LABORATORIUM GEOFISIKA
EKSPLORASI JURUSAN TEKNIK
GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROMAGNETIK
VERY LOW FREQUENCY (VLF)
Disusun Oleh:
Besse Nurul
LABORATORIUM GEOFISIKA
EKSPLORASI JURUSAN TEKNIK
GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2023
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan tugas praktikum
elektromagnetik “Very Low Frequency” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Kepada pihak-pihak yang sudah membantu penyusunan laporan ini, khususnya asisten
Laboratorium Elektromagnetik yang sudah membimbing, peneliti ucapkan terimakasih
sebesar-besarnya karena atas bantuan dan bimbingannya peneliti dapat menyelesaikan
laporan praktikum Elektromagnetik ini.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................vi
DAFTAR TABEL...........................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG.................................................viii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...............................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan........................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN
2.1. Geologi Regional...........................................................................3
2.2. Geologi Lokal................................................................................5
2.3 Penelitian Terdahulu......................................................................6
iv
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Tabel Perhitungan RAE Australia Lintasan X...............................26
5.2 Tabel Perhitungan RAE Jepang Lintasan X..................................27
5.3 Grafik Analisa Lintasan X.............................................................28
5.3.1 Grafik Tilt vs Elipr Australia Lintasan X.............................29
5.4 Pembahasan Penamoang................................................................29
5.5 Pembahasan Peta Per-Slice Kedalaman.........................................32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN A. GRAFIK KHFILT AUSTRALIA SEMUA LINTASAN
LAMPIRAN B. GRAFIK KHFILT JEPANG SEMUA LINTASAN
LEMBAR KONSULTASI
LEMBAR PENILAIAN
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
ix
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
x
Gambar 2.1 Stratigrafi daerah penelitian dan sekitarnya dari peneliti terdahulu
(Surono, Litostratigrafi Pegunungan Selatan Bagian Timur Daerah Istimewa Yogyakarta
Dan Jawa Tengah)
Urutan stratigrafi penyusun Pegunungan Selatan bagian barat dari tua ke muda
adalah sebagai berikut:
1. Formasi Wungkal-Gamping : Formasi ini terletak di Gunung Wungkal dan
Gunung Gamping, di Perbukitan Jiwo. Satuan batuannya terdiri dari
perselingan antara batupasir dan batulanau serta lensa batugamping. Pada
bagian atas, satuan batuan ini berupa napal pasiran dan lensa batugamping.
Formasi ini tersebar di Perbukitan Jiwo, antara lain di G. Wungkal, Desa
Sekarbolo, Jiwo Barat, menpunyai ketebalan sekitar 120 meter (Bronto dan
Hartono, 2001).
2. Formasi Kebo-Butak : Formasi ini disusun pada bagian bawah berupa
batupasir berlapis baik, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat,
dengan ketebalan lebih dari 650 meter.Bagian atasnya berupa perselingan
batupasir dan batulempung dengan sisipan tipis tuf asam. Setempat di bagian
tengahnya dijumpai retas lempeng andesit-basal dan di bagian atasnya
dijumpai breksi andesit.
xi
3. Formasi Semilir : Formasi ini berlokasi tipe di Gunung Semilir, sebelah
selatan Klaten. Dengan ketebalan lebih dari 460 meter.Litologi penyusunnya
terdiri dari tuf, tuf lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan serpih.
Komposisi tuf dan batuapung tersebut bervariasi dari andesit hingga dasit. Di
bagian bawah satuan batuan ini, yaitu di S. Opak, Dusun Watuadeg, Desa
Jogotirto, Kec. Berbah, Kab. Sleman, terdapat andesit basal sebagai aliran
lava bantal (Bronto dan Hartono, 2001).
4. Formasi Nglanggran : Pada formasi ini batuan penyusunnya terdiri dari breksi
gunungapi, aglomerat, tuf dan aliran lava andesit-basal dan lava andesit.
Breksi gunungapi dan aglomerat yang mendominasi formasi ini umumnya
tidak berlapis. Kepingannya terdiri dari andesit dan sedikit basal, berukuran 2
– 50 cm. Di bagian tengah formasi ini, yaitu pada breksi gunungapi,
ditemukan batugamping terumbu yang membentuk lensa atau berupa
kepingan. Secara setempat, formasi ini disisipi oleh batupasir
5. Formasi Sambipitu : Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Sambipitu pada
jalan raya Yogyakarta-Patuk-Wonosari dengan ketebalan mencapai 230
meter. Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir
kasar, kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir halus yang berselang-
seling dengan serpih, batulanau dan batulempung. Pada bagian bawah
kelompok batuan ini tidak mengandung bahan karbonat. Namun di bagian
atasnya, terutama batupasir, mengandung bahan karbonat.
6. Formasi Oyo : Lokasi tipe formasi ini berada di Sungai Oyo. Batuan
penyusunnya pada bagian bawah terdiri dari tuf dan napal tufan. Sedangkan
ke atas secara berangsur dikuasai oleh batugamping berlapis dengan sisipan
batulempung karbonatan. Batugamping berlapis tersebut umumnya kalkarenit,
namun kadang-kadang dijumpai kalsirudit yang mengandung fragmen andesit
membulat. Formasi Oyo tersebar luas di sepanjang K. Oyo. Ketebalan formasi
ini lebih dari 140 meter.
7. Formasi Wonosari : Formasi ini tersingkap baik di daerah Wonosari dan
sekitarnya, dengan ketebalan lebih dari 800 meter. Formasi ini didominasi
oleh batuan karbonat yang terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping
terumbu. Sedangkan sebagai sisipan adalah napal. Sisipan tuf hanya terdapat
di
xii
bagian timur.
8. Formasi Kepek : Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Desa Kepek, tersebar
di hulu. Rambatan sebelah barat Wonosari yang membentuk sinklin. Batuan
penyusunnya adalah napal dan batugamping berlapis. Tebal satuan ini lebih
kurang 200 meter.
xii
i
2.2 Geologi Lokal
Sesar Opak Bukit Mengger (SOBM) berada Kalurahan Trimulyo,
Kapanewon Jetis, Kabupaten Bantul, Daerah Istim ewa Yogyakarta pada
koordinat 7° 53' 32" LS dan 110° 23' 44,1" BT. Jalan menuju kawasan ini dapat
dilalui dengan motor maupun mobil dengan jarak ± 15 km dari Kota Yogyakarta.
Jika akan ditempuh dengan kendaraan pribadi dari Yogyakarta, dapat dipilih rute
melalui Jalan Imogiri Barat, lokasi situs berada di sekitar Kompleks Perumahan
Pemda.
Pada penelitian ini terdapat di Bukit Mengger yang berada di Imogiri,
Trimulyo, Jetis, Bantul. Stratigrafi daerah tersebut tersusun oleh batuan tersier
yang terdiri dari batuan sedimen klastik vulkanik, batuan gunung api, dan sedimen
klastik karbonatan, serta endapan permukaan yang berumur Kuarter. Berdasarkan
sifat- sifat batuan dapat diperinci menjadi tujuh formasi yaitu Formasi Yogyakarta
(46%), Formasi Sentolo (18%), Formasi Sambipitu (3%), Formasi Semilir
Nglanggran (24%), Formasi Wonosari (8%), dan gumuk pasir (1%).
Gambar 2.3 Posisi Kawasan Sesar Opak Bukit Mengger dalam Peta Geologi
Kabupaten Bantul dan Sekitarnya, modifikasi dari Rahardjo dkk (1995) dan Surono dkk
(1992). Situs ini termasuk ke dalam Endapan Merapi Muda (Qmi).
xiv
Struktur geologi yang berkembang di daerah Opak Pleret adalah sesar geser
dan sesar normal. Di sepanjang Sungai Opak terdapat sesar normal yang berada di
sepanjang hampir 40 km dari pantai selatan Jawa di mulut sungai ke arah
Prambanan Kabupaten Klaten dengan arah 30 sampai 40 derajat ke timur laut.
Sesar Opak memotong Yogya Low dan Wonosari High dengan batuan andesit tua
(OAF) sebagai penyusun struktur pemotongan sesar, sedangkan di timur Opak
masih terdapat Formasi Semilir dan Nglanggran yang juga terlibat dalam sistem
sesar.
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Yogyakarta yang disusun oleh Raharjo,
dkk. (1995) daerah penelitian tersusun oleh formasi semilir yang merupakan
perselingan tuff, breksi batuapung, tuffdasit dan tuff andesit, batu lempung tufan
dan serpih. Dari panjang patahan Opak yang mencapai ± 40km di Bukit Mengger
inilah, singkapan Sesar Opak dapat dilihat secara kasat mata yang mengarah utara
ke selatan sepanjang ± 200 meter. Kawasan Bukit Mengger terletak di Desa
Trimulyo, Jetis. Bukit ini memiliki tinggi 300 meter. Dikawasan bukit mengger
ditemukan 15 jejak sesar opak. Bukit Mengger merupakan bukti adanya
pergerakan tanah berupa pergeseran tanah pada saat Gempa Jogja tahun 2006.
Terdapat juga kenampakan batuan yang “sobek” akibat gempa tersebut.
Berdasarkan kajian geologi Tim Geoheritage UPN Veteran Yogyakarta,
SOBM ini merupakan lokasi dijumpainya sesar di bukit mengger merupakan
batuan sedimen Batupasir Tuff Formasi Semilir (Rahardjo, dkk. 1995). Batuan
sedimen ini berupa perlapisan batu pasir berbutir kasar berwarna hitam, batu pasir
berbutir kasar-sangat kasar, dan breksi batuapung berwarna abu-abu dimana
setempat terdapat fragmen litik lempung hijau dengan tebal mencapai 50 m.
Struktur geologi yang berkembang di daerah Opak adalah sesar geser dan
sesar normal. Sesar normal di sepanjang Sungai Opak berada di sepanjang hampir
40 km dari pantai selatan Jawa di mulut sungai ke arah Prambanan Kabupaten
Klaten dengan arah 30 sampai 40 derajat (timur laut-barat daya) dengan bidang
sesar mendatar dan kemiringan bidang relatif tegak. Sesar ini merupakan salah
satu segmen Zona Sesar Opak yang tersingkap. Kedudukan bidang sesar yang
memotong lapisan tanah dengan ketebalan sekitar 50 cm - 5 m mengindikasikan
bahwa sesar ini merupakan sesar aktif. Bukti-bukti sesar dapat diamati di
beberapa wilayah Kapanewon/ Kecamatan Jetis dan Pleret.
xv
Sesar Opak memotong Yogya Low dan Wonosari High dengan batuan
andesit tua (OAF) sebagai penyusun struktur pemotongan sesar, sedangkan di
timur Opak masih terdapat Formasi Semilir dan Nglanggran yang juga terlibat
dalam sistem sesar (Nurwidyanto, dkk. 2007). SOBM merupakan perbukitan
struktural yang pembentukannya sangat dipengaruhi oleh aktivitas sesar mendatar
Sesar Opak. Selain itu juga dipengaruhi oleh kondisi batuan dasar berupa batuan
piroklastik gunungapi Formasi Semilir yang relatif keras.
Geosite ini merupakan bagian penting dari Yogyakarta karena di lokasi ini
tersingkap jejak dari Sesar Opak yang sangat ideal untuk mempelajari sesar yang
sampai sekarang masih aktif. Di lokasi ini pula menjadi pengingat tentang
kejadian Gempa Bantul yang terjadi tanggal 27 Mei 2006 yang digerakkan oleh
Sesar Opak. Sesar Opak Bukit Mengger berarah relatif utara-selatan sehingga
cocok sebagai destinasi geowisata untuk melihat sunrise-sunset. Sesar Opak Bukit
Mengger merupakan laboratorium alam pada bidang tektonik dan struktur
geologi, serta mitigasi bahaya gempa tektonik.
xvi
i
BAB III
DASAR TEORI
xix
Gambar 3.1. Distribusi Medan Elektromagnet Metode VLF di atas Medium
Konduktif (Bosch & Muller, 2001).
Terdapat dua jenis mode pengukuran menggunakan metode VLF-EM,
yaitu mode tilt angle dan mode resistivity (Nabighian, 1991). Mode tilt angle
mengukur polarisasi komponen medan magnet primer dan sekunder, sedangkan
mode resistivity mengukur polarisasi komponen medan magnet dan medan listrik.
xx
Hal ini dikarenakan pada horisontal dipol ia tegak lurus terhadap arus magnet
bumi, sedangkan pada vertikal dipol akan sejajar dengan arah magnet bumi,
sehingga pembacaanya kearah samping sehingga mendapatkan hasil penetrasi
yang lebih dangkal.
xxi
Gambar 3.3. Hubungan Fase Medan Primer dan Medan Sekunder (Kaikonen,
1979)
Kombinasi antara medan P dan medan S membentuk resultan R.
Komponen R yang sejajar dengan medan P yaitu 𝑹cos 𝛼 disebut komponen real
(in-phase), sedangkan komponen R yang tegak lurus dengan medan P yaitu 𝑹sin 𝛼
disebut komponen imaginer (out-of-phase). Perbandingan antara komponen real
dan imaginer dinyatakan dalam persamaan berikut:
𝑅𝑒𝑎𝑙
= cot 𝑎
𝐼𝑚𝑎𝑔𝑒𝑟
dimana 𝛼 adalah sudut yang dibentuk oleh komponen R terhadap medan P.
Persamaan 16 menunjukkan bahwa semakin besar perbandingan real per imaginer
(𝛼 semakin kecil ) maka medium semakin bersifat konduktif. Begitu pula 17
sebaliknya, jika semakin kecil perbandingan komponen real per imaginer (𝛼
semakin besar) maka medium semakin bersifat resistif.
xxi
i
Gambar 3.4 Polarisasi Ellips Akibat Benda Konduktif (Kaikonen, 1979)
Dalam metode VLF-EM dengan mode tilt angle, alat akan menghitung
parameter sudut tilt (𝛼) dan eliptisitas (𝜀𝑙) dari komponen in-phase maupun outof-
phase yang dinyatakan dalam satuan (%). Tilt (𝛼) adalah sudut yang dibentuk oleh
sumbu mayor terhadap sumbu horizontal polarisasi ellips dan besarnya kurang
lebih sama dengan perbandingan 𝑯𝑧 𝑯𝒙 dari komponen in-phase. Eliptisitas (𝜀𝑙)
adalah perbandingan antara sumbu minor terhadap sumbu mayor polarisasi ellips
yang besarnya kurang lebih sama dengan perbandingan komponen out-of-phase.
Jika medan magnet horizontal adalah 𝑯𝑥 dan medan magnet vertikal
adalah , maka besarnya tilt ditunjukkan pada persamaan berikut (Kaikonen, 1979)
𝐻𝑧
𝐻𝑥
𝑡𝑎𝑛 2𝑎 = ± [ 2 𝐶𝑜𝑠 ∆∅] × 100%
𝐻𝑧
1 − (𝐻𝑥 )
xxi
ii
3.5. Rapat Arus Ekuivalen (RAE)
Rapat arus merupakan aliran muatan pada luas penampang tertentu di
suatu titik penghantar (konduktor) yang disimbolkan dengan 𝑱. Rumus dari rapat
arus adalah:
𝐼
𝐽=
𝐴
dimana J adalah rapat arus (A/m2 ), I adalah kuat arus (A), dan A adalah luasan
(m2 ).
Rapat arus ekuivalen adalah arus yang menginduksi konduktor dan arus
yang terkonsentrasi dalam konduktor dari daerah sekelilingnya yang kurang
konduktif (Karous & Hjelt, 1983). Rapat arus ekuivalen dapat diperoleh dengan
asumsi bahwa medan magnet yang dihasilkan oleh rapat arus identik dengan
medan magnet yang diukur. Secara teori, kedalaman semu rapat arus ekuivalen
dapat memberikan gambaran indikasi variasi konsentrasi arus untuk tiap-tiap
kedalaman yang menandakan suatu bahan bersifat konduktif. Bahan yang
memiliki rapat arus tinggi adalah bahan yang memiliki konduktivitas tinggi pula.
Hubungan rapat arus dengan konduktivitas dan resistivitas ditunjukkan dengan
persamaan berikut:
𝐼 𝐸
𝐽= = = 𝜎𝐸
𝐴 𝜌
dimana 𝜌 adalah resistivitas (Ω m), E adalah medan listrik (V/m), dan 𝜎 adalah
konduktivitas (Ω −1m−1 ).
Resistivitas (𝜌) adalah kemampuan suatu bahan untuk menghambat arus
listrik dalam suatu penghantar. Semakin besar resistivitas suatu bahan maka
semakin kecil arus yang dapat melewati suatu konduktor. Konduktivitas adalah
kebalikan dari resistivitas yang nilainya merupakan perbandingan antara rapat
arus dengan medan listrik.
xxi
v
dengan jumlah jendela yang digunakan, atau secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut (Nabighian, 1991):
xx
v
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
xx
vi
4.2. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data
Dalam penelitian kali ini dilakukan beberapa langkah dalam melakukan
pengolahan data yaitu:
1. Analisa terhdadap data sekunder yang didapat berupa panjang lintasan,
nilai jarak (stasiun), frekuensi pemancar, koordinat XYZ, serta nilai Tilt
dan Elipt dengan berdasarkan tinjauan pustaka dari studi literatur terkait.
2. Menginput data yang sudah dianalisa untuk kemudian diolah Ms
Excel untuk kemudian didapatkan nilai Rapat Arus Ekuivalen (RAE),
nilai kedalaman yang didapat dari nilai jarak dan RAE, Tilt rata-rata,
Elipt rata-rata, MA Tilt dan MA Elipt berdasarkan rumus daripada
masing-masing perhitungan.
3. Membuat grafik dari hasil data yang sudah diolah tersebut.
4. menginput nilai Tilt dan Elipt ke Notepad dan menyimpannya dalam
format.txt
5. membuka file txt yang sudah disimpan pada software pengolahan
Khffilt untuk menghasilkan penampang RAE dan penampang MA
RAE.
6. Data yang didapat pada pengolahan excel digunakan pula untuk
membuat penampang secara manual pada software surfer yang dibuat
per-layer.
7. Output yang sudah diolah kemudian dianalisa.
8. Penelitian selesai.
xx
vii
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
xx
vii
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
5.2. Saran
xxi
x
DAFTAR PUSTAKA
8
9
10