Anda di halaman 1dari 12

Kelompok

01 Start

ENDAPAN EMAS TIPE


PORFIRI BATU HIJAU,
SUMBAWA, INDONESIA

Mata Kuliah: GENESA BAHAN GALIAN Dosen Pengampu: DR. IR. I GDE SUKADANA, ST. M ENG., IPM
Kelompok
Endapan Emas Tipe Porfiri Batu HIjau 02
01

PENGERTIAN
Endapan tembaga porfiri merupakan salah satu penyumbang terbesar sumber mineral penghasil tembaga dan molybdenum dengan mineral
ikutan utama seperti emas, perak, dan tin, selain itu juga terdapat mineral sampingan berupa platinum, paladium, dan tungsten. Endapan
tersebut berasal dari aktivitas tektonik konvergen antara lempeng samudra dan lempeng benua dimana lempeng samudra yang masa jenisnya
lebih rendah akan turun dan masuk ke bawah permukaan bumi. Endapan porfiri merupakan salah satu endapan hidrotermal yang memiliki
karakteristik berupa jalinan rekahan – rekahan yang sangat halus (stockwork) dengan penyebaran mineral yang tersebar (disseminated) secara
merata yang berhubungan dengan proses alterasi dan mineralisasi pasca terjadinya intrusi porfiri. Sistem endapan porfiri terbentuk di sekitar
intrusi yang dipengaruhi oleh busur vulkanoplutonik, yaitu struktur busur normal atau busur paralel. Pendinginan intrusi yang berada pada
kerak bagian atas merupakan hasil dari proses konduktif yang kehilangan panas serta merupakan ciri pembentukan zona kumpulan alterasi.
Selanjutnya aktivitas tersebut diikuti oleh proses naiknya sisa larutan magma dan pembentukan stockwork di sekitar tubuh intrusi.

Genesa Bahan Galian


Kelompok
Endapan Emas Tipe Porfiri Batu HIjau 03
01

KARAKTERISTIK
Mineralisasi terbentuk pada lingkungan konduktif yaitu lingkungan pengendapan logam kondisinya yang terbentuk sebagai hasil dari
pendinginan dan pencampuran dengan air meteorik, logam tersebut berasal dari larutan magma yang lebih besar dan dalam. Pusat mineralisasi
tembaga porfiri terjadi pada zona paleopermeabilitas yang terbesar, yaitu sepanjang daerah yang dikontrol oleh sesar dari intrusi batuan induk
dan sebelum terbentuknya rekahan stockwork veining. Nama porfiri digunakan untuk menjelaskan intrusi batuan beku yang terjadi secara
intensif dan bukan selalu untuk tekstur porfiritik. Endapan tembaga porfiri merupakan endapan tembaga yang berukuran sangat besar tetapi
kadar tembaganya agak rendah. Mineral bijih tersebar secara merata pada batuan dan berbentuk stockwork dengan sedikit komposisi emas,
molibdenum dan perak. Stockwork merupakan bentuk dalam skala besar yang berupa percabangan yang tidak beraturan dari rekahan yang
kemudian diisi oleh material mineral.

Genesa Bahan Galian


Kelompok
Endapan Emas Tipe Porfiri Batu HIjau 04
01

CIRI: ZONA ALTERASI


Endapan tersebut dicirikan oleh tesktur batuan berupa porfiritik dimana
perbedaan ukuran fenokris dan matriksnya sangat terlihat, sedangkan
komposisi umumnya asam hingga intermediet. Terdapat zona-zona alterasi
yang terjadi selama proses pembekuan magma akibat kontak dengan
lingkungan sekitarnya. Zona alterasi yang terjadi terdiri dari zona potassium
silikat (potassium feldspar atau alterasi biotit) di dalam intrusi yang
dikelilingi oleh zona alterasi phyllic. Kemudian zona tersebut dikelilingi
juga oleh zona alterasi propylitic yang terdiri dari chlorite-epidote-calcite
dan zona alterasi argillic yang kaya akan batuan lempung. Sedangkan zona
mineralisasi berada di dalam zona alterasi phyllic. Endapan tersebut dapat
dijumpai mulai dari tepi samudra pasifik dan juga dari timur eropa hingga
asia seperti di Batu Hijau, Sumbawa.

Genesa Bahan Galian


Kelompok
Endapan Emas Tipe Porfiri Batu HIjau 05
01

KONDISI GEOLOGI
Daerah Batu Hijau menururt Garwin (2000), secara umum tersusun atas satuan
perbukitan vulkanik dan satuan perbukitan intrusi. Perbukitan intrusi
memperlihatkan morfologi curam yang merupakan hasil dari proses struktur yang
berkembang. Kemudian pada satuan perbukitan vulkanik memperlihatkan
morfologi yamg sedikit terjal dengan vegetasi berupa hutan tropis. Akibat dari
proses Penambangan, Geomorfoligi Batu Hijau mengalami perubahan menjadi
morfologi bukaan lahan tambang (Open Pit) berbentuk kerucut terbalik dengan
diameter ±2,5 km dan elevasi tertinggi 500 mdpl serta elevasi terendah -315 mdpl.
Stratigrafi Batu Hijau terdiri dari 4 satuan batuan, dengan urutan dari tua ke muda
antara lain, Volcanic Lithic Breccia (Miosen Awal - Miosen Tengah), Diorit
(Miosen Tengah - Miosen Akhir), Intermediate Tonalite (Miosen Tengah - Miosen
Akhir), dan Young Tonalite (Miosen Tengah - Miosen Akhir) (Clode, dkk, 1999).

Genesa Bahan Galian


Kelompok
Endapan Emas Tipe Porfiri Batu HIjau 06
01

KONDISI GEOLOGI
Garwin (2000) menyebutkan bahwa di daerah Batu Hijau terjadi dua kali perioda tektonik yaitu perioda
kompresi yang memiliki arah tegasan relatif barat laut-tenggara dan perioda relaksasi yang memiliki arah
tegasan relatif barat daya?timur laut. Struktur geologi Batu Hijau pada umumnya dikontrol oleh keberadaan
sesar dan kekar dari Fase tektonik dan akibat penerobosan magma/intrusi. Arah umum dari struktur yang
berkembang di daerah Batu Hijau berarah baratlaut?tenggara dan timurlaut- baratdaya. Struktur mayor yang
berarah baratlaut-tenggara di Batu Hijau antara lain Zona Sesar Tongoloka Puna, Zona Sesar Tongoloka dan
Zona Sesar Katala (Garwin, 2000).

Genesa Bahan Galian


Kelompok
Endapan Emas Tipe Porfiri Batu HIjau 07
01

TEKTONISME
Busur Kepulauan Sumbawa dihasilkan dari tumbukan antara tiga Lempeng Hndia-Australia, Eurasia dan Lempeng Pasifik yang berinteraksi
dan saling berbenturan satu dengan yang lain (Hamilton, 1980 dalam Clode, dkk., 1999). Batas tumbukan lempeng ini merupakan daerah
yang sangat labil ditandai dengan munculnya tiga gunungapi aktif tipe A (Gunung Rinjani, Gunung Tambora dan Gunung Sangeangapi).
Pulau Sumbawa terletak di pusat Busur Sunda yang memisahkan dua sektor yaitu Busur Sunda di bagian Barat dan Busur Banda di bagian
Timur. Menurut Sudrajat, Manga dan Suwarna (1998), Pulau Sumbawa terdiri dari sistem retakan berarah Baratlaut-Tenggara dan Timurlaut-
Baratdaya. Berdasarkan tatanan tektonik, terbentuknya Pulau Sumbawa berhubungan dengan penunjaman Lempeng Hindia berarah utara-
timurlaut di selatan Daratan Sunda menerus dari Pulau Sumatera hingga Jawa. Semakin ke arah Timur membentuk Busur Kepulauan Banda
yang terbentuk pada masa Kenozoikum, dengan persebaran litologi berupa batuan gunungapi.

Genesa Bahan Galian


Kelompok
Endapan Emas Tipe Porfiri Batu HIjau 08
01

TEKTONISME
Bagian pusat Pulau Sumbawa memiliki zona depresi yang dibatasi oleh dua
sistem patahan utama berarah Baratlaut-Tenggara dan Timurlaut- Baratdaya.
Sesar yang masih aktif ditemukan di sekitar Gunung Tambora. Kelurusan
Barat-Timur diisi oleh jajaran gunungapi utama dan terbentuk pada
Plistosen di sepanjang Pantai Utara. Pulau Moyo dan Medang terangkat
pada Zaman Kuarter, kedudukan Medang akibat pergerakan struktur relatif
naik serta adanya lava bantal di Pulau Moyo menunjukan bahwa Pulau
Moyo merupakan sisa kaldera di lereng Tenggara gunung bawah laut
Neogen. (Gambar disamping).

Genesa Bahan Galian


Kelompok
Endapan Emas Tipe Porfiri Batu HIjau 09
01

GENESA ENDAPAN PORFIRI


Dalam pembentukannya, sistem porfiri memiliki aspek – aspek seperti yang dijabarkan oleh Lowell dan Guilbert
(1970), Gustafsont dan Hunt (1975), Sillitoe dan Gappe (1984) serta Corbett dan Leach (2002) sebagai berikut:
1. Aspek Tektonik dan Struktur Geologi Regional
Sistem porfiri berasosiasi dengan proses magmatisme dan vulkanoputonisme di daerah batas lempeng lempeng tektonik
konvergen, baik pada lempeng benua maupun pada lempeng samudera yang membentuk busur kepulauan. Rezim
tektonik yang bekerja untuk menghasilkan suatu sistem porfiri bervariasi mulai dari rezim tektonik tumbukan dan rezim
tektonik tegangan. Rezim – rezim inilah yang kemudian membentuk zona – zona lemah pada kerak yang kemudian
menjadi jalan bagi magma untuk naik dan mengintrusi.

Genesa Bahan Galian


Kelompok
Endapan Emas Tipe Porfiri Batu HIjau 10
01

2. Aspek Komposisi Kimia Magma


Proses subduksi lempeng yang terjadi pada zona subduksi mengakibatkan terbentuknya magma yang bersifat menengah
hingga asam dengan komposisi kimia berupa calc alkaline – alkaline. Mineralisasi pada sistem porfiri dimulai saat
magma yang terbentuk menjadi sangat jenuh oleh sulfur yang tereduksi, sehingga untuk membentuk kestabilan, ion –
ion sulfur tersebut harus menangkap ion – ion bermuatan positif yang biasanya berasal dari unsur – unsur logam Cu dan
Au yang kemudian biasanya membentuk sulfida tembaga.
3. Aspek Asosiasi Litologi
Reaksi kimia yang terjadi antara larutan hidrotermal dengan batuan samping menghasilkan kumpulan mineral yang
khas, misalnya pada batuan samping yang berupa batuan karbonat akan terbentuk asosiasi mineral endapan skarn,
sementara pada sistem porfiri di busur kepulauan akan terlihat karakter batuan dengan unusr Na dan K yang rendah
sehingga memungkinkan terbentuknya zona alterasi argilik yang relatif luas.

Genesa Bahan Galian


Kelompok
Endapan Emas Tipe Porfiri Batu HIjau 11
01

GENESA ENDAPAN DI PULAU


SUMBAWA
Seri batuan volkaniklastik di daerah Sumbawa diterobos oleh unit batuan intrusif. Pada Pulau Sumbawa bagian baratdaya, batuan intrusi ini
umumnya memiliki afinitas kalk-alkali dengan kompisisi batuan diorit, andesit-basalt, diorit kuarsa, tonalit hingga granodiorit. Batuan intrusi ini
diperkirakan berumur Miosen Tengah-Pliosen berdasarkan hubungan potong-memotong dan perajahan radiometrik (Garwin, 2000). Geometri
dari batuan intrusi ini berupa dike dan stock dengan arah umum timur-barat dan baratlaut. Batuan intrusi ini berasosiasi dengan aktifitas
volkanik, dengan litologi yang terdiri dari diorit hornblenda, tonalit porfiri, diorit kuarsa, dan breksi instrusif (breksi diaterma). Unit batuan
intrusi ini memiliki hubungan dengan proses mineralisasi bijih ekonomis di beberapa tempat di Pulau Sumbawa, termasuk Batu Hijau. Kubah
breksi berkomposisi dasitik yang terletak sekitar 2,5 km dari Batu Hijau, diduga sebagai bagian akhir dari rangkaian intrusi. Mineralisasi bijih
logam ekonomis di daerah ini dominan berasosiasi dengan stock tonalit porfir. Arah umum kelurusan yang berkembang di Pulau Sumbawa
bagian baratlaut memiliki pola barat-baratlaut dan tenggara berdasarkan gambaran dari citra satelit foto udara dan pengamatan terhadap sesar
dan rekahan pada singkapan di lapangan. Pola struktur ini dinterpretasikan sebagai hasil kompresi utara-selatan yang berasosisasi dengan
subduksi Tersier sepanjang busur Sunda-Banda ke selatan (Meldrum dkk., 1994 dalam Ali, 1997).

Genesa Bahan Galian


Kelompok
01 Finish

TERIMAKASIH
Atas perhatian nya selama presentasi ini berlangsung

Mata Kuliah: GENESA BAHAN GALIAN Dosen Pengampu: DR. IR. I GDE SUKADANA, ST. M ENG., IPM

Anda mungkin juga menyukai