Anda di halaman 1dari 22

TUGAS ENDAPAN MINERAL

ENDAPAN PORFIRI STUDI KASUS ENDAPAN


GRASSBERG

Disusun Oleh:
Imam Sufiudin 21100114120012
Antonius Yosef Simanjuntak 21100114120024
Yani Kusumastuti 21100114120026
Deo Yosa Angga 21100114130050
Bintang Putra 21100114130052
Yan Sihaloho 21100114140079

FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
JUNI 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Endapan Mineral


Endapan mineral (Ore Deposit) adalah batuan yang mengandung
satu atau lebih mineral logam (metallic mineral) yang akan memiliki nilai
ekonomis jika ditambang dinamakan Ore Mineral atau mineral bijih.

Gambar 1.Genesa Endapan Mineral (Beck, 1909)

1.2. Mineral Bijih (Ore)


Bijih/ore adalah material/batuan yang terdiri dari gabungan mineral bijih
dengan komponen lain (mineral non logam) yang dapat diambil satu atau lebih
logam secara ekonomis. Apabila bijih yang diambil hanya satu jenis logam saja
maka disebut single ore. Apabila yang bisa diambil lebih dari satu jenis bijih maka
disebut complex-ore.

1.3 Mineral Alterasi


Alterasi hidrothermal merupakan proses yang terjadi akibat adanya
reaksi antara batuan asal dengan fluida panasbumi. Batuan hasil alterasi
hidrotermal tergantung pada beberapa faktor, tetapi yang utama adalah
temperatur, tekanan, jenis batuan asal, komposisi fuida (khususnya pH) dan
lamanya reaksi (Browne, 1984).
1.3.1 Klasifikasi Endapan Mineral
Pembentukan jebakan mineral terjadi/dikontrol oleh proses diferensiasi
magma yang juga menghasilkan komposisi batuan yang berbeda-beda.
Konsep pembentukan jebakan oleh Niggli :
Stadium Likwido Magmatis (T = > 600), terbentuk mineral tahap
awal (sedikit unsur volatilnya, yaitu silikat) dan logam,
endapannya : Jebakan magmatis atau endapan ortomagmatik.
Stadium Pegmatik-Pneumatolitik (T = 600 -400), larutan sisa
magma dgn unsur volatil meningkat sehingga tekanan juga
meningkat, membentuk endapan/jebakan pegmatik/pneumatolitik.
Stadium Hidrotermal (T = 450 -350/50), larutan sisa magma
semakin encer tekanan juga menurun, membentuk
endapan/jebakan hidrotermal.
1.4 Tipe endapan pada endapan mineral adalah:
Tipe Endapan Ortomagmatik
Tipe Endapan Pegmatik
Tipe Endapan Pneumatolitik
Tipe Endapan Hidrotermal
Endapan hidrotermal banyak menghasilkan mineral-mineral logam
(epitermal dan porfiri) terutama pada magma seri kalk-alkali dan alkali.
Tipe Endapan Ortomagmatik
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Endapan porfiri adalah endapan mineral yang mengandung sebaran
tembaga, yang terdapat pada batuan beku plutonik (monzonit kuarsa,
granodiorit, diorit, dan tonalit). Selain itu, endapan porfiri terdapat hubungan
yang sangat erat antara intrusi porfiritik subvulkanik kompleks dengan alterasi
dan mineralisasi magmatik-hidrotermal. Alterasi hidrotermal menyebabkan
adanya perubahan pada mineralogi dan komposisi batuan karena berubahnya
unsur- unsur kimia pada batuan akibat berinteraksi dengan fluida hidrotermal.
Adanya kumpulan mineral ubahan dapat menjadi petunjuk dalam menentukan
zona mineralisasi pada endapan porfiri.
Mineralisasi tembaga dan emas pada endapan porfiri tidak hanya terjadi
secara tersebar pada batuan, tetapi juga dapat terjadi pada urat kuarsa maupun
urat sulfida. Larutan hidrotermal pembawa mineralisasi tersebut melewati
rekahan pada batuan sehingga meninggalkan jaringan urat- urat yang saling
memotong (stockwork). Zonasi alterasi (kumpulan mineral ubahan) dan
kerapatan urat kuarsa merupakan hal yang penting untuk ditelaah dalam
mempelajari mineralisasi pada endapan porfiri tembaga dan emas. Maka dari itu,
pemahaman mengenai pengaruh kerapatan urat kuarsa terhadap mineralisasi
tembaga dan emas pada sistem porfiri amat penting untuk diketahui.
2.2 Tipe
Endapan porfiri terbagi menjadi 2 tipe, yaitu endapan porfiri tembaga
(Cu-Mo-Au-Ag) dan endapan porfiri timah (Sn-W-Ag-Bi).
Endapan porfiri tembaga terbagi :
Porfiri tembaga
Porfiri tembaga-molibdenum
Porfiri tembaga-emas-perak
Mineralisasi endapan porfiri tembaga menghasilkan yaitu Chalcopyrite,
Pyrite, Chalcocite, Bornite, Molybdenite, Galena, Magnetite, Gold, Copper.
Sedangkan mineralisasi endapan porfiri timah menghasilkan yaitu Arsenopyrite,
Frankeite ,Pyrrhotite, Sphalerite, Chalcopyrite, Galena, Stannite, Fluorite,
Tetrahedrite-tennantite, Sheelite.

Gambar 2. Model endapan porfiri copper

2.3 Zona
Pada beberapa cebakan porfiri, zona alterasi pada cebakan terdiri dari bagian
dalam zona potasik dicirikan oleh biotite dan / atau K-feldspar ( amphibole
magnetit anhydrite) dan zona luar alterasi propilitik yang terdiri dari kuarsa,
klorit, epidote, kalsit, dan lokal albite berasosiasi dengan pirit. Zona alterasi filik
(kuarsa + sericite + pirit) dan alterasi argillik (kuarsa + illite + kaolinit pirit
smectite montmorillonite kalsit) bisa menjadi zona antara zona potasik dan
propilitik, bisa juga tak beraturan dan tabular, zona yang lebih muda menindih
alterasi dan kumpulan mineral yang lebih tua (misalnya, Ladolam; Moyle et al.,
1990).
BAB III
STUDI KASUS

SISTEM ENDAPAN PORFIRI-CU PADA LAPANGAN TAMBANG


GRASBERG, PROVINSI PAPUA: STUDI TIPE ENDAPAN DAN
PENGOLAHAN MINERAL BIJIH

Gambar 3. Endapan porfiri di Indonesia

Grasberg terletak di dataran tinggi Rangkaian Pegunungan Sudirman,


Provinsi Papua, Indonesia, dengan jarak 3km dari lapangan tambang Ertsberg. Pada
tahun 2011, PT. Freeport Indonesia sebagai pengelola lokasi penambangan berhasil
memproduksi 362 juta ton tembaga serta 37 ton emas dengan perhitungan sisa
cadangan 14 juta ton tembaga dan 913 ton emas.
A. Fisiografi Regional
Geologi Papua secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga kelompok batuan
penyusun utama, yakni:
a. batuan Kraton Australia,
b. batuan Lempeng Pasifik,
c. batuan campuran dari kedua lempeng. Litologi campuran merupakan batuan
bentukan dari orogenesa Melanesia.
Batuan yang berasal dari Kraton Australia utamanya tersusun oleh basement
rock berupa batuan metamorf berderajat rendah-tinggi yang telah terintrusi oleh
batuan granitik di sebelah barat dengan umur Paleozoikum Akhir. Litologi ini
kemudian secara selaras ditutupi oleh sedimen paparan Mesozoikum dan yang
lebih muda, batuan vulkanik dan batuan metamorf hingga Tersier Akhir.
Batuan lempeng pasifik umumnya berumur lebih muda dan tersusun oleh
batuan ultrabasa, tuf halus dan batuan sedimen laut dalam berumur Jura, kompleks
ofiolit dan juga batuan plutonik berkomposisi mafik. Kelompok batuan ini
terakresikan di atas Lempeng Kontinen Australia karena bertumbukan dengan
Lempeng Pasifik. Sebagai akibatnya, terbentuk pola jalur pegunungan kasar di
daerah pegunungan tengah bagian utara. Jalur ofiolit membentang kearah timur-
barat sejauh 400km dengan lebar lebih dari 50km.
B. Lingkungan Tektonik
Wilayah Papua terdiri atas batas utara Kraton Australia di bagian selatan
dan rangkaian fragmen samudra dan teras busur samudra di bagian utara
(Waele, dkk., 2009). Pulau utama dari Papua Nugini merupakan tempat bagi
endapan emas porfiri dan epitermal berkelas dunia seperti di Grasberg, Ok Tedi,
Sungai Frieda, Porgera, Wafi dan Gunung Kare. Kebanyakan dari endapan ini
terletak pada atau didekat jejak dari zona suture longitudinal, yang paling
terlihat yakni Ramu-Markham dan zona sesar Bismarck, atau sepanjang jalur
sesar seperti Mapenduma (Grasberg), Ok Tedi dan Sesar Porgera.
Fase magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai dioritik,
diperkirakan berumur Oligosen dan terdapat dalam lingkungan Metamorfik
Derewo. Fase kedua magmatisme berupa diorit berkomposisi alkalin
terlokalisir dalam Kelompok Kembelangan pada sisi Selatan Patahan
Orogenesa Melanesia Derewo yang berumur Miosen Akhir sampai Miosen
Awal. Magmatisme termuda dan terpenting berupa instrusi dioritik sampai
monzonitik yang dikontrol oleh suatu patahan yang aktif mulai Pliosen Tengah
sampai kini. Batuan-Batuan intrusi tersebut menerobos hingga mencapai
Kelompok Batugamping New Guinea, dimana endapan porphiri Cu-Au dapat
terbentuk seperti Tembagapura dan OK Tedi di Papua Nugini.Tumbukan
Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik yang terus berlangsung hingga
sekarang menyebabkan deformasi batuan dalam cekungan molase.
Batuan terobosan di Tembagapura berumur 3 juta tahun (McMahon,
1990, data tidak dipublikasikan), sedangkan batuan terbosan OK Tedi berumur
Pliosen akhir pada kisaran 2,6 sampai 1,1 juta tahun. Hasil Penelitian yang
dilakukan oleh Nabire Bhakti Mining terhadap 5 contoh batuan intrusi di Distrik
Komopa menghasilkan umur antara 2,9 juta tahun sampai 3,9 juta tahun.
Selama Pliosen jalur lipatan papua dipengaruhi oleh tipe magma I, suatu tipe
magma yang kaya akan komposisi potasium kalk alkali yang menjadi sumber
mineralisasi Cu-Au yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Ok Tedi. Selama
pliosen intrusi pada zona tektonik dispersi di kepala burung terjadi pada bagian
pemekaran sepanjang batas graben. Batas graben ini terbentuk sebagai respon
dari peningkatan beban tektonik di bagian tepi utara lempeng Australia yang
diakibatkan oleh adanya pelenturan dan pengangkatan dari bagian depan
cekungan sedimen yang menutupi landasan dari Blok Kemum.
Menurut Smith (1990), sebagai akibat benturan lempeng Australia dan
Pasifik adalah terjadinya penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang
kedalam batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan
dan perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen
dan mineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi dengan emas dan perak.
Tempat-tempat konsentrasi cebakan logam yang berkadar tinggi diperkirakan
terdapat pada lajur Pegunungan Tengah Papua mulai dari komplek
Tembagapura (Erstberg, Grasberg , DOM, Mata Kucing, dll), Setakwa, Mamoa,
Wabu, Komopa-Dawagu, Mogo-Obano, Katehawa, Haiura, Kemabu, Magoda,
Degedai, Gokodimi, Selatan Dabera, Tiom, Soba-Tagma, Kupai, Etna Paririm
Ilaga. Sementara di daerah Kepala Burung terdapat di Aisijur dan Kali Sute.
Sementara itu dengan adanya busur kepulauan gunungapi (Awewa Volkanik
Group) yang terdiri dari Waigeo Island (F.Rumai) Batanta Islamd (F.Batanta),
Utara Kepala Burung (Mandi & Arfak Volc), Yapen Island (Yapen Volc),
Wayland Overhrust (Topo Volc), memungkinkan terdapatnya logam emas
dalam bentuk nugget.
C. Karakteristik Umum
Sistem endapan porfiri-Cu merupakan sumber utama dunia dalam
penghasil tembaga (Cu) dan molybdenum (Mo). Secara kuantitas, tercatat
bahwa 50%-60% unsur tembaga dan lebih dari 95% unsur molybdenum di
dunia diproduksi dari sistem endapan porfiri-Cu. Endapan porfiri-Cu secara
umum berasosiasi dengan intrusi ganda berkomposisi Intermedier-Asam
(diorite-granodiorit sampai Kuarsa dengan silika tinggi) yang secara tipikal
bertekstur porfiritik. Host rock biasanya berupa rentang antara granodiorit-
tonalite dengan tekstur porfiritik dan kaya akan mineral pirit.
Mineral bijih utama yang terbentuk berupa kalkopirit dan bornite
dengan gangue mineral berupa kuarsa, alkali feldspar, anhidrit, magnetit, dan
terkadang ditemukan pula biotit, serisit dan pirit. Mineralisasi umumnya
terpusat pada intrusi kuarsa monzonit. Selain karena tekstur porfiritik pada
batuannya, sistem porfiri-Cu juga dapat dibedakan dengan yang lain dari luas
lingkup areanya yang luas dengan struktur-struktur seperti stockworks, vein
dan veinsets, rekahan dan juga breksiasi. Alterasi hidrotermal pada sistem ini
terjadi akibat interaksi dari larutan dan batuan pada sebuah area berskala luas
dan membentuk zona yang konsentris.
Berdasarkan hasil dating, endapan porfiri ditemukan berumur Arkean-
Resen namun hampir semua endapan yang ekonomis ditemukan pada rentang
umur Jura sampai lebih muda. Biasanya, endapan ini ditemukan secara
ekonomis akibat hasil dari supergene enrichment sebagai mantel penutup
endapan sistem porfiri.
D. Zonasi Alterasi
Pada sistem endapan porfiri-Cu, terdapat 4 zonasi alterasi (Creasey, 1966).
a. Zona Potasik, yakni alterasi berupa pengayaan unsur K (potassium) dari
larutan hidrotermal ke batuan samping. Zona ini dicirikan oleh mineral-
mineral serisit, biotit dan K-feldspar.
b. Zona Filik, yakni alterasi berupa pembentukan serisit. Terkadang disertai
dengan pembentukan kuarsa dan pirit.
c. Zona Profilitik, yakni alterasi pembentukan mineral pembawa Ca seperti
kalsit, klorit, epidot. Terkadang disertai dengan pembentukan albit, serisit,
zeosit dan pirit.
d. Zona Argilik, yakni alterasi pembentukan mineral lempung seperti kaolinit,
monmorilonit, dickit, illit dan menghilangnya mineral-mineral pembawa Ca.
E. Zonasi Mineralisasi
Pada sistem endapan porfiri-Cu, terdapat 4 zonasi mineralisasi.
a. Zona dalam, yakni zona yang ditemukan bersamaan dengan zona alterasi
potasik. Dicirikan oleh sulfida yang sangat rendah dan molybdenum yang
sangat tinggi, kandungan pirit 2-5% dengan rasio Py/Cp sekitar 3:1.
Endapan dominan terdiseminasi, sangat sedikit ditemukan dalam bentuk
stockwork.
b. Zona bijih, yakni zona yang berada di perbatasan zona alterasi potasik dan
filik. Kadar pirit 5-10% dengan rasio perbandingan Py/Cp 5:2. Mineral
bijih utama berupa kalkopirit sebagai stockwork dan veinlets. Mineral bijih
lainnya berupa bornit, enargit dan kalkosit.
c. Zona pirit, yakni zona yang banyak terdapat pada zona alterasi filik dan
argilik. Kadar pirit 10-15% dengan rasio Py/Cp 15:1. Mineralisasi hadir
dalam bentuk urat maupun diseminasi.
d. Zona luar, yakni zona yang hadir bersama zona alterasi propilitik. Kadar
pirit sedikit dan mineralisasi Cu sangat jarang ditemukan. Banyak terdapat
sfalerit dan galena dengan kadar sub ore. Mineralisasi hadir dalam bentuk
urat.
F. Endapan Mineral Grassberg
Tubuh-tubuh bijih terdapat pada dan di sekitar dua tubuh-tubuh
instrusi utama batuan beku yaitu monzodiorit Grasberg dan diorit Ertsberg.
Batuan-batuan induk untuk tubuh-tubuh bijih tersebut terdiri dari batuan-
batuan karbonatan maupun klastik yang diterobos oleh batuan beku
berkomposisi monzonitik dan dioritik yang membentuk punggungan bukit
dan sisi atas rangkaian Pegunungan Sudirman. Tubuh-tubuh bijih Grasberg
dan ESZ, terdapat pada batuan beku sebagai batuan induk, hadir dalam
bentuk urat-urat (vein stockworks) dan diseminasi sulfida tembaga yang
didominasi oleh mineral chalcopirit dan sejumlah kecil berupa bornit.
Tubuh-tubuh bijih yang berinduk pada batuan sedimen terjadi pada batuan
ubahan skarn yang kaya akan unsur magnetit dan magnesium serta kalsium,
yang mana lokasi keterdapatannya dan orientasinya sangat dikontrol
olehpatahan-patahan besar (major faults) dan oleh komposisi kimia batuan-
batuan karbonat di sekitar tubuh-tubuh instrusi tersebut. Mineralisasi
tembaga pada batuan ubahan skarn tersebut didominasi oleh mineral
chalcopirit, akan tetapi konsentrasi setempat dari mineral sulfida bornit
yang cukup banyak juga kadang terjadi. Mineral emas terdapat secara
merata disemua tubuh bijih dalam jumlah yang beragam. Di beberapa
tempat konsentrasinya cukup banyak, kehadirannya jarang bisa dilihat
dengan mata telanjang. Konsentrasi emas tersebut lazim terjadi sebagai
inklusi di dalam mineral sulfida tembaga, sedangkan pada beberapa tubuh
bijih konsentrasi emas berkaitan erat dengan keterdapatan mineral pirit.
Penelitian endapan bijih di daerah Grasberg Tembagapura Irian Jaya
yang didasarkan pada analisa petrografi dan mikroskopi bijih terhadap 23
contoh batuan bor inti Grs 37-44. Hasil penelitian menunjukan bahwa
endapan bijih yang terbentuk menyebar dan mengisi rongga batuan berupa
jalinan urat kuarsa membentuk struktur stockwork. Mineralisasi terutama
terbentuk pada batuan induk diorit dengan zonasi ubahan kuarsa - K-felspar
- biotit (ubahan potasik); epidot-karbonat-serisit (ubahan propilitik) dan
gipsum-anhidrit ( ubahan argilik). Paragenesa mineral bijih terdiri dari
magnetik, hematit, arsenopirit, sfalerit, pirit, emas, kalkopirit, digenit,
bornit, kalkosit dan kovelit dengan kadar yang berkurang dari bagian tengah
ke arah luar dari bor inti. Atas dasar asosiasi mineral tekstur dan struktur
bijih serta zonasi ubahan dan data literatur diperkirakan endapan bijih di
daerah penelitian merupakan endapan bijih tipe tembaga porfiri yang
membawa emas yang terjadi karena pengaruh larutan hidrotermal.
Cebakan bijih tembaga Grasberg terbentuk pada batuan terobosan
yang menembus batuan samping batugamping. Mineral sulfida yang
terkandung dalam cebakan bijih tembaga porfiri Cu Au Grasberg, terdiri
dari bornit (Cu5FeS4), kalkosit (Cu2S), kalkopirit (CuFeS2), digenit
(Cu9S5), dan pirit (FeS2). Sedangkan emas (Au) umumnya terdapat sebagai
inklusi di dalam mineral sulfida tembaga, dengan konsentrasi emas yang
tinggi ditunjukkan oleh kehadiran mineral pirit. Grasberg masih
mengandung cadangan sekitar 1.109 juta ton bijih dengan kadar 1,02% Cu,
1,19 ppm Au, dan 3 ppm Ag.
Cebakan porfiri Cu-Au memiliki dimensi besar dengan kadar relatif
rendah sehingga penambangan dilakukan secara open pit atas dasar
pertimbangan keekonomian. Penambangan bijih dilakukan dengan sistem
berjenjang dengan pengelupasan lapisan penutup yang ditujukan agar dapat
menahan batuan yang berhamburan saat ada peledakan serta bisa
menyediakan ruang gerak yang memadai utuk excavator dan unit pemuat.
Penambangan dilakukan dengan cara menggali dan memindahkan material
dalam jumlah besar, teknologi yang digunakan juga berteknologi tinggi dan
berdaya angkut besar sehingga diperlukan lahan untuk penampungan bijih,
limbah tambang, serta ampas pengolahan berupa cebakan yang berdimensi
sangat besar dengan kedalaman penambangan disesuaikan dengan sebaran
bijih ekonomis yang dapat diambil.
Endapan Grasberg terbentuk pada sebuah gunung setinggi 4.100m
yang telah ditambang dengan metoda tambang terbuka sampai pada
ketinggian 3.000m (1998). Tubuh bijih terletak di dan sekitar dua buah
intrusi yakni Grasberg monzodiorit dan Ertsberg diorit. Host rock dari tubuh
bijih ini adalah batuan sedimen klastik dan juga karbonat. Tubuh bijih pada
batuan beku penyerta hadir sebagai urat stockwork dan diseminasi dari
tembaga sulfida, didominasi oleh kalkopirit disertai sedikit bornit.
Sedangkan, tubuh bijih pada batuan sedimen penyerta hadir sebagai
replacement yang kaya akan magnetit, kalsium/magnesian skarn dengan
lokasi dan orientasi yang sangat bergantung kepada sesar-sesar besar serta
kandungan kimia batuan karbonat sepanjang batas intrusi. Mineralisasi
tembaga pada endapan skarn didominasi oleh kalkopirit, namun didapatkan
konsentrasi bornit yang lebih tinggi dibanding pada endapan porfiri-Cu nya.
Selain itu, emas hadir dengan konsentrasi yang signifikan pada kedua tubuh
bijih. Konsentrasi emas ini biasanya hadir sebagai inklusi dari endapan
tembaga sulfida walaupun pada beberapa endapan, konsentrasi emas ini
juga berasosiasi dengan pirit.
G. Eksplorasi Endapan Porfiri
Eksplorasi endapan porfiri adalah keseluruhan urutan kegiatan
mencari letak mineralisasi sampai penentuan cadangan insitu hasil temuan
endapan porfiri yang ada.
1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan
Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini
tingkat ketelitian yangdiperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang
digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1:50.000
sampai 1:25.000. Adapun yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Studi Literatur
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi eksplorasi dilakukan
studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survey
terdahulu), catatan lama, laporan temuan dan lain-lain, lalu dipilih
daerah yang akan disurvei. Setelah itu, studi faktor-faktor geologi
regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat
penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan
endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-
proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat
di lapangan.
b. Survei dan Pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah
tersedia, maka survey dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala
geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1:50.000
atau 1:25.000). Tetapi jika belum ada, perlu dilakukan pemetaan
topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta
geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa
langsung untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari
(singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil contoh dari
singkapan yang penting. Selain singkapan batuan pembawa bahan
galian, yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan,
orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi
sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot
pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi,
inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit,
lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dan lain-lain. Dengan
demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta
singkapan). Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut
kemudian digabungkan dan dibuat penampang tegak atau model
penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi hepatitik
tersebut kemudian dirancang pengambilan contoh dengan cara acak,
pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan
jika diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut
kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat
ukur,teodolit, BTM, dan lain-lain). Dari kegiatan ini akan dihasilkan
model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai
cadangan geologi, kadar awal, dan lain-lain yang dipakai untuk
menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan
harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut
mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap
eksplorasi selanjutnya.
2. Tahap Eksplorasi Detail
Menurut (White, 1997), kegiatan utama dalam tahap ini adalah
sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan
memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang
lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume
cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak.
Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan
klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%), sehingga
perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat
dihindarkan.
Pada kegiatan sampling tersebut ada beberapa karakteristik yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1) Mempunyai dimensi yang besar, sehingga sampling lebih
diprioritaskan dengan pemboran inti (diamond atau percussion).
2) Umumnya berbentuk non-tabular, umumnya mempunyai kadar yang
rendah dan bersifat erratic, sehingga kadang-kadang dibutuhkan
contoh dalam jumlah (volume) yang besar, sehingga kadang-kadang
dilakukan sampling melalui winzi percobaan, adit eksplorasi, dan
puritan.
3) Zona-zona minerealisasi mempunyai pola dan variabilitas yang
beragam, seperti tipe disseminated, stockwork, vein, atau fissure,
sehingga perlu mendapat perhatian khusus dalam pemilihan metode
sampling.
4) Keberadaan zona-zona pelindian atau oksidasi, zona pengkayaan
supergen, dan zona hipogen, juga perlu mendapat perhatian khusus.
5) Mineralisasi dengan kadar hipogen yang relative tinggi sering
terkonsentrasi sepanjang system kekar sehingga penentuan orientasi
sampling dan pemboran perlu diperhatikan dengan seksama.
6) Vairasi dari kerapatan pola kekar akan mempengaruhi kekuatan
batuan, sehingga interval (keterdapatan) sampling akan sangat
membantu dalam informasi fragmentasi batuan nantinya.
Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman,
ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi
(panjang-lebar-tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling,
kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat
memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa
bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk
merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan
tambang maupun prioritas bantu lainnya.
3. Studi Kelayakan
Pada tahap ini dibuat rencana produksi, rencana kemajuan tambang,
metode penambangan, perencanaan peralatan dan rencana investasi
tambang. Dengan melakukan analisis ekonomi berdasarkan model, biaya
produksi penjualan dan pemasaran maka dapatlah diketahui apakah
cadangan bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan
menguntungkan atau tidak.
H. Tahap Eksploitasi
Menurut Sukandarrumidi (2009), penambangan dilakukan dengan
cara tambang terbuka (open pit), apabila endapan bijih ditemukan tidak
terlalu dalam. Dapat juga dilakukan dengan penambangan dalam
(underground) dengan membuat terowongan atau pengangkutan dengan
menggunakan alat-alat berat.
Tahapan eksploitasi tambang terbuka tembaga:
1. Pengeboran
Pengeboran merupakan tahap awal untuk menghasilkan lubang
siap ledak (blast holes). Lubang siap ledak kemudian diledakkan
dengan menggunakan bahan peledak yang sudah ditentukan di
bagian peledakan (blasting group) untuk menghasilkan material
hancur hasil peledakan (broken muck) yang selanjutnya digali oleh
alat gali dan dimuat oleh alat angkut (dump truck). Tahapan inti
dalam proses pengeboran adalah:
a. Persiapan dan pembersihan lokasi pengeboran
Kegiatan utamanya adalah menyiapkan rencana lokasi
pengeboran yang rata untuk mesin bor, membuat tanggul yang
aman untuk memisahkan posisi mesin bor dari alat lainnya, dan
membersihkan batas material atau lumpur dari sisa peledakan
sebelumnya. Disini ditentukan tanda batas lokasi pengeboran
yang umumnya berbentuk kotak/persegi empat atau berbatasan
langsung dengan hasil peledakan yang sudah dilakukan
sebelumnya. Proses persiapan dan pembersihan lokasi
pengeboran dengan menggunakan dozer Caterpillar seri D10
atau seri D11.
b. Pelaksanaan pengeboran produksi
Pengeboran dilakukan dengan menggunakan mesin bor. Pola
pengeboran bisa menggunakan pola pengeboran manual atau
pola pengeboran dengan sistem Aquila. Pola pengeboran
manual menggunakan patok-patok kayu sebagai tanda posisi
lubang yang harus dibor yang diletakkan di tanah dan dilengkapi
dengan keterangan survey mengenai kedalaman lubang yang
harus dibor. Sementara pengeboran dengan sistem Aquila sudah
terpasang pada semua mesin bor mengandalkan sistem pandu
satelit (Global Positioning System atau GPS) yang terhubung
langsung ke antenna mesin bor untuk memandu operator
mengikuti pola dan kedalaman pengeboran.
Setelah proses pengeboran, mesin bor dipindahkan ke lokasi
pengeboran lainnya atau menunggu sampai proses peledakan
lubang bor tersebut selesai. Pemindahan mesin bor untuk jarak
lebih dari 500 meter diangkut dengan alat bantu yang disebut
mesin lowboy.
2. Peledakan
Setelah lubang bor dibuat, juru ledak akan memeriksa setiap
lubang bor untuk memastikan kedalaman lubang tersebut sebelum
dilakukan pengisian bahan peledak (explosive). Setelah lubang
disetujui, lubang diisi dengan primer (detonator+booster) dan bahan
peledak sesuai dengan kandungan air di dalamnya.
3. Penggalian dan Penambangan
Penggalian
Proses penggalian dilakukan dengan menggunakan alat gali atau
shovel untuk menggali material hasil peledakan atau material lepas
yang berupa bijih atau batuan penutup.
Ada dua jenis shovel yang digunakan dalam operasi
penambangan tambang tembaga: yaitu:
a. Shovel listrik, yaitu alat gali yang digerakkan dengan tenaga
listrik.
b. Shovel hidraulik, yaitu alat gali yang digerakkan dengan sistem
hidraulik.
Ada dua metode proses penggalian, yaitu:
a. Single side loading, yaitu metode penggalian di mana ketika
menerima muatan, truk berada pada satu sisi shovel. Dengan
demikian ketika salah satu truk sedang diberi muatan, truk kedua
dalam posisi antri atau pre-spot. Hidraulik shovel umumnya
menggunakan metode single side loading dan dilakukan di sisi kiri
shovel. Shovel listrik dilakukan bila loading area hanya bisa untuk
maneuver satu truk saja.
b. Double side loading, yaitu metode penggalian di mana ketika
menerima muatan, truk berada pada kedua sisi shovel sehingga
ketika salah satu truk sedang diberi muatan, truk kedua berada
pada posisi menerima muatan di sisi lain. Metode ini pada
umumnya diterapkan untuk shovel listrik dengan lebar area
loading yang memenuhi syarat dua kali radius putar truk yang
ditugaskan di shovel tersebut.
Proses Penambangan
Berdasarkan situs resmi dari Freeport McMoRan Copper &
Gold, terdapat tiga tambang yang sedang beroperasi di Grasberg.
Tambang-tambang tersebut adalah:
a. Tambang terbuka (Open Pit) Grasberg yang mulai dieksploitasi pada
tahun 1990 dan diperkirakan akan dilanjutkan pada tahun 2016,
bertepatan dengan mulainya operasi pada tambang bawah tanah pada
tambang Grasberg Block Cave yang sekarang masih dalam tahap
pengembangan. Pada tambang ini, penambangan dilakukan dengan
cara peledakan dan pengerukkan dengan kapasitas transportasi
mencapai 225.000 metrik ton bijih pada mesin penggiling tiap
harinya dan 135.000 metrik ton bijih padatempat penyimpanan
terkubur.
b. Tambang DOZ atau Deep Ore Zone mine, yakni sebuah tubuh bijih
berkedudukan vertikal dibawah zona bijih intermedier yang hampir
habis. Produksi pada tubuh bijih ini dimulai pada tahun 1989
menggunakan metoda open stope mining. Produksi terhenti pada
tahun 1991 karena ditemukan cadangan baru pada tambang terbuka
Grasberg, dan dimulai lagi pada September 2000 menggunakan
metoda block-cave dan diproyeksikan akan berakhir pada tahun
2019. Pada tambang ini, digunakan pemindah bijih dan chutes untuk
memindahkan bijih dari mesin pengangkut ke truk. Kemudian, truk
menempatkan bijih tersebut pada dua buah mesin penghancur
kemudian bijih dibawa menuju tempat penyimpanan di permukaan.
c. Tambang Big Gossan yang terdapat dibawah permukaan,
bersebelahan dengan tempat penggilingan. Tubuh bijih pada
tambang ini berbentuk tabular dan hampir vertikal. Produksi dari
tambang ini dimulai pada 4 bulan akhir di tahun 2010 dan
diestimasikan dapat membawa 7.000 metrik ton per hari pada
pertengahan 2013. Tambang jenis ini menggunakan metoda
blasthole stoping dengan delayed paste backfill. Stopes dari berbagai
ukuran ditambang dan bijihnya dijatuhkan di sebuah truk
pengangkut. Kemudian bijih dibawa menuju mesin penghancur jaw
crusher. Bijih yang sudah hancur kemudian diangkat keatas menuju
sebuah sabuk pembawa. Sabuk tersebut membawa bijih yang telah
hancur ke mesin pembawa utama, yang kemudian dibawa menuju
tempat penyimpanan mesin penggiling untuk kemudian dilakukan
proses penggilingan.
4. Pengangkutan
Bijih atau batuan penutup yang sudah digali kemudian diangkut ke
dalam alat angkut yang dikenal sebagai truk angkut tambang (dump
truck). Setelah dilakukan pengisian oleh shovel, truk akan menuju ke
tempat pembuangan yang telah ditentukan sesuai dengan materialnya.
Jika truk mengangkut bijih, material yang diangkut akan dibuang ke
crusher bijih atau stockpile bijih. Jika material yang diangkut adalah
bahan penutup, material akan dibuang ke crusher overburden
(OHS:Overburden Handling System) atau ke overburden pump.
5. Penggerusan bijih atau batuan
Contohnya adalah Grasberg yang ditambang dengan metode
tambang terbuka. Namun karena bukaan yang semakin dalam, sekitar
tahun 2015, cara penambangan akan diubah menjadi tambang bawah
tanah. Jika semua terwujud, tambang bawah tanah Grasberg akan
menjadi salah satu yang terbesar.
BAB IV
KESIMPULAN

Endapan porfiri merupakan salah satu bagian dari jenis endapan mineral
dengan tipe endapan hidrotermal. Salah satu jenis endapan porfiri yatu Grassberg
(Papua) yang terbentuk dari busur samudra. Tubuh-tubuh bijih terdapat pada dan di
sekitar dua tubuh-tubuh instrusi utama batuan beku yaitu monzodiorit Grasberg dan
diorit Ertsberg dengan cebakan bijih tembaga Grasberg terbentuk pada batuan
terobosan yang menembus batuan samping batugamping.
Zonasi alterasi terdiri dari kuarsa - K-felspar - biotit (ubahan potasik);
epidot-karbonat-serisit (ubahan propilitik) dan gipsum-anhidrit ( ubahan argilik).
Paragenesa mineral bijih terdiri dari magnetik, hematit, arsenopirit, sfalerit, pirit,
emas, kalkopirit, digenit, bornit, kalkosit dan kovelit dengan kadar yang berkurang
dari bagian tengah ke arah luar dari bor inti.
Daftar Pustaka

Herawati, Astrid. 2013, Makalah Sumber Daya Alam, Tembaga. Universitas


Brawijaya: Malang. https://www.scribd.com/doc/169963395/Makalah-Tembaga, 6
Juni 2017.
Suprapto, Sabtanto J., 2008. Pertambangan Tembaga di Indonesia Raksasa
Grasberg dan Batu Hijau. Warta Geologi, Vol. 3 No. 3, hal 5-13.
Pollard J. P. and Taylor R. G. 2012. Paragenesis of the Grasberg CuAu deposit,
Irian Jaya, Indonesia: Results from Logging Section 13. _, Volume 37, Issue 1, pp
117-136.
Murakami, H., Seo, J. H., Heinrich, C. A. 2010. The Relation Between Cu/Au Ratio
and Formation Depth of Porphyry-style CuAu Mo Deposits. _, Volume 45, Issue
1, pp 11-21.
Warmada, I Wayan. Model Endapan Bijih Porfiri dan Epithermal: Contoh
Endapan Bijih Daerah Andes (Bolivia dan Chile), Amerika Selatan. Universitas
Gajah Mada: Yogyakarta.

http://www.oocities.org/west_papua/geo_papua.htm (diakses pada tanggal 3 Juni


2017)

Anda mungkin juga menyukai