Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM GEOLISTRIK

IDENTIFIKASI INTRUSI AIR LAUT MENGGUNAKAN


METODE GEOLISTRIK DATA RESISTIVITAS
KONFIGURASI WENNER ALPHA DI DAERAH PANTAI
PACITAN, JAWA TIMUR

Oleh :
FERDIAN BUDI PRAMUDYA
115.180.009
KELOMPOK 1

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM GEOLISTRIK

IDENTIFIKASI INTRUSI AIR LAUT MENGGUNAKAN


METODE GEOLISTRIK DATA RESISTIVITAS
KONFIGURASI WENNER ALPHA DI DAERAH PANTAI
PACITAN, JAWA TIMUR

Telah dipersiapkan untuk emmenuhi tugas acara Praktikum Geolistrik


Laboratorium Geofisika Eksplorasi dengan judul “Identifikasi Intrusi Air Laut
Menggunakan Metode Geolistrik Data Resistivitas Konfigurasi Wenner Alpha Di
Daerah Pantai Pacitan, Jawa Timur”.

FERDIAN BUDI PRAMUDYA


115.160.009
KELOMPOK 1

Telah diperiksa oleh Tim Asisten


pada tanggal 22 Oktober 2020

Asisten Geolistrik

(Frederic Erwas Sinaga)


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.


Segala puji dan syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT.
Karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Geolistrik “Identifikasi Intrusi Air Laut Menggunakan Metode
Geolistrik Data Resistivitas Konfigurasi Wenner Alpha Di Daerah Pantai Pacitan,
Jawa Timur.” sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah praktikum geolistrik ini.
Saya ucapkan bayak terimakasih kepada para Asisten Laboratorium
Geolistrik yang telah membagikan ilmunya dan mendampingi saya dalam
pembuatan laporan ini. Dalam penulisan laporan ini juga banyak sekali pihak yang
telah membantu saya selaku penyusun dalam menyusun laporan ini baik moral
maupun materi. Tanpa dukungan dan bantuan dari mereka, laporan ini tidak dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penyusun menyampaikan
banyak terimakasih kepada pihak-pihak tersebut.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna, maka dari
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penyusun.
Akhir kata penyusun mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan semua piak terutama dibidang kebumian
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Jakarta, 22 Oktober 2020

FERDIAN BUDI PRAMUDYA

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG .................................................... viii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Geologi Lokal.................................................................................................... 3
2.2 Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 5

BAB III. DASAR TEORI


3.1 Metode Geolistrik.............................................................................................. 7
3.2 Metode Resistivitas .......................................................................................... 8
3.2 Konfigurasi Wenner Alpha................................................................................ 9

BAB IV. METODOLOGI


4.1 Akuisisi Data ................................................................................................... 11
4.1.1 Desain Survei Penelitian ....................................................................... 11
4.1.2 Peralatan dan Perlengkapan .................................................................. 12
4.2 Pengolahan Data.............................................................................................. 14
4.2.1 Diagram Alir Pengolahan Data ............................................................. 14
4.2.2 Penjelasan Diagram Alir Pengolahan Data ........................................... 15

iii
4.3. Interpretasi Data ............................................................................................. 16

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Tabel Pengolahan Data ................................................................................... 17
5.2 Penampang Resistivitas Lintasan 1 ................................................................. 19

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 21
6.2 Saran ................................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Stratigrafi Regional Pacitan H. Samodra, skk ....................................4


Gambar 3.1 Rangkaian Elektroda Konfigurasi Wenner Alpha ..............................9
Gambar 3.2 Bagian Sensitivitas 2D untuk Konfigurasi Wenner Alpha ...............10
Gambar 4.1 Desain Survei Penelitian ...................................................................11
Gambar 4.2 Peralatan Akuisisi Data.....................................................................12
Gambar 4.3 Titik Diagram Alir Pengolahan Data ................................................14
Gambar 5.2 Profil Bawah Permukaan Bentangan 1 tanpa pengaruh topografi ....18
Gambar 5.2 Profil Bawah Permukaan Lintasan 1 dengan pengaruh topografi ....20

v
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Tabel Nilai Resistivitas Batuan .......................................................... 16


Tabel 5.1. Tabel Nilai Pengolahan Data Lintasan 1 ............................................ 17

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Resistivitas


Lampiran 2. Penampang Resistivitas Semua Lintasan
Lampiran 3. Lembar Konsultasi

vii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Singkatan Nama
mV : millivolt
mA : miliAmpere

Lambang
Ω :Ohm
𝜌 : resistivitas (Ω.m)
K : factor geometric konfigurasi
Π : phi (konstanta 22/7 atau 3.14)
V : data potensial (mV)
I : arus listrik (mA)
R : hambatan (Ω)

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan yang
mempelajari keadaan bawah permukaan dengan cara mempelajari sifat kelistrikan
bumi di dalam batuan di bawah permukaan bumi (Santoso, 2002). Metode geolistrik
dibagi menjadi 2 berdasarkan sumbernya yaitu metode pasif (sumber berasal dari
alam) dan metode aktif (sumber berasal dari menginjeksikan arus listrik) dimana
termasuk didalamnya metode self potential, metode induced polarization, dan
metode resistivitas.
Pada penelitian kali ini akan terfokus dalam membahas metode resistivitas.
Metode reisitivitas merupakan salah satu bagian dari metode geolistrik yang
digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan berdasarkan sifat
kelistrikan didalam batuan dibawah permukaan bumi (Santoso, 2002). Konfigurasi
yang digunakan merupakan konfigurasi wenner alpha, dimana pada konfigurasi ini
dinilai sangat sensitif terhadap perubahan lateral dan dangkal selain itu lebih mudah
dalam memproses data. Metode ini dapat digunakan untuk keperluan eksplorasi air
tanah, eksplorasi panas bumi (geothermal) maupun keteknikan seperti penentuan
kekuatan fondasi bendungan. Pada penelitian kali ini penggunaan metode
resistivitas konfigurasi wenner alpha untuk mencari target penelitian berupa
pendugaan adanya intrusi air laut pada daerah penelitian yang berupa pantai dengan
melihat kontras lapisan-lapisan berdasarkan nilai resistivitasnya. Intrusi air laut
merupakan masuk atau menyusupnya air laut ke dalam pori-pori batuan dan
mengontaminasi air tanah yang terkandung didalamnya sehingga menyebabkan air
tanah yang terkandung berubah menjadi air payau atau bahkan air asin (Putranto
dan kusuma ,2020).
Pada penelitian kali ini dilakukan 3 tahap kegiatan yaitu akuisisi data,
pengolahan data, dan interpretasi data. Pada akuisisi data dilakukan dengan cara
menginjeksikan arus yang akan menimbulkan potensial listrik pada bawah
permukaan yang kemudian akan diketahui besar arus serta nilai dari beda potensial
arus yang mengenai medium pada bawah permukaan, nilai ini akan digunakan

1
untuk mendapatkan nilai resisitivitas batuan dibawah permukaan. Kemudian data
yang didapatkan pada tahap akuisisi diolah untuk dengan menggunakan software
RES2DINV untuk mengetahui informasi mengenai nilai resistivitas, kedalaman,
serta error yang didapat kemudian di interpretasikan berdasarkan kondisi geologi
pada daerah penelitian. Dari hasil yang didapat kemudian dibuat penampang bawah
permukaan yang terpengaruh oleh adanya topografi beguna untuk visualisasi data
dan menggambarkan daerah geologi daerah penelitian untuk mengetahui target
penelitian kali ini yaitu intrusi air laut. Nantinya apabila penelitian kali ini
membuahkan hasil kedepannya dapat implikasikan kepada masyarakat akan adanya
persebaran daerah yang terkontaminasi oleh intrusi air laut agar nantinya dapat
menjadi hal yang dapat ditanggulangi sendiri oleh masyarakat atau pemerintah pada
daerah penelitian.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami
konsep dasar pengolahan data dalam metode geolistrik yaitu metode resistivitas
konfigurasi wenner alpha pada software RES2DINV, mengetahui dan memahami
pembuatan penampang bawah permukaan pada metode resistivitas konfigurasi
wenner alpha dengan menggunakan software RES2DINV dan memahami cara
menginterpretasikannya.
Tujuan dilakukanya penelitian ini adalah agar dapat melakukan pengolahan
data dalam metode geolistrik yaitu metode resistivitas konfigurasi wenner alpha
pada software RES2DINV. Melakukan pembuatan penampang bawah permukaan
pada metode resistivitas konfigurasi wenner alpha dengan menggunakan software
RES2DINV. Serta dapat melakukan interpretasi dari sehingga dapat diketahui target
penelitian kali ini yaitu intrusi air laut pada daerah penelitian.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Lokal


Berdasarkan genetika pembentukan bentang alamnya, serta merujuk pada
struktur, proses dan stadia (tahapan) geomorfiknya maka geomorfologi daerah
penelitian dibagi menjadi dua satuan, yaitu:
1.Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan
Satuan ini dicirikan dengan bentuk perbukitan dan lembahan yang memanjang dari
barat sampai ke timur searah dengan sumbu lipatan. Satuan geomorfologi ini berada
pada ketinggian 200-550 mdpl, dengan kemiringan lereng berkisar 10o-55o.
Struktur geologi yang berkembang berupa lipatan antiklin berarah barat-timur dan
sesar mendatar berarah barat laut tenggara. Jentera geomorfik pada satuan ini dapat
dikategorikan ke dalam stadia dewasa, hal ini dicirikan dengan proses pelapukan
yang intensif dan berkembangnya erosi lmbah sehingga dibeberapa tempat bentuk
bentang alamnya terlihat berbukitbukit yang cukup terjal.
2.Satuan Geomorfologi Bukit Intrusi
Bentuk morfologi dari satuan ini berupa Bukit yang terbentuk oleh terobosan batuan
Andesit berada pada ketinggian 450 mdpl, Satuan ini berada pada bagian tengah
bagian barat dan timur daerah penelitian. Jentera Geomorfik satuan ini dapat
dikategorikan ke dalam stadia dewasa, karena relief bukit yang lebih menonjol di
bandingkan bentang alam sekitarnya.
Secara umum pola aliran sungai yang berada pada daerah penelitian yaitu :
a. Pola aliran Trellis
Pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis) dan dikontrol oleh struktur geologi
berupa perlipatan sinklin dan antiklin. Sungai trellis dicirikan oleh saluran-
saluran air yang berpola sejajar, mengalir searah kemiringan lereng dan tegak
lurus dengan saluran utamanya. Saluran utama berarah searah dengan sumbu
lipatan searah dengan jurus lapisan.

b. Pola aliran Rektangular

3
Pola aliran sungai yang berkembang pada daerah rekahan dan patahan, memiliki
bentuk mengikuti pola rekahan.
Berdasarkan peta geologi regional lembar Pacitan dengan skala 1:100.000
oleh H.Samodra, dkk (1992), stratigrafi regional sebagai berikut :

Gambar 2.1. Stratigrafi Regional Pacitan H. Samodra, skk (1992)

Berdasarkan ciri litologi, data lapangan, dan kesamaan fisik di daerah


penelitian, di jumpai batupasir tufan sisipan breksi yang merupakan ciri dari
Formasi Arjosari, di temukan pula batupasir dan batulempung sisipan batubara
yang merupakan ciri dari Formasi Jaten, di jumpai breksi dan batupasir yang
merupakan ciri dari Formasi Wuni, dan dijumpai batuan Terobosan Andesit, serta
dijumpai Batugamping yang merupakan Formasi Wonosari.
Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan maka daerah penelitian di
bagi kedalam 5 Satuan, dengan urutan dari tua ke muda yaitu:
1. Satuan Batuan Batupasir Tufan Sisipan Breksi
2. Satuan Batuan Batupasir dan Batulempung Sisipan Batubara
3. Satuan Batuan Breksi dan Batupasir
4. Satuan Batuan Terobosan
5. Satuan Batuan Batugamping
Berdasarkan hasil analisa peta topografi skala 1: 25.000 dan pengamatan di
daerah penelitian, yang meliputi pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan,
serta pengukuran unsur-unsur struktur geologi yang ada di daerah penelitian, maka
dapat diketahui struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari
perlipatan dan patahan yaitu:
1. Struktur Lipatan:
A. Antiklin Mendolo Lor

4
B. Sinklin Ploso
2. Struktur Patahan:
A. Sesar Geser Ploso
Sejarah geologi daerah penelitian dimulai dari yang paling tua berawal pada
kala Miosen Miosen Awal (N5) sampai (N7) diendapkan satuan Batupasir Sisipan
Breksi (Formasi Arjosari) dengan lingkungan pengendapan Bathial Tengah
memiliki kedalaman 500mdpl dengan ketebalan 1500 meter. Kemudian terjadi
susutlaut (Transgresi) sehingga terendapkan diatasnya secara tidak selaras Satuan
Batupasir dan Batulempung sisipan Batubara dengan ketebalan 875m pada kala
Miosen Tengah N9-N10 pada kedalaman 20-80 mdpl/ neritik tengah.
Pada Kala Miosen Awal N8 tidak terjadi pengendapan di daerah penelitian
dan dapat dikatakan terjadi orogenesa. Akibat orogenesa ini daerah penelitian
terangkat sehingga daerah penelitian berupa daratan. Setelah itu diatasnya pada kala
Miosen Tengah N11-N12 secara selaras diendapkan satuan Breksi dan Batupasir
dengan ketebalan 1075m pada kedalaman 20-110 mdpl/ neritik tengah.
Kemudian pada Kala Miosen Tengah terjadi proses vulkanik yang
menghasilkan Batuan Terobosan yang menerobos 3(tiga) satuan batuan, yaitu
Satuan Batupasir sisipan Breksi, Satuan Batupasir dan Batulempung sisipan
Batubara, Satuan Breksi dan Batupasir.
Pada Kala Miosen Tengah N13 tidak terjadi pengendapan di daerah
penelitian dan dapat dikatakan terjadi orogenesa. Akibat orogenesa ini daerah
penelitian terangkat sehingga daerah penelitian berupa daratan. Setelah itu pada
Kala Miosen Tengah-Miosen Akhir N14-N16 secara tidak selaras diendapkan
Satuan Batugamping dengan ketebalan 250m pada kedalaman 30-120 mdpl/ neritic
tengah.

2.2 Penelitian Tedahulu


Dalam melakukan penelitian terlebih dahulu melihat penelitian terdahulu
dimana merupakan berjudul “Aplikasi Metode 2D Resistivitas Untuk Menyelidiki
Intrusi Air Laut Di Akuifer Pantai” karya Ninuk Susiyanti, Haryo Dwito Armono,
dan Kriyo Sambodho. Makalah ini mendiskusikan pengunaan metode 2D
Resistivitas untuk menyelidiki kemungkinan terjadi intrusi air laut pada suatu

5
aquifer bebas. Lokasi studi yang dipilih adalah aquifer pantai di Teluk Pacitan, Jawa
timur. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa lokasi tersebut
akan dikembangkan menjadi salah satu lokasi wisata bahari di Jawa Timur,
sehingga studi menyeluruh mengenai kualitas air adalah suatu hal yang penting.
Pada penilitian kali ini penyelidikan atas kualitas air dilakukan dengan metode 2D
Resistivitas. Metode ini dipilih karena terbukti efektif untuk mengetahui
penyebaran air laut di aquifer pantai penguuran resistivitas tanah dilakukan dengan
cara menginjeksi aliran lisrik kedalam tanah. Hasil pengukuran resistivitas dengan
menggunakan 2D ini selanjutnya diandingkan dengan pengukuran Total Dissolve
Solid (TDS), dan Daya Hantar Listrik (DHL). Selain itu teori Ghyben-herzberg juga
digunakan untuk memvalidasi hasil pengukuran resistivitas tanah. Dari hasil analisa
di dapatka bahwa batas air laut dan air tawar di lokasi studi terletak pada kedalaman
-20 M dari permukaan tanah. Hal ini sesuai dengan prediksi berdasarkan
keseimbangan dinamis antara air laut dan air tawar (Ghybenherzberg Theory).
Seanjutnya dapat diperkirakan volume air tawar yang tersedia di aquifer tinjauan
sebesar 45 km

6
BAB III
DASAR TEORI

3.1. Metode Geolistrik


Tujuan dari survei Geolistrik adalah untuk menentukan distribusi resistivitas
bawah permukaan dengan melakukan pengukuran di permukaan tanah. Dari
pengukuran tersebut, resistivitas sebenarnya di bawah permukaan bumi dapat
diperkirakan. Resistivitas tanah berkaitan dengan berbagai parameter geologi
seperti mineral dan konten fluida, porositas dan derajat kejenuhan air di batuan.
Survei resistivitas listrik telah digunakan selama beberapa dekade di
hidrogeological, pertambangan, dan investigasi geothecnical. Baru-baru ini, telah
digunakan untuk survei lingkungan.

3.1.1. Geolistrik yang bersifat aktif


Geolistrik dimana energi yang dibutuhkan ada, akibat penginjeksian arus ke
dalam bumi terlebih dahulu oleh elektroda arus. Geolistrik jenis ini ada dua metode,
yaitu metode Resistivitas (Resistivity) dan Polarisasi Terimbas (Induce
Polarization).
Yang akan dibahas lebih lanjut adalah geolistrik yang bersifat aktif. Metode
yang diuraikan ini dikenal dengan nama geolistrik tahanan jenis atau disebut dengan
metode Resistivitas (Resistivity).
Tiap-tiap media mempunyai respon sifat yang berbeda terhadap aliran listrik
yang melaluinya, hal ini tergantung pada tahanan jenis yang dimiliki oleh masing-
masing media. Pada metode ini, arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua
buah elektroda arus dan beda potensial yang terjadi diukur melalui dua buah
elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap
jarak elektroda berbeda kemudian dapat diturunkan variasi harga hambatan jenis
masing-masing lapisan bawah permukaan bumi, dibawah titik ukur (Sounding
Point).
Metode ini lebih efektif bila dipakai untuk eksplorasi yang sifatnya relatif
dangkal. Metode ini jarang memberikan informasi lapisan kedalaman yang lebih
dari 1000 atau 1500 feet. Oleh karena itu metode ini jarang digunakan untuk

7
eksplorasi hidrokarbon, tetapi lebih banyak digunakan untuk bidang engineering
geology seperti penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian reservoar air,
eksplorasi geothermal, dan juga untuk geofisika lingkungan.
Jadi metode resistivitas ini mempelajari tentang perbedaan resistivitas batuan
dengan cara menentukan perubahan resistivitas terhadap kedalaman. Setiap
medium pada dasarnya memiliki sifat kelistrikan yang dipengaruhi oleh batuan
penyusun/komposisi mineral, homogenitas batuan, kandungan mineral, kandungan
air, permeabilitas, tekstur, suhu, dan umur geologi. Beberapa sifat kelistrikan ini
adalah potensial listrik dan resistivitas listrik.

3.1.2. Metode Resistivitas


Metode Resistivitas adalah salah satu dari metode geolistrik yang digunakan
untuk menyelidiki struktur bawah permukaan berdasarkan perbedaan resistivitas
batuan. Dasar dari metode resistivitas adalah hukum ohm yaitu dengan cara
mengalirkan arus kedalam bumi melalui elektroda arus dan mengukur potensialnya
di permukaan bumi dengan menggunakan elektroda potensial (Telford dkk, 1976).
Metode resistivitas merupakan salah satu metode geolistrik yang bersifat aktif
dimana energi yang dibutuhkan diperoleh dari penginjeksian arus ke dalam bumi
terlebih dahulu. Metode ini bertujuan untuk identifikasi endapan mineral, panas
bumi (geothermal), batubara serta pencarian akuifer air tanah.
Resistivitas atau tahanan jenis suatu bahan adalah besaran atau parameter
yang menunjukan tingkat hambatannya terhadap arus listrik. Bahan yang
mempunyai nilai resistivitas atau tahanan jenisnya makin besar, berarti semakin
sukar untuk dilalui oleh arus listrik. Nilai dari hambatan dideskripsikan sebagai
tahanan jenis dengan satuan ohm meter (Ω-m). Dan besaran dari tahanan jenis ini
merupakan besaran yang menjadi target utama dalam pengukuran geolistrik.
Teori dasar dari metode resistivitas adalah Hukum Ohm, yaitu hubungan
antara arus yang dialirkan dan beda potensial yang terukur.
Hubungannya adalah sebagai berikut (Telford, 1976):

R : V/I (2.1)
Keterangan :
R : tahanan (Ohm-meter)

8
V : tegangan (mV)
I : kuat arus (mA)

3.1 Konfigurasi Wenner


Konfigurasi Wenner ini adalah konfigurasi yang dikembangkan oleh seseorang
berkebangsaan Amerika bernama Wenner. Untuk kompensasi kelemahan pada
sumber pembangkit arus yang kuat karena elektroda arus jauh dari potensial, maka
jarak antara elektroda potensial dibuat lebih pendek dan sama jaraknya.
Konfigurasi wenner biasanya digunakan untuk Horizontal Profiling
(Mapping) dengan hasil akhir hanya diperoleh profil secara horizontal (mendatar).
Metode resistivity konfigurasi wenner ini dibagi menjadi beberapa konfigurasi yaitu
wenner alpha, wenner beta dan wenner gamma. Dimana masing-masing memiliki
susunan elektroda yang berbeda, dan juga masing-masing konfigurasi dari wenner
memiliki ciri khusus dalam memetakan kondisi subsurface berdasarkan nilai
resistivity.

(3.2)

(3.3)

(3.4)

Dimana:
I = arus listrik (mA) pada transmitter
ΔV = beda potensial (mV) pada receiver
ρ = resistivitas semu
k = faktor geometri
r = jarak antar elektroda

Konfigurasi Wenner Alpha

Gambar 3.1. Rangkaian Elektroda Konfigurasi Wenner Alpha

9
k = 2𝜋 a (3.5)
Dimana:
k = faktor geometri
 = konstanta phi
r = jarak antar elektroda

Gambar 3.2. Bagian Sensitivitas 2D untuk Konfigurasi Wenner Alpha

Konfigurasi wenner alpha disebut juga wenner normal dengan susunan


elektroda seperti dalam susunan konfigurasi schlumberger. Pada konfigurasi ini,
keempat buah elektrodanya terletak dalam satu garis dan simetris terhadap titik
tengah. Jarak P1 dan P2 pada konfigurasi Wenner alpha selalu sepertiga (1/3) dari
jarak C1 dan C2. Bila jarak C1 dan C2 diperlebar, maka jarak P1 dan P2 juga harus
diubah sehingga jarak P1 dan P2 tetap sepertiga jarak C1 dan C2. Keunggulan dari
konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan pada elektroda P1
dan P2 lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda P1 dan P2 yang
relatif dekat dengan elektroda C1 dan C2. Disini bisa digunakan alat ukur
multimeter dengan impedansi yang relatif lebih kecil.

10
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Akuisisi Data


4.1.1 Desain Survei Penelitian

Gambar 4.1. Desain Survei Penelitian

Pada penelitian kali ini dilakukan pada hari Jumat, 16 Oktober 2020 pada
pukul 15.30 s.d 17.30 WIB dengan lokasi penelitian disekitaran pantai daerah
Pacitan, Jawa Timur. Pada penelitian kali ini menggunakan metode resistivitas
konfigurasi wenner alpha, terdapat 8 lintasan yang membentang barat daya - timur
laut dengan panjang lintasan rata-rata 260 meter, dimana spasi yang digunakan 10
meter dari yang berjarak dari 10 – 60 meter. Peta desain survei ini dibuat dengan
skala 1 : 500

11
4.1.2 Peralatan dan Perlengkapan

Gambar 4.2. Peralatan akuisisi data

Pada saat melakukan suatu pengukuran diperlukan beberapa instrumen untuk


membantu dalam mendapatkan data, instrumen-instrumen tersebut adalah:
1) Resisty Meter (Naniura)
Naniura merupakan salah satu dari alat geolistrik. Alat ini merupakan sebuah
pengirim arus searah atau bolak-balik, jika arus bolak-balik dengan frekuensi
maksimum 30 Hz. Sumber arus disesuaikan dengan kebutuhan, dan ketelitian
pembacaan alat minimal 1 mA dengan sumber arus yang cukup. Pengukuran
dengan sumber arus searah sebaiknya elektrode yang tidak berpolarisasi untuk
elektrode potensial.
2) Elektroda
Elektroda ini digunakan untuk menginjeksikan arus ke dalam permukaan bumi
untuk mendapatkan nilai Tegangan (Potential) serta arus listrik (Current),
elektroda ini sendiri terdiri dari elektroda potensial atau elektroda P dan
elektroda arus atau elektroda C.
3) Kabel
Kabel ini berfungsi sebagai penghubung antara Resisty Meter (Naniura) dan
elektroda arus serta aelektroda potensial. Biasanya menggunakan 2 roll kabel,
dimana masing-masing digunakan pada bentangan yang berbeda.
4) Accu

12
Digunakan sebagai sumber listrik yang akan diinjeksikan kedalaman tanah.
Accu yang digunakan memiliki tegangan 12V. Accu ini berfungsi sebagai daya
energi untuk menghidupkan alat
5) Meteran
Meteran digunakan untuk membentangkan lintasan dengan panjang yang telah
ditentukan. Selain itu meteran juga berguna untuk mempermudah mencari titik
perpindahan elektroda
6) Palu
Merupakan alat yang berguna untuk menancapkan elektroda ke dalam tanah.
7) Tabel data
Digunakan untuk mencatat hasil pengukuran yang telah dilakukan.

13
4.2. Pengolahan Data
4.2.1 Diagram Alir Pengolahan Data
Berikut merupakan tahapan-tahapan dalam pengolahan metode resistivitas
konfigurasi wenner alpha

Selesai

Gambar 4.3. Diagram Alir Pengolahan Data

14
4.2.2 Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data
1. Memasukan data lapangan yang berupa n, C1 dan C2 (elektroda arus), P1 dan
P2 (Elektroda Potensial), V (tegangan), dan I (arus) kedalam software
Microsoft Excel dan dilakukan perhitungan untuk mencari nilai R , K, rho,
spasi, dan datum point (DP). Kemudian dibuat format untuk penginputan data
ke dalam software RES2DINV yang berisi nama metode, spasi terkecil, kode
konfigurasi, jumlah data, kode DP, kode metode, dibawah nya di taruh nilai
Datum point sebagai fungsi X, nilai Spasi sebagai fungsi Y, dan nilai rho
sebagai fungsi Z. Dibawah nilai fungsi X ditaruh nilai 1, kemudian bawahnya
nilai jumlah data elevasi, kemudian nilai bawahnya lagi nilai meter pada
fungsi X dan elevasi pada fungsi Y.
2. Setelah dibuat format penginputan kemudian meng-copy kedalam software
note pad lalu disimpan dengan format file .txt.
3. Kemudian membuka Software RES2DINV dan melakukan load data, dimana
data yang di load merupakan file data yang tadi disave dengan menggunakan
format .txt.
4. Setelah melakukan load data, kemudian dilakukan proses inversi untuk
mendapatkan profil penampang bawah permukaan yang merupakan
visualisasi data dari nilai resistivitas, kedalaman, dan error.
5. Selanjutnya dilakukan interpretasi yang mengacu pada data yang didapat dan
didukung oleh informasi geologi sekitar dan juga penelitian terdahulu, setelah
itu dapat ditarik kesimpulan dari penelitian kali ini
6. Selesai

4.3. Interpretasi Data


Dalam menginterpretasi data yang telah diolah pada tahap pengolahan
dilakukan dengan cara menginterpretasi secara kuantitatif dan kualitatif, dimana
pada kuantitatif interpretasinya menyingungg aspek-aspek yang ditampilkan seperti
nilai resistivitas, nilai kedalaman, gradasi warna, skala dll, serta definisi, dan cara
pengolahan juga sampaikan dalam pembahasan. Dalam pembahasan kualitatif
interpretasinya menyinggung sifat material atu lapisan berdasarkan nilai resistivitas
yang disertai dengan data pendukung seperti tabel resisitivitas, membahas tentang

15
aspek geologinya juga seperti litologi daerah penelitian, kondisi porositasnya
apakah baik atau buruk, serta permeabilitasnya.

Tabel 4.1 Tabel Nilai Resistivitas Batuan


Material Resistivitas (Ohm.m)
Air (Udara) 0
Sandstone (Batupasir) 200-800
Sand (Pasir) 1-1000
Clay (Lempung) 1-100
Ground Water (Air Tanah) 0.5-300
Sea Water (Air Asin) 0.2
Dry Gravel (Kerikil Kering) 600-10000
Alluvium (Aluvium) 10-800
Gravel (Kerikil) 100-600
Source : Halliday, David; Resnick Robert; Walker, Jearl.1991. Fundamental of Physics 6 th edition.
John Willey & Sons. Inc

16
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Tabel Pengolahan Data Lintasan 1


n C1 P1 P2 C2 I (m-A) V (m V) R (Ohm) K RHO (Ohm-m) METER ELEVASI SPASI DATUM POINT (DP)
1 0 10 20 30 1 4.56 4.56 62.8 286.368 0 6 10 15
2 0 20 40 60 0.99 2.78 2.808081 125.6 352.6949495 10 6 20 30
3 0 30 60 90 0.99 1.27 1.282828 188.4 241.6848485 20 5 30 45
4 0 40 80 120 9.99 1.45 0.145145 251.2 36.46046046 30 5 40 60
5 0 50 100 150 9.99 1.2 0.12012 314 37.71771772 40 5 50 75
6 0 60 120 180 9 2.3 0.255556 376.8 96.29333333 50 5 60 90
1 10 20 30 40 1 3.9 3.9 62.8 244.92 60 5 10 25
2 10 30 50 70 0.99 0.98 0.989899 125.6 124.3313131 70 5 20 40
3 10 40 70 100 1.99 0.78 0.39196 188.4 73.84522613 80 5 30 55
4 10 50 90 130 9.99 3.2 0.32032 251.2 80.46446446 90 5 40 70
5 10 60 110 160 9.99 0.69 0.069069 314 21.68768769 100 5 50 85
6 10 70 130 190 9.99 1.03 0.103103 376.8 38.84924925 110 5 60 100
1 20 30 40 50 0.99 1.98 2 62.8 125.6 120 5 10 35
2 20 40 60 80 0.99 5.55 5.606061 125.6 704.1212121 130 5 20 50
3 20 50 80 110 4.99 3.2 0.641283 188.4 120.8176353 140 6 30 65
4 20 60 100 140 9.99 2.34 0.234234 251.2 58.83963964 150 6 40 80
5 20 70 120 170 9.99 1.02 0.102102 314 32.06006006 160 5 50 95
6 20 80 140 200 9.99 1.08 0.108108 376.8 40.73513514 170 5 60 110
1 30 40 50 60 0.99 6.78 6.848485 62.8 430.0848485 180 5 10 45
2 30 50 70 90 0.99 2.11 2.131313 125.6 267.6929293 190 5 20 60
3 30 60 90 120 4.99 3.09 0.619238 188.4 116.6645291 200 4 30 75
4 30 70 110 150 9.99 5.8 0.580581 251.2 145.8418418 210 4 40 90
5 30 80 130 180 9.99 5.09 0.50951 314 159.985986 220 5 50 105
6 30 90 150 210 9.99 4.2 0.42042 376.8 158.4144144 230 6 60 120
1 40 50 60 70 0.99 2.11 2.131313 62.8 133.8464646 240 5 10 55
2 40 60 80 100 0.99 5.12 5.171717 125.6 649.5676768 250 3 20 70
3 40 70 100 130 4.99 4.31 0.863727 188.4 162.7262525 260 3 30 85
4 40 80 120 160 9.99 2.4 0.24024 251.2 60.34834835 40 100
5 40 90 140 190 9.99 1.46 0.146146 314 45.88988989 50 115
6 40 100 160 220 9.99 5.21 0.521522 376.8 196.5093093 60 130
1 50 60 70 80 0.99 2.15 2.171717 62.8 136.3838384 10 65
2 50 70 90 110 1.99 4.09 2.055276 125.6 258.1427136 20 80
3 50 80 110 140 4.99 3.2 0.641283 188.4 120.8176353 30 95
4 50 90 130 170 9.99 1.98 0.198198 251.2 49.78738739 40 110
5 50 100 150 200 9.99 3.2 0.32032 314 100.5805806 50 125
6 50 110 170 230 9.99 4.2 0.42042 376.8 158.4144144 60 140
1 60 70 80 90 0.99 1.99 2.010101 62.8 126.2343434 10 75
2 60 80 100 120 1.99 4.67 2.346734 125.6 294.7497487 20 90
3 60 90 120 150 4.99 5.12 1.026052 188.4 193.3082164 30 105
4 60 100 140 180 9.99 3.2 0.32032 251.2 80.46446446 40 120
5 60 110 160 210 9.99 2.3 0.23023 314 72.29229229 50 135
6 60 120 180 240 9.99 3.84 0.384384 376.8 144.836036 60 150
1 70 80 90 100 0.99 3.78 3.818182 62.8 239.7818182 10 85
2 70 90 110 130 1.99 1.12 0.562814 125.6 70.68944724 20 100
3 70 100 130 160 4.99 2.1 0.420842 188.4 79.28657315 30 115
4 70 110 150 190 9.99 2.87 0.287287 251.2 72.16656657 40 130
5 70 120 170 220 9.99 3.22 0.322322 314 101.2092092 50 145
6 70 130 190 250 9.99 4.98 0.498498 376.8 187.8342342 60 160
1 80 90 100 110 0.99 2.57 2.59596 62.8 163.0262626 10 95
2 80 100 120 140 1.99 1.32 0.663317 125.6 83.31256281 20 110
3 80 110 140 170 4.99 2.78 0.557114 188.4 104.9603206 30 125
4 80 120 160 200 9.99 0.59 0.059059 251.2 14.83563564 40 140
5 80 130 180 230 9.99 1.9 0.19019 314 59.71971972 50 155
6 80 140 200 260 9.99 5.4 0.540541 376.8 203.6756757 60 170
1 90 100 110 120 0.99 2.35 2.373737 62.8 149.0707071 10 105
2 90 110 130 150 1.99 4.95 2.487437 125.6 312.4221106 20 120
3 90 120 150 180 4.99 4.56 0.913828 188.4 172.1651303 30 135
4 90 130 170 210 9.99 4.91 0.491491 251.2 123.4626627 40 150
5 90 140 190 240 9.99 3.45 0.345345 314 108.4384384 50 165
1 100 110 120 130 0.99 1.78 1.79798 62.8 112.9131313 10 115
2 100 120 140 160 1.99 3.75 1.884422 125.6 236.6834171 20 130
3 100 130 160 190 4.99 1.2 0.240481 188.4 45.30661323 30 145
4 100 140 180 220 9.99 2.07 0.207207 251.2 52.05045045 40 160
5 100 150 200 250 9.99 2.45 0.245245 314 77.00700701 50 175
1 110 120 130 140 0.99 1.23 1.242424 62.8 78.02424242 10 125
2 110 130 150 170 4.99 3.24 0.649299 125.6 81.55190381 20 140
3 110 140 170 200 4.99 0.23 0.046092 188.4 8.683767535 30 155
4 110 150 190 230 4.99 6.1 1.222445 251.2 307.0781563 40 170
5 110 160 210 260 4.99 1.28 0.256513 314 80.54509018 50 185
1 120 130 140 150 0.99 1.92 1.939394 62.8 121.7939394 10 135
2 120 140 160 180 1.99 1.07 0.537688 125.6 67.53366834 20 150
3 120 150 180 210 1.99 0.28 0.140704 188.4 26.50854271 30 165
4 120 160 200 240 4.99 1.8 0.360721 251.2 90.61322645 40 180
1 130 140 150 160 0.99 1.53 1.545455 62.8 97.05454545 10 145
2 130 150 170 190 1.99 1.23 0.61809 125.6 77.6321608 20 160
3 130 160 190 220 1.99 3.88 1.949749 188.4 367.3326633 30 175
4 130 170 210 250 1.99 1.89 0.949749 251.2 238.5768844 40 190
1 140 150 160 170 0.99 2.78 2.808081 62.8 176.3474747 10 155
2 140 160 180 200 1.99 1.35 0.678392 125.6 85.20603015 20 170
3 140 170 200 230 1.99 5.21 2.61809 188.4 493.2482412 30 185
4 140 180 220 260 1.99 1.02 0.512563 251.2 128.7557789 40 200
1 150 160 170 180 0.99 1.67 1.686869 62.8 105.9353535 10 165
2 150 170 190 210 0.99 4.23 4.272727 125.6 536.6545455 20 180
3 150 180 210 240 1.99 3.76 1.889447 188.4 355.9718593 30 195
1 160 170 180 190 0.99 1.58 1.59596 62.8 100.2262626 10 175
2 160 180 200 220 0.99 4.7 4.747475 125.6 596.2828283 20 190
3 160 190 220 250 0.99 3.56 3.59596 188.4 677.4787879 30 205
1 170 180 190 200 1.99 1.94 0.974874 62.8 61.22211055 10 185
2 170 190 210 230 1.99 2.91 1.462312 125.6 183.6663317 20 200
3 170 200 230 260 1.99 3.98 2 188.4 376.8 30 215
1 180 190 200 210 1.99 1.08 0.542714 62.8 34.08241206 10 195
2 180 200 220 240 1.99 2.97 1.492462 125.6 187.4532663 20 210
1 190 200 210 220 1.99 2.67 1.341709 62.8 84.25929648 10 205
2 190 210 230 250 1.99 3.43 1.723618 125.6 216.4864322 20 220
1 200 210 220 230 1.99 1.1 0.552764 62.8 34.71356784 10 215
2 200 220 240 260 1.99 4.1 2.060302 125.6 258.7738693 20 230
1 210 220 230 240 0.99 1.02 1.030303 62.8 64.7030303 10 225
1 220 230 240 250 0.99 1.08 1.090909 62.8 68.50909091 10 235
1 230 240 250 260 0.99 0.54 0.545455 62.8 34.25454545 10 245

Tabel 5. 1 Tabel Pengolahan Data Lintasan 1

17
Pada tabel diatas merupakan tabel pengolahan data hasil pengukuran dan pengolahan
metode geolistrik yaitu metode resistivitas menggunakan konfigurasi Wenner Alpha
dengan bantuan software excel. Pengolahan tersebut dilakukan untuk mencari nilai rho
(resistivitas) sebagai parameter utama untuk menentukan kondisi lapisan bawah permukaan
yang sebenarnya. Dari tabel tersebut terlihat bahwa terdapat 99 data hasil pengolahan data
pengukuran, dan 27 data elevasi dan meter. Dimana data hasil pengukuran tersebut
menampilkan data nilai arus (I), nilai potensial listrik (V), dan nilai jarak antar elektroda
pada saat pengukuran. Dari data tersebut kemudian di lakukan pengolahan untuk
mendapatkan nilai k (faktor geometri) dan nilai rho (resistivitas). Dari tersebut kemudian
dibuat penampang bawah permukaan dengan menggunakan bantuan software Res2Dinv.

5.2 Profil Bawah Permukaan Lintasan 1

Air Tanah

Air Tanah Intrusi Air Laut


C

Gambar 5.2. Profil Bawah Permukaan Lintasan 1 tanpa pengaruh topografi

Pada Gambar 5.2. Merupakan peta penampang profil bawah permukaan pada
lintasan 1. Peta ini dibuat dengan memasukan data hasil pengolahan berupa format
penginputan data pada software microsoft excel yang meliputi nama metode, spasi
terkecil, kode konfigurasi, jumlah data, kode DP (Datum Point), kode metode,
datum point (DP), spasi, nilai resistivitas (rho), banyaknya data elevasi, data elevasi
dan data meter yang yang kemudian di copy kedalam software note pad untuk di
save dengan format .txt. Setelah itu dilakukan load data pada software RES2DINV
yang kemudian dilakukan inversi. Peta profil bawah permukaan ini merupakan peta
yang menggambarkan lapisan-lapisan yang terdapat dibawah permukaan pada
lokasi penelitian.

18
Pada peta profil bawah permukaan terdiri dari satu data input namun
divisualisasikan menjadi tiga penampang yang berbeda setelah melakukan tiga kali
iterasi, dimana pada penampang A merupakan penampang data akuisisi, pada
penampang B merupakan penampang hasil forward modelling, dan pada
penampang C merupakan penampang hasil invers modelling yang menunjukan
kondisi bawah permukaan pada daerah penelitian. Pada pembahasan penampang
kali ini akan lebih berfokus pada penampang C atau penampang hasil invers
modelling karena pada penampang tersebut lebih mempresentasikan terhadap
kondisi bawah permukaan yang sebenarnya. Jika dilihat pada peta, kedalaman yang
terdapat dibawah permukaan setelah melalui proses inversi pada software
RES2DINV sedalam 31,9 meter. Jika dilihat pada peta penampang terdapat gradasi
warna yang mencerminkan nilai resistivitas nya, dimana pada warna biru tua
sampai biru telur asin ia memiliki nilai resistivitas berkisar 5,15 s.d 34,8 ohm.m
yang diindikasikan merupakan resistivitas rendah yang terdapat pada litologi pasir,
pada warna hijau kebiruan sampai kuning ia memiliki nilai resistivitas berkisar 90,3
s.d 610 ohm.m yang diindikasikan merupakan resistivitas sedang yang merupakan
litologi pasir, pada warna cokelat sampai ungu tua ia memiliki nilai resistivitas
berkisar 610 s.d 4115 ohm.m yang diindikasikan merupakan resistivitas tinggi dan
memiliki litologi breksi dan lava andesit nilai-nilai tersebut didasari oleh adanya
RMS error yang bernilai 56,3%.
Material yang memiliki nilai resistivitas yang cukup rendah menyebabkan
lapisan tersebut bersifat konduktif, sebaliknya pada material yang memiliki nilai
resistivitas yang tinggi maka material tersebut bersifat resistif. Salah satu faktor
yang menyebabkan suatu material bersifat konduktif atau resistif ialah kandungan
air terdapat pada pori-pori batuan atau dapat dikatakan faktor porositas
mempengaruhi nilai resistivitas. Karena batuan yang memiliki porositas besar maka
air akan masuk ke pori-pori batuan dan terjebak didalamnya, namun apabila
porositasnya buruk maka air sukar untuk masuk kedalam pori-pori batuan.
Sehingga pada penelitian kali ini pada daerah yang ditandai dengan warna biru tua
s.d hijau lumut merupakan daerah yang terdapat fluida. Dimana pada daerah yang
memiliki resistivitas rendah ditandai dengan warna biru tua merupakan air laut, hal
ini dikarenakan pada air laut memiliki nilai resistivitas yang rendah disebabkan

19
adanya kandungan elektrolit yang bersifat konduktif. Pada daerah yang memiliki
nilai resistivitas relatif sedang ditandai dengan warna hijau lumut merupakan
keterdapatan air tanah yang memiliki nilai konduktivitas sedang karna jumlah
elektrolitnya yang relatif lebih sedikit dibanding air laut terdapat pada litologi pasir.
Apabila air laut dan air tanah bercampur akan menyebabkan terjadinya perubahan
pada air tanah yang mungkin bisa menjadi air payau atau bahkan air asin hal ini
ditandai dengan bagian yang memiliki warna biru muda. Pada penelitian kali ini
daerah yang ditandai dengan warna biru muda s.d hijau kebiruan merupakan daerah
dengan kualitas air tanah yang kurang baik karena terlah terkontaminasi oleh air
laut sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.

Intrusi Air Laut

Gambar 5.3. Profil Bawah Permukaan Lintasan 1 dengan pengaruh topografi

Pada Gambar 5.3. Merupakan peta penampang profil bawah permukaan pada
lintasan 1 yang telah dipengaruhi oleh faktor topografi. Jika dilihat pada peta,
kedalaman yang terdapat dibawah permukaan setelah melalui proses inversi pada
software RES2DINV setelah dipengaruhi topografi sedalam 30 meter. Pada peta
faktor topografi tidak berpengaruh kepada resistivitas yang ada dibawah
permukaan. Namun lebih berpengaruh dari lokasi dari instrusi air laut dan
persebarannya dimana pada penelitian kali ini saat dipengaruhi topografi dimana
pada ketinggian tertinggi dari intrusi air laut sampai 0,0 meter yang menandakan
intrusi air laut ini sudah ada yang mencapai permukaan. Air terobosan berada di
kedalaman -30 meter s.d 0,0 meter dan terdapat pada litologi pasir, dimana pada
penelitian terdahulu persebaran air laut didapatkan dalam kedalaman -24 meter.

20
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari penelitian kali ini dengan menggunakan metode resistivitas konfigurasi
wenner alpha dapat ditarik kesimpulan:
• Telah melakukan berhasil melakukan pengolahan metode resistivitas
konfigurasi wenner aplha
• Telah berhasil membuat peta profil bawah permukaan dan
menginterpretasikannya.
• Penggunaan penampang hasil invers modelling lebih mempresentasikan
terhadap kondisi bawah permukaan yang sebenarnya dibanding penampang
lainnya.
• Pada penelitian kali ini apabila air laut dan air tanah bercampur akan
menyebabkan terjadinya perubahan pada air tanah yang mungkin bisa menjadi
air payau atau bahkan air asin hal ini ditandai dengan bagian yang memiliki
warna biru muda
• Pada peta faktor topografi tidak berpengaruh kepada resistivitas yang ada
dibawah permukaan. Namun lebih berpengaruh dari lokasi dari instrusi air laut
dan persebarannya
• Pada penelitian kali ini daerah yang ditandai dengan warna biru muda s.d hijau
kebiruan merupakan daerah dengan kualitas air tanah yang kurang baik karena
telah terkontaminasi oleh air laut sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.

6.2 Saran
Pada penelitian kali ini dalam melakukan interpretasi dibarengi dengan studi
literatur agar interpretasinya akurat. Selain itu desain yang dihasilkan diusahakan
menggambarkan kondisi sebenarnya dari daerah penelitian maka dari itu diperlukan
data pendukung.

21
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, C.I., N. A. Magetsari dan H. S. Purwanto, 2003, Analisis Dinamik


Tegasan Purba pada Satuan Batuan Paleogen–Neogen di Daerah Pacitan
dan Sekitarnya, Provinsi Jawa Timur Ditinjau dari Studi Sesar Minor dan
Kekar Tektonik, PROC. ITB Sains & Tek. Vol. 35 A, No. 2, 2003, 111-
127.
Halliday, David; Resnick, Robert; Walker, Jearl. 1991. Fundamentals of Physics
(edisi ke-6th). John Wiley & Sons, Inc
Mardika, Hari. 2017. Geologi dan Alterasi Hidrotermal Pada Daerah Kebonagung
dan Sekitarnya Kecamatan Kebondagung, Kabupaten Pacitan, Provinsi
Jawa Timur. Teknik Geologi Universitas Trisakti. Jakarta
Nailatul Muna. 2017. Penentuan Zona Intrusi Air Laut Daerah Pantai Selatan
Banyuwangi dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis (Studi Kasus Desa
Sumberasri Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi). Skripsi.
Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
Ninuk Susiyanti, Haryo Dwito Armono, dan Kriyo Sambodho. Aplikasi Metode 2D
Resistivitas Untuk Menyelidiki Intrusi Air Laut Di Akuifer Pantai. Jurnal.
Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS)
Nurul Dzakiya , Radhitya Adzan Hidayah , Larikiansyah. 2018. Analisis Potensi
Longsor Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Dipole-dipole di
Desa Kasihan Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan Jawa Timur.
Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) Volume 2 Nomor 8 2018
ISSN : 2089-6158.
Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)
Samodra, H., Gafoer, S., dan Tjokrosapoetra, S., 1992. Geologi Lembar Pacitan,
Jawa Timur, Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Jendaral
Geologi dan Sumber Daya Mineral, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.
Santoso, Djoko. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Bandung: Penerbit ITB
Telford W.M, et al. 1976. Applied Geophysics, Second Edition. Cambridge :
Cambridge University Press.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai